Anda di halaman 1dari 40

MASALAH MANUSIA MODERN

1. Misosophia
Benci Kebijaksanaan
2. DESAKRALISASI PENGETAHUAN

(Proses pemisahan pengetahuan dari sumber


keTuhanannya)
3. DEGRADASI PERAN INTELEGENSI
(manusia berbeda dengan makhluk lain karena ia
memiliki akal)
4. DEGRADASI METAFISIKA
SEBAGAI CABANG FILSAFAT

Penurunan Metafisika sebagai Cabang Filsafat


SUMBER MASALAH
Bukan dari situasi Keterbelakangan (Underdevelopment)

Namun Justru dari Keterlalu-majuan


(Overdevelopment)
AKAR MASALAH
Polusi Jiwa yang muncul begitu manusia Barat mengambil alih
peran keTuhanan di Muka Bumi dengan menyingkirkan dimensi
Illahi dari Kehidupannya.
MANIFESTASI
Manusia Modern mencoba"Hidup dengan roti semata"
"membunuh" Tuhan, anti-akhirat, desakralisasi alam untuk
dieksploitasi secara membabi buta dan penuh kesewenangan.
In Traditional societies, nature was seen as one's wife,
but the modern west turned it into a prostitute
Dalam masuarakat tradisional, alam dipandang sebagai istri
seseorang, tapi barat modern mengubahnya menjadi pelacur.
KRITIK SAINS MODERN

Pandangan sekuler tentang alam semesta yang melihat


tidak ada jejak Tuhan di dalam keteraturan alam
Alam digambarkan secara mekanik, seperti mesin yang
bisa ditentukan dan diprediksi secara mutlak, yang
memunculkan masyarakat industri modern dan kapitalis
Rasionalis dan Empirisme

Warisan dualisme Descartes yang mengandaikan


pemisahan subjek yang mengetahui dan yang diketahui,
Eksploitasi alam sebagai sumber kekuatan dan dominasi
LENYAPNYA SPIRITUALITAS

Kasus Islam: Penghancuran Tasawuf


Berpaling kepada yang spiritual dan mitisisme/sufisme dapat
menjadi jawaban dan solusi atas kritis spiritualitas manusia
modern
Sufisme ibarat jiwa yang menghidupkan
tubuh, Sufisme meniupkan semangat ke
dalam struktur keberagamaan baik
dalam manifestasi sosial maupun
intelektual.
Namun dalam kenyataannya terjadi penghancuran Tasawuf
dan Tarekat Sufi oleh Gerakan-gerakan Rasionalisme dan
Puritanisme
MODE FILSAFAT PERENSIAL
Filsafat Perensial:

Paham bahwa terdapat suatu pengetahuan Illahi mendasar


yang bersifat lintas agama dan lintas sejarah
Filsafat Perenial tidak mengingkari pentingnya ritus dan
aspek sosial setiap agama, namun mengajarkan bahwa
dibelakangnya terdapat satu tradisi adat.
Filsafat Perenial: Perspektif alternatif untuk studi agama dan agama-
agama, sebab pendekatan-pendekatan yang sudah mapan dalam studi
agama dan agama-agama dikalangan orientalis barat banyak yang
terperangkap ke dalam Historisisme.
Kondisi tersebut beresiko agama atau agama-agama kehilangan
makna transendentalnya, tercerabut dari akar tradisinya
yang berupa asal Illahi yang universal, sehingga akan menjauhkan
agama dari "pusat"nya dan melahirkan nestapa manusia modern.
ASUMSI : SPIRITUALITAS
ESOTERIS

EKSOTERIS EKSOTERIS EKSOTERIS


AGAMA: Membedakan
SPIRITUALITAS : menyatukan
SPIRITUAL: Inklusif, Experiental, tidak sekedar Theoretical
SPIRITUAL: menyadari kita adalah bagian dari suatu yang lebih besar,
mengakui adanya ranah keTuhanan, apapun bentuk dan maknanya,
melampaui budaya, agama, politik dan ego.
Sciential-Sacra
bicara persoalan pengetahuan tentang realitas (ma'rifat),
sekaligus pembimbingan manusia pada yang sakral
melalui realisasi kebenaran , proses penyatuan penahu dengan
yang diketahui yang membuat gerak substansial, sehingga
,mengetahui bermakna mengada (knowing as being)
SUPREMASI SCIENTIA SACRA
Bagi Nasr, Scientia Sacra memiliki supremasi atas semua jenis
pengetahuan yang lain, karena (knowledge of substance is the
substance of knowledge ...and knowledge of the origin and the
source is the origin and the source of knowledge)
Scientia Sacra tidak didasarkan kepada asumsi-asumsi spekulatif,
namun diperoleh melalui penghayatan langsung, sehingga sifatnya
(pasti)

Apabila dilihat dari kategori kepastian dalam tradisi Islam Nasr, yaitu
ilm al-yaqin, ayn al-yaqin, dan haqq al-yaqin, Scientia Sacra tergolong
haqq al- yaqin
EPISTEMOLOGI SCIENTIA SACRA

Sumber Scientia Sacra adalah: revelation, intellectual intuition, and


reason.

Scientia Sacra adalah suatu pengetahuan yang secara umum diperoleh


dari intellectual intuition (intellectual) yang berpusat pada hati dan
mendapat bimbingan Tuhan.

Dalam hal ini, spekulasi mnusia (akal) tidak banyak berperan, namun
hanya sebagai "partisipasi"
Itulah mengapa sumber Scientia disebut "Unmediatet methaphysical
knowledge"
INTELEK
Intelek di sini digunakan dalam pengertian
asal, intellectus (Latin)
Dalam bahasa Al-Qur'an disebut 'aql yang berarti mengikat
manusia ke asalnya (origin)
Secara Etimologis, intellec atau 'aql mempunyai makna yang
sama dengan agama, karena agama mengikat manusia
kepada Tuhan.

