Anda di halaman 1dari 21

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT SEMINARI PINELENG (STF-SP)

SAKRAMENTOLOGI

(Drs. Julius Salettia, Lic.Th)

TUGAS SAKRAMENTOLOGI

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme

(Edisi Revisi)

Oleh:

Johanes Feygthi Sandehang

Program Studi Teologi-Semester II

Pineleng, 28 April 2020


Introduksi

Sakramentalisme adalah sebuah cara berpikir dalam melihat realitas yang kelihatan
secara fisik sebagai sebuah bentuk nyata kehadiran dari yang transenden, yang Ilahi. Hal itu
menjadi sebuah pengalaman mencari Allah dalam berbagai macam tanda-tanda alamiah dan
bagaimana manusia memaknai tanda-tanda itu dalam hidupnya. Tanda alamiah pada awalnya
dipercaya sebagai sebuah hal yang mistis, yang sebut mitos, mitologi, legenda dan
sebagainya.

Dalam perkembangannya, Groenen memandang bahwa ada tiga hal penting dalam
sakramentalisme yakni Epifani, Hierofani, dan Teofani bagaimana Allah hadir dan menyapa
umatNya. Dia yang tak kelihatan menjadi kelihatan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
apa yang diperbuat-Nya adalah manifestasi-Nya terhadap umat manusia yang dinyatakan
melalui simbol, tanda dan lambang.

”The sacramental is to continue in some specific way the active presence of God in
our midst and its own way of doing this is through symbolical actions which belong to
worship.”1 Sakramen menjadi suatu bentuk konkret kehadiran Allah dalam hidup manusia.
Tanda dan simbol yang konkret dan nampak secara inderawi itu menjadi sebuah tanda
kehadiran dan pernyataan perjanjian antara Allah dan manusia sejak dahulu, yakni pada
zaman perjanjian lama-sebelum Yesus Kristus hingga kedatangan Yesus Kristus-yang
merupakan wujud nyata Allah yang transenden-bagi umat Israel serta dunia sampai sekarang
dan waktu yang akan datang.

Sakramen berasal dari kata Latin sacramentum yang digunakan untuk menerjemahkan
kata Yunani mysterion dalam Kitab Suci. Makna dasar mysterion berhubungan dengan
pengalaman akan Yang Ilahi, yakni suatu pengalaman batin yang tak terlukiskan dengan
kata-kata karena berjumpa dengan Yang Ilahi.2 Dalam perjanjian lama, mysterion ini
menunjuk pada peristiwa di mana Allah yang menyingkapkan rencana penyelamatan-Nya
dalam sejarah manusia. Perjanjian baru memandang bahwa rencana penyelamatan Allah yang
dinyatakan dalam sejarah itu kini terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Dengan demikian, kata
mysterion yang diterjemahkan menjadi sacramentum itu berarti rencana keselamatan Allah
yang diwujudkan dalam sejarah yang berpuncak dalam diri Yesus Kristus. Beberapa
kepercayaan dan peristiwa yang menyatakan kehadiran yang Ilahi akan dijelaskan dalam
contoh-contoh bentuk penghayatan sakramentalisme dalam tugas ini.

1
Lih. Marcel van Caster, God’s Word Today (London: 1966), hlm. 69.
2
Lih. Emanuel Martasudjita, Sakramen-Sakramen Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 62

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 1


Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme

Sakramentalime menjadi sebuah pemahaman bahwa suatu tanda, simbol, lambang,


peristiwa maupun personal merupakan wujud kehadiran yang transenden, yang Ilahi, yang
suci. Itu semua terjadi dalam setiap kejadian yang ada dalam kehidupan manusia. Berikut ini
beberapa bentuk penghayatan sakramentalisme Kosmik, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
yang dihayati dari zaman ke zaman.

A. Sakramentalisme Kosmik

Sakramentalisme kosmik merupakan suatu penghayatan di mana gejala-gejala atau tanda-


tanda alam dihayati sebagai suatu bentuk kehadiran yang transenden yang tidak berasal dari
sebuah perisiwa sejarah atau bersifat mitologis. Sakramentalisme ini dihayati dalam
kepercayaan natural atau agama kosmik. Pada masa sekarang masih dapat dijumpai dalam
kebudayaan atau tradisi kedaerahan yang mana menjadi suatu kepercayaan yang melekat
pada hidup harian masyarakat dalam daerahnya masing-masing. Berikut ini beberapa hal
yang menyatakan bagaimana masyarakat menghayati sakramentalisme kosmik dalam hidup
sehari-hari mereka.

1. Menyapu Rumah saat Malam Hari (apalagi sampah atau kotoran yang disapu itu
langsung dibuang ke luar rumah artinya membuang rezeki).

Kegiatan menyapu rumah merupakan kegiatan yang biasa


saja. Kegiatan tersebut menjadi rutinitas harian yang dilakukan,
entah itu dilakukan pada pagi, siang atau malam hari. Namun
berbeda dengan masyarakat Talaud. Masyarakat Talaud
mengganggap bahwa menyapu rumah pada malam hari
memiliki unsur magis yakni ketika melakukan hal tersebut
maka keluarga dalam rumah tersebut membuang rezeki mereka.
Hal ini dinyatakan pada setiap gerakkannya yakni mengeluarkan sampah atau kotoran
dari dalam rumah, begitu pula dengan rezeki dari keluarga yang berada di dalam rumah
tersebut.

