Anda di halaman 1dari 52

SUCKER ROD PUMP

Sucker rod pump


• disebut juga beam pumping, jack‐pump, pompa angguk
• metode artificial lift yang memanfaatkan gerakan naik‐ turun dari
plunger untuk mendorong fluida reservoir ke permukaan.
• Prinsip Kerja Pompa Sucker Rod
Gerak rotasi dari prime mover diubah menjadi gerak naik turun
oleh sistem pitman‐crank assembly, kemudian gerak naik turun
ini oleh horse head, dijadikan gerak lurus naik turun (angguk)
untuk menggerakan plunger melalui rangkaian rod

Peralatan sucker rod pump


• Dibagi menjadi dua kelompok utama
– peralatan di atas permukaan
– Peralatan di bawah permukaan.
• Peralatan di atas permukaan ini memindahkan energi dari suatu prime
mover ke sucker rod.
• Selain itu peralatan ini juga mengubah gerak berputar dari prime mover
menjadi suatu gerak bolak balik dan juga mengubah kecepatan prime
mover menjadi langkah pemompaan yang sesuai.
• Secara garis besar komponen peralatan sucker rod pump meliputi :
– Prime mover
– Pumping Unit
– Production Wellhead
– Sucker Rod String
– Subsurface Pump
Prime mover
• Penggerak utama,
• memberikan gerakan putar yang diubah menjadi gerak naik turun
pada polish rod dan diteruskan sucker rod ke peralatan bawah
permukaan.

Pumping Unit
Pumping Unit merupakan peralatan di permukaan yang secara
mekanis merubah gerakan putar dari prime mover menjadi gerak
reciprocating dalam arah vertikal (naik‐turun) yang diperlukan
oleh polish rod.
Terdiri dari :
• V‐Belt • Horse head
• Gear Reducer • Bridle
• Crank shaft • Carrier Bar
• Crank • Polished Rod Clamp
• Counter balance • Samson Post
• Pitman • Saddle bearing
• Walking Beam • Equalizer
• Brake
Pumping Unit
• V‐Belt
– V‐belt terletak diantara prime mover dan gear reducer.
– Berfungsi untuk meneruskan gerakan rotasi prime mover ke
gear reducer
– Menurunkan kecepatan putar
• Gear Reducer
– Fungsi mengubah kecepatan putar dari prime mover menjadi
langkah pemompaan yang sesuai.
– Gear reducer juga merupakan transmisi yang berfungsi untuk
mengubah kecepatan putar dari prime mover.
• Crank Shaft
– Poros crank yang berfungsi untuk mengikat crank pada gear
reducer.
– Crank shaft sebagai poros/tetap

Pumping Unit
• Crank
– Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan crank
shaft pada gear reducer dengan counterbalance.
– Terdapat lubang‐lubang tempat pitman bearing/pin
– Besar kecilnya langkah / stroke pompa dapat diatur dengan
cara mengubah‐ubah pitman bearing.
– Apabila kedudukan pitman bearing ke posisi lubang mendekati
counterbalance, maka langkah pemompaan menjadi
bertambah besar dan sebaliknya.
• Pitman
– penghubung antara walking beam pada equalizer bearing
dengan crank.
– Lengan pitman merubah gerakan berputar dari crank menjadi
gerakan naik turun pada walking beam.
Pumping Unit
• Counterbalance (pemberat):
– Menyimpan tenaga prime mover pada saat down‐stroke
(counterbalance menuju ke atas) saat kebutuhan tenaga kecil
atau minimum
– Membantu tenaga prime mover pada saat up‐stroke
(counterbalance bergerak ke bawah) sebesar tenaga
potensialnya, karena kerja prime mover yang terbesar adalah
pada saat up‐stroke (pompa bergerak ke atas)
• Walking Beam
– Balok horizontal di belakang horse head.
– Fungsi meneruskan gerak naik turun (reciprocating) yang
dihasilkan oleh pasangan power conversion (pitman‐crank‐
counterbalance) ke rangkaian pompa di dalam sumur melalui
rangkaian rod.

Pumping Unit
• Horse Head.
– kepala dari walking beam yang menyerupai kepala kuda
– Menurunkan gerak dari walking beam ke unit pompa di dalam
sumur melalui bridle, polish rod dan sucker string
– Bentuk lengkung untuk menjaga arah vertikal polished rod
• Bridle/ wire line hanger
– Sepasang kabel baja yang disatukan pada carrier bar.
– fungsi sebagai tenaga angkat dari rangakaian peralatan bawah
permukaan.
• Carrier Bar
– fungsi sebagai tempat bergantungnya rangkaian rod dan
polished rod
– sebagai penyangga dari polished rod clamp menjaga agar rod
tidak j atuh.
Pumping Unit
• Polished Rod Clamp
– Komponen yang bertumpu pada carrier bar yang fungsinya
untuk mengeraskan kaitan polish rod pada carrier bar.
– Tempat dimana dinamometer diletakkan.
• Sampson Post
– kaki‐ kaki penyangga atau penopang/bertumpunya berat
walking beam.
– Untuk menjaga kestabilan ketinggian setiap kaki‐kaki sampson
post, maka sampson post diletakkan pada bidang yang datar.
• Saddle Bearing
– penghubung walking beam dengan puncak sampson post.
– sebagai poros pada gerakan walking beam dan menjaga
kedudukan walking beam sehingga walking beam tetap
bergerak pada posisinya

Pumping Unit
• Equalizer
– bagian pitman yang dapat bergerak secara leluasa menurut
kebutuhan operasi pemompaan minyak.
– Equalizer diletakkan diantara crank shaft dan pitman crank.
– Sebagai penyelaras dengan gerakkan crank disetiap sisi.
• Brake
– Berada di gear reducer
– fungsi untuk mengerem gerak pompa jika dibutuhkan,
misalnya pada saat akan dilakukan reparasi sumur
– Bila prime mover dimatikan maka brake dapat memposisikan
head horse pada tinggi maksimum atau untuk mempermudah
ketika perawatan dan start up.
Prodsuction Wellhead
• Stuffing Box
– Dipasang di atas kepala sumur (casing atau tubing head) untuk
mencegah/menahan minyak agar supaya tidak keluar bersama
naik turunnya polish rod.
– tempat kedudukan polish head rod sehingga dapat bergerak
naik turun dengan bebas.

