SAKRAMENTOLOGI
TUGAS SAKRAMENTOLOGI
(Edisi Revisi)
Oleh:
Sakramentalisme adalah sebuah cara berpikir dalam melihat realitas yang kelihatan
secara fisik sebagai sebuah bentuk nyata kehadiran dari yang transenden, yang Ilahi. Hal itu
menjadi sebuah pengalaman mencari Allah dalam berbagai macam tanda-tanda alamiah dan
bagaimana manusia memaknai tanda-tanda itu dalam hidupnya. Tanda alamiah pada awalnya
dipercaya sebagai sebuah hal yang mistis, yang sebut mitos, mitologi, legenda dan
sebagainya.
Dalam perkembangannya, Groenen memandang bahwa ada tiga hal penting dalam
sakramentalisme yakni Epifani, Hierofani, dan Teofani bagaimana Allah hadir dan menyapa
umatNya. Dia yang tak kelihatan menjadi kelihatan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
apa yang diperbuat-Nya adalah manifestasi-Nya terhadap umat manusia yang dinyatakan
melalui simbol, tanda dan lambang.
”The sacramental is to continue in some specific way the active presence of God in
our midst and its own way of doing this is through symbolical actions which belong to
worship.”1 Sakramen menjadi suatu bentuk konkret kehadiran Allah dalam hidup manusia.
Tanda dan simbol yang konkret dan nampak secara inderawi itu menjadi sebuah tanda
kehadiran dan pernyataan perjanjian antara Allah dan manusia sejak dahulu, yakni pada
zaman perjanjian lama-sebelum Yesus Kristus hingga kedatangan Yesus Kristus-yang
merupakan wujud nyata Allah yang transenden-bagi umat Israel serta dunia sampai sekarang
dan waktu yang akan datang.
Sakramen berasal dari kata Latin sacramentum yang digunakan untuk menerjemahkan
kata Yunani mysterion dalam Kitab Suci. Makna dasar mysterion berhubungan dengan
pengalaman akan Yang Ilahi, yakni suatu pengalaman batin yang tak terlukiskan dengan
kata-kata karena berjumpa dengan Yang Ilahi.2 Dalam perjanjian lama, mysterion ini
menunjuk pada peristiwa di mana Allah yang menyingkapkan rencana penyelamatan-Nya
dalam sejarah manusia. Perjanjian baru memandang bahwa rencana penyelamatan Allah yang
dinyatakan dalam sejarah itu kini terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Dengan demikian, kata
mysterion yang diterjemahkan menjadi sacramentum itu berarti rencana keselamatan Allah
yang diwujudkan dalam sejarah yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus. Beberapa
kepercayaan dan peristiwa yang menyatakan kehadiran yang Ilahi akan dijelaskan dalam
contoh-contoh bentuk penghayatan sakramentalisme dalam tugas ini.
1
Lih. Marcel van Caster, God’s Word Today (London: 1966), hlm. 69.
2
Lih. Emanuel Martasudjita, Sakramen-Sakramen Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 62
A. Sakramentalisme Kosmik
1. Menyapu Rumah saat Malam Hari (apalagi sampah atau kotoran yang disapu itu
langsung dibuang ke luar rumah artinya membuang rezeki).
Jarum dan garam dari dulu dipercaya merupakan salah satu media yang digunakan dalam
prosesi yang berbau mistis. Hal tersebut berakar dari kepercayaan daerah yang
mengganggap bahwa garam dan jarum yang dijual atau dibeli pada
malam hari bisa saja garam dan jarum
yang diperuntukkan bagi aktivitas mistis
tersebut, seperti santet dan sebagainya. Hal ini dapat terjadi
dalam persaingan ekonomi; pedagang yang satu merasa tersaingi,
maka dengan menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan tersebut dan
salah satu caranya adalah dengan melakukan aktivitas yag berbau mistis tersebut. Inilah
yang membuat jarum dan gambar tidak dijual atau dibeli pada malam hari.