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 2


2. Beli/Jual Garam dan Jarum saat Malam Hari.

Jarum dan garam dari dulu dipercaya merupakan salah satu media yang digunakan dalam
prosesi yang berbau mistis. Hal tersebut berakar dari kepercayaan daerah yang
mengganggap bahwa garam dan jarum yang dijual atau dibeli pada
malam hari bisa saja garam dan jarum
yang diperuntukkan bagi aktivitas mistis
tersebut, seperti santet dan sebagainya. Hal ini dapat terjadi
dalam persaingan ekonomi; pedagang yang satu merasa tersaingi,
maka dengan menghalalkan segala cara untuk memenangkan persaingan tersebut dan
salah satu caranya adalah dengan melakukan aktivitas yag berbau mistis tersebut. Inilah
yang membuat jarum dan gambar tidak dijual atau dibeli pada malam hari.

3. Pergi ke tempat baru tidak boleh menunjuk tempat tersebut dengan jari, jika hal itu
terjadi maka tempat tersebut akan hilang atau jika itu adalah sebuah pulau, maka akan
terjadi ombak yang dashyat.
Kepercayaan masyarakat Talaud mengenai menunjuk-nunjuk di tempat baru
ini berakar dari cerita legenda Napombalu yakni sebuah gunung
laut di depan desa Damau yang disebabkan oleh Lawongo yang
menujuk ke arah laut, menunjuk pada sebuah barang asing. Orang
Talaud percaya bahwa seseorang yang menunjuk sesuatu barang di
tempat baru maka akan terjadi sesuatu. Hal ini dapat terjadi karena setiap
barang dan tempat dipercaya memiliki kekuatan gaib (animisme). Oleh
karena itu, ada beberapa tempat dilarang untuk menunjuk saat melewati tempat
tersebut.

4. Pergi ke suatu tempat baru (kebun) harus membasuh muka di sungai yang ia lewati di
tempat tersebut.
Saat mengunjungi tempat baru, orang-orang yang
baru saja datang dan mengunjungi tempat baru
tersebut, entah penduduk asli maupun pendatang
wajib untuk membasuh wajah mereka dengan air di

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 3


sungai pertama yan berada di tempat tersebut. masyarakat Talaud percaya bahwa di
tempat itu memiliki „penunggu‟ atau ada penjaganya, dengan kata lain memiliki unsur
gaib. Oleh karena itu, mereka yang datang harus membasuh wajah dengan air yang
dipecaya bahwa denga melakukan hal tersebut orang tersebut dapat dikenali oleh
„penunggunya‟ dan agar tidak mengalami sakit yang disebabkan oleh kekuatan gaib
tersebut atau agar ia dapat kembali ke desa tempat ia tinggal dengan selamat.

5. Suara burung yang melewati kampung adalah pertanda ada orang yang meninggal.

Dalam kepercayaan ini, alam memberikan


tanda tertentu untuk mengisyaratkan sesuatu.
Suara burung adalah salah satunya. Suara
seekor burung yang lewat atau mengitari
desa dipercaya memberikan berita mengenai
kedukaan atau akan ada orang yang meninggal di
desa tersebut.

6. Membawa lemon ‘suanggi’ ke tempat yang dituju dan


meletakkannya di atas pintu rumah dipercaya
mengusir dan menangkal kekuatan gaib.

Buah lemon suanggi atau jeruk purut adalah


media yang membantu menangkal kekutan jahat
menurut kepercayaan daerah masyarakat Talaud.
Buah ini selalu dibawa oleh ibu hamil saat dia jalan-jalan
keluar rumah dan diletakkan di ventilasi rumah di mana ibu hamil tersebut tinggal, jika
tidak demikian maka ibu tersebut akan mengalami sakit atau anak di dalam
kandungannya akan hilang atau ibu tersebut akan mengalami keguguran.

7. Omang batto’a (kelomang),


Omang batto’a (kelomang) adalah hewan sejenis
kerang laut yang ada di daerah pesisir pantai. Hewan
ini sangat sering muncul di rumah-rumah warga
yang berada di pesisir pantai. Hal ini biasa-biasa saja.
Namun tidak demikian bagi masyarakat Talaud.

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 4


Kelomang jika datang ke rumah, menandakan bahwa rumah keluarga tersebut akan
mendapatkan rezeki.

8. Membuat api unggun di belakang jendela kamar di mana bayi dan ibu yang baru
melahirkan berada dipercaya mengusir setan.

Api menjadi salah satu penangkal kekuatan jahat menurut


kepercayaan masyarakat Talaud. Api yang bersifat panas
dan membakar serta menerangi dipercaya membuat „setan‟
takut. Oleh sebab itu, api menjadi salah satu hal yang
dibuat oleh keluarga di mana ada ibu hamil. Api unggun
tersebut dibuat selama ada ibu hamil hingga anak lahir dan
dibuat di belakang bawah jendela kamar d mana ibu dan anak tersebut berada.

9. Manasyiolo’ga : Anak kecil yang baru saja bertemu dengan keluarga yang baru dia
kenal harus diberika peniti (atau barang yang lain) agar anak
tersebut tidak mengalami sakit.

Manasyolo’ga atau menimang anak adalah tradisi


masyarakat Talaud saat keluarga dari orangtua seorang
anak tersebut baru bertemu. Manasyiolo’ga ini dilakukan
dengan memberikan sesuatu seperti peniti atau barang lain
kepada anak tersebut. maksud dari hal itu adalah anak tersebut tidak mengalami sakit
karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan keluarga yang baru bertemu itu.

10. Membakar bawang merah saat anak menangis di tengah malam dipercaya mengusir
kuasa jahat yang mengganggu anak itu.

Bawang merah mempunyai banyak manfaat bagi


kesehatan. Manfaat bawang ini dipercaya sebagai obat
tradisional untuk mengtasi flu dan sebagainya juga
menetralisir ruangan. Masyarakat Talaud percaya bahwa
ketika anak kecil menangis saat malam hari untuk
mengatasi hal itu, maka orang tua atau orang yang menjaga anak tersebut membakar
bawang dengan lilin. Mereka menganggap bahwa ketika anak mengalami hal tersebut ada
gangguan kekuatan jahat maka mereka melakukan hal tersebut.

