Anda di halaman 1dari 63

Disusun Oleh :

Dr. Hj. Sri Ahyani, S.H., M.H.

Sekolah Tinggi Hukum Bandung


2020
 Proses beracara dalam pengadilan Perdata
diatur dalam HIR dan UU Nomor 14 Tahun
1970 yang telah dirubah terakhir dengan
UU No 4 Tahun 2004 yang mencangkup:
 Tahapan Administratif :
A. Penggugat memasukkan surat gugatan ke Pengadilan Negeri yang
berwenang menurut pasal 118 HIR ditentukan bahwa kewenangan
Pengadilan Negeri yang berhak untuk memeriksa perkara adalah :
1.Pengadilan Negeri dimana terletak tempat diam (domisili)
2.Apabila Tergugat lebih dari seseorang maka tuntutan di masukan
ke dalam Pengadilan negeri di tempat diam ( Domisili) salah
seorang dari Tergugat tersebut atau apabila terdapat hubungan
yang berhutang dan penjamin mqaka tuntutan disampaikan
kepada Pengadilan negeri tempat si domisili yang berhutang atau
salah seorang yang berhutang itu.
3. Apabila Tergugat tidak diketahui tempat domisilinya atau tergugat
tidak dikenal maka tuntutan dimasukkan kepada Pengadilan Negeri
Tempat domisili sang Penggugat atau salah satu Penggugat atau
apabila Tuntutan tersebut mengenai barang tetap maka tuntutan
dimasukkan ke dalam Pengadilan Negeri yang daerah hukum
barang tersebut terletak
4. Tuntutan juga dapat dimasukkan kepengadilan Negeri yang telah
disepakati oleh pihak Penggugat.
B. Penggugat membayar biaya perkara;
C. Penggugat mendapatkan bukti pembayaran perkara;
D. penggugat menerima nomor perkara .
Dalam hal pemahaman bahasa :
Pasal 120
Bilamana penggugat buta huruf maka surat gugatannya yang dapat
dimasukkannya dengan lisan kepada Ketua Pengadilan Negeri yang
mencatat gugatan itu
Pasal 131
1. Jika kedua belah pihak menghadap akan tetapi tidak dapat
diperdamaikan (hal ini mesti disebutkan dalam pemberitahuan
pemeriksaan) maka surat yang dimasukkan oleh pihak-pihak yang
dibacakan dan jika salah satu pihak tidak paham bahasa yang dipakai
dalam surat itu diterjemahkan oleh juru bahasa yang ditunjuk oleh ketua
dalam bahasa dari kedua belah pihak
2. Sesudah itu maka penggugat dan tergugat didengar kalau perlu
memakai seorang juru bahasa
3. Jika juru bahasa itu bukan berasal dari juru bahasa pengadilan negeri
yang sudah disumpah maka harus disumpah terlebih dahulu dihadapan
ketua . ayat ketiga dari pasal 154 berlaku bagi juru bahasa
Pasal 132 a :
(1) Tergugat berhak dalam tiap tiap perkara memasukkan gugatan
melawan/Gugat balik, kecuali :
1. Kalau Penggugat memajukan gugatan karena suatu sifat sedang gugatan
melawan hukum itu akan mengenai dirinya sendiri dan sebaliknya
2. Kalau pengadilan negeri yang memeriksa surat gugatan penggugat tidak
berhak memeriksa gugatan melawan itu berhubung dengan pokok
perselisihan
3. Dalam perkara perselisihan tentang menjalankan keputusan
(2) Jikalau dalam pemeriksaan tingkat pertama tidak memajukan gugat
melawan, maka dalam bandingan tidak dapat mengajukan gugatan itu.
Pasal 134
Jika perselisihan itu suatu perkara yang tidak masuk
kekuasaan pengadilan negeri maka setiap waktu dalam
pemeriksaan perkara itu dapat diminta supaya hakim
menyatakan dirinya tidak berkuasa dan hakimpun wajib
mengakuinya karena jabatannya
PASAL 137
Pihak Pihak dapat menuntut melihat surat-surat
keterangan lawannya dan sebaliknya surat mana
diserahkan kepada hakim untuk keperluan itu
Pasal 237

orang orang yang demikian yang sebagai penggugat atau sebagai Tergugat
hendak berperkara akan tetapi tidak mampu membayar biaya perkara dapat diberi
izin berperkara dengan tak berbiaya