Prodsuction Wellhead
• Pumping tee (crosstee)
– Terpasang pada bagain atas tubing string dan mengalirkan
fluida masuk ke flowline
• Lubricator
– Terletak diatas pumping tee, sebagai suplai pelumas untuk
polished rod
• Blow Out Preventer
– Sebagai packing sekeliling polished rod saat stuffing box
diperbaiki serta menutup lubang sumur bila terjadi kerusakan.
Sucker Rod String
• Polished Rod
– Polished rod merupakan bagian teratas dari rangkaian rod
yang muncul dipermukaan
• Pony Rod
– Rod berukuran lebih pendek.
– Fungsinya untuk menyesuaikan panjang rod dengan
kedalaman yang diinginkan
• Sucker Rod
– batang/rod penghubung antara plunger dengan peralatan di
permukaan.
– Fungsi melanjutkan gerak naik turun dari horse head ke
plunger.

Subsurface Pump
• Working Barrel
– tempat plunger dapat bergerak naik turun sesuai dengan
langkah pemompaan
– menampung minyak terisap oleh plunger pada saat bergerak
ke atas (up stroke).
• Plunger
– bagian dari pompa yang terdapat di dalam barrel
– dapat bergerak naik turun yang berfungsi sebagai penghisap
minyak dari formasi masuk ke barrel yang kemudian diangkat
ke permukaan melalui tubing.
Subsurface Pump
• Standing Valve
– Merupakan bola yang ikut bergerak naik turun menurut
gerakan plunger
– mengalirkan minyak dari sumur ke working barrel saat plunger
bergerak ke atas (valve membuka).
– untuk mencegah fluida keluar ke annulus saat plunger
bergerak ke bawah (valve menutup).
– Biasanya berada pada bagian bawah barrel

Subsurface Pump
• Traveling Valve
– Merupakan bola yang ikut bergerak naik turun menurut
gerakan plunger
– berfungsi mengalirkan minyak dari working barrel masuk ke
plunger saat plunger bergerak ke bawah (valve terbuka)
– menahan minyak keluar dari plunger pada saat plunger
bergerak ke atas (valve tertutup)
• Gas Anchor
– komponen pompa yang dipasang dibagian bawah dari pompa
– fungsi untuk memisahkan gas dari minyak agar gas tersebut
tidak ikut masuk ke dalam pompa bersama‐sama dengan
minyak, untuk menghindari masuknya pasir atau padatan ke
dalam pompa.
Prinsip Kerja

Siklus Pompa
• dimulai saat upstroke dimana plunger mencapai dasar barrel.
– Fluida baru yang masuk terjebak pada ruang plunger karena
travelling valve menutup akibat beban fluida diatasnya.
– Fluida diatas travelling valve akan naik dan menjadi bagian dari
kolom fluida pada tubing
• Gerakan keatas dari plunger menyebabkan turunnya tekanan
pada bagian bawah barrel.
• Tekanan barrel yang turun dan lebih kecil dari takanan BHP akan
menyebabkan standing valve terbuka.
• Fluida dari dasar sumur akan masuk ke dalam barrel melaui
standing valve yang sudah terbuka sehingga ruang kosong pada
barrel akan terisi fluida.
Siklus Pompa
• mulai downstroke
– standing valve akan menutup beban fluida diatasnya
sementara traveling valve terbuka karena tekanan pada barrel
naik.
– fluida yang berada pada pump barrel mengalir melalui
traveling valve.
– fluida bergerak keatas melalui lubang pada plunger dan masuk
pada bagian atas dari pump barrel.
• Pada upstroke selanjutnya traveling valve akan menutup akibat
beban fluida diatasnya dan plunger akan memindahkan fluida dari
barrel menuju tubing dan menjadi bagian kolom fluida pada
tubing.
• Siklus iini terus berulang hingga fluida mencapai permukaan.
Prime mover
• Penggerak utama,
• Prime mover akan memberikan gerakan putar yang diubah
menjadi gerak naik turun pada polish rod dan sucker rod untuk
diteruskan ke peralatan bawah permukaan.
• dapat berupa mesin gas, diesel, motor bakar dan listrik.
• Prime mover ini disesuaikan dengan tersedianya sumber tenaga
tersebut.
• Jadi pemilihan motor diusahakan mempunyai daya yang cukup
untuk mengangkat fluida dan rangkaian rod dengan kecepatan
yang diinginkan.