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 5


B. Sakramentalisme dalam Perjanjian Lama

Bentuk-bentuk Sakramentalisme Kosmik dalam Perjanjian Lama merupakan bentuk-


bentuk kehadiran Allah (Theofani) melalui tanda, sabda dan tindakan Allah kepada manusia
khususnya Bangsa Israel pada Zaman Perjanjian Lama dan bagaimana bangsa itu dalam
menyadari kehadiran-Nya. Itu semua terjadi dalam beberapa peristiwa berikut ini.

1. Pelangi: Busur di atas Awan (Kej. 9: 11-17)

Setelah air bah disurutkan oleh Tuhan, yang mana pada waktu itu Tuhan
menyelamatkan Nuh beserta keluarganya dan
margasatwa yang dibawa oleh Nuh seperti yang
diperintahkan-Nya kepada Nuh, maka Ia membuat
perjanjian dengan Nuh sebagai Tanda pengingat bahwa
Ia takkan lagi membinaskan manusia dengan air bah. Ini
menjadi satu bentuk sakramentalisme kosmik di mana
Busur-Nya akan ditaruh di awan yang sekarang disebut pelangi ini menjadi tanda
kehadiran sekaligus perjanjian Allah bagi manusia di mana Allah bersabda, bertindak dan
memberi tanda.

2. Semak Duri Bernyala (Kel.3:2)

Dalam kisah pengutusan Musa, Allah


menampakkan diri kepadanya melalui semak
duri yang bernyala tapi tak terbakar. Melalui
semak duri yang bernyala ini Tuhan bersabda
kepada Musa bahwa Ia telah menguduskan
tempat itu (Gunung Horeb) sebagai tempat
kudus. Di situlah Musa diutus Tuhan untuk
memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir. Hal itu menjadi tanda perjanjian
antara Allah dan manusia. Perjanjian untuk membawa Bangsa Israel bebas dari
perbudakan Bangsa Mesir dan Tuhan akan selalu menyertai bangsa itu.

3. Laut Merah Terbelah (Kel. 14:21-29)

Peristiwa Laut Teberau terbelah (Laut Merah) ini menjadi suatu tanda terbesar Allah
yang menyatakan kemahakuasaan-Nya kepada Manusia. Tanda ini menjadi suatu

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 6


perjanjian di mana bangsa Israel terlepas dari Firaun
dan mulai memasuki awal baru di mana Tuhan, Allah
telah menyediakan tempat baru bagi mereka. Saat itu
Musa membelah Laut Merah dengan tongkatnya
seperti yang diperintahkan oleh Tuhan. Akhirnya
terbelahlah laut itu dan bangsa Israel berjalan melalui dasar laut itu dengan air laut itu
sebagai tembok disamping kanan dan kiri mereka.

4. Embun (Kel. 16: 4-35)

Manna diturunkan Tuhan, Allah pada pagi, di mana bangsa itu selalu mengeluh
meminta makanan kepada Musa dan agar Musa
memberitahukan hal itu kepada Tuhan. Akhirnya, Tuhan
Allah, menurunkan embun yang kemudian perlahan-lahan
menjadi keras di mana orang-orang Israel itu mulai
memungutnya dan memasak serta memasakknya kemudian
memakannya. Bangsa Israel memakannya selama 40 tahun
lamanya. Itu menjadi tanda kemahakuaasaan dan kehadiran-
Nya kepada bangsa itu, di mana bangsa itu terus meminta.

5. Mata Air Masa dan Meribah (Kel. 17:1-7)

Peristiwa yang terjadi di sini merupakan peristiwa atau kejadian di mana bangsa Israel
yang haus meminta air kepada Musa dan mulai
mengeluh serta mempertanyakan Tuhan. Maka Tuhan,
Allah menyatakan kemahakuasaan-Nya dengan
memerintahkan Musa memukulkan tongkatnya pada
gunung batu di Horeb itu sehingga mencuatlah air dari
batu itu sehingga mereka dapat minum dari mata air
tersebut. Maka, tempat itu disebut Masa dan Meribah,
karena bangsa itu mempertanyakan dan mencobai Tuhan. Oleh sebab itu, melalui mata air
itu Ia menghadirkan diri dan menyatakannya demi bangsa itu.

6. Bunyi Sangkakala (Kel.19:16-20)

Bunyi sangkakala yang disertai dengan berbagai macam kejadian alam pada waktu itu
yang terjadi di padang gurun dekat gunung Sinai di mana Musa menerima loh hukum dari

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 7


Tuhan. Saat itulah Tuhan menyatakan kemuliaan-Nya dan
memenuhi kemah kediaman Allah. Allah menyatakan diri-
Nya dan bersabda kepada bangsa itu. Pada waktu itu, bangsa
Israel menjadi takut dan semuanya menunduk ketakutan.
Melalui peristiwa itu, Tuhan menyatakan diri-Nya yang
mana bangsa itu selalu meminta kepadaNya untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

7. Tabut Perjanjian (Kel. 25:10-22)

Tabut perjanjian dengan dua kerub di atasnya yang di dalamnya diletakkan loh batu
yang diterima Musa, menyatakan kehadiran Allah yang
selalu menyertai bangsa itu dalam setiap waktu serta
menjadi suatu tanda pengingat akan perjanjian yang
telah dibuat bangsa itu dengan Tuhan Allah di mana
Allah akan selalu dipuja dan disembah, tidak yang lain.
Tabut perjanjiannya terbuat dari bahan terpilih dan
terbaik dari semuannya, dengan jumlah yang telah
ditetapkan Tuhan Allah untuk dilaksanakan. Tabut ini
menjadi tanda kehadiran Allah yang menyatakan diriNya melalui apa yang ia perintahkan
untuk dilakukan.