Pasal 238

(1) apabila penggugat menghendaki izin itu , maka ia memajukan permintaan untuk
itu pada waktu memasukkan surat gugatan atau pada waktu ia memajukan
gugatannya dengan lisan sebagaimana diatur dalam pasal 118 dan 120

(2) apabila izin dikehendaki oleh Tergugat maka izin itu diminta pada waktu itu
memasukkan jawabnya yang dimaksudkan pada pasal 121

(3) permintaan dalam kedua hal itu harus disertai dengan surat keterangan tidak
mampu yang diberikan oleh kepala polisi pada tempat tinggal si pemohon yang
berisi keterangan yang menyatakan bahwa benar orang tersebut tidak mampu
Pasal 122
Ketika menentukan hari persidangan maka ketua menimbang
jauh letaknya tempat diam atau tempat tinggal kedua belah
pihak daripada tempat pengadilan negeri bersidangdan dalam
surat perintah sedemikian maka waktu antara memanggil
kedua belah pihak dan hari persidangan ditetapkan kecuali
dalam hal yang perlu sekali tidak boleh kurang dari tiga hari
pekerjaan
1. PENGGUGAT HADIR, TERGUGAT TIDAK HADIR
Pasal 125
(1) jikalau si Tergugat walaupun dipanggil dengan patut tidak
menghadap Pengadilan Negeri pada hari yang telah
ditentukan itu, dan tidak juga menyuruh seseorang lain
menghadap selaku wakilnya maka tuntutan itu diterima
dengan keputusan tidak hadir (Verstek) kecuali jika tuntutan
itu melawan hak atau tidak beralasan
2. PENGGUGAT TIDAK HADIR , TERGUGAT HADIR
Pasal 124

Jikalau si Penggugat walaupun dipanggil dengan patut tidak


menghadap pengadilan negeri pada hari yang telah ditentukan itu
dan tidak juga menyuruh orang lain menghadap selaku wakilnya ,
maka tuntutannya dipandang gugur dan si Penggugat dihukum
membayar biaya perkara akan tetapi si Penggugat berhak sesudah
membayar biaya tersebut memasukkan tuntutannya sekali lagi
3. KEDUA BELAH PIHAK TIDAK HADIR
Ada tanggapan bahwa demi kewibawaan badan
peradilan serta agar jangan sampai ada perkara
yang beralurut –larut maka hal ini gugatan perlu
dicoret dari daftar dan dianggap tidak pernah ada
HAK