Prime Mover – Motor Listrik


• Sebagian besar berupa motor listrik yang disuplai oleh listrik
tegangan 480 V , tiga phase, 60 Hz, motor induksi jenis squirrel
cage dengan enam kutup/pole
• Alasan penggunaan motor istrk karena relatif lebih murah, mudah
dikendalikan serta mudah beradaptasi untuk operasi yang bersifat
otomasi.
• Kecapatn singkron tergantung dar frekuensi dan jumlah kutup
pada stator :
120

– Nsync = kecapatan sinkron, RPM


– f = frekuensi tenaga listrik AC, Hz
– p = jumlah kutup/pole stator
Prime Mover – Motor Listrik
• Kecepatan sinkron untuk 60Hz adalah 1200 RPM.
• Jika akan mengubah kecepatan motor maka solusi paling feasible
adalah dengan merubah frekuensi tenaga listrik (variable speed
drive).
• Rotor selalu akan berputar dengan kecepatan yang lebih lebih
lambat dibanding kecepatan perubahan medan elektromagnetik
dari stator sehingga terdapat perbedaan kecepatan antara
kecepatan motor dengan kecepatan sinkron,
• dihitung dalam bentuk prosentase sebagai slip
100

– Slip = slip motor, %


– Nsynch = kecepatab sinkron motor, RPM
– N = kecepatan nominal motor, RPM

Prime Mover – Motor Listrik


• Motor dirancang dengan slip yang berbeda sesuai keperluan.
• motor slip rendah: pada saat mendapat beban penuh maka akan
membutuhkan arus yang besar untuk mempertahankan
kecepatan pada saat beban penuh.
• motor slip tinggi: pada saat mendapat beban penuh maka
kecepatan motor akan turun sehingg akebutuhan arus ada saat
beban penuh tidak sebesar motor slip rendah.
• Sesuai prinsip kerja pumping unit maka kebutuhan torsi akan
mengalami siklus perubahan.
– Pada saat upstroke maka kebutuhan tenaga akan besar untuk
mengangkat rangkaian rod‐string dan pompa serta fluida,
– Pada saat downstroke rangkaian rod‐string dan pompa akan
turun dengan sendirinya akibat pengaruh gaya gravitasi.
Prime Mover – Motor Listrik
• Motor listrik yang digunakan untuk pumping unit mengikuti
kategori dari NEMA (National Electrical Manufacturers
Association) yaitu B, C dan D.
– NEMA B: normal slip (< 3%), full load efficiency > 92%,
breakaway torque (at zero speed) 100–175% full‐load torque
– NEMA C: normal slip < 5%, full load efficiency > 90%,
breakaway torque 200–250% full‐load torque.
– NEMA D: high slip 5–8%, full load efficiency > 88%, breakaway
torque 275% fullload torque.

Prime Mover – Motor Listrik


• Umumnya yang digunakan adalah NEMA‐D, karena:
– Breakaway torque yang besar sehingga lebih mampu untuk
start‐up pompa dari kondisi berhenti
– Nilai slip yang tinggi sehingga sesuai dengan beban siklus
pompa yang selalu berubah
– Variasi kecepatan yang tinggi akan menghasilkan efek inersia
pada rotating componen pada pumping unit.
– Torsi pada gearbox dan arus motor akan lebih rendah akibat
efek inersia tersebut
Prime Mover – Motor Listrik

Prime Mover – Motor Listrik


Tenaga listrik yang dibutuhkan oleh motor listrik berupa
• Apparent power (KVA): line current (terbaca dari alat ukur
ammeter)
• Real power (KW) : dari arus yang sebenarnya mengalir
3 1.732 10
1000
3 cos 1.732 10
1000
• Dimana
– KVA = apparent power, K 1000 VA
– U = voltase, V
– I = ampare, A
– cos disebut juga Power Factor (PF)
Gear Reducer
• Fungsi utama untuk menurunkan kecepatan putar tinngi dari
prime mover menjadi kecepatan yang diperlukan oleh pumping
unit, sekaligus menaikkan torsi agar sesuai dengan kebutuhan
beban kerja di sumur.
• Penurunan kecepatan putar kisarannya 30:1 dengan kecepatan
pada keluaran maksimum sebesar 20 SPM.
• Tosi berkisar pada 6400 sampai 3648000 in‐lb, yang dinyatakan
dalam spesifikasi gearbox pada rating 6.4 sampai 3648
• Torsi diuji pada kecepatan berbeda, tergantung ratingnya.
– rating lebih besar dari 2560 diuji pada kecepatan 11 SPM
– rating dibawahnya diuji pada kecepatan 20 SPM.

Gear Reducer
Gear Reducer
• Gear reducer menggunakan double atau triple gear untuk
menurunkan kecepatan putar
• double reduction lebih banyak digunakan.
• Double reduction terdiri dari tiga poros/shaft :
– high‐speed (input),
– intermediate
– slow speed (output).
• High speed dihubungkan ke prime‐mover menggunakan V‐Belt
melalui V‐Belt sheave (pulley).
• Diameter poros berbeda‐beda, pada poros kecepatan tinggi (torsi
rendah) ukuran diameter kecil dan semakin besar torsi maka
diameter yang makin besar. Hal ini untuk mengatasi beban torsi
dan bending‐load yang besar. Poros berputar pada bearing,
biasanya straight‐roller bearing.
• Roda gigi umumnya berbentuk herring‐bone atau double‐helical.