3. Pergi ke tempat baru tidak boleh menunjuk tempat tersebut dengan jari, jika hal itu
terjadi maka tempat tersebut akan hilang atau jika itu adalah sebuah pulau, maka akan
terjadi ombak yang dashyat.
Kepercayaan masyarakat Talaud mengenai menunjuk-nunjuk di tempat baru
ini berakar dari cerita legenda Napombalu yakni sebuah gunung
laut di depan desa Damau yang disebabkan oleh Lawongo yang
menujuk ke arah laut, menunjuk pada sebuah barang asing. Orang
Talaud percaya bahwa seseorang yang menunjuk sesuatu barang di
tempat baru maka akan terjadi sesuatu. Hal ini dapat terjadi karena setiap
barang dan tempat dipercaya memiliki kekuatan gaib (animisme). Oleh
karena itu, ada beberapa tempat dilarang untuk menunjuk saat melewati tempat
tersebut.
4. Pergi ke suatu tempat baru (kebun) harus membasuh muka di sungai yang ia lewati di
tempat tersebut.
Saat mengunjungi tempat baru, orang-orang yang
baru saja datang dan mengunjungi tempat baru
tersebut, entah penduduk asli maupun pendatang
wajib untuk membasuh wajah mereka dengan air di
5. Suara burung yang melewati kampung adalah pertanda ada orang yang meninggal.
8. Membuat api unggun di belakang jendela kamar di mana bayi dan ibu yang baru
melahirkan berada dipercaya mengusir setan.
9. Manasyiolo’ga : Anak kecil yang baru saja bertemu dengan keluarga yang baru dia
kenal harus diberika peniti (atau barang yang lain) agar anak
tersebut tidak mengalami sakit.
10. Membakar bawang merah saat anak menangis di tengah malam dipercaya mengusir
kuasa jahat yang mengganggu anak itu.
Setelah air bah disurutkan oleh Tuhan, yang mana pada waktu itu Tuhan
menyelamatkan Nuh beserta keluarganya dan
margasatwa yang dibawa oleh Nuh seperti yang
diperintahkan-Nya kepada Nuh, maka Ia membuat
perjanjian dengan Nuh sebagai Tanda pengingat bahwa
Ia takkan lagi membinaskan manusia dengan air bah. Ini
menjadi satu bentuk sakramentalisme kosmik di mana
Busur-Nya akan ditaruh di awan yang sekarang disebut pelangi ini menjadi tanda
kehadiran sekaligus perjanjian Allah bagi manusia di mana Allah bersabda, bertindak dan
memberi tanda.
Peristiwa Laut Teberau terbelah (Laut Merah) ini menjadi suatu tanda terbesar Allah
yang menyatakan kemahakuasaan-Nya kepada Manusia. Tanda ini menjadi suatu
Manna diturunkan Tuhan, Allah pada pagi, di mana bangsa itu selalu mengeluh
meminta makanan kepada Musa dan agar Musa
memberitahukan hal itu kepada Tuhan. Akhirnya, Tuhan
Allah, menurunkan embun yang kemudian perlahan-lahan
menjadi keras di mana orang-orang Israel itu mulai
memungutnya dan memasak serta memasakknya kemudian
memakannya. Bangsa Israel memakannya selama 40 tahun
lamanya. Itu menjadi tanda kemahakuaasaan dan kehadiran-
Nya kepada bangsa itu, di mana bangsa itu terus meminta.
Peristiwa yang terjadi di sini merupakan peristiwa atau kejadian di mana bangsa Israel
yang haus meminta air kepada Musa dan mulai
mengeluh serta mempertanyakan Tuhan. Maka Tuhan,
Allah menyatakan kemahakuasaan-Nya dengan
memerintahkan Musa memukulkan tongkatnya pada
gunung batu di Horeb itu sehingga mencuatlah air dari
batu itu sehingga mereka dapat minum dari mata air
tersebut. Maka, tempat itu disebut Masa dan Meribah,
karena bangsa itu mempertanyakan dan mencobai Tuhan. Oleh sebab itu, melalui mata air
itu Ia menghadirkan diri dan menyatakannya demi bangsa itu.
