Anda di halaman 1dari 15

Nama : Dolisna Br Surbakti

NIM : 17.0115.02
Tingkat/Jurusan : V C-Theologia
Mata Kuliah : Seminar Dogmatika (Perbaikan)
Dosen Pengampu : Pardomuan Munthe, M.Th

Belo Penirang-Nirang
Tinjauan Dogmatis terhadap Belo Penirang-nirang di Kematian dalam suku Karo, serta
dampak dan sikap jemaat GBKP Runggun Nabrita dalam menyikapinya
I. Latar Belakang Masalah
Belo penirang-nirang adalah salah satu tradisi didalam masyarakat Karo yang
dilakukan pada saat upacara kematian. Biasanya dilakukan pada saat peti belum
ditutup. Belo Penirang-nirang ini merupakan suatu tradisi yang mempunyai makna
dan artinya yaitu untuk mencegah roh atau arwah yang sudah meninggal ini
mengganggu atau menjadi Begu Jabu. Karena pemahaman nenek moyang dahulu
bahwa roh orang yang mati masih bisa berkuasa atas orang yang masih hidup.
Oleh karena itu judul ini diperhadapkan dengan 1 Tesalonika 4:14, dimana
dikatakan bahwa orang yang percaya kepada Yesus maka orang yang meninggal
akan dikumpukan Allah Bersama-sama dengan Dia.
Adapun cara-cara pelaksanaan dari tradisi ini yaitu:
1. Sirih/Belo yang diambil satu lembar
2. Sirih/belo dibelah menjadi dua bagian
3. Belo sebelah kiri dimasukkan kedalam Peti
4. Belo sebelah kanan dimakan oleh orang yang melakukan tradisi tersebut
Tradisi ini biasa dilakukan oleh keluarga yang meninggal juga orang-
orang yang merasa dekat ataupun mempunya hubungan batin dengan
orang yang meninggal. Karena dalam pemikiran lama, orang-orang yang
mempunyai hubungan dekat dengan orang yang meninggal ini bisa saja
dicelakai ataupun bisa menjaganya, namun untuk lebih baik agar dilakukan
saja pemutusan hubungan dan tidak diganggu lagi dalam kemudian hari.
Belo penirang-nirang ini merupakan salah satu bentuk tanda atau cara yang
dilakukan untuk melakukan perpisahan di dalam Kematian pada suku
Karo. Maksudnya ada banyak media yang dilakukan seperti Kain/Baju,
belo/Sirih, dan lain-lain. Namun di tempat penelitian penulis yang
dilakukan/digunakan adalah media Belo/sirih.
Tradisi ini didalam pemikiran yang lama merupakan tradisi yang
lumrah atau biasa dan harus dilaksanakan didalam upacara kematian. Namun
pada saat sekarang ini tradisi ini pada umumnya sudah dianggap berhubungan
dengan hal magis atau mistis sehingga menjadi aib. Alasan penyeminar
mengangkat judul ini dikarenakan setelah adanya injil masih ada yang percaya
bahwa roh atau begu jabu itu tetap ada. Namun dengan alasan tradisi tersebut
berhubungan dengan psikologis sehingga masih melakukan tradisi ini.
Dalam pemahaman orang Karo, bahwa kehidupan akan berlanjut
Ketika mengalami kematian. Karena tetap merasakan adanya hubungan antara
orang yang mati dengan yang hidup, oleh sebab itu kematian hanya seperti
pindah kampung atau tempat saja. Dan tentang “Begu” atau Arwah orang yang
sudah meninggal masih mengalami kematian lagi sebanyak 7x kematian
sampai benar-benar Kembali ke Alam Semesta. Maka orang Karo takut
kepada “Begu”/arwah orang yang sudah meninggal karena bisa mendatangi
orang yang masih hidup, sehingga dalam penguburan orang Karo selalu
dipanggil Guru Sibaso/ Dukun jadi tamengnya/penangkalnya. Kepercayaan
suku Karo memahami bahwa jika seseorang itu meninggal maka tendinya
menjadi “begu jabu” (begu keluarga). Arwah yang sudah meninggal dianggap
menjadi begu Ketika sudah meninggal. Jadi di dalam pemahaman orang Karo
orang yang sudah meninggal hanya tubuhnya yang mati, namun
arwahnya/tendinya tetap menemani juga memberikan berkat kepada keluarga
atau sebaliknya yaitu mengganggu keluarga.

1. Sekilas tentang lokasi penelitian


Tempat Penelitian : Jemaat Gereja GBKP Runggun Nabrita Klasis
Menara
Alamat : jln. Besar Namorambe-Sembahe, Namorambe,
Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara
Jumlah Sampel : 5 Jemaat
Alasan mengapa GBKP Runggun Nabrita menjadi tempat
penelitian dikarenakan, pertama yaitu sewaktu penulis menjadi
Mahasiswa CP (Collegium Pastoral) di gereja tersebut, penulis
melihat tradisi ini masih dilakukan, dan Ketika berbincang dengan
Mentor di lapangan bahwa ritual ini adalah ritual yang tidak
dibenarkan namun masih dilakukan oleh jemaat, dengan alasan-
alasan. Kedua, bahwa lokasi penelitian tidak jauh untuk dijangkau
penulis, dan adanya dukungan dari mentor lapangan sewaktu CP
untuk melakukan penelitian tersebut.

2. Hasil Wawancara
Pertanyaan Penyeminar yang diajukan sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan Belo Penirang-nirang?
2. Apa makna bagi orang yang melakukan tradisi/ritual tersebut?
3. Apakah masih sering dilakukan khususnya di daerah
Namorambe?
4. Apakah gereja masih menerima ritual/tradisi tersebut beserta
tanggapan gereja?