Dalam Hal pemberian nasehat

Pasal 119 Ketua Pengadilan negeri berkuasa member nasehat dan


pertolongan kepada Penggugat atau wakilnya tentang hal
memasukkan surat gugatan

Pasal 132

Ketua Berhak pada waktu memeriksa member penerangan kepada


belah pihak dan yang menunjukan supaya hukum dan keterangan
yang mereka dapat dipergunakan jika ia menganggap perlu supaya
perkara berjalan dengan baik dan teratur
DALAM HAL KEWENANGAN HAKIM
Pasal 159 ayat (4) hakim berwenang untuk menolak permohonan
penundaan permohonan penundaan sidang para pihak kalau ia
beranggapan bahwa hal tersebut tidak diperlukan
Pasal 175 diserahkan kepada timbangan dan hati hatinya hakim untuk
menentukan harga suatu pengakuan dengan lisan yang diperbuat di luar
hukum
Pasal 180
(1) Ketua PN dapat memerintahkan supaya suatu keputusan dijalankan
terlebih dahulu walaupun ada perlawanan atau bandingnya apabila ada
surat yang sah suatu tulisan yang menurut aturan yang berlaku yang
dapat diterima sebagai bukti atau jika ada hukuman lebih dahulu dengan
keputusan yang sudah mendapatkan kekuasaaan yang pasti demikian
juga dikabulkan tuntutan terlebih dahulu terlebih lagi di dalam
perselisihan tersebut terdapat hak kepemilikan
(2) akan tetapi dalam hal menjalankan terlebih dahulu ini tidak dapat
menyebabkan seseorang dapat ditahan
KEWAJIBAN
Dalam hal pembuktian
Pasal 172
Dalam hal menimbang harga kesaksian hakim harus menumpahkan
perhatian sepenuhnya tentang pemufakatan dari saksi saksi cocoknya
kesaksian yang diketahui dari tempat lain tentang perkara yang
diperselisihkan tentang sebab-sebab yang mungkin ada pada saksi itu
untuk menerangkan duduk perkara dengan cara begini atau begitu
tentang perkelakuan adat dan kedudukan saksi dan pada umumnya
segala hal yang dapat menyebabkan saksi-saksi dapat dipercaya benar
atau tidak
Pasal 176
Tiap tiap pengakuan harus diterima segenapnya dan hakim tidak bebas
untuk menerima sebagian dan menolak sebagian lagi sehinga merugikan
orang yang mengaku itu kecuali orang yang berutang itu dengan
maksud akan melepaskan dirinya menyebutkan perkara yang terbukti
dengan kenyataan yang dusta
DALAM HAL MENJATUHKAN PUTUSAN
Pasal 178
(1)hakim karena jabatannya pada waktu bermusyawarah wajib
mencukupkan segala alas an hukum yang tidak dikemukakan oleh
kedua belah pihak
(2) hakim wajib mengadili atas selutuh bagian gugatan
(3) ia tidak diijinkan menjatuhkan keputusan atas perkara yang tidak
digugat atau memberikan apa yang digugat

Dalam hal pemeriksaaan perkara di muka pengadilan


Pasal 372
(1) ketua ketua majelis pengadilan diwajibkan memimpin pemeriksaan
dalam persidangan dan permusyawaratan
(2) dipikulkan juga pada mereka kewajiban untuk memelihara ketertiban
baik dalam persidangan segala sesuatu yang diperintahkan untuk
keperluan itu, harus dilakukan dengan segera dan seksama
TUGAS HAKIM (Undang Undang No 14 Tahun 1970)

Pasal 2 ayat (1)

Tugas pokok daripada hakim adalah menerima memeriksa dan mengadili


serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya

Pasal 5 ayat (2)

Dalam perkara perdata hakim harus membantu para pencari keadilan dan
berusaha sekeras-kerasnya mengtasi segala hambatan dan rintangan untuk
tercapainya peradilan yang sederhana cepat dan biaya ringan

Pasal 14 ayat (1)

Hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili sesuatu perkara
yang dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas melainkan ia wajib untuk
memeriksa dan mengadilinya
UPAYA HUKUM

Sifat dan berlakunya upaya hukum berbeda

Tergantung apakah merupakan upaya hukum biasa atau upaya hukum


luar biasa

UPAYA HUKUM BIASA

Upaya hukum ini pada asasnya terbuka untuk setiap putusan selama
tenggang waktu yang ditentukan oleh UU upaya hukum tersebut
bersifat menghentikan pelaksanaan putusan untuk sementara
SURAT KUASA

Proses berperkara di Pengadilan

Kuasa pada umumnya

Pengertian kuasa

Diatur dalam pasal 1792 KUHPdt yaitu pemberian kuasa adalah


suatu persetujuan yang mana seseorang memberikan kekuasaan
kepada orang lain yang menerimanya untuk dan atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan
JENIS-JENIS KUASA
Kuasa umum
Kuasa yang diberikan secara umum merupakan perbuatan
perbuatan pengurusan yang meliputi segala kepentingan
pemberi kuasa kecuali perbuatan kepemilikannya

Kuasa khusus pasal 123


Hanya mengenai suatu kepentingan tertentu atau lebih
BENTUK BENTUK PEMBERIAN KUASA ANTARA LAIN :

Akta otentik

Kuasa dibawah tangan

Surat biasa

Secara lisan

Dan lain lain

Hak kuasa

Hak subtitusi

Hak retensi
Hak dan kewajiban para pihak
Hak dan kewajiban para pihak pihak
1801, 1802, 1803,1805 KUHPerdata
Kewajiban pemberi kuasa diatur dalam
1809,1810,1811,1812 KUHPerdata
Hak dan Kewajiban Penerima Kuasa
Hak hak penerima kuasa diatur dalam pasal-pasal
1807,1808,1810,1811,1812 KUHPdt
Kewajiban penerima kuasa diatur dalam pasal-pasal
1800,1801,1803,1804 dan pasal 1806 KUHPerdata
Berakhirnya persetujuan pemberian kuasa