8. Dua Loh Batu (Kel.31:18)

Dua loh batu ini merupakan tulisan hukum yang diberikan


Allah kepada Musa dan bangsa Israel untuk ditaati. Dua loh
hukum pertama yang diberikan Allah kepada Musa di gunung
Sinai telah dipecahkan oleh Musa dan akhirnya Musa membuat
yang baru. Loh Batu yang bertuliskan hukum Allah ini mejadi
tanda bahwa Allah hadir melalui Sabda dan apa yang ia lakukan.
Dua loh batu ini kemudian diletakkan dalam tabut perjanjian yang menjadi kekuatan bagi
orang Israel dalam perjalanan mereka menuju tanah Kanaan.

9. Tiang Awan (Bil.9:15-23)

Tiang Awan merupakan tanda kehadiran Allah kepada Bangsa Israel. Pada waktu itu
tiang awan kelihatan pada siang dan seperti api pada malam hari, tidak menetap untuk

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 8


waktu yang lama di atas kemah suci dan saat itulah bangsa
itu akan berjalan dan ketika tiang awan itu bergerak begitu
pula dengan mereka. Melalui tiang awan ini, Allah hadir
dan menyatakan titah-Nya kepada bangsa Israel, dengan
perantaraan Musa. Tiang awan ini menjadi penuntun
bangsa Israel menuju Tanah Terjanji. Tuhan menyatakan
dirinya melalui tanda alam ini yang dipercaya bangsa Israel sebagai tanda kehadiran
Allah akan membawa mereka kepada Tanah Terjanji.

10. Burung Puyuh (Bil. 11:31-33)

Burung puyuh diturunkan Tuhan, Allah kepada bangsa Israel yang bersungut-sungut
meminta makan daging karena mereka telah bosan memakan roti yang diberikan kepada
mereka itu. Burung puyuh diturunkan Tuhan selama seharian sepanjang hari itu, di mana
Tuhan murka kepada mereka yang bersungut-sungut meminta kepadaNya serta mulai
mempertanyakan Allah. mereka pun mengumpulkan burung puyuh yabg bayak itu ke
dalam keranjang-keranjang mereka. Tuhan menyatakan diri-Nya melalui apa yang
dibuat-Nya itu. Ia tetap selalu membuat bangsa itu selalu percaya akan dia dan takkan
membiarkan mereka binasa dan kelaparan.

11. Ular Tembaga (Bil.21:6-9)

Ular tembaga dibuat oleh Musa atas perintah Tuhan, Allah. Hal ini terjadi karena
bangsa Israel mulai durhaka dan tidak percaya
pada Tuhan serta tidak mendengarkan Musa
kemudian mulai melawan Allah. Maka, Tuhan
menyuruh ular-ular untuk memagut bangsa itu
supaya membinasakan mereka semua. Lalu
Musa berdoa kepada Tuhan agar diberhentikan
oleh-Nya semua itu. Kemudian Tuhan Allah menyuruh Musa untuk membuat ukar
tembaga dan menempatkan ular itu pada sebuah tiang, supaya siapa yang dipagut ular dan
memandangnya maka, ia akan selamat. Dengan demikian, maka Allah menyatakan diri
melalui setiap peristiwa ini di mana Allah mengajarkan agar selalu taat dan setia pada-
Nya.

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 9


12. Menyeberangi Sungai Yordan (Yos. 3:13-17)

Peristiwa Penyeberangan bangsa Israel di


Sungai Yordan ini berbeda dengan peristiwa
bangsa Israel melewati Laut Teberau yang
terbelah. Ketika mereka akan menyeberang,
Allah bersabda kepada Yosua agar
memmerintahkan kedua belas tua-tua dari
setiap suku untuk mengangkat tabut perjanjia
dan saat mereka melewati sungai itu, maka sungai itu akan kering. mereka melakukan
demikian. Selama para pengusung tabut itu masih di dasar sungai itu, maka tetap
keringlah sungai itu, sehingga bangsa itu dapat melewatinya. Allah menyatakan diriNya
dan melakukan itu demi bangsa-Nya.

13. Kedua Belas Batu Peringatan (Yos. 4: 4-6)

Kedua belas orang dari setiap suku bangsa Israel diperintahkan Yosua untuk
mengambil satu batu perorang-sebagai peringatan
akan peristiwa di mana bangsa Israel telah
menyeberangi sungai Yordan yang kering-seperti
yang diperintahkan Tuhan kepada Yosua untuk
dilakukan. Maka mereka melakukan demikian.
Batu itu menjadi tanda peringatan bagi bangsa
Israel-bahwa Allah menyelamat bangsa itu dan
bahwa bangsa itu telah berjalan melewati dasar sungai Yordan yang kering-untuk selama-
lamanya.

14. Angin Sepoi-sepoi (1 Raj. 19:12)

Allah bersabda dan menyatakan diri-Nya kepada Elia


di Gunung Horeb, melalui anging sepoi-sepoi basa yang
awalnya didahului angina besar dan kuat, disusul gempa
bumi dan api. Allah hadir dalam ketenangan angin yang
tidak membuat kegaduhan. Dalam peristiwa itu Allah

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 10


menegur Elia dan menyuruhnya untuk kembali kepada tugasnya serta menguatkan dia
yang takut akan penguasa pada zaman itu yang membinasakan para nabi dan
menghancurkan mezabah-mezbah bagi Allah.