Bunyi sangkakala yang disertai dengan berbagai macam kejadian alam pada waktu itu
yang terjadi di padang gurun dekat gunung Sinai di mana Musa menerima loh hukum dari
Tabut perjanjian dengan dua kerub di atasnya yang di dalamnya diletakkan loh batu
yang diterima Musa, menyatakan kehadiran Allah yang
selalu menyertai bangsa itu dalam setiap waktu serta
menjadi suatu tanda pengingat akan perjanjian yang
telah dibuat bangsa itu dengan Tuhan Allah di mana
Allah akan selalu dipuja dan disembah, tidak yang lain.
Tabut perjanjiannya terbuat dari bahan terpilih dan
terbaik dari semuannya, dengan jumlah yang telah
ditetapkan Tuhan Allah untuk dilaksanakan. Tabut ini
menjadi tanda kehadiran Allah yang menyatakan diriNya melalui apa yang ia perintahkan
untuk dilakukan.
Tiang Awan merupakan tanda kehadiran Allah kepada Bangsa Israel. Pada waktu itu
tiang awan kelihatan pada siang dan seperti api pada malam hari, tidak menetap untuk
Burung puyuh diturunkan Tuhan, Allah kepada bangsa Israel yang bersungut-sungut
meminta makan daging karena mereka telah bosan memakan roti yang diberikan kepada
mereka itu. Burung puyuh diturunkan Tuhan selama seharian sepanjang hari itu, di mana
Tuhan murka kepada mereka yang bersungut-sungut meminta kepadaNya serta mulai
mempertanyakan Allah. mereka pun mengumpulkan burung puyuh yabg bayak itu ke
dalam keranjang-keranjang mereka. Tuhan menyatakan diri-Nya melalui apa yang
dibuat-Nya itu. Ia tetap selalu membuat bangsa itu selalu percaya akan dia dan takkan
membiarkan mereka binasa dan kelaparan.
Ular tembaga dibuat oleh Musa atas perintah Tuhan, Allah. Hal ini terjadi karena
bangsa Israel mulai durhaka dan tidak percaya
pada Tuhan serta tidak mendengarkan Musa
kemudian mulai melawan Allah. Maka, Tuhan
menyuruh ular-ular untuk memagut bangsa itu
supaya membinasakan mereka semua. Lalu
Musa berdoa kepada Tuhan agar diberhentikan
oleh-Nya semua itu. Kemudian Tuhan Allah menyuruh Musa untuk membuat ukar
tembaga dan menempatkan ular itu pada sebuah tiang, supaya siapa yang dipagut ular dan
memandangnya maka, ia akan selamat. Dengan demikian, maka Allah menyatakan diri
melalui setiap peristiwa ini di mana Allah mengajarkan agar selalu taat dan setia pada-
Nya.
Kedua belas orang dari setiap suku bangsa Israel diperintahkan Yosua untuk
mengambil satu batu perorang-sebagai peringatan
akan peristiwa di mana bangsa Israel telah
menyeberangi sungai Yordan yang kering-seperti
yang diperintahkan Tuhan kepada Yosua untuk
dilakukan. Maka mereka melakukan demikian.
Batu itu menjadi tanda peringatan bagi bangsa
Israel-bahwa Allah menyelamat bangsa itu dan
bahwa bangsa itu telah berjalan melewati dasar sungai Yordan yang kering-untuk selama-
lamanya.