Jawaban Narasumber
1. Pt. Ependi Tarigan1
Belo penirang-nirang di dalam situasi kematian orang
Karo adalah salah satu tradisi/ritual yang dilakukan agar orang
yang sudah meninggal mengerti bahwa tidak ada lagi
hubungenna dengan manusia yang masih hidup. Karena
menurut keyakinan leluhur bahwa arwah yang sudah meninggal
masih bisa membantu atau melakukan hubungan dengan orang
yang masih hidup, bahkan bisa membawa orang yang masih
hidup ke dalam kedunia kematian. Sehingga Ketika dilakukan
ritual ini maka otomatis tidak ada lagi hubungennya dengan
orang yang hidup. Dan arwah ini juga biasa disebut sebagai
begu Jabu. Ritual ini masih ada yang melakukan walaupun
tidak banyak lagi, karena dianggap sebagai sesuatu yang tidak
benar, karena sudah mempunyai Iman kepercayaan Kepada
Kristus. Gereja tidak membenarkan adanya ritual tersebut,
namun gereja khususnya GBKP Nabrita memberikan
pengertian bahwa tradisi ini sudah tidak dibenarkan lagi dan
juga bahwa arwah yang sudah meninggal itu tidak mempunya
peranan lagi di dalam dunia.

2. Dk. Pasu Repelita Br Bangun2


Narasumber yang kedua mengatakan bahwa Belo
penirang-nirang/persirang-sirang ini adalah sebagai suatu obat
Ketika melakukan tradisi tersebut. Narasumber juga mau
mengakui bahwa beberapa waktu yang lalu juga Ketika salah
satu anggota keluarganya meninggal, beliau melakukan tradisi
tersebut Ketika dilakukan acara Adat di Balai. Menurut beliau
Tradisi tersebut dilakukan karena Ketika melakukannya beliau
merasa lega, karena sehari sebelum acara Adat Beliau
merasakan Demam, sehingga itu diyakininya ada hubungannya
dengan saudaranya yang meninggal. Dan Ketika selesai
melakukan ritual ( membagi dua selembar sirih, satu bagian di
masukkan kedalam Peti dan satu bagian lagi dimakan ) tersebut
beliau merasa lega. Narasumber menjelaskan bahwa ritual ini
berhubungan dengan psikologis. Buktinya bahwa sudah
beberapa kali melakukan ritual tersebut beliau merasakan lebih
tenang dan lebih memahami.
3. Njarum Br Perangin-angin (Nd Terulin) 3
1
Wawancara dilakukan pada Hari Minggu, 12 September 2021, pukul 12:02 di Gereja GBKP runggun
Nabrita.
2
Wawancara dilakukan pada Hari Minggu, 12 September 2021, pukul 12:10 di Gereja GBKP runggun
Nabrita.

3
Wawancara dilakukan pada Hari Minggu, 12 September 2021, pukul 12:15 di Gereja GBKP runggun
Nabrita.
Belo pesirang-sirangen di lakukan oleh orang yang
terdekat atau yang mempunyai hubungan tendi (batin), dan
biasanya dilakukan oleh keluarga. Ritual ini menggunakan satu
lembar Sirih yang di belah menjadi dua bagian yang sebelah
kiri dimasukkan kedalam peti dan sebelah kanan diberikan
terhadap yang masih hidup. Maknanya Tradisi ini dilakukan
agar ikatan batin (Tendi) atau yang mempunyai hubungan dekat
dengan orang yang sudah meninggal bisa terlepas/putus dan
tidak bisa membawa jiwa orang yang masih hidup, karena
keyakinan dalam tradisi ini jiwa orang yang masih hidup bisa
dibawa orang yang sudah meninggal, sehinnga melakukan
tradisi ini, maka tali pengikat itu terlepas dan arwahnya tidak
bisa berbuat apa-apa lagi. Dan sampai sekarang masih ada yang
melakukan ritual tersebut namun tidak banyak lagi karena
dianggap sebagai aib. Sebab ritual ini dipenuhi stigma atau
pemahaman yang berhubungan dengan Begu/setan, sehingga
bagi orang yang percaya atau si erkiniteken tidak lagi
melakukan ritual tersebut.
4. Anita Karolina Ketaren4
Narasumber mengatakan bahwa Belo Penirang-nirang
adalah ritual yang sering dilakukan Ketika ada acara kematian.
Ritual ini biasanya dilakukan pada saat sebelum peti ditutup
dan dikuburkan. Media yang digunakan adalah Belo (Sirih)
Selembar, yang di belah/Robek menjadi 2 bagian dan 1 bagian
dimasukkan kedalam peti dan 1 bagian lagi dimakan. Belo
penirang-penirang ini adalah ritual yang maksudnya atau
maknanya adalah agar orang yang sudah meninggal tidak lagi
bisa mengganggu orang yang masih hidup. Serta tidak dapat
berbicara lagi terhadap orang yang masih ada di dunia ini.
Sehingga hal ini , gereja mengambil sikap yaitu menolak
adanya ritual ini karena dianggap orang yang melakukannya
adalah orang yang tidak percaya terhadap Kristus.
5. Nurlyanna Br Tarigan5
Belo Penirang-nirang atau bisa dikatakan Belo
Pesirang-sirangen, adalah seperti Namanya yaitu Belo yang
dijadikan sebagai tanda perpisahan, atau belo/Sirih ini dijadikan
sebagai media untuk melakukan ritual perpisahan tersebut.
Yang dibelah menjadi 2. Ketika dibelah menjadi 2 bagian, ada
kata-kata yang diucapkan seperti “Kita enggo sirang, lanai lit
4
Wawancara dilakukan pada Hari Minggu, 12 September 2021, pukul 12:30 di Gereja GBKP runggun
Nabrita.

