Hal tersebut menjadi karakteristik utama yang disandang manusia sebagai ciptaan
berasio. Sebagai makhluk yang memiliki akal budi, rasa keingintahuan manusia tidak pernah
berhenti. Itu sebabnya, peradaban manusia yang semakin berkembang dari masa ke masa,
berpengaruh besar pada eksistensi ilmu pengetahuan yang hingga saat ini tidak berhenti
diteliti dan dikembangkan oleh para ahli.
Rasa ingin tahu, fenomena, dan pertanyaan yang timbul dalam pikiran manusia
menjadi salah satu aspek utama pengamatan dan uji coba terus dilakukan
Idealnya, rasio atau akal budi manusia memampukan setiap insan untuk lebih
mengenal kelebihan dan keterbatasan diri, mengenal alam semesta, dan hal yang paling esensi
adalah mengenal Penciptanya sebagai dalang utama dari keseluruhan komponen yang ada di
dunia. Namun, terjadi sebuah degradasi antara harapan dan realitas saat ini. Manusia telah
menjadikan rasio sebagai satu-satunya ukuran dari segala sesuatu. Seperti yang dikemukakan
oleh Immanuel Kant, "gunakanlah rasiomu setinggi mungkin dalam memperoleh
pengetahuan." Hal tersebut juga didukung oleh pernyataan Rene Descartes melalui
pemikirannya "Cogito ergo sum, I think therefore I am. I am a thinking being," sehingga
segala sesuatu yang ada menjadi objek dari pikiran manusia, termasuk Allah sebagai pencipta
(Suanglangi, 2005)
Dewasa ini manusia seakan menjadikan dirinya sebagai pusat dari penemuan
perkembangan ilmu pengetahuan dan mematraikannya sebagai kebenaran.
Anugerah intelektual yang Allah berikan tidak lagi menempati posisi sebagaimana
mestinya. Allah bukan lagi menjadi pusat dari ilmu pengetahuan, posisi itu kini tergantikan
oleh manusia.
Itu sebabnya, fenomena ini sangatlah penting untuk ditinjau dari sudut pandangan
Kekristenan yang menempatkan Allah sebagai pusat dari segala aspek kehidupan (Knight,
2009). Harapannya, manusia dapat kembali pada tataran filsafat pemikiran yang benar
mengenai keberadaan dirinya sebagai makhluk dengan anugerah kemampuan luar biasa.
Menurut teori Jean Piaget, alur perkembangan akal budi atau kognitif manusia dimulai
dari tahap sensori motor, yakni manusia mulai mengetahui benda-benda sekitarnya melalui
bantuan sensorik, seperti melihat, meraba, mendengar, atau mengecap. Tahap selanjutnya
memasuki tahap operasional. Pada tahapan ini manusia mulai mengerti maksud dari simbol-
simbol dan pengetahuan bahasa. Tahap terakhir adalah operasional. Manusia telah mampu
berpikir secara abstrak, bersifat pemecahan masalah, dan mampu berpikir secara reflektif
(Suparmo, 2001). Melalui pemaparan tersebut, jelas bahwa manusia dan perkembangan akal
budinya adalah dua hal yang sangat erat. Semakin bertambahnya usia, akal budi manusia
semakin meningkat. Keluarga, pendidikan, dan lingkungan juga merupakan salah satu faktor
pembentuk kematangan akal budi seseorang.
Sebab pikiran manusia tidak dapat Sehebat apapun kemampuan akal budi dan
mencampuri bahkan melampaui area Allah kecerdasan manusia, tidak akan luput dari
sebagai sumber kebenaran itu sendiri. kesalahan. Bahkan pemikiran ilmuan besar
Misalnya saja pada teori pemikiran Darwin. sekali pun. Melalui pemaparan ini, jelas
Siapa yang tidak mengenal teori ini? Teori bahwa rasio manusia memiliki banyak celah
yang sangat familiar bahkan masuk ke dan peluang terjadinya kesalahan, sehingga
dalam pembahasan ruang kelas. Terbukti menjadi sebuah kebobrokan menjadikan
pada tahun 2001 sebanyak 100 ilmuan serta akal budi manusia sebagai landasan
arkeolog menyatakan bahwa teori tersebut pengetahuan.
salah dan menciptakan kekeliruan besar
(Suanglangi, 2005)
Manusia memang makhluk paling mulia dan unik dibandingkan ciptaan lainnya. Akan
tetapi, satu hal mutlak yang tidak dapat dilupakan manusia adalah bahwa mereka memiliki
keterbatasan sebagai makhluk ciptaan.
KESIMPULAN
Penemuan teori, rumus, atau pemikiran baru akan terus berkembang. Namun, hal itu
tidak dapat dijadikan sebuah tolak ukur kebenaran. Sebaliknya, Allah sebagai pencipta
manusia menjadi satu-satunya pemeran utama atas seluruh pengetahuan yang ada. Itu
sebabnya, setiap pengetahuan tidak dapat bertolak belakang dengan Allah. Akal budi dan
Allah harus berjalan selaras dan beriringan, karena pada akhirnya pengetahuan akan lenyap,
tetapi Allah akan tetap ada sampai selama-lamanya. Wadah pendidikan Kristen melalui peran
guru diharapkan mampu melahirkan manusia dengan dasar pemikiran yang benar.
Mengembalikan tatanan pemahaman yang sudah rusak untuk kembali pada kebenaran sejati.
Membawa dan berkontribusi dalam menjawab tiga aspek kebutuhan utama siswa secara
holistis, baik dalam ranah afektif, kognitif, maupun psikomotor. Pada akhirnya, fenomena
yang telah dipaparkan pada awal tulisan dengan tangkas dipatahkan kebenarannya oleh
pandangan Kristen yang teguh menjadikan Alkitab sebagai dasar dari pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA