Anda di halaman 1dari 2

Hari Biasa Pekan II Prapaskah (U)

BcE Kej. 37:3-4, 12-13a,17b-28; Mzm. 105: 16-17, 18-19, 20-21; Mat. 21:33-43, 45-46.

“DEFINISI KEBAHAGIAAN”

Pernahkah kita bertanya, apakah saya telah bersyukur sebanyak berkat yang Tuhan
berikan? Apa yang saya buat dalam hidup saya untuk menjawab berkatNya itu? Dalam hidup,
kita melihat dan mengalami beragam macam hal yang menuntut kita berproses dan mengikuti
hal tersebut. Proses tersebut menuntun kita pada apa yang diinginkan. Namun apakah yang
kita inginkan merupakan hal yang bermanfaat, atau hanya menjadi pemuas bagi kesenangan
hasrat kita.

Dalam kisah kedua belas anak Yakub, karena iri terhadap perlakuan Yakub terhadap
Yusuf maka, mereka menjual Yusuf hingga sampai di Mesir. Kemudian, dalam
perjalanannya, Yusuf diangkat menjadi Raja. Dalam Injil dikisahkan mengenai para
penggarap di kebun anggur. Mereka membunuh para utusan termasuk anak dari pemiliki
kebun anggur itu, karena keinginan mereka untuk mengusai kebun tersebut. Dari kisah-kisah
tersebut digambarkan; pertama, Yusuf menjadi pralambang dari Kristus yang akan
mengalami penolakan, dijual, dan kelak akan mengalami kemuliaan dalam kebangkitanNya.
Kedua, kebun anggur menjadi gambaran berkat Allah bagi manusia yang perlu untuk
dikembangkan, Para penggarap adalah orang-orang yang dipercayakan berkat tersebut,
pemilik itu ialah Allah, orang yang diutus adalah para nabi dan anakNya ialah Yesus sendiri
yang ditolak, disiksa dan dibunuh. Dari situ dapat dilihat, bahwa kedua bacaan kitab suci
tersebut memberikan makna penting dalam hidup kita yakni berkat Tuhan telah kita terima
secara gratis. Namun terkadang kita tak menghiraukan hal tersebut. Kita seperti para anak
Yakub yang menjual saudara sendiri dan para penggarap yang membunuh para utusan dan
anak dari pemilik kebun itu, dan ketika kita tak menerima apa yang diterima oleh orang lain,
kita memberontak dan menghalalkan segala cara demi mendapatkan hal yang kita inginkan,
sampai kita berani menyakiti sesama kita.

Kita memang orang berdosa yang sering kali sombong dengan keadaan kita atau iri
bila orang lain lebih dari pada kita. Namun apakah kita sadar dengan apa yang kita buat itu?
Apakah kita akan menjadi seperti para penggarap? Yesus menegaskan bahwa kita mesti
bertobat dan menjadi rendah hati serta menjadi pekerja yang setia. Jadi apa definisi
kebahagiaan dalam hidup saya? apakah itu menyangkut suasana atau ketika kita berada pada
suasana yang menyenangkan dan nyaman? Mari mencari definisi itu dalam hidup harian kita.
“Kerajaan Allah … akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah
Kerajaan itu” (Bdk. Mat. 21:43)

Doa: Ya Tuhan, kuatkan dan mampukanlah aku agar selalu setia padaMu. Amin.

Fr. Johanes Feygthi Sandehang

Anda mungkin juga menyukai