15. Ikan : Jantung, Hati dan Empedu (Tob. 6:1-9)

Kisah mengenai „Jantung, Hati dan Empedu‟ ikan yang menyembuhkan penyakit ini
berasal dari kisah antara Malaikat Rafael dan Tobia dalam
perjalanan mereka menuju Negeri Midian. Saat hari malam
maka mereka bermalam di dekat sungai Tigris. Ketika ia
hendak membasuh kakinya di sungai, sesekor ikan mau
menelan kakinya. Malaikat itu menyuruhnya menangkap
ikan itu kemudian mengambil jantung, hati dan empedu
dari ikan itu. Lalu sampai di negeri Midian, malaikat itu
menyuruh agar jantung dan hati ikan itu diasapkan di depan kaki orang yang kerasukan
setan maka lenyaplah gangguan itu. Empedu itu diurapkan pada orang yang matanya
kena bintik-bintik putih, sembuhlah orang itu. Allah menyatakan diri-Nya melalui
berbagai hal yang dilakukannya melalui apa pun yang ada di sekitar manusia.

C. Sakramentalisme Perjanjian Baru

Sakramentalisme perjanjian baru disatukan dalam misteri inkarnasi dalam karya


peyelamatan Allah kepada manusia. Epifani, Hierofani, dan Teofani terpenuhi dalam diri
Yesus Kristus. Pribadi yang bersabda dan bertindak dengan kuasa Ilahi menjadi sebuah
tindakan penyelamatan secara nyata. “The Incarnation is an event. The redeeming action of
God in Christ is realized in historical actions”.3 Kekuatan penyelamatan Allah terjadi
melalui Perkataan dan tindakan; siapa yang telah melihat Yesus, dia telah melihat diri Allah
sendiri (bdk Yoh. 14:8). Yesus Kristus adalah yang kelihatan dari Allah yang tak kelihatan,
yang transenden, dan melampaui pikiran manusia.

“Sabda telah menjadi Manusia” (Yoh 1:14). Inkarnasi Yesus Kristus, Putera Bapa adalah
kehadiran Allah bagi umat manusia. Yesus Kristus menjadi manifestasi diri Allah yang
transenden dan melampaui segala sesuatu. Yesus Kristus-lah Teofani yang mana Allah
bersabda, berkarya, dan memberi tanda yang riil, kelihatan dan nyata bagi manusia. Dialah
tanda yang kelihatan dari rahmat yang tak kelihatan dan kepenuhan cinta Allah yang
transenden kepada manusia. Cinta-Nya nyata dalam diri Putera-Nya yang mengorbankan diri

3
Ibid, hlm. 69

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 11


demi manusia dalam Misteri Paskah, yakni sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan
Putera-Nya serta mengutus Roh Kudus untuk membimbing manusia sampai pada kepenuhan
akhir yakni bersatu dalam Dia. Paulus mengatakan bahwa Ia merupakan “Imago Dei” (bdk.
2Kor 4:4). Dalam Dialah rencana keselamatan Allah dinyatakan dan dihadirkan.

Beberapa peristiwa yang menyatakan sakramentalisme dalam perjanjian baru yang


merupakan karya Allah bagi manusia akan digambarkan dan dijelaskan berikut.

1. Angin dan Danau Taat kepada Yesus (Mat. 8:27)

Heranlah orang-orang itu, katanya: “orang apakah Dia ini, sehingga angin dan danau taat
kepada-Nya.” Kekaguman ini berasal dari kisah di mana Yesus meredakan angin ribut. Saat
itu terjadi, Yesus dan para murid-Nya beserta beberapa orang berada di sebuah perahu. Tiba-
tiba terjadi badai yang membuat para murid khawatir jangan-jangan kapal yang mereka naiki
itu akan tenggelam. Namun, Yesus hanya tidur di buritan. Ketika ketakuta para murid
memuncak, mereka membangunkan Yesus dan memohon pertolongan dari-Nya. Akhirnya,
Yesus menghardik angin itu sehingga danau menjadi teduh sekali. Maka heranlah orang-
orang di situ akan apa yang dilakukan-Nya terhadap angin itu.

Peristiwa ini menjadi suatu tanda di mana Allah menyatakan kemahakuasan-Nya dalam
diri Yesus Kristus. Yesus yang menghardik angin ribut merupakan tanda kehadiran Allah
yang riil kepada manusia. Pribadi Yesus
dan apa yang ia perbuat terhadap angin dan
danau itu, merupakan suatu tanda kehadiran
Allah yang menyertai dan mendampingi
umat manusia dalam setiap waktu dan
dalam situasi dan kondisi; suka maupun
duka. Yesus-lah Teofani yang nyata dalam
hidup manusia yang pada saat kejadian itu, semua orang yang hadir di situ melihat dan
menyaksikan apa yang dilakukan Allah bagi mereka secara langsung.

2. Yesus Berjalan di atas Air (Mat. 14:33)

Yesus datang kepada para murid-Nya saat para murid berada di kapal di tengah-tengah
danau waktu malam hari yang mana saat itu pula terjadi angina ribut. Ia pergi kepada mereka
dengan berjalan di atas air. Maka, hal itu yang membuat para murid menjadi takut dan

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 12


menganggap Yesus sebagai hantu. Yesus terus berjalan mendekati perahu para murid itu.
Sebelum Yesus sampai kepada mereka, Ia berkata: “tenanglah, Aku ini, jangan takut.” Maka
ketika Yesus memanggil untuk datang pada-Nya, Petrus pun datang kepada-Nya, berjalan di
atas air. Ketika angin bertiup, takutlah Petrus dan ia mulai tenggelam. Yesus pun mengulurka
tangan-Nya dan menolong Petrus. Lalu Yesus dan Petrus naik ke perahu dan redalah angin
itu. Maka kata Petrus: “sesungguhnya Engkau Anak Allah.”