5
Wawancara dilakukan pada Hari Minggu, 12 September 2021, pukul 12:38 di Gereja GBKP runggun
Nabrita.
dalan ersada” (Kita sudah berpisah, tidak ada lagi jalan untuk
Bersatu), atau “Belo enda jadi tanda kesirangenta, ulanai kam
reh, janah sehat-sehat kami kerina sitadingkenndu” (Sirih ini
menjadi tanda perpisahan kita, jangan lagi kamu datang, dan
kami semuanya sehat-sehat setelah kamu tinggal), dan banyak
lagi kata-kata untuk mengatakan sebuah perpisahan, jika tidak
melakukan hal tersebut orang Karo dulu khususnya percaya
bahwa arwah bisa datang dan biasanya disebut sebagai Begu
Jabu, yang bisa saja menjadi penjaga keluarga ataupun
pengganggu keluarga, dan sampai sekarang, orang masih ada
yang melakukan ritual tersebut karena percaya adanya Begu
Jabu tersebut. Dan hal inilah sebagai orang Kristen dan yang
sudah memiliki kepercayaan tentunya tidak melakukan hal ini
lagi, karena orang yang sudah meninggal sudah memiliki
tempat yang disediakan Tuhan menunngu hari penghakiman,
dan pastinya bukan di Dunia ini.

Adapun beberapa temuan-temuan yang didapat yaitu :


1. Pemahaman tentang Kematian yang hanya memisahkan ruang
dan dimensi
2. Pemahaman Roh atau Arwah yang meninggal masih dan bisa
menjadi berkat/pengganggu.
II. Pembahasan
II.1. Tinjauan Dogmatis tentang Kematian yang hanya memisahkan
ruang dan dimensi
II.1.1. Tinjauan Biblis
Kematian sangat sulit untuk di definisikan dalam Perjanjian lama.
Tapi jika diteliti lebih jauh di dalam Mazmur 88:4 “Aku telah dianggap
termasuk orang-orang yang turun ke liang kubur; aku seperti orang yang
tidak berkekuatan”. Orang yang menangis sambil berteriak didalam
Mazmur ini memperlihatkan adanya batas dalam kehidupan ini. 6 PL
menjelaskan tempat orang yang sudah meninggal berada di Sheol.7 Kita
ketahui bahwa Sheol tidak dihubungkan dengan suatu lokasi, tetapi
menurut orang Ibrani tempat ini suatu eksistensi yang pada dasarnya
bertentangan dengan Allah. Di sana tidak ada kelangsungan hidup, di situ
orang mendapat perhentian, (Kej. 37: 35, 1 Raj. 2 :10). Di tempat itu
mereka tidak dapat mengucapkan syukur (Yes. 38:18, Mzm. 6:6). Tempat
itu tidak bisa dijangkau oleh manusia dan kebiasaan-kebiasaannya tetapi
terjangkau oleh Tuhan (Mzm. 139:7-12; Am. 9:2). 8 Dari penjelasan ini
bisa memahami bahwa ada tempat orang yang sudah meninggal ia tidak
berkeliaran di bumi, menunjukan bahwa mereka yang sudah meninggal
6
E.P.Gintings, Adat Karo I Bas Kalak Mate, 101.
7
Albert Purba, Mencari Jawab Mendamba Kepastian (Jakarta: BPK-GM, 2017), 71.
8
William Dryness, Tema-tema dalam Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2004), 218.
tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa lagi juga tidak dapat memberikan
pengaruh kepada manusia yang masih hidup. Pkh. 9:5-6 orang mati tidak
tahu apa-apa lagi.9
Menurut William Dyrness, ketika seseorang mati ia akan kembali
ke tanah menjadi debu (Kej. 3:19, Mzm. 90:3), roh dan nafas Allah tarik
kembali (Ayb. 34:14-15).10 Wright mengatakan bahwa kematian terjadi
dengan berhentinya fungsi-fungsi vital tubuh secara permanen dan tidak
dapat diubah seperti tidak ada lagi detak jantung. 11 Berpisahnya antara
jiwa dan daging manusia.
Dalam kitab Ayub 14:13, “Ah, kiranya Engkau menyembunyikan
aku di dalam dunia orang mati, melindungi aku, sampai murka-Mu
surut; dan menetapkan waktu bagiku, kemudian mengingatkan aku
pula.” Artinya bahwa tempat orang yang sudah mati yang dinamakan
Sheol a tadi ialah tempat sementara. Di sana semua roh-roh mati
dikumpulkan Tuhan menanti datangnya Allah kembali membangkitkan
orang-orang yang sudah mati. Seperti yang tertulis dalam Daniel 12:2-
3, “dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam
debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal,
sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal. Dan
orang-orang bijaksana akan bercahaya seperti cahaya cakrawala, dan
yang telah menuntun banyak orang kepada kebenaran seperti bintang-
bintang, tetap untuk selama-lamanya.”12
Orang yang sudah mati tidak kembali lagi ke dunia dan tidak
berhubungan lagi dengan manusia. Orang mati terpisah dari
manusia yang masih hidup. Tujuan-tujuan manusia akan
diputuskan saat ia mati. Kematian tidak dapat disangkal bahwa
pada saat tertentu setiap orang akan mati. Hal ini dinyatakan
dengan jelas dalam Ibrani 9:27, “Dan sama seperti manusia
ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu
dihakimi”.13 Di kayu Salib Tuhan Yesus berjanji kepada penjahat
yang percaya kepada-Nya : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
juga engkau akan ada Bersama-sama dengan Aku di dalam
Firdaus” (Lukas 23:43). Kata-kata ini jelas menunjukkan, bahwa
setelah mati, bagi orang yang beriman ada perhentian, ada
kegirangan dan ketentraman. 14

