MODUL PERKULIAHAN
PENDIDIKAN AGAMA PROTESTAN
Abstract Kompetensi
Ilmu adalah hasil konkrit dari kodrat Mahasiswa mampu menjelaskan
manusia, sebagai makhluk yang pengertian ilmu dan latar belakangnya.
berfikir. Sering kali, pemikiran dan Menerapkan pemikiran akademis
keyakinan sistematik dalam menghayati iman
02
U002100002 Lukman Medriavin Silalahi, A.Md., ST., MT ;
MKCU Parlindugan Hutabarat ; Solmeriana Sinaga,
M.Pd
IMAN DAN ILMU
Ilmu selalu menuntut pembuktian dan juga universalisasi, sementara iman menuntut
kepercayaan dan pengalaman hidup. Seorang pemikir kontemporer, Betrand Russel mengatakan,
“kepercayaan adalah kejahatan karena ia berarti menambahkan lebih banyak arti pada bukti
melebihi yang diperlukan. Kita seringkali menggunakan kepercayaan pada hal-hal yang meragukan,
belum pasti kebenarannya, atau paling tidak masih debatable statusnya. Kita tidak pernah
membicarakan kepercayaan pada tabel perkalian, misalnya. Maka, Iman adalah kejahatan, karena ia
berarti memercayai dalil ketika tidak ada alasan yang sahih untuk mempercayainya (Bertrand Russel,
dalam : “Bertuhan tanpa Agama”).”
Sebagai orang Kristen kita akan langsung mengambil ayatnya bahwa apa yang dikatakan
Russel itu tidak benar, “Memperoleh hikmat sungguh jauh melebihi memperoleh emas, dan mendapat
pengertian jauh lebih berharga dari pada mendapat perak (Amsal 16:16)”
Apakah iman bertentangan dengan rasio atau akal budi, ataukah rasio adalah sesuatu yang
tidak bersangkut paut dengan iman? Pertanyaan ini pertanyaan klasik di dalam kekristenan, oleh
karena pertanyaan ini telah mempengaruhi agama Kristen selama berabad-abad lamanya. Dari
pertanyaan di atas muncul dua macam ekstrim yang berbeda, di mana ada yang memandang bahwa
orang Kristen harus menekankan iman sebagai satu-satunya pokok yang harus menjadi landasan
dalam kehidupan orang Kristen sehingga tidak menekankan rasio. Di lain pihak, ada yang menjadikan
rasio sebagai satu-satunya standar segala sesuatu, kalau tidak masuk akal maka itu bukan kebenaran,
seperti yang diungkapakan Immanuel Kant "gunakanlah rasiomu setinggi mungkin", bahkan Rene
Descartes berkata, "Cogito ergo sum, I think therefore I am. I am a thinking being", sehingga segala
sesuatu menjadi objek pikiran termasuk Allah, inilah pikiran era Rasionalisme.
Mahasiswa, bukan sekedar sebuah gelar intelektual, tetapi tanda keberadaan actual sebagai
pemikir sejati. Kesadaran diri dan pengembangan diri sebagai homo sapiens membuat para
mahasiswa bergerak dari sekedar sebuah "keberadaan kodrati" atau "keberadaan potensial" menjadi
"keberadaan aktual" sebagai pemikir sejati yang mampu menyumbang bagi pengembangan ilmu,
kebudayaan, dan kesejahteraan masyarakat. Melelui pengembangan diri sebagai pemikir sejati,
mahasiswa mampu menyumbang bagi pemenuhan keterbatasan kodratinya serta membudayakan diri
dan alam lingkungannya menjadi pribadi dan lingkungan yang bermartabat serta berbudaya. Pikiran
membuat mausia mampu melakukan transendensi diri sehingga mampu membebaskan diri dari
berbagai determinasi dan represi, baik yang bersifat alami, tradisi, provokasi, maupun "penyakit
peradaban" yang ingin membelenggu dan memperbudak manusia secara utuh dan sitematis.
Bagi seorang mahasiswa atau pemikir sejati, Homo Sapiens bukan sekedar sebuah tanda
keberadaan, tetapi tanda kekuatan dan kekuasaan (the Power). Bahkan, lebih daripada itu, bernilai
1
BDK. Negel. Emest, The Strukture of Science(Camridge:Hacket Publishing Company, 1961), 1-14.
2
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar ( Bandung: Rosdakarya ,2010), 263.
3
Allan & Barbara Pease, Why
2021 PENDIDIKAN AGAMA PROTESTAN
6 TIM DOSEN AGAMA PROTESTAN
Biro Bahan Ajar eLearning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
2. Akal praktis, adalah bagian yang menyangkut masalah etika yang tidak bisa diuraikan oleh
akal, seperti bagaimanakah manusia harus bermoral, bagaimana manusia harus berkehendak?
Pada aspek ini adalah aspek yang tidak bisa diuraikan dengan akal murni.