Ketika hal itu terjadi, sesungguhnya menjadi suatu


peristiwa yang menggambarkan betap umat manusia
terkadang tak mampu mengatasi permasalahan dan cepat
terjatuh kedalam keterpurukan. Hidup manusia seperti
perahu yang berada di tengah danau. Terkadang hidup berada
dalam keterpurukan dan ketika Yesus datang dan meminta
kita untuk berada bersama-Nya, manusia hanya
mengharapkan kesenangan dan tidak mencari jawaban
permasalahan itu melalui setiap usaha yang dilakukan.
Akhirnya, ketika masalah yang lain datang (angin yang
bertiup), jatuh dan mulai tenggelam. Yesus Kristus yang adalah perwujudannyata dari Allah
yang Mahabaik; Ia menolong dan membantu kita saat kita mulai tenggelam dalam
permasalahan hidup. Yesus Kristus yang berjalan di atas air menjadi tanda bahwa Allah
mampu untuk melakukan segalanya dan alam pun tak menjadi penghalang Kemahakuasaan-
Nya. Ia hadir dalam setiap waktu, di mana pun dan kapan pun. Dia menolong di saat kita
selalu membutuhkan-Nya.

3. Engkaulah Putera-Ku yang Kukasihi dengarkanlah Dia (Mrk. 1: 11)

Dalam kisah pembaptisan Yesus di Sungai Yordan, Yohanes Pembaptis pada waktu itu
melihatt langit terbuka dan Roh Allah turun atas Yesus seperti burung merpati. Ketika itu
terdengarlah suara dari surga yang bersabda “Engkaulah,
Putera Allah yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan.”
Pertama, Yohanes Pembaptis merupakan seorang nabi yang
telah diramalkan sejak dahulu. Dia yang akan menyiapkan
jalan bagi kedatangan Mesias, yakni Yesus Kristus. Kedua,
Sungai Yordan merupakan tempat bersejarah bangsa Israel.
Bangsa Israel melewati sungai Yordan yang kering saat
perjalanan mereka menuju Tanah Kanaan. Tempat itu

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 13


menjadi tempat perjanjian dan pengingat dari perbuatan menganggukan yag dilakukan Allah
kepada mereka. Ketiga, Yesus Kristus adalah Yosua baru (Ibrani: „Yehoshua‟) 4yang akan
menyelamatkan bangsa Israel dari dosa dan kesalahan mereka. Pada waktu lalu, Yosua bin
Nun menuntun dan membawa masuk bangsa Israel masuk ke Tanah Kanaan, sekarang Yesus
Kristus yang akan membawa umat manusia masuk dalam kebahagiaan dalam kesatuan dalam
cinta bersama Allah. Dia merupakan kepenuhan cinta Allah yang transcenden kepada
manusia yang dinyatakan secara nyata yang dapat dilihat, didengar dan dialami. Ia menjadi
tanda kehadiran Allah yang menyelamatkan manusia dan memperdamaikannya dengan Allah
melalui misteri Paskah. Ia yang masuk ke dalam sungai yordan merupakan tanda penyerahan
diri-Nya dalam Karya yang akan dikerjakan-Nya, misteri Paskah yang akan dihadirkan-Nya
dan kepenuhan janji-Nya dalam Roh Kudus bagi manusia. Keempat, Merpati merupakan
Lambang Roh Allah yang akan menyertai manusia yang kini nyata dalam diri Putera-Nya.
Merpati pula menjadi lambang perdamaian di mana Yesus adalah pembawa damai dan Ialah
damai itu. Kelima, Suara Allah merupakan Allah yang bersabda dan menyatakan diri yang
mana Ia menegaskan bahwa Kristus merupakan Putera-Nya. Yesus Kristus-lah Teofani yang
nyata di mana Allah menyatakan kehadiran cinta-Nya dan rahmat-Nya yang tak terhingga
kepada manusia.

4. Yesus Menyembuhkan Orang Tuli dan Bisu (Mrk. 7:37)

Yesus menyembuhkan orang bisu dan tuli dengan cara yang berbeda. Ketika Dia berada
di daerah Dekapolis, orang banyak datang kepada-Nya. Mereka memohon kepada-Nya aga Ia
menyembuhkan orang bisu dan tuli yang dibawa
kepada-Nya oleh mereka itu. Kemudian, ia
memisahkan dia dari orang banyak. Setelah itu, ia
memasukkan jarinya ke telinga orang itu, lalu meludah
dan merabah lidah oran itu dan berkata: “Efata”. Saat
itu juga, terbukalah telinga orang itu dan terlepas pula
pengikat yang mengikat lidah orang itu, lalu ia mulai
berkata-kata. Maka orang di situ heran dan berkata: “Ia
menjadikan segalanya baik…”

Apa yang telah dilakukan Yesus terhadap orang


bisu dan tuli itu merupakan karya Allah yang menyatakan tanda kehadiran cinta-Nya kepada

4
Nama ibrani „Yosua‟ atau „Yehoshua‟ dalam bahasa Yunani dialihbahasakan menjadi „Yesus‟. Artinya, Allah
adalah keselamatan atau juruselamat. Yesus Kristus merupakan Yosua baru yang akan menyelamatkan umat
Israel.

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 14


manusia. Ia takkan pernah membiarkan orang yang memohon kepadanya tak menerima apa-
apa. Dia mampu menyembuhkan segalanya dan membuat segalanya dengan baik. Karena Ia
adalah tanda kasih Allah yang nyata dalam diri manusia yang dirasakan secara langsung.
Dialah kasih itu sendiri.5 Yesus dengan sabda dan tindakan-Nya secara langsung kepada si
sakit menjadi tanda kehadiran Allah yang secara jelas dihadirkan kepada umat manusia;
langsung kepada manusia itu sendiri.