Dalam paham modern, kata intellek telah mengalami reduksi


menjadi hanya reasoning semata-mata.
HUBUNGAN INTELEK DAN SPIRITUALITAS

Intelek adalah pusat manusia (the centre of human being) yang


bersemayam di dalam hati,

Kualifikasi intelektual harus didampingi dengan kualifikasi moral.


Jika tidak makasecara spiritual intelek tidak akan berfungsi.
Hubungan antara"intelektualitas" dan " spiritualitas" adalah
bagaikan hubungan antara pusat dan pinggiran . intelektualitas
menjadi spiritualitas ketika manusia sepenuhnya, bukan
intelektualitasnya saja, hidup di dalam kebenaran.
HUBUNGAN INTELEK DAN RASIO
Intelek lebih tinggi dari Rasio, karena rasio itu menyimpulkan
sesuatu berdasarkan data dan berfungsi karena eksistensi intelek.

Rasio hanyalah media untuk menunjukkan jalan kepada orang buta,


bukan untuk melihat.
Intelek dengan bantuan rasio, terungkap dengan sendirinya secara pasti.

Intelek dapat menggunakan rasio untuk mendukung aktualisasinya.


Hubungan Intelek dan Wahyu

Intelek: 'Microcosmic intellect", al-Wahy al-juz'i (partial


revelation) sumber inner illumination atas inner revelation

Wahyu: "Microcosmic intellect", al-wahy al-Kulli (universal


revelation)
Keimanan kepada wahyu Al-Qur'an akan menyingkap semua
kemungkinan yang terdapat pada intelegensi manusia, suasana
religius dan spiritual manusia, suasana religius dan spiritual yang
tercipta dari Al-Qur'an sekaligus menghilangkan bagi
pertumbuhan akal yang wajar dan optimal dengan cara yang
benar.
HUBUNGAN SCIENTIA SACRA DAN SENI

Scientia Sacra menentukan artikulasinya melalui bahasa


simbolik, melalui media seperti lukisan, musik, puisi, dan
ekspresi artistik yang lain yang "penuh makna"
Bahasa Simbolik ini harus dipahami dalam
kerangka"living spirituality", kalau tidak, ia akan menjadi
'teka-teki yang tak terpahami.
MENEMUKAN SCIENTIA SAKRA

Sumber Scientia -Sacra diperoleh oleh orang yang


berusaha memahami Tuhan melalui jalur Ketuhanan (Al-
anf billah)

Untuk melakukan hal ini, ia harus menyucikan jiwanya dengancara


menetapi kebijakan-kebijakan utama, seperti: rendah hati, murah
hati dan jujur.
Menurut Nasr, ada 8 tingkatan yang harus dilalui untuk
sampai nkepada Scientia-Sacra ini, yaitu: earthly body, vital
motion, sense perception, reason, soul, knowledge, wisdom, and
purified soul.
Orang yang mencapai Scientia-Sacra adalah orang yang
bijaksana/guru/sage, dan merupakan pengejawantahan
Scientia-Sacra itu sendiri, karena orang ini sudah mencapai
terminal terakhir"ketika mengetahui "tidak terpisah dari"
yang diketahui"
STRATEGI :PASSING OVER

Seseorang yang ingin memperkaya, menyuburkan dan


memperdalam keagamaannya dan spiritualnya, hendaknya
berani melakukan passing over atau (melintas) yang berarti
melakukan pengembaraan spiritual ke jantung agama-
agama lain, lalu "kembali" (coming back) dari tempat
pengembaraan itu kepada agamanya dengan membawa
pandangan baru yang mencerahkan dan memperkaya
agamanya.
TRADISI
Manifestasi Scientia-Sacra dalam peradaban tampak
dalam tradisi.

Tradisi bukanlah bermakna kebiasaan, adat istiadat, atau


penyampaian ide-ide dari satu generasi kepada generasi
selanjutnya. Tradisi yang dimaksud di sini adalah kebenaran-
kebenaran atau prinsup-prinsip utama yang bersumber dari yang
Illahi (the Divine Origin) diwahyukan kepada umat manusia melalui
pembawa pesan, Nabi, Avatar, atau agen penyampaian yang lain
beserta dengan penyerapan dan penyiapan prinsip-prinsip
tersebut pada masa-masa yang berbeda dan kondisi-kondisi yang
berbeda bagi masyarakat tertentu.
Tradisi harus dihidupkan kembali dalam kancah kehidupan
modern, agar kebenaran hakiki agama dapat ditemukan,
sehingga agama dapat menjadi alternatif dalam mengatasi
masalah manusia modern.
PERADABAN TRADISIONAL

Berdasarkan pada satu perspektif hirarki tentang alam semesta


Melihat dunia fisik sebagai realita paling rendah.
Bersifat simbolik saat menguraikan realitas yang lebih tinggi.
Tidak bersifat antroposentris
Tidak dimaksudkan untuk memisahkan manusia dari
realitas ketuhanan dan semua makhluk yang lain.
Lebih fokus pada ranah Esoteris dibandingkan dengan
Eksoteris dari tradisi.
KARAKTER TRANSFORMATIF ILMU TRADISIONAL

Dalam peradaban tradisional, pengetahuan berhubungan


dengan perkembangan spiritual.
Proses pengetahuan berimplikasi kepada transformasi
spiritual
Ilmu-ilmu kemudian berperan transformatif.
Ilmu-ilmu inilah yang menjadi kunci untuk memahami
alam dan membantu manusia dalam perjalanannya di
dalam dan melampaui alam.

Anda mungkin juga menyukai