1. atas kehendak pemberi kuasa

2. atas permintaan penerima kuasa

3. persoalan yang dikuasakan telah dapat diselesaikan

4. salah satu pihak meninggal dunia

5. salah satu pihak dibawah pengampuan

6. salah satu pihak dalam keadaan pailit

7. karena perkawinan perempuan yang member atau menerima kuasa

8. atas keputusan pengadilan (1814 KUHPerdata)


PERMOHONAN

1. Permohonan (Gugatan Voluntair)

Diatur dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No 14/1970


sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No 35 Tahun 1999 tetapi
tidak diatur dan Undang Undang Nomor 4 Tahun 2004 adalah :

Penyelesaian setiap perkara yang digunakan kepada badan-badan


peradilan mengandung pengertian yang di dalamnya penyelesaian
masalah yang bersangkutan dengan yurisdiksi Voluntair

Yang dimaksud permohonan (gugatan voluntair) adalah permasalahan


perdata yang diajukan dalam bentuk permohonan yang ditandatangani
pemohon atau kuasanya yang ditujukan kepada KPN
2. Landasan hukum yurisdiksi Voluntair

Pasal 2 menjelaskan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang 1470

c. Fundamental Petendi / dasar Permohonan tidak serumit dalam


gugatan contentiosa, cukup memuat dan menjelaskan hubungan
hukum antara diri pemohon dengan permasalahan hukum yang
dipersoalkan
CONTOH PERMOHONAN

Bidang Hukum Keluarga

Permohonan Izin Pologami (pasal 5 UU 1/74

Permohonan pembatalan perkawinan (pasal 25,26,27 UU /1/1974

Permohonan pengangkatan wali (pasal 23 ayat (2) KHI Keppres 1 tahun


1991 jo pemeneg No 2 Tahun 1987

Permohonan penegasan pengangkatan anak (Sema No 6 tahun 1983


tanggal 30 September 1983 Tentang penyempurnaan Sema No 2 tahun
1979
Bidang perlindungan konsumen berdasarkan UU no 8 tahun 99

Misalnya

 Permohonan penetapan eksekusi kepada pengadilan negeri atas


putusan mejelis badan penyelesaian sengketa konsumen (pasal 57)

 Permohonan berdasarkan UU No 5 tahun 99 tentang larangan


monopoli dan persaingan

Misalnya

Permohonan atau permintaan penetapan eksekusi kepada


pengadilan negeri atas putusan komisi pengawas persaingan usaha
(KPPU) yang telah berkekuatan hukum tetap (pasal 46 ayat (2)
 Permohonan berdasarkan UU NO 16 /2001 Tentang Yayasan

Misalnya

Permohonan pemeriksa yayasan berdasarkan pada pasal 53 kepada


Ketua PN untuk mendapatkan data dan keterangan atas dugaan
organ yayasan melakukan perbuatan melawan hukum
 Permohonan berdasarkan UU No 1 / 95 tentang perseroan Terbatas

Misalnya

Permohonan pembubaran UU No 1/95 Tentang Perseroan Terbatas

Misalnya

Permohonan pembubaran pasal 7 ayat 4

Misalnya permohonan pencegahan masuknya barang yang


berkaitan melanggar hak merk
 Petitum Permohonan

 Bersifat Desklaratif

Pemohon meminta agar dalam dictum penetapan pengadilan memuat


pernyataan dengan kata kata menyatakan bahwa pemohon adalah orang
yang berkepentingan atas masalah yag dimohon

Petitum tidak boleh melibatkan pihak lain atas masalah yang dimohon

Tidak boleh memuat petitum yang bersifat condemnatoir (mengandung


hukum)