5. Maria Menerima Kabar Sukacita dari Malaikat Tuhan (Luk. 1:35)

Kisah ini merupakan kisah pemberitahuan kepada Maria oleh Malaikat Gabriel bahwa
Maria akan mengandung dari Roh Kudus. Dan anak yang akan dilahirkan itu akan disebut
Kudus Anak Allah. Kabar Sukacita ini memberikan kegembiraan kepada dunia dan
bagaimana Allah tak akan pernah meninggalkan umat-Nya dan akan selalu menepati janji-
Nya yakni dengan mengutus penyealamat bagi umat manusia.
Pertama, kahadiran dan Berita dari malaikat itu merupakan
tanda bahwa Allah selau ada dan menyertai umat-Nya. Kedua,
Maria merupakan simbol janji Allah yang mana Ia merupakan
seorang wanita yang dari keturunan Eva akan menang dan
meremukkan ular itu.6 Kepenuhan cinta Allah nyata dalam diri
Yesus Kristus yang dikandung oleh perawan Maria di mana
misteri inkarnasi menjadi misteri cinta Allah yang nyata dalam
hidup manusia. Maria telah mengalami secara langsung dalam
dirinya kehadiran Allah yang dinantikan itu. Ia yang transenden
kini telah dinyatakan melalui Maria yang mengandung dari Roh Kudus melalui kabar dari
Malaikat Tuhan kepadanya secara langsung.

6. Maria dan Elisabet Penuh Sukacita (Luk. 1: 43)

Peristiwa itu adaah kunjungan Maria kepada Elisabet.


Maria datang ke rumah Elisabet dan bertemu dengannya.
Elisabet penuh dengan Roh Kudus dan berkata: “Siapakah
aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku.”
Kunjungan ini merupakan pertemuan antara Mesias yang
dikandung oleh Maria dan sang nabi yang akan
menyiapkan kedatanga Mesias itu yang dikandung oleh

5
Bdk. Benedict XVI, Deus Caritas Est Encyclical (Vatican City: 2005)
6
Bdk. Y.M. Seto Marsunu, Dari Penciptaan sampai Babel (Yogyakarta:2008), hlm. 60.

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 15


Elisabet. Kunjungan itu merupakan tanda kehadiran Allah yang menyapa melalui Maria yang
sedang mengandung Putera Allah kepada umat-Nya. Perbuatan dan kehadiran Allah nyata
dalam diri para wanita ini. Maria mengandung di usia muda dan Elisabet di usia lanjut yang
secara biologis tak lagi mustahil dengan kemungkinan sangat kecil, Namun bagi Allah tak
ada yang mustahil. Elisabet teah merasakan secara nyata, kehadiran Allah yang dinyatakan
dalam dirinya melalui Yohanes yang dikandungnya dalam usia lanjut dan Maria yang
mengandung Putera Allah yang datang mengunjunginya. Allah yang hadir dalam diri Maria,
dirasakannya dan ia menerima rahmat Allah itu dengan Roh Kudus yang memenuhinya.

7. Air menjadi Anggur dalam Pesta Pernikahan di Kana (Yoh. 2:9)

Peristiwa ini terjadi di kana


waktu acara pernikahan di
mana Yesus, Maria dan para
murid-Nya hadir di situ. Saat
itu tuan pesta kehabisan
anggur dan para pelayan
menjadi panik dan mulai
cemas serta bingun bagaimana
mereka mendapatkan anggur di
saat seperti itu. Maria melihat hal itu dan langsung meminta agar Yesus melakukan sesuatu
untuk membantu mereka. Akhirnya, ia menyuruh para pelayan menuangkan air ke dalam
tempayan yang ada di situ, lalu mencedoknya dan membawanya kepada para tamu. Lalu
terjadilah mukjizat di mana saat tuan pesta meminum air itu, bukanlah air tetapi anggur yang
mereka minum. Inilah yang menjadi mukjizat awal dalam karya-Nya di dunia. Kehadiran
Allah yang menyelamatkan dan menolong nyata dalam diri Yesus Kristus. Dia mampu
melakukan apa saj demi manusia. Air menjadi anggur menjadi tanda bahwa tubuh yang fana
manusia dapat diubah menjadi tubuh yang tak dapat mati melalui Yesus Kristus. Dia yang
akan membawa manusia pada kenikamatan sejati yang telah tersedia bersama Bapa yakni
kehidupan kekal yang akan diberikan kepada manusia dalam Misteri Paskah Kristus.

8. Kebangkitan Yesus: Kubur Kosong (Yoh. 20: 1-10)

Ketika itu pagi-pagi benar, Maria Magdalena perg ke kubur sesampainya di sana ia
melihat batu kubur itu telah diambil dari kubur itu. Maka, ia memanggil Simon Petrus dan

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 16


murid yang lain dan mereka melihat kbur itu telah kosong. Mereka menyangka bahwa Tuhan
hilang. Mereka belum mengerti apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Yesus yang akan
bangkit.

Kebangkitan Kristus nyata melalui kubur kosong yang mana dilihat oleh Maria
Magdalena dan para murid
menyatakan suatu tanda bahwa
Allah menyatakan kemuliaan-Nya
melalui Putera-Nya yang bangkit
dan mengosongkan „kubur fana‟
itu. Kubur yang kosong menjadi
tanda bahwa kubur bukanlah
tempat bagi kematian tetapi
menjadi suatu jalan masuk menuju
kehidupan kekal. Kegelapan kubur
bukan menjadi suatu hal yang menakutkan tetapi menjadi suatu kegembiraan dalam Tuhan.
Kubur Kosong menjadi tanda bahwa Kristus telah bangkit dan akan selalu hadir dan
menyertai umat-Nya. Ia tidak lagi mati, tapi kini bangkit dengan jaya.

9. Turunnya Roh Kudus (Kis. 2: 2-4)

Peristiwa pentakosta di mana terjadi tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah
dan saat itu, Roh Kudus dalam wujud lidah-lidah api hinggap di kepala mereka. Mereka
mulai berbicara dalam berbagai bahasa seperti yang diberikan oleh Roh Kudus untuk
dikatakan.