3. Akal kritis, yaitu bagian mengenai segala sesuatu di luar diri manusia, seperti bagaimana
keberadaan Allah itu? Pada aspek ini juga tidak bisa diuraikan dengan akal mumi. Menurut
Immanuel Kant, yang paling rendah nilainya adalah akal mumi, di mana hanya bisa
menguraikan hal-hal yang ada di bawah manusia, hal• hal yang masuk akal. Etika, atau
perilaku manusia, tidak bisa diuraikan dalam laboratorium atau dianalisis dengan akal
mumi, apalagi tentang hal-hal yang transenden yang berada di luar manusia yaitu Allah.
Sejalan dengan pemikiran Imanuel Kant tersebut, Rasul Paulus berkata bahwa, "Sebab di
dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti
ada tertulis: orang benar akan hidup oleh iman" (Roma 1:17). Di sini nyata, bahwa orang
percaya akan hidup oleh iman yang memimpin kepada kebenaran Allah yaitu Injil dan
imanlah yang menjadi dasar berpijak yaitu keyakinan kepada kebenaran Allah, sehingga iman
adalah hal yang penting dalam sebuah keyakinan.
2.3.2 Peranan akal
Rasio hanya dapat menerima hal-hal yang bisa dilogikakan, sehingga di luar akal maka
tidak bisa lagi diterima oleh karena tidak masuk akal, dan itu bukan berarti bahwa hal-hal yang tidak
masuk akal tidak ada. Ini semua karena ketidakmampuan akal untuk bisa mengerti segala
sesuatu, seperti Allah ada, lalu di manakah peranan akal? Segala sesuatu yang dapat dimengerti,
dianalisis, dan dibuktikan oleh akal pikiran manusia, disebut "science" (istilah Inggris). Istilah sains
berasal dari bahasa latin, yaitu "Scio", yang berarti I Know, {saya tahu}. Jadi segala sesuatu
yang saya tahu, yang bisa diuraikan dengan akal saya, maka itu disebut "Science" dalam bahasa
Indonesia adalah "sains'. Science inilah yang kemudian disistemkan sehingga disebut sebagai ilrnu
pengetahuan, seperti: biologi, geologi, antropologi, dll. Hampir semua bidang keilrnuan diakhiri
dengan kata "logi",yang berasal dari kata "logos"yang artinya ilmu.
Akal adalah salah satu substansi dari diri manusia, karena manusia adalah makluk yang dapat
berpikir, berkehendak, dan berperasaan. Aspek rasio ini adalah suatu pemberian Tuhan yang luar
biasa kepada manusia untuk kemuliaan Tuhan semata. Itulah sebabnya Firman Tuhan berkata,
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu. Itulah hukum yang pertarna dan terutama" (Mat. 22:37,38). Dengan apa yang
dikatakan Tuhan Yesus di atas, rnaka prinsipnya adalah bahwa salah satu cara memuliakan Allah
adalah rnernaksimalkan rasio atau akal budi yang telah diberikan Allah bagi kita, untuk mau
rnengerti wahyu Allah.
Rasio adalah aspek dari pribadi manusia yang hanya bisa memahami hal-hal yang ada di
bawah manusia dan manusia itu sendiri. Tetapi ketika berhadapan dengan Allah, maka rasio tidak
akan mungkin menguraikannya. Akal seperti ini adalah "akal murni" bagi Immanuel Kant, rasiolah
Sumber wahyu agama kristen adalah Alkitab. Bagian pertama (Perjanjian Lama) Alkitab
diambil alih dari Agama Yahudi. Bagian yang khas Agama kristiani, adalah bagian terakhir, yang
sering disebut Perjanjian Baru. Alkitab ditulis oleh banyak orang dan banyak waktu. Namun
demikian, kita percaya semua pengarang menulisnya di bawah pengaruh wahyu ilahi. Alkitab adalah
buku rohani, bukan buku pengetahuan!
Penutup
Iman dan akal budi adalah aspek yang tidak bertentangan, oleh karena iman adalah
suatu keyakinan terhadap sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh rasio (irrasional). Dan akal
budi adalah suatu bagian dari manusia yang diciptakan Tuhan untuk meneliti, menguraikan,
Alkitab Perjanjian Lama Dan Baru, Lembaga Alkitab Indonesia Kompendium Ajaran Sosial
Gereja
Yance Z. Rumahuru, ‘Agama sebagai Fondasi Perkembangan Masyarakat dan Perubahan
Sosial: Studi
Kasus Orang Hatuhaha di Negeri Pelauw Maluku Tengah’ (2013) HARMONI Vol. 12 (1),
144. Frans Magnis Suseno, SJ, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral,
Kanisius Artikel
Hermanto Suanglangi, Iman Kristen dan Akal Budi, Jurnal Jaffray: Jurnal Teologi dan Studi
Pastoral diambil dari https://media.neliti.com/media/publications/104198-iman
kristen-dan-akal-budi- 430d86d8.pdf
Pdt. Samuel T. Gunawan, SE M.Th, Apakah Iman Dan Akal Itu Kontras, diambil dari
http://artikel.sabda.org/apakah_iman_dan_akal_itu_kontras