Gear ratio
• Gear ratio atau speed ratio adalah perbandingan kecepatan sudut
(angular velocity) antara input/drive gear dengan outpu/drivent
gear.
• Dihitung berdasarkan diameter atau jumlah gigi dari tiap‐tiap
gear.
• Torque ratio juga ditentukan dari gear ratio.
• Kecepatan liniear v, pada titik kontak antara dua gear mempunyai
nilai kecepatan yang sama.
• Jika input gear GA mempunyai jari‐jari rA dan angular velocity ωA,
dan bersinggungan dengan output gear GB dengan radius rB dan
angular velocity ωB , maka:
ν
• Bila NA jumlah gigi dari input gear dan NB adalah jumlah gigi dari
output gear
• Input torque TA yang bekerja pada input gear GA dan output
torque TB" pada output gear GB are berhubungan dengan nilai
ratio
τ
τ

Gear Reducer
Rasio penurunan
kecepatan:

Z = Rasio penurunan
kecepatan
Dsl, Dhi = Diameter slow
speed, High‐Speed, in
Dii, Dio = Diameter
intermediate input dan
outpot, in
Gear Reducer
• Gearbox sudah disediakan bersamaan dengan pengadaan
pumping unit dengan ukuran yang paling besar.

Pelumasan
• Pelumasan merupakan hal penting yang mempengaruhi umur
pakai pada moving‐part.
• Pelumas dengan viscositas yang tepat berada pada bagian bawah
housing dimana terdapat bak pelumas (oil‐bath) untuk gear,
pelumas akan terbawa naik bersamaan dengan putaran gear.

V‐Belt
• Fungsi meneruskan putaran prime mover ke gear reducer
sekaligus menurunkan kecepatan putar dari prime mover yang
relatif tinggi, 1170 RPM ke kec input gear reducer sesuai dengan
SPM yang diinginkan.
• Sebagai alat untuk mengubah kecepatan pompa (SPM),
pulley/sheave pada prime mover dapat diganti‐ganti (SPM) yang
direncanakan.
• Memungkinkan penempatan prime‐mover jauh dari crank
• Penurunan kecepatan pada V‐Belt

– Zd = rasio penerurunan drive train total


– Z = rasio penurunan kecepatan gear box
– Dg = diameter pulley gearbox
– Dp = diameter pulley prime mover
V‐Belt

Pumping Unit
• Pumping unit mengubah gerak putar prime mover menjadi gerak
reciprocating dengan arah vertikal.
• Pumping unit digerakkan oleh crankshaft dari gear reducer pada
ekor beam dan terhubung dengan polished rod dari sucker rod
string pada horse head dan akan menggerakkan pompa
subsurface.
• Pumping unit dipasang counterbalance yang akan menahan gaya
berat dari sucker rod string & fluida.
• Jenis counterbalanced
– Beam weight, dipasang pada beam untuk unit ukuran kecil
– Crank Weight, dipasang pada crank unit ukuran besar
– Air balance, jenis unit yang lebih besar
• Walking Beam Assemby merupakan susunan balok melintang
diatas menara (Sampson post) dengan mempunyai bearing/poros
ditengahnya, bergerak reciprocating dan menghubungkan power
conversion dengan hanger assemby
• Pada ujung Walking beam terdapat kepala kuda (Horse head) dan
pada ujung yang lainnya, dihubungkan dengan Pitman yang
fungsinya meneruskan gerakan Pitman sehingga horse head
bergerak naik turun
• Horsehead : komponen berbentuk kurva/cembung dari walking
beam assemby yang posisinya berada diatas wellhead untuk
mengantungkan hanger assemby dan rod string. Karena
bertumpu pada engsel/pivot maka arah gerakan walking beam
berbentuk kurva, horse head akan menjaga supaya gerakan
diteruskan ke bridle dan rodstring dengan arah vertikal
Carrier Bar & Clamp

• Pumping Unit merupakan peralatan di permukaan yang secara


mekanis merubah gerakan putar dari prime mover menjadi gerak
reciprocating dalam arah vertikal (naik‐turun) yang diperlukan
oleh polish rod.
• Secara mekanis komponen utama untuk merubah gerak terdiri
dari :
– Crank arm, berpotar denhan sumbu pada poros slow speed
pada gear reducer
– Pitman, menghubungkan crank arm dengan walking beam
– Bagian walking beam, dari equalizer bearing sampai center
bearing
– Jarak antara saddle bearing dengan poros crank
• Type pumping unit didasarkan pada perbedaan susunan geometri
komponen.
• diklasifikasikan menjadi deouble lever arm (Class I) atau single
lever arm (Class III).
• Beberapa aspek lain dalam deskripsi geometri dan parameter
kinematik:
– Crank arm dapat berputar pada dua arah yaitu searah jarum
jam (clockwise/CW) atau berlawanan arah jarum jam (counter
clockwise/CCW). Arah ini digambarkan pada posisi bila
wellhead berada di sebelah kanan.
– Sudut Crank , biasanya berupa sudut crank dengan garis
vertical.