Petitum permohonan harus dirinci satu persatu tentang hal-hal yang


dikendaki pemohon untuk ditetapkan pengadilan kepadanya

Petitum tidak boleh bersifat ex aquo bono


PROSES PEMERIKSA PEMOHON

Pemohon secara Ex Parte yaitu

Pemohon secara Ex Parte yaitu hanya mendengar keterangan


pemohon atau kuasanya

Sehubungan dengan permohonan

Memeriksa bukti atau saksi yang diajukan pemohon

Tidak ada tahap replik, duplik dan kesimpulan


PUTUSAN PEMOHON
Bentuk penetapan
Diktum bersifat deklaratur (hanya bersifat berisi penegasan,
pernyataan atau deklarasi tentang hal yang dimohon /diminta

Kekuatan pembuktian
Penetapan sebagai akta otentik
Hanya mengikat pihak pemohon

Tidak melekat azas Ne bis in idem


Upaya hukum Terhadap Penetapan
Penetapan atas permohonan merupakan putusan Tingkat pertama dan
terakhir
Upaya yang dapat diajukan adalah kasasi bukan banding (pasal 43 ayat
(1) UU 14/85 sebagaimana telah diubah UU No 5/2004
Upaya Hukum yang dapat diajukan terhadap permohonan yang keliru
Mengajukan perlawanan terhadap permohonan selama proses
pemeriksaan berlangsung (perlawanan pihak ketiga) dan perkara
diselesaian secara contradictoir
Mengajukan gugatan perdata
Mengajukan permintaan pembatalan kepada MA Atas Penetapan
Mengajukan upaya hukum PK
Gugatan Kontentiosa
Pengertian gugatan Sebagaimana dijelaskan dalam pasal 2 (1)
UU14/70 (Sebagaimana diubah dengan UU No 35 Tahun 1999
dan sekarang diatur dalam pasal 16 (1) UU No 4 tahun 2004
Gugatan merupakan tuntutan perdata tentang hak yang
mengandung sengketa dengan pihak lain
 Bentuk gugatan

Lisan

Diajukan kepada kepada KPN dengan lisan

Menjelaskan atau menerangkan isi dan maksud gugatan

 Tertulis (pasal 118 (1) HIR /142rbg

Bisa melalui kuasa atau dilakukan oleh Penggugat sendiri


Hal yang harus dimuat dalam surat gugatan

a. gugatan diajukan kepada Pengadilan Negeri sesuai dengan


kompetensi relative

b. diberi tanggal

c. ditandatangani penggugat atau kuasanya

Tentang tanda tangan pada umumnya merupakan tanda atau inisial


nama yang dituliskan dengan tangan sendiri oleh penandatangan
selain tanda tangan bias dibubuhi cap jempol berdasarkan Stb 1919
776 (Cap Jempol disamakan dengan tanda tangan
Identitas para pihak

merupakan syarat formil keabsahan gugatan tetapi penyebutan


indentitas dalam perkara perdata sangat sederhana dibandingkan
dengan surat dakwaan nama lengkap tempat lahir umur dan tanggal
lahir , jenis kalamin, kebangsaan,tempat tinggal, agama dan
pekerjaan tersangka
Fundamental Petendi / Dasar Gugatan /Posita / Dasar tuntutan

(Grondslag Van De Lis)

Dalil Gugatan harus menjelaskan fakta fakta yang mendahului


peristiwa hukum yang menjadi penyebab timbulnya perkara tersebut
(Ajaran Substantierings theorie)

Dalil gugatan yang harus dengan jelas memperlihatkan hubungan


hukum yang menjadi dasar tuntutan yang menjelaskan peristiwa
atau hukum yang dikemukakan dalam gugatan (Rechtsverhouding)
yang menjadi dasar tuntutan, namun tidak perlu dikemukan sebab
terjadinya hubungan hukum oleh karena hal tersebut dapat
dijelaskan dalam proses pemeriksaan
Pada pokoknya fundamentum petendi harus memuat unsure/dasar
hukum (rechtelijke Ground) dan dasar fakta (Feitelijke Ground)
Namun demikian dalil gugatan yang dianggap tidak mempunyai dasar
hukum apabila dijadikan dalil gugatan hal hal sebagai berikut :
Pembebasan pemidanaan atas laporan Tergugat
Dalil gugatan berdasarkan perjanjian tidak halal (Contoh perjanjian
Future Commodity Trading)
Tuntutan ganti rugi atas PMH mengenai kesalahan hakim dalam
melaksanakan fungsi peradilan (SEMA No 9 Tahun 1976 16 Desember
1976)
Dalil gugatan rugi atas sesuatu hasil yang tidak dirinci berdasarkan fakta
Dalil gugatan yang saling bertentangan
Hak atas objek gugatan yang tidak jelas
Petitum gugatan

