Anda di halaman 1dari 25

OKULTISME

ANITA ROSELINA PURBA


DEBORA OCTAVIA BR. SEMBIRING
ENI KRISTINA SIMBOLON
ERMA SHINTYA LUBIS
SHEREEN SITOHANG
SOUVENIRWATY OMPUSUNGGU
SURYANI NABABAN
TRISKA JULIVIA ZENDRATO
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam okultisme yang di dalamnya termasuk demonisme, pada saat ini sangat diminati secara
luas di seluruh dunia. Okultisme dan demonisme bukan saja telah hadir melalui media buku, majalah
maupun film, namun pengaruhnya cukup besar dengan dipraktekkannya klenik dan perkaitan dengan
alam perdukunan di Indonesia. Bahkan kehadiran gereja setan juga menunjukkan kegiatan okultisme
secara luar biasa. Istilah okultisme ini mencakup keseluruhan dari hal-hal yang berkaitan dengan alam
roh, kuasa-kuasa diluar rasio dan hal-hal yang misteri. Pengertian okultisme ini begitu penting untuk
dipahami dengan baik agar bayaknya kasus yang berkaitan dengan praktek okultisme yang terjadi di
tengah-tengah umat Kristen saat ini dapat dihadapi atau di tanggapi dengan benar, ada banyak kejadian
berkaitan dengan praktek okultisme seperti:

1. Ada orang sakit dibawa ke dukun, tetapi juga didoakan kepada Tuhan.
2. Ada orang tua yang memberangkatkan anaknya merantau dengan doa tetapi disertai jimat penjaga
badannya di perantauan.
3. Ada orang yang senang dalam hidupnya karena memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dari manusia
pada umumnya , dan ia memperoleh itu dari dukun.
4. Ada juga tontonan masyarakat di televisi yang jelas-jelas berkaitan dengan okultisme dianggap
hiburan.
5. Dan ada kasus kesurupan di berbagai daerah di Indonesia, karena tidak tahu menanganinya membuat
orang menjadi ketakutan.
Pada kondisi lain banyak kasus ketika seseorang tidak mengetahui bagaimana cara agar lepas dari
ikatan praktek okultisme. Juga pada saat seseorang ingin melepaskan dirinya sendiri dari belenggu ikatan
praktek okultisme, ia tidak tahu bagaiman caranya. Dan ada pula orang yang diganggu oleh roh jahat
tidak tahu menghadapinya atau menanganinya.
Dengan melihat kondisi ini maka penting sekali untuk dibukakannya pemahaman yang benar
tentang okultisme ini. Perlu dijelaskan bahwa manusia dalam terang firman Allah tidaklah dapat
dicampur aduk dengan dunia perdukunan. Perlu dibukakan dalam hidup kekristenan tidak dapat
mengabdikan diri pada dua tuan, misalnya dengan berdoa tetapi juga mengandalkan kekuatan roh gaib
dalam bekerja atau mencari jodoh.
Pembahasan tentang pengertian okultisme ini begitu penting sehingga tidak dapat diabaikan.
Pembahasan ini juga tidak dapat dihentikan karena kondisi-kondisi tertentu. Misalnya karena jemaat
sudah bertumbuh atau jemaat tidak ada yang terlihat okultisme sehingga tidak perlu membahas hal ini.
Topik ini tidak mungkin dikatakan tertinggal zaman, karena dalam setiap zaman akan selalu ada praktek-
praktek okultisme. Mungkin nama dan fenomenanya yang berbeda, tetapi hakekat dan keberadaan dari
okultisme adalah sama. Sama sumber dan pelakunya, yaitu si Iblis.
1.2
TUJUAN
1. Mengetahui arti dan tujuan dari okultisme
2. Mengetahui bentuk-bentuk okultisme
3. mengetahui dan memahami faktor dan dampak dari okultisme
di dalam masyarakt
4. Mengetahui sikap orang kristen terhadap okultisme
 