Tipe Conventional
• Merupakan tipe yang paling awal ada dan merupakan jenis yang
paling umum digunakan.
• Walking beam berlaku sebagai double arm lever yang digerakkan
pada bagian ekor lalu meneruskan gerakan ke polished rod pada
bagian depan,
• disebut juga pull‐up leverage system.
• Saat beam berada pada posisi horosontal, posisi equalizer bearing
dan poros crank akan berada pada satu garis vertikal yang sama,
secara geometris dinotasikan dalam C dan I dimana C = I.
• Counterwieght berada pada bagian belakang beam (beam
balanced) atau pada crank‐arm (crank‐balanced). Unit ini dapat
digerakkan pada arah CW arau CCW
Air Balanced
• Struktur Air balance menempatkan horse head pada bagian yang
sama dengan pitman, dan mengganti counterweight dengan
silinder udara bertekanan.
• Mempunyai keungglan 40% lebih ringan serta 35% lebih pendek
daripada type konvensional.
• Deskripsi secara geometri:
– Beam berkerja sebagai single arm lever (Class III) atau push‐up
system karena pitman dan horse head berada pada sisi yang
sama
– Dimensi I dan C sama seperti pada tipe konvensional
– Counterbalanced menggunakan silinder udara bertekanan dan
bekerja sebagai piston yang terhubung ke beam
– Unit dapat bergerak pada arah CW dan CCW
Mark II
• Mark II merupakan Class III lever system.
• Mark II dirancang untuk menurunkan kebutuhan tenaga serta
torsi dari jenis konvensional.
• Merupakan Class II atau push up system
• Equalizer bearing berada dekat dengan horse head sehingga
dimensi C lebih besar daripada I, faktor ini yang meningkatkan
kinerja Mark II daripada tipe konvesional.
• Counterweight ditempatkan pada lengan yang berbeda (arah
berlawanan pada poros) dengan pitman/crank arm dan
membentuk sudut sebesar  , biasanya sebesar 24O. Geometri ini
menyebabkan variasi torsi yang lebih seragam sepanjang siklus
pompa
• Merupakan unidirectional dan harus beropresai pada arah CCW
ReverseMark
• Pull up system
• Gear reducer di set lebih menjauhi samson post sehingga
dimensi I lebih besar daripada C
• Counterwight dipasang pada crank dan membentuk sudut ,
sekitar 8 – 15, dimana crank arm mendahului counterweight pada
arah putar.
• Rotasi pada arah CW
API Designation
Kode identifikasi pada pumping unit beberapa parameter struktural
dan geometri dinyatakan dalam designation yaitu :
• Jenis geometri :
– B = beam balanced konvensional ‐ M = Mark II
– C = Crank balanced konvensional ‐ A = Air
balanced
– RM = Reverse Mark
• Maksimum torsi dari gear reducer, dalam 1000 in‐lb
• Tipe gear reducer: D (Double), T (triple)
• Maks polished rod load dari struktur pumping unit, dalam 100 lb
• Panjang langkah maksimumpada polished rod, in
Contoh : M‐320D‐213‐120 : Geometri Mark II, Torsi gear reducer
maks 320000 in‐lb, double reducer gearbox, polished rod load
maksimum 21300 lb serta panjang langkah polished rod 120 in

Sucker Rod
• Rangkaian mekanis yang
menghubungkan pumping unit
di permukaan dengan
subsurface pump.
• dihubungkan dengan metal
collar /coupling.
• Fungsi : meneruskan gerak
reciprocating dari pumping unit
ke subsurface pump melalui
production tubing sehingga
fluida formasi untuk diproduksi.
• Terdiri dari : Polished rod, pony
rod, sucker rod.
Polished rod
• Batang baja yang sangat kuat yang ditempatkan diatas sucker rod
string yang terkoneksi dengan surface pumping unit
• Komponen rod string yang paling kuat karena harus menopang
seluruh berat dari sucker rod string dan beban fluida dari tiap
stroke pumping unit.
• Permukaannya halus sehingga friksi minimum supaya dapat
dengan lancar bergerak naik turun melewati seal pada stuffing
box.
• Tiga ukuran 1 1/8 “, 1 ¼” dan 1 ½ “.
Sucker Rod
• Batang baja pejal high‐grade panjang 25 atau 30 ft.
• Logam dengan kekuatan tinggi, biasanya steel alloy: carbon‐
manganese steel, nichel‐molibdenum.
• Ukuran diameter meliputi 7/8, 1 dan 1 1/8 OD pada batang rod.
• Bagian‐bagian:
– Shaft atau rod section/body
– Wrench flat : mengencangkan/mengendorkan rod memakai
tang
– Pada ujung terdapat ulir/thread yang disebut pin
– Box connection dengan ulir didalamnya ( pada box and pin
type)
Basic Type sucker Rod
• Double pin type
– Mempunyai dua pin koneksi pada setiap ujung
– Untuk penyambung antar rod digunakan coupling.
– rod yang paling banyak digunakan.
• Box and pin type
– pin koneksi pada salah satu ujungnya dan box koneksi pada
ujung yang lain.
– tidak membutuhkan coupling, sudah tidak direkomendasikan
oleh API

• Pony rod
– Sucker rod dengan ukuran yang lebih
pendek
– untuk meyesuaikan seting kedalaman
subsurface pump.
• Sucker Tube
– tubing type sucker rod, mempunyai lubang
untuk memproduksikan fluida.
– Ukuran diameter lubang 1 atau 1 ¼ inch
yang digunakan pada sumur laju produksi
kecil.
– Digunakan untuk injeksi fluida (chemical).
Aksesories : Double Box Coupling
• logam silender pendek, dengan ulir didalamnya yang digunakan
untuk join dua buah double pin type sucker rod.
• Panjang 4 – 4 ½ “ dengan diameter lebih besar dari sucker rod
• hard coated, bahan lebih cepat aus dibanding sucker rod.
• Terdiri dari:
– Standard coupling
– Combination coupling (beda ID, untuk tappered rod)
– Slim hole coupling, untuk selisih OD rod dan tubing ID kecil.
Aksesories : Rod guide
• Rod guide/Centralizer ditambahkan pada
rod string pada interval tertentu untuk
mengurangi keausan pada coupling dan
rod.
• Diameter yang lebih besar dari pada
rod/coupling akan mengalami keausan
lebih dulu akibat gerak reciprocating
selama operasi.
• Terdapat dua jenis tipe rod guide:
– Plastic coated atau hard metal.
– Rubber atau nylon type yang
dijepitkan pada batang rod.