Agar gugatan tidak mengandung cacat formal maka petitum harus


mencantumkan petitum gugatan yang berisi pokok tuntutan
Penggugat berupa deskripsi yang jelas menyebut satu persatu dalam
akhir gugatan tentang hal hal apa yang menjadi pokok tuntutan
penggugat yang harus dinyatakan dan dibebankan keopada
Tergugat

Petitum terdiri dari petitum primer dan petitum Subsidair (Ex Aequo
Et Bono)
GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK (CLASS ACTION)

Pengertian Class Action (Representatif Action)

Gugatan berisi tuntutan melalui proses pengadilan yang diajukan


oleh satu atau beberapa orang yang bertindak sebagai wakil
kelompok (Class Representative)

Selain itu antara seluruh anggota anggota kelompok dengan wakil


kelompok terdapat kesamaan fakta atas dasar hukum yang
melahirkan :

Kesamaan kepentingan (common interest)

Kesamaan penderitaan (common grievance)


Apa yang dituntut memenuhi syarat untuk kemanfaatan bagi seluruh
anggota

Menurut PERMA No 1 tahun 2002 istilah yang digunakan adalah cara


gugatan class Action

 Tujuan claas Action

Mengembangkan penyederhanaan akses masyarakat memperoleh


keadilan

Mengefektifkan efisiensi penyelesaian pelanggaran hukum yang


merugikan orang banyak
 Bedanya konsep hak gugatanLSM dengan class action

Konsep class action berdasarkan commonality yaitu prinsip


kesamaan yang berkenaan dengan fakta atau dasar hukum dan
kesamaan tuntutan hukum antara lain :

1. Kesamaan kepentingan (same interest)

2. Kesamaan penderitaan (same grievance)

3. Kesamaan tujuan (same purpose)


Konsep LSM berdasarkan pembelian hak oleh undang undang LSM
mempunyai hal legal standing, mengajukan gugatan atas nama
kepentingan kelompok tertentu organisasi atau badan swasta yang
harus memenuhi syarat berbentuk badan hukum atau yayasan dalam
anggaran dasar organisasi disebut tegas tujuan didirikannya untuk
kepentingan tertentu Telah melakukan kegiatan sesuai dengan
angggaran dasar
1. kewenangan absolute lingkungan peradilan
Kekuasaaan kehakiman (judicial power) yang berada dibawah MA
dilakukan dan dilaksanakan oleh beberapa lingkungan peradilan
yang terdiri dari :
a) Peradilan umum

b) Peradilan agama

c) Peradilan militer

d) Peradilan TUN

pasal 24 AYAT 2 UUD 1945 dan pasal 10 ayat 1 UU 14/70(diubah


dengan UU 75 tahun 1999) sekarang pasal 2 jo pasal 10 ayat 2 UU
No 4 /2004
Kewenangan absolute extra judicial berdasarkan yurisdiksi khusus oleh
Undang Undang: ( pasal 24 ayat (2) UUD 1945 dan pasal 2 jo pasal 10
ayat 2 UU 4/2004 diantaranya :
Arbitrase( UU 30/1999)
P4P (UU 22 /1957 Jo UU 2 tahun 2004 tentang P4P
Pengadilan pajak ( semula UU 17 /97 Tentang BPSP sekarang UU 14
Tahun 2002 Tentang pengadilan Pajak )
Mahkamah pelayaran (St 1934-215 ( 27-4-34) jo St. 1938-2

2. KEWENANGAN RELATIF PN
Dalam hal ini setiap PN Terbatas daerah hukumnya, sesuai dengan UU
No 2 tahun 1986 Tentang kedudukan (UU No 8 / 2004)
Sedangkan keewnangan mengadili diatur dalam pasal 118 HIR/142 Rbg.
Proses penyampaian
Penyampaian gugatan ke PN
Tahap pembayaran
Putusan akta perdamaian dalam rangka system mediasi