Kisah mengenai „Jantung, Hati dan Empedu‟ ikan yang menyembuhkan penyakit ini
berasal dari kisah antara Malaikat Rafael dan Tobia dalam
perjalanan mereka menuju Negeri Midian. Saat hari malam
maka mereka bermalam di dekat sungai Tigris. Ketika ia
hendak membasuh kakinya di sungai, sesekor ikan mau
menelan kakinya. Malaikat itu menyuruhnya menangkap
ikan itu kemudian mengambil jantung, hati dan empedu
dari ikan itu. Lalu sampai di negeri Midian, malaikat itu
menyuruh agar jantung dan hati ikan itu diasapkan di depan kaki orang yang kerasukan
setan maka lenyaplah gangguan itu. Empedu itu diurapkan pada orang yang matanya
kena bintik-bintik putih, sembuhlah orang itu. Allah menyatakan diri-Nya melalui
berbagai hal yang dilakukannya melalui apa pun yang ada di sekitar manusia.
“Sabda telah menjadi Manusia” (Yoh 1:14). Inkarnasi Yesus Kristus, Putera Bapa adalah
kehadiran Allah bagi umat manusia. Yesus Kristus menjadi manifestasi diri Allah yang
transenden dan melampaui segala sesuatu. Yesus Kristus-lah Teofani yang mana Allah
bersabda, berkarya, dan memberi tanda yang riil, kelihatan dan nyata bagi manusia. Dialah
tanda yang kelihatan dari rahmat yang tak kelihatan dan kepenuhan cinta Allah yang
transenden kepada manusia. Cinta-Nya nyata dalam diri Putera-Nya yang mengorbankan diri
3
Ibid, hlm. 69
Heranlah orang-orang itu, katanya: “orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau taat
kepada-Nya.” Kekaguman ini berasal dari kisah di mana Yesus meredakan angin ribut. Saat
itu terjadi, Yesus dan para murid-Nya beserta beberapa orang berada di sebuah perahu. Tiba-
tiba terjadi badai yang membuat para murid khawatir jangan-jangan kapal yang mereka naiki
itu akan tenggelam. Namun, Yesus hanya tidur di buritan. Ketika ketakuta para murid
memuncak, mereka membangunkan Yesus dan memohon pertolongan dari-Nya. Akhirnya,
Yesus menghardik angin itu sehingga danau menjadi teduh sekali. Maka heranlah orang-
orang di situ akan apa yang dilakukan-Nya terhadap angin itu.
Peristiwa ini menjadi suatu tanda di mana Allah menyatakan kemahakuasan-Nya dalam
diri Yesus Kristus. Yesus yang menghardik angin ribut merupakan tanda kehadiran Allah
yang riil kepada manusia. Pribadi Yesus
dan apa yang ia perbuat terhadap angin dan
danau itu, merupakan suatu tanda kehadiran
Allah yang menyertai dan mendampingi
umat manusia dalam setiap waktu dan
dalam situasi dan kondisi; suka maupun
duka. Yesus-lah Teofani yang nyata dalam
hidup manusia yang pada saat kejadian itu, semua orang yang hadir di situ melihat dan
menyaksikan apa yang dilakukan Allah bagi mereka secara langsung.
Yesus datang kepada para murid-Nya saat para murid berada di kapal di tengah-tengah
danau waktu malam hari yang mana saat itu pula terjadi angina ribut. Ia pergi kepada mereka
dengan berjalan di atas air. Maka, hal itu yang membuat para murid menjadi takut dan
Dalam kisah pembaptisan Yesus di Sungai Yordan, Yohanes Pembaptis pada waktu itu
melihatt langit terbuka dan Roh Allah turun atas Yesus seperti burung merpati. Ketika itu
terdengarlah suara dari surga yang bersabda “Engkaulah,
Putera Allah yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan.”
Pertama, Yohanes Pembaptis merupakan seorang nabi yang
telah diramalkan sejak dahulu. Dia yang akan menyiapkan
jalan bagi kedatangan Mesias, yakni Yesus Kristus. Kedua,
Sungai Yordan merupakan tempat bersejarah bangsa Israel.