Aksesories : Paraffin Scrapper


• Paraffin Scrapper
• Scrapper adalah peralatan dari logam
yang dipasang pada rod string untuk
menghilangkan deposit parafin yang
terkumpul pada dinding tubing.
• Parafin akan menghambat aliran atau
menyumbat lubang sehingga
menurunkan laju produksi.
• Spiral Sucker rod coupling, digunakan
pada long stroke pumping unit. Bisa
berupa metal atau molded nylon
scrapper.
Penyebab kerusakan sucker rod
• Korosi: kerusakan yang disebabkan adanya reaksi elektro‐kimia,
merupakan penyebab utama kerusakan sucker rod
• Erosi : disebabkan aliran turbulen atau material abrasive
• Aus/wear : Abrasi dari metal akibat adanya gesekan dari dua
permukaan logam, misal rod dan tubing
• Penanganan yang salah : Lihat diatas
• Beban : stress dialami oleh rod string karena adanya gerak
upstroke‐downstroke
• Torsi kurang/berlebih : pada saat join pada coupling tightness
tidak tepat .

Perlakuan
• Ulir pada pin dan coupling harus harus dijaga tetap bersih dan
diinspeksi setiap akan dibawa ke lapangan
• Rod harus dipelakukan sedemikian rupa agar mengurangi tekukan
(bends), torehan (nicks), penyok (dents) atau benturan (hammer
mark) yang dapat meyebabkan kerusakan permanen atau
menimbulkan korosi.
• Saat dilakukan penyambungan, torsi yang diberikan harus tepat.
Subsurface Pump
• Dipasang pada dasar sucker rod string, merupakan komponen
utama dari peralatan subsurface, berupa barel silinder dan
plunger.
• bagian dari production tubing assemby atau dimasukkan ke dalam
tubing
• berfungsi mengangkat fluida dari dasar sumur ke permukaan.
• bekerja berdasarkan gerak reciprocating.

Klasifikasi pompa menurut API


• Tipe pompa : T (Tubing), R (Rod)
• Tipe barrel (barrel‐wall )
– Metal plunger : H (Heavy), W (thin), X (Extra heavy)
– Softpack plunger : P (heavy ), S (thin)
• Lokasi dari pump anchor (seating nipple) : A (Top anchor), B
(bottom anchor), T (Travelling barrel/bottom)

Subsurface Pump
• Bagian‐bagian dari sucker rod pump:
– Working Barrel
– Plunger, bekerja seperti piston
– Standing valve
– Traveling valve
– Pump anchor
• Terdapat dua tipe utama :
– Insert/Rod type pump
– Tubing type pump:
Tubing Pump
• bagian dari tubing assemby.
• komponen yang bergerak adalah plunger
(travelling plunger).
• Menurut API : TH & TP
Tubing type:
• Standard tubing type, mempunyai traveling
plunger dan beroperasi pada ukuran yang
sama dengan insert type
• Oversized Tubing Type, diameternya lebih
besar daripada tubing sehingga mempunyai
kapasitas lifting yang lebih besar
perlu metode khusus untuk memasang atau
melepas dari plunger

Tubing Type Pump


Kelebihan :
• digunakan bila kebutuhan laju produksi lebih besar daripada
kemampuan pump displacement tipe rod pump.
• Tubing type pump mempunyai diameter plunger yang lebih besar,
¼ in lebih kecil daripada tubing ID, sehingga dapat mengangkat
fluida dengan kapasitas lebih besar.
• konstruksi pompa yang kuat dimana barrel merupakan bagian
integral dari tubing.
• Rod langsung tersambang dengan plunger tanpa ada tambahan
valve rod, sehingga sambungan lebih kuat .
Kekurangan:
• seluruh rangkaian tubing string harus diangkat apabila ada
perawatan terhadap working barrel atau komponen seating.
Sehingg abiaya maintenance lebih besar
Insert atau Rod type pump
• terpisah dari tubing dan dimasukkan ke dalam production tubing,
• dapat dilepas atau diganti tanpa harus mengangkat tubing.
• diameter barrel/plunger harus lebih kecil daripada tubing ID
sehingga kapasitas pengangkatan lebih kecil.
Jenis :
• Stationary Barrel (Travelling Plunger) Type
Komponen bergerak : plunger dengan valve didalamnya adalah
traveling valve. Komponen stasioner: barrel dengan valvenya
yaitu standing valve. Meliputi :
• Top Anchor
• Bottom anchor
• Traveling Barrel type
Komponen bergerak: working barrel, valve sebagai travelling
valve. Komponen stasioner: plunger, valve berupa standing valve.

Insert/Rod Pump
Stationary Barrel Top Anchor
Terdiri dari : RHA, RWA dan RSA
Kelebihan:
• Cocok untuk sumur berpasir karena pasir tidak
terkumpul pada seating nipple, bila ada pasir
pompa susah diangkat
• Lebih kuat dibanding bottom anchor, juga lebih
cocok untuk minyak yang banyak gas, karena
plunger standing valve terbenam lebih dalam
• Dapat dipasang gas anchor pada bawah barrel
Kekurangan
• Beda tekanan besar antara sisi luar (efec
suction) dan dalam barel (efek hidrostatik) bisa
menyebabkan deformasi barrel
• Pada saat downstroke berrel mendapat beban
tarik