Diatur dalam SEMA 1 tahun 2002 disempurkan dengan SEMA No


2/2003

Mediasi proses penyelesaian sengketa di pengadilan melalui


perundingan antara pihak yang berperkara

Perundingan yang dilakukan para pihak dibantu oleh mediator yang


bersifat membantu atau memudahkan penyelesaian yang telah
ditentukan
Jawaban

Jawaban dapat berupa pengakuan atau bantahan (Vermeer) dalam


jawaban bias juga diajukan eksepsi yaitu sanggahan atau batahan
dari tergugat yang tidak langsung mengenai pokok perkara yang
berisi tuntutan batalnya gugatan : eksepsi bisa di ajukan untuk
kompetensi relative (pasal 125 (2)133 HIR 149 (2),159 RBg).
diajukan pada awal sidang kompetensi absolute (dapat di ajukan
sewaktu waktu pengadilan negeri(134 HIR,160 RBg demikian juga
dalam jawaban bisa di ajukan gugat balik (gugat REKONPENSI)
adalah gugatan yang di ajukan tergugat terhadap penggugat dalam
(pasal 132 A dan 132 b HIR ,pasal 157 158 RBg )
REPLIK

Sebagai penegasan terhadap gugatan dan bantahan tehadap


jawaban tergugat

DUPLIK

Sebagai penegasan terhadap jawaban dan bantahan terhadap replik


penggugat
Pembuktian

164 HIR / 284 RBg

1. Bukti tulisan HIR pasal 138,165,167, Rbg Pasal 164


,285,305,KUHPerdata pasal 1867-1894

Bukti saksi

HIR Pasal 139,152,168,172 Rbg Pasal 165,179 KUHPdt


Bukti persangkaan
HIR Pasal 173 Rbg pasal 310 KUHPdt Ps 1915-1922
Pengakuan
HIR Pasal 174-175-176 Rbg pasal 311-312-313 KUHPdt
Sumpah
HIR Pasal 155-158-177 Rbg pasal 182-185-314 KUHPerdata pasal
1929-1945
Pemeriksaaan Setempat (Descente)
HIR pasal 153Rbg pasal 180
Keterangan Ahli (Expertise)HIR Pasal 154
KESIMPULAN
Merupakan kesimpulan jawab-menjawab dan kejadian selama proses
persidangan khususnya tentang alat-alat bukti
PUTUSAN
Putusan adalah suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat
Negara yang diberi wewenang untuk diucapkan di persidangan dan
bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau
sengketa antara para pihak
Syarat-Syarat Putusan
Kepala putusan
Indentitas para pihak
Pertimbangan
Amar
Putusan hakim bisa berupa dikabulkan ditolak atau tidak dapat
diterima (NO)
 VONIS PUTUSAN HAKIM