Pertama, angin yang keras menyatakan suatu tanda


di mana Allah yang maha kuasa menyatakan
kehadiranNya dalam setiap fenomena yang disadari
dan dialami oleh manusia secra langsung. Kedua,
Lidah-lidah api merupakan tanda kehadira Allah dalam
Roh Kudus yang menyatakan cinta-Nya yang berkobar-
kobar kepada manusia. Ia menepati janji-Nya yakni

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 17


dengan mengutus Roh Kudus yang akan menyertai manusia selama-lamanya.

10. Cahaya Memancar dari Langit (Kis. 9: 2-19a)

Peristiwa pertobatan Paulus ini adalah kisah saat ia berada dalam perjalanan menuju
Damsyik. Saat itu ia tiba-tiba ia jatuh karena melihat cahaya yang sangat terang. Dari situlah
ia mendengar suara yang mengatakan bahwa ia telah menyiksa umat Allah di mana ia pun
telah menyiksa Tuhan. Saat itu pun dia menjadi buta. Maka Allah mengutus Ananias untuk
mentobatkan Paulus. Akhirnya, setelah dibaptis oleh Ananias, Paulus bertobat dan ia dapat
melihat kembali.

Sesungguhnya, peristiwa ini merupakan


tanda di mana Allah akan selalu menyertai
umt-Nya dan membawa kembali umat-Nya
yang berdosa dan mulai berada di jalan yang
lain kembali kepada-Nya dan menjadi
pengikut-Nya. Allah hadir melaui cahaya itu
dan Sabda-Nya secara langsung kepada
Paulus. Kehadiran Allah dalam cahaya itu menjadi tanda kehadiran-Nya dan pernyataan diri-
Nya kepada Paulus bahwa Ia itu ada dan akan selalu ada. Kehadiran Allah yang nyata dalam
diri Paulus itu membuatnya bertobat dan menjadi pengikut Kristus.

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 18


Kesimpulan

Tanda alamiah atau natural sign merupakan salah satu wujud kehadiran yang Ilahi yang
sejak zaman dahulu telah dirasakan, dihayati dan dipercayai. Tanda maupun peristiwa yang
terjadi pada zaman dulu itu, merupakan suatu bentuk penghayatan akan suatu yang
transenden yang hadir dalam tanda alam tersebut. Kepercayaan mengenai tanda alam itu,
kemudian disebut sebagai kepercayaan natural atau nature religion. Kemudian kepercayaan
ini terus berkembang dan mulai memperlihatkan pengetahuan tentang apa maksud dari tanda
alam itu. Maka hal itu disebut sakramentalisme kosmik yang mana melihat tanda alam
(kosmik) sebagai wujud kehadiran yang transenden. Setelah itu, muncul dalam kalangan
bangsa Israel yang menerima Sabda dan Wahyu Ilahi dari pengajaran dan pemberitaan para
nabi bahwa tanda-tanda yang mereka lihat dan hayati itu merupakan tanda kehadiran Allah.
Dialah yang transenden itu, yang tak diketahui oleh manusia. Ini yang menjadi
sakramentalisme Perjanjian Lama bahwa Teofani atau kehadiran Allah itu dinyatakan melalui
Sabda dan tindakan-Nya terhadap bengsa Israel yang membawa mereka pada kebebasan
terhadap perbudakan di Mesir dan menuntun mereka masuk ke Tanah Kanaan yang pun
dinyatakan lewat tanda-tanda alamiah.

Seluruh Sakramentalisme berpuncak pada diri Yesus. Kehadiran Allah yang nyata dalam
diri Yesus sesungguhnya merupakan kepenuhan janji-Nya kepada umat Israel sejak dahulu.
Allah yang transenden itu, dengan cinta-Nya yang besar, maka Ia mengaruniakan Putera-Nya
yang tunggal kepada manusia. Ia mewahyukan diri-Nya dalam diri Putera-Nya itu.

Tanda yang dulunya „tak kelihatan‟ itu, kini secara konkret telah nyata dalam diri
Yesus Kristus. Ia adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Allah perjanjian lama telah
diwahyukan dalam diri Yesus. Perjanjian lama itu kini mencapai kepenuhan dan puncaknya
dalam diri Yesus, maka Dialah puncak seluruh sakramentalitas. Dialah sakramen utama,
sakramen induk, sumber dari segala sakramen dan segala sesuatu yang bercirikan sakramen.
Semua hal dan realitas yang berciri sakramental selalu menunjuk pada realitas terakhir yakni
kehidupan bersama dengan Allah, maka pantas Yesus Kristus disebut Sakramen Hidup Allah
sendiri. Dalam Yesus Kristus, Hidup Allah dinyatakan dan diwahyukan bukan hanya
sebagian tetapi sempurna dan total.7

Di dalam setiap perbutan-Nya, Yesus memiliki dan menunjukkan kehadiran dan


kedekatan Allah sendiri pada manusia. Kehadiran Allah yang tersamar dalam perjanjian lama

7
Lih. Emanuel Martasudjita, Sakramen-Sakramen Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 73

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 19


dalam bentuk simbolisasi yang beranekaragam, yang misteri dalam setiap peristiwa melalui
sejarah manusia dalam tanda-tanda yang abstrak seperti dalam kisah Nabi Nuh lewat pelangi
yang menjadi tanda perjanjian antara Allah dan mansuia8, kini dalam diri Yesus Kristus
menemukan bentuk ungkapan dan simbolisasinya secara spesial dan personal. Yesus Kristus
bukan hanya menampakkan kahadiran Allah bagi umat-Nya, tetapi juga the real sign and
symbol dari Hidup Allah sendiri bagi umat-Nya.

8
Lih. Scott Hahn, Swear to God: The Promise and Power of Sacrament (London: 2004), hlm. 5

Bentuk-Bentuk Penghayatan Sakramentalisme 20

Anda mungkin juga menyukai