9
R. E. Nixon, “Matius” dalam tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1986), 114.
10
William Dyrness, Tema-tema dalam Perjanjian Lama (Malang: Gandum Mas, 2004), 217-218.
11
N. Wright, Konseling Kritis (Membantu Orang dalam Kritis dan Stres) (Malang: Gandum Mas, 1993),
16.
12
Moderamen, Buku Saku Pokok-Pokok Pengakuan Iman GBKP (konfesi) (Kabanjahe: Moderamen
GBKP, 2016), 59.
13
Millard J.Erickson, Teologi Kristen vol 3, ( Gandum Mas, 2018), 480.
14
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, ( Jakarta: Gunung Mulia, 2012), 476.
Bagi orang beriman mati sebelum kedatangan Kembali Kristus
bukanlah mati begitu saja. Sebab orang beriman setelah mati tetap
hidup, hanya saja hidupnya dihubungkan dengan Kristus. Oleh
karena itulah orang beriman yang mati sebelum Kristus datang
Kembali disebut “mati dalam Kristus” (1 Kor. 15:18; 1 Tes. 4:16).
Jadi setelah orang beriman mati ia masih berhubungan dengan
Kristus (Roma 8:38-39;14:8). Maka Kristus juga disebut “Tuhan
atas orang mati dan hidup” (Roma 14:9), bukan hanya atas orang
hidup saja.15
Dunia orang hidup dan dunia orang mati tidak ada hubungan
lagi, tidak ada kemungkinan untuk mengadakan kontak dan
komunikasi. Kalaupun ada yang mengatakan bahwa arwah orang
mati dapat diajak komunikasi itu adalah tipuan iblis. Iblis yang
adalah bapa dari segala pembohong (Yoh. 8:44). Melalui kisah
kematian Lazarus yang miskin dan orang kaya, yang dikisahkan
Tuhan Yesus, menunjukkan bahwa di dunia orang mati tidak ada
lagi kesempatan untuk mengubah ketentuan. 16 Orang percaya akan
diselamatkan dan orang yang tidak percaya akan dihukum (Mrk.
16:16).
II.2. Tinjauan Calvinisme tentang Kematian yang hanya memisahkan
ruang dan dimensi
Fakta bahwa orang yang pecaya tetap hidup bahkan setelah
kematian tubuh dipastikan, menurut Calvin, melalui natur ilahi
Allah khusus-Nya imutabilitas-Nya. “orang Percaya dilahirkan
Kembali dari benih yang tidak dapat binasa dan akan tetap hidup
setelah kematian karena Allah selalu tetap sama”. Maka Allah akan
menyelamatkan hidup bahkan dari kematian itu sendiri, karena
seseorang mati, Tuhan akan menjaganya agar tidak dihancurkan.
Calvin menegaskan bahwa anugerah Allah akan sangat
disepelekan jika Ia mampu memelihara manusia hanya dalam
kehidupan saja. Merujuk kepada kitab suci bahwa “kematian bagi
para hamba Allah tidak berarti kehancuran dan mereka tidak
dihapuskan ketika mereka pergi dari dunia ini. Sesat jika
menganggap bahwa kematian adalah akhir dari segalanya.
Menurut Calvin orang yang percaya harus lebih dahulu
mengalami kematian dan di kubur. Dalam penguburan umat,
sesungguhnya Allah menginginkan sesuatu yang membuktikan
kebangkitan pada hari terakhir. Calvin menegaskan bahwa
kematian memang mengakhiri pujian kita kepada Allah tetapi itu
tidak mengimplikasikan bahwa “Ketika jiwa-jiwa orang percaya
telah meninggalkan tubuh mereka”mereka tidak tahu lagi
pengetahuan tentang Dia. Calvin menggambarkan bahwa oang
15
Ibid, 477.
16
Jonar T.H. Situmorang, Menyingkap Misteri Dunia Orang Mati (Yogyakarta: ANDI, 2016),587-588.
yang sudah mati tetap eksis dihadapan Allah. Orang-orang yang
tidak lagi eksis secara Jasmaniah tetapi tetapi tetap aman dalam
pelukan-Nya.17
II.3. Tinjauan Gereja Lokal tentang Kematian yang hanya
memisahkan ruang dan dimensi18

Salah satu bagian dari pengakuan Iman GBKP adalah tentang


Kematian. Dalam pengakuan iman dinyatakan bahwa kematian
merupakan realita kehidupan. Makna dari pernyataan ini adalah
bahwa dalam kehidupan manusia di dunia ini suatu saat dia akan
mengalami kematian. Kematian yang dimaksud disini adalah
terpisahnya “tubuh dengan nyawa”.
Dalam pengakuan iman ini mengajarkan untuk kita menerima
sebuah realitas kehidupan yang salah satunya adalah adanya
kematian yang kita tidak pernah tahu siapa, kapan dan dimana
kematian itu hadir dalam diri atau keluarga kita. Dalam II Samuel
12:23, Daud berkata kepada pegawainya Ketika dia sudah
mengetahui anaknya telah meninggal. Melalui kematian tubuh
Kembali menjadi tanah dan roh Kembali kepada Allah
(Pengkhotbah 12:7; ayub 14:5 ; Kejadian 3:19).
Inilah menjadi dasar atau tinjauan GBKP tentang kematian
yang menuliskannya di dalam konfesi seperti berikut :
Kami percaya, bahwa
1. Kematian merupakan realita kehidupan. Melalui kematian
tubuh Kembali menjadi tanah dan roh Kembali kepada
Allah (Pengkhotbah 12:7; ayub 14:5 ; Kejadian 3:19).
Oleh karena itu, kematian menyadarkan manusia bahwa
hidupnya dan kematiannya merupakan sebuah kesatuan.
2. Kematian disebabkan oleh dosa yang telah masuk ke dalam
dunia dan menjalar ke semua orang (Roma 5:12; 1
Korintus 15:22)
3. Kematian orang beriman tidak memisahkannya dari Yesus
Kristus, karena Kristus adalah Tuhan orang yang hidup
dan yang mati (Roma 14;9)