 Putusan Condemnatoir adalah putusan menghukum

 Putusan Consitutif adalah putusan meniadakan atau menciptakan


suatu keadaan hukum yang baru misalnya pemutusan perkawinan

 Declaratoir bersifat menerangkan missal pengesahan anak


PELAKSANAAN PUTUSAN
Suatu putusan hakim yang telah mempunyai kekuatan hukum
yang pasti dapat melaksanakan secara sukarela oleh yang
bersangkutan yaitu pihak yang dikalahkan , apabila pihak yang
kalah tidak mau melaksanakan secara sukarla sehingga
diperlukan bantuan dari pengadilan untuk melaksanakan
putusan secara paksa dengan cara si pemohon mengajukan
permohonan pelaksanaan putusan (Eksekusi) Ke Pengadilan
yang bersangkutan 196,225,200 (11) HIR 208,259,218 (2) Rbg
 PROSEDUR BERACARA DI PENGADILAN AGAMA
 PERTAMA
Pihak berperkara dating ke pengadilan agama dengan membawa
surat gugatan atau permohonan
 KEDUA
Pihak berperkara menghadap petugasmeja pertama dan
menyerahkan surat gugatan atau permohonan minimal 2 (dua)
rangkap untuk surat gugatan ditambah sejumlah tergugat
Petugas meja pertama (dapat) memberikan penjelasan yang
dianggap perlu berkenaan dengan perkara yang diajukan dan
menaksir panjar biaya perkara yang kemudian ditulis dalam surat
kuasa untuk membayar (skum) besarnya biaya panjar biaya perkara
diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara
tersebut didasarkan pada pasal 182 ayat (1) HIR atau pasal 90 UURI
no 3 tahun 2006 Tentang Peradilan Agama
 Catatan
 1 bagi yang tidak mampu dapat diijinkan berperkara secara prodeo
(Cuma Cuma), ketidakmampuan tersebut dibuktikan dengan
melampirkan surat keterangan dari lurah atau kepala desa setempat
yang dilegalisir oleh Camat
 2. Bagi yang tidak mampu maka panjar biaya perkara diktaksir Rp 00
ditulis dalam surat kuasa untuk membayar SKUM didasarkan pasal 237-
245 HIR
 3 Dalam tingkat pertama para pihak yang tidak mampu atau berperkara
secara prodeo perkara tersebut ditulis dalam surat gugatan atau
permohonan disebutkan alasannya penggugat atau pemohon untuk
berperkara secara prodeo dan dalam petitumnya
 KEEMPAT
Petugas meja pertama menyerahkan kembali surat gugatan atau
permohonan kepada pihak berperkara disertai dengan surat kuasa untuk
membayar SKUM dalam rangkap 3 (tiga)
 KELIMA
Pihak berperkara menyerahkan kepada pemegang kas (kasir) surat
gugatan atau permohonan tersebut dan surat kuasa untuk membayar
SKUM
 KEENAM
Pemegang kas menandatangani surat kuasa untuk membayar SKUM
membubuhkan nomor urut perkara dan tanggal penerimaan perkara
dalam surat kuasa untuk membayar (SKUM) dan dalam surat gugatan
atau permohonan
 KETUJUH
Pemegang kas menyerahkan asli surat kuasa untuk membayar SKUM
kepada pihak berperkara sebagai dasar penyetoran panjar biaya perkara
ke Bank
 KEDELAPAN
Pihak berperkara dating ke loket layanan bank dan mengisi slip
penyetoran panjar biaya perkara pengisian data dalam slip bank
tersebut sesuai dengan surat kuasa untuk membayar SKUM seperti
no urut dan besarnya biaya penyetoran kemudian pihak berperkara
menyerahkan slip bank yang telah diisi dan menyetorkan uang
sebesar yang tertera dalam slip bank tersebut
 KESEMBILAN
Setelah pihak berperkara menerima slip bank yang sudah divalidasi
dari petugas layanan bank pihak berperkara menunjukan slip
pembayaran tersebut dan menyerahkan surat kuasa untuk
membayar SKUM kepada pemegang kas
KESEPULUH

Pemegang kas setelah meneliti slip Bank kemudian menyerahkan


kembali kepada pihak berperkara . pemegang kas kemudian
memberi tanda lunas dalam surat kuasa untuk mrmbayar SKUM dan
menyerahkan kembali kepada pihak berperkara asli dan tindakan
pertama surat kuasa untuk membayar SKUM serta surat gugatan
atau permohonan yang bersangkutan

KESEBELAS

Pihak berperkara menyerahkan kepada meja kedua surat gugatan


atau permohonan sebanyak jumlah tergugat ditambah 2 rangkap
serta tindakan pertama surat kuasa adalah untuk membayar SKUM
 KEDUA BELAS

Petugas meja kedua mendaftar/mencatat surat gugatan atau


permohonan dalam register bersangkutan serta member nomor
register pada surat gugatan atau permohonan tersebut yang diambil
dari nomor pendaftaran yang diberikan oleh pemegang kas

 KETIGA BELAS

Petugas meja kedua menyerahkan kembali 1 rangkap surat gugatan


atau permohonan yang telah diberikan nomor register kepada pihak
berperkara

.
PENDAFTARAN SELESAI

PIHAK PIHAK berperkara akan dipanggil oleh jurusita / Jurusita


pengganti untuk menghadap ke persidangan setelah ditetapkan
susunan majelis hakim dan hari sidang pemeriksaan perkaranya
BERSA M BU N G . . .

Anda mungkin juga menyukai