Stationary Barrel Bottom Anchor


• Jenis: RHB, RWB, RSB, RXB
• Extra Heavy hanya pada bottom anchor
Kelebihan:
• Beda tekanan sisi luar dan dalam barrel tidak
terlalu besar, cocok untuk susur dalam
• Standing valve biasanya lebih besar sehingga
intake lebih lancar, terbebas dari foaming
Kekurangan:
• Pasir dapat terkumpul pada sisi luar barrel
• Pasir juga bisa masuk ke barrel/plunger
Traveling barrel type
• Jenis : RHT, RWT, RST
Kelebihan
• Barrel yang bergerak menghindari pasir settling
• Koneksi dari barel ke rod lebih kuat dibanding
barrel ke plunger
• Part lebih sedikit (lebih murah) dibanding rod
type stationary
Kekurangan:
• Ukuran standing valve terbatas (lebih kecil)
sehingga restriksi aliran besar
• Tidak cocok untuk hi‐viscous

API Designation
• Nominal tubing size • Klasifikasi Pompa
• Seating Assemby
– M = Mechanical
– C = Cup type
• Panjang Barrel (ft)
• Ukuran pompa (OD plunger) • Panjang plunger (ft)
• Upper barrel extension (ft)
• Lower barrel extension (ft)
Misal:
25‐175 RWAC 10‐3‐1‐1
API Bottomhole Pump Designation
Metal Plunger Soft-Packed Plunger
Pumps Pumps

Heavy Wall Thin Wall Heavy Wall Thin Wall


Type of Pump Barrel Barrel Barrel Barrel
Rod Pumps:
Stationary Barrel, Top Anchor RHA RWA RSA
Stationary Barrel, Bottom Anchor RWA RWB RSB
Traveling Barrel, Bottom Anchor RHT RWT RST
Tubing Pumps TH TP

XX-XXX-XXXX-X-X-X-X
Tubing Size: 15 - 1.900" OD Extension Length - Bottom - in Feet
20 - 2-3/8" OD
25 - 2-7/8" OD Extension Length - Top - in Feet
30 - 3-1/2" OD
40 - 4-1/2" OD Plunger Length in Feet
50 - 5-1/2" OD
Barrel Length in Feet
Pump Bore: 125 - 1-1/4"
150 - 1-1/2" Seating Assembly Type: C - friction cup
175 - 1-3/4" M - mechanical
178 - 1-25/32"
200 - 2" Location of Seating Assembly: A - top
225 - 2-1/4" B - bottom
250 - 2-1/2" T - bottom, travel barrel
275 - 2-3/4"
325 - 3-1/4" Barrel Type: H - heavy wall f/metal plunger
375 - 3-3/4" W - thin wall f/metal plunger
475- 4-3/4" P - heavy wall f/soft pack plunger
550 - 5-1/2" S - thin wall f/soft pack plunger
575 - 5-3/4"
775 - 7-3/4" Pump Type: R - rod
T - tubing

Working Barrel
• Cold drawn process, polished inside wall
• Terdapat one piece dan liner barrel
– One piece type working barrel merupakan heavy walled atau
thin walled, terbuat dari seamless steel, cast iron atau
corrosion resitant alloy.
– Liner type mempunyai liner yang dikelilingi outer steel jacket.
Tipe ini mempunyai tingkat presisi yang lebih baik serta biaya
perawatan lebih kecil, namun harga yang lebih mahal.
• Ujung : Pin‐end (heavy wall) dan box‐end (thin & extra heavy wall)
• Ketebalan : 3/16 (heavy), 1/8 (thin)
• Panjang standar 24 ft, disambung untuk kebutuhan lebih panjang
• Panjang ditentukan dari : panjang plunger, plunger stroke, bila
ditentukan dari polished rod stroke ditambah allowance 24 in bila
kedalaman < 4000 ft atau ditambah 6 in/1000 ft kedalaman
Working barrel

Plunger
• SRP awal menggunakan softpacked/cup terbuat dari bahan lentur
• Tahan terhadap korosi, cocok untuk moderate well ( < 5000 ft)
• Pada sumur lebih dalam tidak kuat menahan tekanan hidrostatik
menyebabkan slippage dan menurunkan efisiensi pompa
• Pada sumur lebih dalam digunakan metal plunger, OD plunger fit
dengan ID barrel, clearance 0.001 – 0,005 in (ukuran 1 – 5)
• Plunger fit terutama faktor viskositas
• Jenis : ‐ Softpacked : cup, ring, kombinasi
– metal: plain, groove (mengatasi pasir/solid)
• Rekomendasi panjang metal plunger :
– D < 3000 ft : 3 ft
– 3000 ft < D < 6000 ft : 3 ft + 1 ft / 1000 ft
– D > 6000 ft : 6 ft
• Rekomendasi softpacked : 4‐6 cup per 1000 ft
Valve
• Jantung dari peralatan pompa, sangat mempengaruhi efisiensi
• Terdiri dari ball dan seat, dibuat secara presisi dan tahan karat:
stainless steel, metal alloy, tungsten carbide, zirconia/ceramics
• Sebelum digunakan, diuji menggunakan vacuum test
• kebocoran menyebabkan slippage dan cenderung membesar
Valve cages
• Selama operasi bola akan duduk dan
lepas dari dudukannya
• Cage menahan arah gerakan
(guide/restrict) tetap vertikal
• Jenis : open, close

Fixed standing valve

• berada pada dasar dari tubing string


• Plunger diangkat di keluarkan dari barrel, standing valve masih
berada pada tubing shoe
• Untuk melepas standing valve maka tubing string harus
diangkat ke permukaan
Removable standing Valve
• Standing valve berada pada tubing
shoe saat pompa beroperasi
• Untuk melepas maka plunger
diturunkan sampai pada peralatan
fitting khusus (valve puller) dari
standing valve kemudian diangkat
bersama plunger dan sucker rods,
barrel dan tubing tetap berada
pada posisi semula.