II.4. Tinjauan Dogmatis tentang Roh/arwah menjadi


berkat/pengganggu
II.4.1. Tinjauan Biblis

17
David W. Hall, Penghargaan kepada Jhon Calvin, (Surabaya: Katalog dalam Terbitan,2012), 646-648
18
Moderamen, Buku Saku Pokok-Pokok Pengakuian Iman GBKP (konfesi) (Kabanjahe: Modramen
GBKP, 2016), 23-30.
Ajaran Kristen tidak menganut ajaran akan adanya hubungan orang
yang hidup dengan arwah orang mati (debu kembali jadi tanah dan roh kepada
Allah (Pengkh. 12:7)). Kematian adalah suatu totalitas. 19 Orang yang sudah
meninggal tidak kembali lagi ke dunia dan tidak berhubungan lagi dengan
manusia. Orang mati terpisah dari manusia yang masih hidup. Tujuan-tujuan
manusia akan diputuskan saat ia mati. Orang percaya akan diselamatkan dan
orang yang tidak percaya akan dihukum (Mrk. 16:16). Setelah kematian tidak
ada lagi kesempatan untuk memperbaiki kondisi seseorang, tidak ada lagi
masa percobaan yang kedua, tidak ada lagi anugerah dan pengampunan (Ibr.
9:27).20 Debu Kembali menjadi tanah semula dan tendi Kembali kepada Allah
yang mengaruniakannya (Pkh. 12:7). ).21 Kematian merupakan kehendak Allah
karena Dialah yang menciptakan manusia dari debu tanah, dan manusia akan
Kembali menjadi debu tanah (Kej. 2:7; 3:19; Ayb. 10:9). Kematian juga
dicirikan dengan ketiadaan nafas. Orang yang telah mati tidak memiliki
neshamah, ruakh atau nefesh (Yer. 15:9).22
Kematian bukanlah pelenyapan, namun sebentuk transisi ke jenis
keberadaan yang lain.23 Manusia hidup oleh karena nafas kehidupan yang telah
dihembuskan oleh Allah ke dalam hidungnya (Kej. 2:7). Nafas kehidupan
tersebut merupakan tali penghubung antara manusia dengan Allah. Sehingga
dengan demikian di dalam kematian itulah hubungan manusia dengan Allah
terjalin, sebab yang berasal dari Allah harus Kembali kepada Allah. 24 Orang
yang sudah mati tidak kembali lagi ke dunia dan tidak berhubungan lagi
dengan manusia. Orang mati terpisah dari manusia yang masih hidup. Tujuan-
tujuan manusia akan diputuskan saat ia mati. Orang percaya akan
diselamatkan dan orang yang tidak percaya akan dihukum (Mrk. 16:16).
Setelah kematian tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki kondisi
seseorang, tidak ada lagi masa percobaan yang kedua, tidak ada lagi anugerah
dan pengampunan (Ibr. 9:27).25 Orang yang sudah mati tidak berkeliaran di
bumi. Ini menunjukan bahwa mereka yang sudah meninggal tidak bisa
melakukan aktivitas dan tidak dapat memberikan pengaruh kepada manusia
yang masih hidup. Pengkhotbah 9:5-6 mengatakan “orang mati tidak tahu apa-
apa lagi”.26

II.4.2. Tinjauan Denominasi


19
R. Soedarmo, Kamus Istilah Teologi (Jakarta: BPK-GM, 1991), 51.
20
W. J Koiman, Martin Luther (Jakarta: BPK-GM, 1986), 201.
21
Stephen D. Renn, Eksposistory Dictionary of Bible Words, 245-246.
22
Edmond Jacob, Theology Of The Old Testament (London: Hodder and Stoughton, 1971), 300.
23
Philip J. King & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah, 428.
24
M. S. M. Panjaitan, “Kematian” dalam Kunci Pemahaman Firman (Pematang Siantar: LKS, 1987),
86.
25
W. J Koiman, Martin Luther (Jakarta: BPK-GM, 1986), 201.
26
R. E. Nixon, “Matius” dalam tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu (Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1986), 114.
Menurut Calvin, jiwa orang beriman setelah melalui masa pertempuran
dan
penderitaan dibawa ketempat pemberhentian, disana jiwa orang percaya
menunggu dengan suka cita penggenapan kemuliaan yang telah dijanjikan dan
dengan demikian segala hal tetap dalam ketegangan sampai Yesus Kristus
datang.27 Menurut Calvin, jiwa orang yang sudah mati akan tetap hidup dan
menikamati istrahat yang tenang namun, kebahagiaan ini belum sempurna dan
akan disempurnakan pada saat Yesus datang untuk menyatakan
keadilannya. Berdasarkan pandangan Calvin ini. Agustinus mengatakan, maka
dari itu, jiwa menantikan dengan penuh pengharapan akan dipanggil untuk
memiliki kerajaan Allah tubuh mati, kini jiwa memang hidup dan menikmati
istrahat yang berbahagia, namun suka cita dan penghiburan bergantung pada
penghakiman.28 Alkitab menamakan kematian seperti keadaan tidur. Beberapa
pandangan para teolog juga menafsirkan hal itu dengan keadaan tidak sadar.
Namun dalam hal ini Calvin mengatakan, istilah tidur diartikan dengan
mengurangi penderitaan. Istilah itu tidak mengacu pada jiwa atau roh, tetapi
pada tubuh yang mati beristirahat di kubur seperti di tempat tidur hingga Allah
membangkitkan pada saat kedatangan kedua kalinya.29
Jadi, sebagai kesimpulan dari pandangan Calvin tentang keberadaan jiwa
orang percaya setelah kematian bahwa, ketika orang percaya mengalami
kematian, tubuhnya akan hancur kembali menjadi debu tanah. Namun jiwanya
akan langsung bersama dengan Allah maksudnya pemberhentian ini bukanlah
tidur, tetapi sadar dan orang yang beriman saling berbagi dalam kerajaan
Allah. Namun mereka masih belum bisa masuk ke dalam kemuliaan
akhir sampai setelah penghakiman. Pada waktu Yesus datang untuk kedua
kali, tubuh ini akan dibangkitkan kedalam keadaan yang sempurna dan mulia
serta dipersatukan dengan jiwa agar hidup bersama-sama dengan Allah untuk
selama-lamanya.
Calvin mendasarkan doktrin kondisi keberadaan jiwa orang percaya setelah
kematian, dengan mengutip beberapa ayat Alkitab yaitu:
1. Pengkhotbah 12:7, dan debu kembali menjadi debu seperti semula
dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya. Dasar pandangan
Reformed ini juga di bandingkan dalam pengakuan Paulus bahwa begitu
Paulus mati, Paulus langsung masuk sorga 2 Korintus 5:1, karena kami
tahu, bahwa jika kemah kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah
menyediakan suatutempat kediaman di surga bagi kita, suatu tempat
kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.
2. 2 Korintus 5:8b, terlebih suka kami beralih dari tubuh ini untuk
menetap pada Tuhan.

