Yang sakral pada kenyataanya adalah Tuhan. Segala yang ada pada dasarnya adalah Satu dan Abadi. Intinya bahwa yang sakral itu hanya ada pada Tuhan. Pemikiran : metafisika yang agung direduksi menjadi sekedar pemikiran profan yang remeh, kebijaksanaan yang terdalam dianggap semata pinjaman historis. Kosmos : kosmos baginya itu dianggap tidak sakral Sejarah : Rasio secular menganggap waktu sebagai ibu dari segala sesusatu Bahasa : Matematika dalam aspek kuantitatif yang murni dianggap sebagai bahasa alam dan bahkan bahasa Tuhan, sedangkan aspek kualitatif simbolik dan anagogisnya diabaikan Agama : dunia pemikiran dan dunia iman dipisah, dan dianggap perlu lompatan iman agar segalanya bisa dipahami. Secara etimologi tradisi berarti pewarisan; baik yang diwarisi itu berupa pengetahuan, atau praktik, atau teknik, atau hukum, dll. Sedangkan secara terminologi tradisi berarti kebenaran-kebenran atau asas-asas yang berasal-usul ilahi dan diwahyukan atau disingkapkan kepada manusia dan senyatanya, kepada seluruh sektor alam melalui berbagai figur yang dianggap sebagai rasul, nabi, avatar dan sang firman melalui perantara lainnya. Baik Tradisi dan tradisi-tradisi berkaitan erat dengan kebijaksanaan abadi. Tradisi bersifat transenden, ada ‘dalam’ sang Sakral dan Abadi, sedangkna tradisi-tradisi itu kebenaran yang bersifat sakral yang telah diwahyukan kepada manusia. Tradisi pada dasarnya berasal dari yang sakral (Tuhan), dan yang sakral pada dasarnya hanya bisa dijumpai melalui tradisi. Manusia tradisional adalah manusia yang tahu akan yang akan sakral. Dimensi-dimensi tradisi : Eksoterik atau zahir : tradisi yang berupa ajaran mengenai tata cara peribadatan, atau bisa disebut dengan istilah agama. Esoterik : tradisi yang berupa ajaran intelektual mengenai Sang kenyataan tertinggi dan cara berkonsentrasi kepadanya, Esoterik lebih masuk kepada tarikat. Penemuan kembali kesucian itu pada dasarnya kembali lagi kepada yang awal yaitu melalui tradisi. Scientia Sacral adalah pengetahuan mengenai keberadaan yang sacral. Maksutnya dari Scientia Sacral itu setiap manusia pada dasarnya dan mempunyai kepercayaan masing-masing, dimana kepercayaan nya itu yang membuat ia mengetahui keberadaan yang sacral. Manusia pada dasaranya itu merupakan ciptaan yang Sacral. Ada manusia dan ada kosmos dimana kedua kata tersebut semuanya itu berasal dari yang Sacral. Kita semua yang ada dibumi itu merupakan ciptaan yang Sacral, diciptakan oleh yang sakral kedunia dan dibangkitkan oleh yang sakral ke alam (surga/neraka). Manusia diciotakan dengan yang sacral melalui berbeda- berbeda ras, suku dan agama nya sendiri. Kosmos sendiri pada dasarnya merupakan ciptaan yang Sacral, maka kita (manusia) sebagai ciptaan yang sacral harus memelihara dan menjaga kosmos kita supaya semua yang ada didunia itu tidak rusak dan tidak hancur. Tidak ada bukti lebih baik yang diperlukan dalam mempertemukan dimensi-dimensi waktu dan keabadian di dalam diri manusia daripada kenyataan, bahwa manusia pada tujuaannya itu adalah menyadarai atas kematiannya sendiri, moralitasnya sendiri. Filsafat klasik memandang bahwa waktu sebagai suatu sungai yang mengalir, maksutnya bahwa waktu yang ada didalam dieri kita di dunia ini tidak boleh disia-siakan. Dan segala yang abadi adalah yang sacral, dan waktu itulah yang diciptkan oleh yang sacral. Seni tradisional berkait erat dengan kebeneran yang termuat di dalam tradisi, yang termasuk ekspresi formal dan artistik. Keasliannya bukan asli manusia. Seni tradisional bersifat fungsional dalam pengertian yang mendalam, yakni dibuat untuk kegunaan khusus, apakah sebagai penyembuhan pada tuhan dalam kegiatan liturgi, atau sebagai kegiatan makan. Seni tradisional sangatlah dimanfaatkan dan sangatlah bermanfaat yang tujuannya untuk mengetahui kesalehan manusia atau ma’rifatnya. Untuk memahami makna seni tradisional dalam hubungannya dengan pengetahuan, penting untuk diketahui secara utuh signifikansi pemaknaan bentuk, seperti digunakan pada konteks tradisional (misalnya forma, morphe, nama, surah dan sebagainya). Dasar dari seni tradisional merupakan refleksi langsung tingkat tertinggi yakmi spiritual dan bukan keadaan batin dan bahwa seni, meskipun berkaitan tingkat eksistensi paling luar yang material, dihubungkan oleh bukti prinsip terbalik pada apa yang paling dalam yaitu tradisi. Penciptaan hubungan yang lebih dekat antara agama-agama yang diimplikasikan ekumenisme juga lebih mempunyai perimbangan politik secara langsung atau tersamar. Seperti yang disebutkan hanya yang mutlak adalah mutlak, tetapi setiap manifestasi yang mutlak dalam bentuk wahyu menciptakan dunia bentuk kesucian dan makna, dimana determinasi-determinasi tertentu, hipotase, oramg suci, atau logos kelihatan di dalam dunia yang khas itu sebagai yang mutlak tanpa menjadi yang mutlak itu sendiri. Setiap wahyu sebenernya merupakan manifestasi dari suatu pola dasar yang mewakili beberapa aspek sifat Illahi. Setiap agama memanifestasikan di bumi refleksi dari suatu pola dasar yang pada pusatnya terletak Illahi nya itu sendiri. Pengetahuan suci dilahirkan dari Yang Esa mampu menembus ke dalam berbagai dunia keseberagamaan yang juga dilahirkan dari Yang Esa, dan untuk mendapatkannya bukanlah negasi dari pilihannya sendiri, landasan tradisionalnya sendiri, terapi afirmasi, dari kebeneran yang transenden, yang bersinar melalui dan menembus alam bentuk kesucian yang berbeda, yeng telah diciptakan oleh kebeneran ini. Dengan cara ini pengetahuan suci memberikan antidote yang paling berharga bagi dunia yang diliiputi oleh kotoran pembuangan makna suci dari semua kehidupan dan pikiran, antinode dilahirkan dari Illahi, Yang Maha Pengasih itu sendiri. Jadi, initi dalam buku Nasr ini lebih fokus kepada pembahasan yang sakral atau yang Maha Kuasa, Walaupun dibuku inu ia menyinggung masalah pluralisme, eklusivisme, dan inklusivisme tetapi ia tidak lebih fokus kepada pemahaman agama tersebut tetapi kepada yang Sakra atau Yang Maha Kuasa atau bisa disebut Transcendent Unity Of Deligius.
Tanggapan mengenai buku ini : Buku ini sebenernya bagus apabila kita mengerti nya, banyak didalam buku ini yang menggunakan kata-kata filsafat sehingga sulit dimerngeti untuk kita yang awam dengan bahasa filsafat.
Opini Dalam Manajemen Opini Dalam Manajemen Opini Dalam Manajemen Opini Dalam Manajemen Opini Dalam Manajemen Opini Dalam Manajemen Opini Dalam Manajemen