Bangsa Israel melewati sungai Yordan yang kering saat
perjalanan mereka menuju Tanah Kanaan. Tempat itu
Yesus menyembuhkan orang bisu dan tuli dengan cara yang berbeda. Ketika Dia berada
di daerah Dekapolis, orang banyak datang kepada-Nya. Mereka memohon kepada-Nya aga Ia
menyembuhkan orang bisu dan tuli yang dibawa
kepada-Nya oleh mereka itu. Kemudian, ia
memisahkan dia dari orang banyak. Setelah itu, ia
memasukkan jarinya ke telinga orang itu, lalu meludah
dan merabah lidah oran itu dan berkata: “Efata”. Saat
itu juga, terbukalah telinga orang itu dan terlepas pula
pengikat yang mengikat lidah orang itu, lalu ia mulai
berkata-kata. Maka orang di situ heran dan berkata: “Ia
menjadikan segalanya baik…”
4
Nama ibrani „Yosua‟ atau „Yehoshua‟ dalam bahasa Yunani dialihbahasakan menjadi „Yesus‟. Artinya, Allah
adalah keselamatan atau juruselamat. Yesus Kristus merupakan Yosua baru yang akan menyelamatkan umat
Israel.
Kisah ini merupakan kisah pemberitahuan kepada Maria oleh Malaikat Gabriel bahwa
Maria akan mengandung dari Roh Kudus. Dan anak yang akan dilahirkan itu akan disebut
Kudus Anak Allah. Kabar Sukacita ini memberikan kegembiraan kepada dunia dan
bagaimana Allah tak akan pernah meninggalkan umat-Nya dan akan selalu menepati janji-
Nya yakni dengan mengutus penyealamat bagi umat manusia.
Pertama, kahadiran dan Berita dari malaikat itu merupakan
tanda bahwa Allah selau ada dan menyertai umat-Nya. Kedua,
Maria merupakan simbol janji Allah yang mana Ia merupakan
seorang wanita yang dari keturunan Eva akan menang dan
meremukkan ular itu.6 Kepenuhan cinta Allah nyata dalam diri
Yesus Kristus yang dikandung oleh perawan Maria di mana
misteri inkarnasi menjadi misteri cinta Allah yang nyata dalam
hidup manusia. Maria telah mengalami secara langsung dalam
dirinya kehadiran Allah yang dinantikan itu. Ia yang transenden
kini telah dinyatakan melalui Maria yang mengandung dari Roh Kudus melalui kabar dari
Malaikat Tuhan kepadanya secara langsung.
5
Bdk. Benedict XVI, Deus Caritas Est Encyclical (Vatican City: 2005)
6
Bdk. Y.M. Seto Marsunu, Dari Penciptaan sampai Babel (Yogyakarta:2008), hlm. 60.
Ketika itu pagi-pagi benar, Maria Magdalena perg ke kubur sesampainya di sana ia
melihat batu kubur itu telah diambil dari kubur itu. Maka, ia memanggil Simon Petrus dan
Kebangkitan Kristus nyata melalui kubur kosong yang mana dilihat oleh Maria
Magdalena dan para murid
menyatakan suatu tanda bahwa
Allah menyatakan kemuliaan-Nya
melalui Putera-Nya yang bangkit
dan mengosongkan „kubur fana‟
itu. Kubur yang kosong menjadi
tanda bahwa kubur bukanlah
tempat bagi kematian tetapi
menjadi suatu jalan masuk menuju
kehidupan kekal. Kegelapan kubur
bukan menjadi suatu hal yang menakutkan tetapi menjadi suatu kegembiraan dalam Tuhan.
Kubur Kosong menjadi tanda bahwa Kristus telah bangkit dan akan selalu hadir dan
menyertai umat-Nya. Ia tidak lagi mati, tapi kini bangkit dengan jaya.