 
BAB 2
PEMBAHASA
N
2.1
Pengertian Okultisme
Berbicara okultisme biasanya menandakan doktrin, praktek dan berbagai
ritus tentang hal yang tersembunyi dan misterius dan dengan arti yang luas untuk
mengungkapkan dunia sihir dan misteri. Okultisme berasal dari kata “occultus”
(Latin) yang artinya tersembunyi, rahasia, gaib, misterius, gelap atau kegelapan.
Dengan demikian okultisme dapat doartikan dengan paham yang menganut dan
mempraktikan kuasa dan kekuatan dari dunia kegelapan atau dunia roh-roh jahat.
Misalnya, seseorang yang digigit oleh nyamuk malaria, tidak langsung
menderita penyakit malaria. Setelah melalui proses tertentu (masa inkubasi),
barulah ia menderita dan mengalami sakit malaria yang ganas itu. Demikian
jugalah bagi orang yang terlibat dengan “OKULTISME/KUASA GELAP”, ada
akibat-akibat yang langsung dialaminya, dan ada juga akibat-akibat yang
dialaminya setelah beberapa waktu tertentu. Kita perlu mengerti bahwa beberapa
gejala dan tanda, sebagai akibat dari keterlibatan orang itu dalam okultisme.
2.2
Nama-Nama Lain Yang Dikenakan Terhadap
Okultisme
2.3
Kematian dan Pemakaman
Orang Mati Menurut Adat
Dalihan Na Tolu
Dalam adat atau agama Batak, sangat sulit ditentukan batas yang tegas antara
orang mati dan hidup, sehingga orang Batak yang masih teguh memegang adat selalu
mentari pengaruh atau berkat dari orang yang telah meninggal, terutama jika orang itu
mulia, kaya, atau mempunyai banyak keturunan. Orang Batak memahami bahwa
meskipun manusia sudah mati, rohnya (tondi) masih tetap hidup, sebab kematian
dipahami bukan akhir dan keberadaan dan tindakan dari roh (tondi). Roh orang mati
(begu) masih dapat berhubungan dengan orang yang masih hidup, mampu memberi
pengaruh, bahkan memberikan berkat bagi orang hidup. Orang Batak yakin bahwa
tubuh orang mati akan menjadi tanah sedangkan roh (tondi)-nya akan menjadi begu
(hantu). Dalam adat atau agama Batak, terutama mengenai kematian, terlihat adanya
pandangan dualisme tubuh dan roh. Meskipun tubuh manusia telah mati, tondi-nya
dianggap masih tetap hidup. Dualisme ini sangat mendukung keyakinan orang Batak
akan kuasa dan wibawa orang yang telah mati, terutama para leluhur. Hal ini penting
bagi orang Batak karena roh leluhur tetap hidup dan mempunyai pengaruh bagi orang
hidup, dapat memberi berkat. Persekutuan antara orang hidup dengan orang yang sudah
mati, terlebih dengan para leluhur, merupakan suatu hal yang penting bagi orang Batak.
Hal ini bersumber dari pemahaman orang Batak bahwa adat terikat kepada leluhur. Adat
mempersatukan orang yang masih hidup dengan yang telah mati. Melalui adat akan
terjalin hubungan dengan para leluhur.
Adat pemakaman orang mati dilaksanakan
dengan beberapa maksud dan tujuan yaitu :