27
G. J. Baan, Tulip Lima Pokok Calvinisme, (Surabaya: Momentum, 2017), hlm. 184 37 Ibid., hlm. 326
28
Agustinus M.L Batlajery dan Th. Van den End, Ecclesia Reformata Simper Reformanda, (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2014), hlm. 234
29
Ibid, 236
3. Filipi 1:23, Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam
Bersama
sama dengan Kristus itu memang jauh lebih baik.
4. Yesus menjanjikan bahwa penjahat yang bertobat di kayu salib pada
saat bersama-sama dengan Yesus disalibkan di bukit Golgota yang
mengatakan hari ini engkau akan bersama-sama dengan- Ku (Yesus) di
taman firdaus. Disini kata Firdaus sering diartikan sama dengan Sorga.
5. Doa Stefanus pada saat mau mati menunjukkan bahwa ia yakin
bahwa pada saat mati, jiwa atau rohnya langsung masuk sorga (Kis.
7:59)
6. Beberapa hal dikutip dalam kitab Wahyu menunjukkan orang-orang
yang masuk surga itu terjadi sebelum kebangkitan orang sekeliling
takhta itu ada 24 takhta, dan di takhta itu duduk 24 tuan-tuan, yang
memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. Wahyu
5:8; Wahyu 6:9,11.
7.Amsal 15:24, jalan kehidupan orang yang berakal budi menuju ke
atas, supaya ia menjauhi dunia orang mati di bawah.
8. Matius 8:11, Aku berkata kepadamu banyak orang akan datang dari
Timur dan Barat
dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak, dan Yakub
di dalam kerjaan
surga.
9. Cerita tentang Lazarus dan orang kaya (Luk. 16:19-31)30
II.4.3. Tinjauan Gereja Lokal
Dalam konfesi GBKP mengatakan, “… Oleh karena itu,
dalam terang Firman Allah, manusia harus menggali,
mengembangkan dan melestarikan budaya secara positif, kritis dan
realistis untuk kesejahteraan manusia” (1 Kor. 9:20-21). Sikap GBKP
ini tentunya dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain: kehidupan
warga GBKP masih dipengaruhi oleh kepercayaan agama suku Karo
yaitu perbegu (agama pemena), kepercayaan terhadap roh-roh orang
yang sudah meninggal), menjalin komunikasi dengan orang yang
sudah meninggal, memberi penghormatan kepada roh-roh orang yang
sudah meninggal, meminta petunjuk kepada guru mbelin atau guru si
baso (dukun).
Firman Tuhan dengan tegas mengatakan sehubungan dengan
penyembahan terhadap allah-allah lain:
“jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat
bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang
ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud
menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan,

30
Francois Wendel, Calvin Asal Usul dan Perkembangan Pemikiran Religiusnya (Surabaya:
Momentum, 2010), 237.
Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa
kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-
orang yang membenci Aku” (Kel. 20:3-5).Yesus tidak menentang budaya atau
adat istiadat orang Yahudi, Ketika Yesus diperhadapkan dengan unsur budaya
ataupun adat istiadat orang Yahudi yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan,
maka Yesus bersikap Kritis (Mat. 15:1-14; Mrk. 7:1-13).
GBKP mengadopsi/memakai budaya Karo dalam pelayanan, artinya
GBKP bersikap positif terhadap budaya Karo. Setiap warga GBKP diharapkan
untuk turut berpartisipasi untuk menggali, mengembangkan dan melestarikan
budaya, tentunya secara:
- Positif, menghindari sikap anti terhadap budaya atau alergi terhadap budaya,
sebelum menggali budaya yang ada untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam. Hal ini dilakukan oleh rasul Paulus dalam pelayanannya, Paulus
tidak alergi dengan orang-orang Yahudi yang hidup menurut Taurat, Paulus
berusaha untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada di sekitarnya,
tetapi tujuannya jelas yaitu untuk memenangkan kepada Kristus (1 Kor. 9:20-
21).
- Kritis, unsur-unsur dan nilai-nilai budaya yang bertentangan dengan Firman
Tuhan (misalnya, budaya yang memiliki kepercayaan terhadap, magis, mistis
dan animis/kepercayaan terhadap roh-roh) dan kebudayaan yang memberikan
dampak buruk bagi keutuhan ciptaan Tuhan di tolak. Kebudayaan yang
memiliki kesesuaian dengan Injil dan kasih Tuhan dalam rangka keselamatan
universal akan diadopsi/dipergunakan sebagai alat atau referensi dalam
mendukung pelayanan.
- Realistis, budaya adalah keseluruhan cipta, karya dan karsa manusia yang
berakal budi. Sebagai manusia pastilah memiliki kekurangan dalam berbudaya
dan kita juga percaya bahwa Tuhan turut campur tangan dalam keseluruhan
cipta, karya dan karsa manusia, untuk itu tidaklah keseluruhan cipta, karya dan
karsa manusia itu bertentangan dengan kehendak Tuhan. GBKP melakukan
transformasi (pembaharuan) terhadap budaya dengan terang firman Tuhan,
sehingga melalui kebudayaan manusia dapat memuliakan Tuhan.31
GBKP memahami Ketika seseorang mati maka tubuh akan Kembali ke tanah
dan roh Kembali kepada Allah yang artinya Tuhan menempatkan roh pada tempat
yang sudah disediakanNya, sesuai dengan pemahaman kosmologi Israel kuno, dunia
dibagi tiga, atas, tengah, dan bawah. Dunia atas dikelilingi air (Kej. 1:6-7), dunia
tengah adalah tempat tinggal kita sekarang, dan dunia bawah adalah dunia kematian,
dan tempat itu dinamai dalam Perjanjian Lama, Sheol32 sedangkan dalam Perjanjian
Baru, Hades, di tempat inilah semua roh-roh orang meninggal berkumpul. Tempat ini
hanya tempat sementara, tempat penantian kedatangan Allah Kembali
membangkitkan orang yang sudah mati (Dan. 12:2-3), sama dengan Perjanjian Baru