Pump Anchor (Hold downs)


• Mengikat bagian stasioner pompa ke tubing string sehingga posisi
tetap dan mencegah fluida turun ke dasar sumur (sealing)
• Dipasang mengunci pada seating nipple yang ada di tubing
• Pada mechanical : spring untuk lock, seating ring untuk seal
• Pada cuptype menggunakan friksi
Pump Anchor

• Berupa slip asembly yang dipasang


pada tubing sehingga pompa dapat di
set pada kedalaman yang diinginkan.
• Posisinya dapat dinaikkan atau
diturunkan tanpa harus mengangkat
tubing string.

Gas Anchor
• Subsurface pump dirancang untuk fluida incompressible, akan
beroperasi secara efisien apabila tidak ada free‐gas masuk pompa
• Free gas : efisiensi turun karena valve tidak bekerja baik
• Valve terlambat membuka :
– Standing valve (upstroke), travelling valve (downstroke)
– Barrel tidak terisi penuh dan effective plunger stroke turun
• Menyebabkab fluid pound, vibrasi, rod bengkok, rod aus dll
• Pada kondisi ekxtreme terjadi gas lock, fluida tidak terproduksi
Jenis Gas Anchor
• Natural Gas Ancchor
• Modified Natural Gas Ancchor
• Packer Type Gas Separator
• Collar size Gas Separator
• Poor boy Gas Separator
Anchoring : Tubing anchor
• Selama siklus pemompaam berlangsung, beban fluida yang
diangkat megalami perubahan pada saat upstroke dan
downstroke.
• Bila tubing tidak dipasang anchor maka akan meregang pada saat
dikenai beban fluida.
• Peregangan pada tubing ini akan mengurangi panjang stroke
efektif dari plunger dan akan mengurangi volume lifting.
• Tubing anchor adalah peralatan yang dipasang dekat/pada dasar
tubing string yang berfungsi sebagai klem aatau menjaga ujung
bawah dari tubing sehingga dapat ditempatkan pada casing
dengan kokoh.

Permasalahan pada Siklus Pompa


Permasalahan :
• Rod stretch • Fluid Pound
• Slippage Lain‐lain :
• Gas lock • Sand
• Pump Off • Scale Parafin
• Pump Sticking

• Rod Stretch. Peregangan rod string terjadi akibat berat rod dan
fuida yang diangkat diatas plunger pada saat upstroke.
– meyebabkan panjang stroke pada down‐hole lebih pendek
daripada panjang stroke di permukaan.
– Untuk mengurangi digunakan long stroke atau menggunakan
rod dengan ukuran yang lebih besar.
Permasalahan pada Siklus Pompa
• Slippage adalah kebocoran antara barrel dan plunger, terjadi pada
saat plunger naik terdapat fluida yang turun diantara plunger dan
barrel.
– hal yang normal karena diperlukan sebagai pelumas dari
gesekan plunger dan barrel.
– kebocoran yang terlalu besar bisa terjadi karena clearance
yang tidak tepat dan akan mengurangi tingkat laju produksi.
– Meminimalkan kebocoran ini dengan mengurangi clearance
antara plunger dan barrel atau dengan menggunakan plunger
yang lebih panjang.

Permasalahan pada sucker rod:


• Gas lock
– Disebabkan terkumpulnya free gas pada pompa dimana tidak
akan bergerak keluar melalui traveling valve pada saat
downstroke
– Selama siklus gas akan berekspansi/kompresi sehingga
standing valve tidak membuka pada saat upstroke.
– Pompa tidak akan memproduksi fluida sampai gas yang
terjebak dikeluarkan.
– Jika tidak dikeluarkan maka akan gas lock dapat menyebabkan
kerusakan
Permasalahan pada sucker rod:
• Pump‐Off
Pump off adalah kondisi dimana pompa mempunyai kapasitas
displacement rate yang lebih besar daripada produksi fluida
sumur. Hal ini terjadi karena:
– Setting depth pompa diatas fluid level
– pump speed terlalu besar
– Stroke terlalu panjang
– Pressure build pada pada casing terlalu besar (mengurangi
draw down pressure)
• Pump Sticking
Problem ini terkait dengan problem diatas dan disebabkan oleh
berbagai hal seperti pump off, plunger alignment yang sangat
rapat, packing terlalu ketat atau polished rod yang kurang
pelumas. Pump valve stick juga bisa terjadi akibat viscositas
fluida, scale dan paraffin dll.

Permasalahan pada sucker rod:


Fluid Pound
Ruang bagian bawah pada barrel
tidak sepenuhnya terisi fluida
pada saat upstroke.
Pada saat downstroke plunger
akan bergerak melalui ruang
kosong/gas dan segera akan
membentur bagian aas fluida dan
akan menyebabkan goncangan
pada pump barrel, plunger dan
rods string
Permasalahan pada sucker rod:
• Scale dan paraffin
Scale dan paraffin adalah solid/padatan
yang terbentuk dari fluida hidrokarbon
yang menepel pada diding tubing.
Scale dapat menghalangi aliran fluida
pada rod pump. Diatangani dengan
injeksi chemical

Sand
Sand solid produce dapat menghambat atau menutup saluran dari
sumur ke pompa, pada jumlah yang besar dapat mengakibatkan
keausan pada peralatan pompa. Diatasi dengan submergence
pompa yang lebih dangkal atau dengan memasang pompa khusus

Anda mungkin juga menyukai