01 02 03 04 05
Memberikan Memberikan Membebaskan Memberi makan Upacara ritual atau
perpisahan dan penghiburan bagi diri dari roh si kepada ilah-ilah supaya adat pemakaman
penghormatan anggota keluarga yang mati, sehingga tidak mengganggu orang mati ini juga
terakhir kepada yang ditinggalkan, serta yang hidup tak perjalanan roh si mati, diperuntukkan bagi
meninggal serta rasa syukur kepada diganggu lagi. atau meminta orang-orang yang
melengkapi segala Mulajadi Na Bolon pertolongan ilah-ilah hidup, dalam arti
bekal yang diperlukan atas segala berkat itu untuk menghantar menunjukkan status
dalam perjalanannya yang telah diterima roh si mati sampai ke social dan kesempatan
menuju alam yang oleh almarhum atau tempatnya. untuk melunasi
dituju. almarhumah dan Menyelesaikan segala (manggaraadat) yang
keturunannya semasa kewajiban terhadap telah diterima
hidupnya. yang mati, sehingga almarhum atau
perjalanan roh itu almarhumah dan
mencapai tujuannya. membalas sumbanan
serta bantuan terhadap
keluarga.
2.4
Sebuah Kajian Terhadap
Peranan Adat Batak Dan Iman
Kristen
Walaupun sebagian besar orang Batak beragama Kristen dan sebagian kecil
beragama Islam tetap menjalankan ritual adat kematian dan pemakaman orang
mati menurut Dalihan Na Tolu, termasuk penggalian tulang-belulang (pemakaman
kembali) dan pembangunan tugu. Kondisi dan situasi ini mengandung pertanyaan
mengapa orang Batak, khususnya Batak Toba, yang sudah menganut agama
Kristen, masih tetap menjalankan pesta kematian dan pemakaman orang mati
menurut adat Dalihan Na Tolu yang disinyalir oleh sebagian masyarakat Kristen
Batak sebagai warisan kekafiran. Harus diakui bahwa masalah ini timbul
disebabkan oleh dampak langsung dari kesalingterpengaruhan antara adat-budaya
Batak dan nilai-nilai teologis kekristenan secara timbal balik. Disamping itu,
pelaksanaan adat kematian dan pemakaman orang mati menurut Dalihan Na Tolu
sudah sangat beragam, tidak efisien, dan banyak menyita waktu, daya, dan dana.
Masalah inilah yang akan dibicarakan dalam tulisan ini, untuk melihat apa
pertimbangan, makna, dan hubunganya sehingga masyarakat Kristen Batak tetap
melaksanakan upacara tersebut sampai saat ini. Demikian juga, berbagai
pelaksanaan peribadatan Kristen selalu dipengaruhi oleh unsur-unsur tradisi
budaya Batak. Pada satu sisi dominasi kekristenan juga sangat kuat terhadap adat-
budaya Batak. Hal ini perlu dikaji agar kita dapat menempatkan dan
memfungsikan adat Batak dan kekristenan secara proporsional dalam kehidupan
sehari-hari.
2.5
Kontroversi Upacara Adat
dan Pemakaman Orang
Mati
Kematian merupakan suatu hal yang pasti akan dialami oleh semua
orang, tanpa terkecuali. Setiap manusia tidak akan mengetahui kapan
seseorang akan meninggal, dan setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi
yang berbeda-beda dalam melaksanakan ritual-ritual kematian.Untuk
menghormati seseorang yang telah meninggal tentunya ada ritual yang harus
dijalankan, biasanya ritual itu berdasarkan kepercayaan yang telah dianut oleh
masing-masing orang. Upacara kematian merupakan salah satu tardisi yang
saat ini masih sering dijalankan oleh berbagai etnis. Adanya sebuah
kontroversi timbul di tengah-tengah masyarakat Kristen Batak akibat adanya
pelaksanaan upacara kematian dan pemakaman orang mati menurut adat
Dalihan Na Tolu. Cenderung sebagian orang Kristen Batak melihat bahwa adat
batak menilai adat tersebut dengan curiga, antipasti, sikap bermusuhan,
membuat kehadiran adat Batak semakin berarti lagi.Mereka menilai bahwa
adat batak adalah sebaga alat atau pekerjaan iblis yang harus diperangi dan
harus dimusnahkan. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai kejadian seperti salah
satunya dalam sebuah tindakan demonstrative membakar ulos batak dan
menghimbau orang Kristen Batak untuk tidakambil bagian dalam upacara-
upacara adat batak.
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Memberikan perpisahan dan penghormatan terakhir kepada yang meninggal serta
melengkapi segala bekal yang diperlukan dalam perjalanannya menuju alam yang
dituju, memberikan penghiburan bagi anggota keluarga yang ditinggalkan, serta rasa
syukur kepada Mulajadi Na Bolon atas segala berkat yang telah diterima oleh
almarhum atau almarhumah d an keturunannya semasa hidupnya, membebaskan diri
dari roh si mati, sehingga yang hidup tak diganggu lagi, menunjukkan status sosial dan
kesempatan untuk melunasi (manggararadat) yang telah diterima almarhum atau
almarhumah dan membalas sumbangan serta bantuan terhadap keluarga.
2. Klasifikasi tingkatan sosial dari orang meninggal menurut dalihan natolu :
a. Mate tilahaon
b. Mate di paralangalangan,
c. Mate mangkar (matipul ulu, matompas tataring)
d. Mate sarimatua
e. Mate saurmatua
f. Mate maulibulung
3. Hal ini perlu dikaji agar kita dapat menempatkan dan memfungsikan adat Batak
dan kekristenan secara proporsional dalam kehidupan sehari-hari.
3.2
Saran
Saran dari kelompok kami adalah
sekiranya dengan adanya tugas ini dapat
menambah wawasan pembaca mengenai
budaya Batak serta kaitannya dengan kristen
agar tidak menjadi salah kaprah atau terhadap
budaya Batak dan kaitannya dengan Kristen

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,


including icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
THANK
S!

Anda mungkin juga menyukai