31
Moderamen, Buku Saku Pokok-Pokok Pengakuian Iman GBKP (konfesi) (Kabanjahe: Modramen
GBKP, 2016), 23-30.
32
Pintu menuju dunia orang mati itu adalah lembah hinnom dekat Jerusalem. Dulu tempat ini dikenal
sebagai tempat orang Israel mempersembahkan anak-anaknya kepada dewa molokh (II Taw. 33: 6; Yere. 32:6).
hanya tempat sementara saja karena ada jaminan kehidupan setelah kematian (Yoh.
5:24). Untuk orang yang percaya kepada-Nya karena Yesus Kristus adalah Tuhan
orang yang hidup dan yang mati. Dan ini adalah penghibur tertinggi pada orang
beriman karena walaupun manusia berdosa harus mati, tetapi Allah di dalam Yesus
Kristus telah turun ke dalam kerajaan maut, Ia menggantikan kita menanggung
hukuman yang kekal tersebut dengan begitu Yesus adalah Juruselamat, Yesus adalah
berkuasa dan berdaulat atas kematian, sehingga hanya berharap kepada Yesus bukan
kepada Arwah orang mati. 33
III. Analisa
Analisa penyeminar tentan Belo penirang-nirang, merupakan suatu tradisi
yang lumrah atau sering dilakukan pada saat injil belum masuk kedalam suku
Karo. Tradisi/ritual ini merupakan mempunyai latar belakang atau arti yang
bertentangan dengan Firman Tuhan yang tertulis di Alkitab. Karena orang Karo
percaya bahwa Arwah orang yang sudah meninggal masih bisa mempunyai hak
sepenuhnya terhadap orang yang masih hidup. Tradisi ini juga masih dilakukan
sampai sekarang namun tidak seperti yang dulu, karena dianggap ritual ini adalah
aib. Dimana orang yang melihat orang yang melakukan tradisi ini dianggap
pemikirannya masih yang lama, dan belum memiliki kepercayaan, bahkan
dianggap masih berhubungan dengan yang Namanya “Begu”.
Dari hasil wawancara dengan ke-5 Narasumber , ada 4 narasumber yang
mengatakan bahwa ritual ini adalah suatu pemikiran/pemahaman orang Karo yang
dulu, atau orang yang belum memiliki kepercayaan, dan belum mengenal Yesus
Kristus serta ajaran-ajaran-Nya dan 1 narasumber mengatakan bahwa ritual ini
dilakukan karena memiliki sisi yang berhubungan dengan psikologis, dimana
Ketika melakukan ritual tersebut hati atau perasaannya menjadi lega, namun
mengingat latar belakang atau makna dari Belo Penirang-nirang ini tidak
dibenarkan secara sepenuhnya, dimana selalu didasari tendi/arwah yang sudah
meninggal masih bisa berhubungan, namun jika memiliki alasan berhubungan
dengan psikologis, ada banyak cara untuk memahami kematian juga sebagai orang
yang beriman pasti sudah mengetahui apa yang benar untuk dilakukan juga untuk
menguatkan perasaan yang sedang berduka.
Dalam Perjanjian Lama dijelaskan bahwa kematian adalah tidak adanya
keberlangsungan hidup serta kekuatan-kekuatan seperti biasanya saat masih di
dunia. Dan dalam Perjanjian Baru menjelaskan bahwa orang beriman percaya
bahwa hidup atau mati tidak dapat memisahkan dari Tuhan, dan juga akan
Bersama-sama dengan Dia di Firdaus. Seperti halnya di dalam kisah Lazarus dan
orang Kaya , dunia kematian tidak ada lagi hubungannya dengan dunia kehidupan.
IV. Kesimpulan
- Ada banyak media yang digunakan di ritual perpisahan dalam tradisi Karo.
Salah satunya adalah Belo/Sirih, dan tergantung daerah yang melakukan. Di
tempat penelitian penulis menggunakan Belo/sirih tersebut. Dan ini dilakukan