Peristiwa pentakosta di mana terjadi tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah
dan saat itu, Roh Kudus dalam wujud lidah-lidah api hinggap di kepala mereka. Mereka
mulai berbicara dalam berbagai bahasa seperti yang diberikan oleh Roh Kudus untuk
dikatakan.
Peristiwa pertobatan Paulus ini adalah kisah saat ia berada dalam perjalanan menuju
Damsyik. Saat itu ia tiba-tiba ia jatuh karena melihat cahaya yang sangat terang. Dari situlah
ia mendengar suara yang mengatakan bahwa ia telah menyiksa umat Allah di mana ia pun
telah menyiksa Tuhan. Saat itu pun dia menjadi buta. Maka Allah mengutus Ananias untuk
mentobatkan Paulus. Akhirnya, setelah dibaptis oleh Ananias, Paulus bertobat dan ia dapat
melihat kembali.
Tanda alamiah atau natural sign merupakan salah satu wujud kehadiran yang Ilahi yang
sejak zaman dahulu telah dirasakan, dihayati dan dipercayai. Tanda maupun peristiwa yang
terjadi pada zaman dulu itu, merupakan suatu bentuk penghayatan akan suatu yang
transenden yang hadir dalam tanda alam tersebut. Kepercayaan mengenai tanda alam itu,
kemudian disebut sebagai kepercayaan natural atau nature religion. Kemudian kepercayaan
ini terus berkembang dan mulai memperlihatkan pengetahuan tentang apa maksud dari tanda
alam itu. Maka hal itu disebut sakramentalisme kosmik yang mana melihat tanda alam
(kosmik) sebagai wujud kehadiran yang transenden. Setelah itu, muncul dalam kalangan
bangsa Israel yang menerima Sabda dan Wahyu Ilahi dari pengajaran dan pemberitaan para
nabi bahwa tanda-tanda yang mereka lihat dan hayati itu merupakan tanda kehadiran Allah.
Dialah yang transenden itu, yang tak diketahui oleh manusia. Ini yang menjadi
sakramentalisme Perjanjian Lama bahwa Teofani atau kehadiran Allah itu dinyatakan melalui
Sabda dan tindakan-Nya terhadap bengsa Israel yang membawa mereka pada kebebasan
terhadap perbudakan di Mesir dan menuntun mereka masuk ke Tanah Kanaan yang pun
dinyatakan lewat tanda-tanda alamiah.
Seluruh Sakramentalisme berpuncak pada diri Yesus. Kehadiran Allah yang nyata dalam
diri Yesus sesungguhnya merupakan kepenuhan janji-Nya kepada umat Israel sejak dahulu.
Allah yang transenden itu, dengan cinta-Nya yang besar, maka Ia mengaruniakan Putera-Nya
yang tunggal kepada manusia. Ia mewahyukan diri-Nya dalam diri Putera-Nya itu.
Tanda yang dulunya „tak kelihatan‟ itu, kini secara konkret telah nyata dalam diri
Yesus Kristus. Ia adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Allah perjanjian lama telah
diwahyukan dalam diri Yesus. Perjanjian lama itu kini mencapai kepenuhan dan puncaknya
dalam diri Yesus, maka Dialah puncak seluruh sakramentalitas. Dialah sakramen utama,
sakramen induk, sumber dari segala sakramen dan segala sesuatu yang bercirikan sakramen.
Semua hal dan realitas yang berciri sakramental selalu menunjuk pada realitas terakhir yakni
kehidupan bersama dengan Allah, maka pantas Yesus Kristus disebut Sakramen Hidup Allah
sendiri. Dalam Yesus Kristus, Hidup Allah dinyatakan dan diwahyukan bukan hanya
sebagian tetapi sempurna dan total.7
7
Lih. Emanuel Martasudjita, Sakramen-Sakramen Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 73
8
Lih. Scott Hahn, Swear to God: The Promise and Power of Sacrament (London: 2004), hlm. 5