33
Moderamen, Buku Saku Pokok-Pokok Pengakuian Iman GBKP (konfesi), 60-63.
didalam kematian dan yang merasa punya hubungan atau memiliki ikatan
batin dengan orang yang meninggal.
- Belo Penirang-nirang adalah salah satu tradisi/ritual dalam adat Karo yang
mempunyai makna yang berhubungan dengan hal Magis, dimana ritual ini
dianggap sebagai pemisah hubungan antara Jiwa orang yang hidup dengan
orang yang sudah meninggal, jika tidak melakukan ritual tersebut maka bisa
saja arwah yang sudah mati mengganggu atau masih bisa membawa jiwa
orang yang masih hidup kedalam dunia kematian juga.
- Belo Penirang-nirang sebenarnya pada saat sekarang ini bisa dikatkan sebagai
salah satu bentuk Pastoral jaman dulu didalam suku Karo, namun yang
disoroti adalah pemahaman tentang makna tradisi tersebut masih berlaku.
- Orang yang sudah meninggal tidak akan ada hubungannya dengan orang yang
masih hidup, dikarenakan yang sudah meninggal menurut PL berada didalam
sheol dan PB berada di Firdaus.
- Orang yang sudah meninggal tidak bisa melakukan apapun lagi atau tidak
mempunyai kuasa atas orang yang masih hidup.
- Dalam Alkitab dijelaskan bahwa orang yang mati tidak mempunyai hubungan
lagi dengan orang yang masih hidup. Orang yang sudah mati tidak dapat lagi
melakukan apapum seperti saat mereka masih hidup, melainkan menunggu di
tempat yang sudah dituliskan didalam Alkitab untuk kedatangan Kristus kedua
kali.
- GBKP juga memahami bahwa Orang yang mati tidak mempunyai peranan lagi
di dalam kehidupan orang yang masih hidup. Pemahaman ini berdasarkan
Firman Tuhan yang dituliskan didalam Alkitab.
V. Saran
1. Belo penirang-nirang tersebut baiknya diganti menjadi salah satu bentuk
penghormatan, bukan sebagai tameng/kekuatan yang melarang roh meninggal
menjadi begu jabu.
2. Belo penirang-nirang sebaiknya tidak dijadikan sebagai alasan yang
berhubungan denga psikologis, seperti adanya kelegaan setelah melakukan
tradisi tersebut, namun dialihkan menjadi mendekatkan dan menumbuhkan
iman kepercayaan terhadap Kristus. Seperti yang dikatakan di dalam Roma
14: 7-9 dikatkan "Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup
untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang mati untuk dirinya
sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita
mati untuk Tuhan. Jadi, baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan. Sebab
itulah Kristus telah mati dan hidup kembali, supaya Ia menjadi Tuhan, baik
atas orang – orang mati, maupun atas orang – orang hidup."
3. Sebaiknya gereja mengambil sikap dalam meluruskan tradisi ini, dan
memberikan pengertian yang lebih agar jemaat mengerti bahwa tidak semua
tradisi baik digunakan/dilakukan, karena akan mempengaruhi pola pikir kita.

VI. Daftar Pustaka


Baan, G. J., Tulip Lima Pokok Calvinisme, Surabaya: Momentum, 2017
Batlajery, Agustinus M.L dan Th. Van den End, Ecclesia Reformata Simper Reformanda,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2014,
Dryness, William Tema-tema dalam Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2004.
Erickson, Millard J, Teologi Kristen vol 3, Gandum Mas, 2018.
Gintings, E.P., Adat Karo I Bas Kalak Mate, Kabanjahe: Toko Buku & Perc. GBKP Abdi
Karya, 1997
Hadiwijono, Harun Iman Kristen, Jakarta: Gunung Mulia, 2012.
Hall, David W, Penghargaan kepada Jhon Calvin, Surabaya: Katalog dalam
Terbitan,2012.
Jacob, Edmond, Theology Of The Old Testament, London: Hodder and Stoughton, 1971.
King, Philip J. & Lawrence E. Stager, Kehidupan Orang Israel Alkitabiah,
Koiman, W. J, Martin Luther, Jakarta: BPK-GM, 1986.
Moderamen, Buku Saku Pokok-Pokok Pengakuian Iman GBKP (konfesi), Kabanjahe:
Modramen GBKP, 2016.
Nixon, R. E. “Matius” dalam tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu, Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1986.
Panjaitan, M. S. M. “Kematian” dalam Kunci Pemahaman Firman, Pematang Siantar:
LKS, 1987.
Purba, Albert, Mencari Jawab Mendamba Kepastian, Jakarta: BPK-GM, 2017
Renn, Stephen D., Eksposistory Dictionary of Bible Words
Situmorang, Jonar T.H, Menyingkap Misteri Dunia Orang Mati, Yogyakarta: ANDI,
2016.
Soedarmo, Kamus Istilah Teologi, Jakarta: BPK-GM, 1991
Wendel, Francois Calvin Asal Usul dan Perkembangan Pemikiran Religiusnya Surabaya:
Momentum, 2010.
Wright, N, Konseling Kritis (Membantu Orang dalam Kritis dan Stres), Malang: Gandum
Mas, 1993.

Sumber Wawancara
Wawancara dilakukan pada Hari Minggu, 12 September 2021, pukul 12:02 di Gereja
GBKP runggun Nabrita.
Wawancara dilakukan pada Hari Minggu, 12 September 2021, pukul 12:10 di Gereja
GBKP runggun Nabrita.
Wawancara dilakukan pada Hari Minggu, 12 September 2021, pukul 12:15 di Gereja
GBKP runggun Nabrita.
Wawancara dilakukan pada Hari Minggu, 12 September 2021, pukul 12:30 di Gereja
GBKP runggun Nabrita.
Wawancara dilakukan pada Hari Minggu, 12 September 2021, pukul 12:38 di Gereja
GBKP runggun Nabrita.

Anda mungkin juga menyukai