Di bawah ini merupakan beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh globalisasi di
bidang pendidikan:
Dampak negatif dari adanya globalisasi di bidang pendidikan yang pertama adalah
meningkatkan kesenjangan sosial di masyarakat.Hadirnya metode pendidikan berbasis
teknologi dapat menjadi kesempatan bagi sebuah negara untuk meningkatkan kualitas
pendidikannya. Namun, di satu sisi kemajuan teknologi dan informasi di dunia
pendidikan juga harus dibarengi dengan kesiapan mental dan modal yang tentunya tidak
sedikit. Banyak negara khususnya negara berkembang yang perkembangan teknologi
hanya bisa dirasakan oleh siswa-siswa di sekolah yang terletak di perkotaan. Sementara,
sekolah yang berada di wilayah perdalaman masih terus tertinggal karena sulitnya akses
dan kurangnya modal.Tentunya, hal ini menyebabkan kesenjangan sosial di bidang
pendidikan tidak dapat dibendung lagi.
Globalisasi juga dapat mengancam kemurnian tujuan dalam pendidikan akibat dari
komersialisasi pendidikan. Kini, sudah banyak instansi pendidikan yang didirikan dengan tujuan
utama bukan untuk mencerdaskan anak bangsa melainkan sebagai tempat berbisnis. Perlu kamu
pendidikan jika mementingkan biaya pendaftaran dan uang gedung, namun kewajiban-kewajiban
terlebih ketika sebuah instansi pendidikan menetapkan biaya pendidikan yang tidak sebanding
dengan pelayanan pendidikannya dan hanya mengedepankan laba yang diperoleh. Bahkan,
sudah banyak lembaga pendidikan yang melaksanakan praktik pendidikan hanya untuk
mendapatkan gelar akademik tanpa melalui proses pendidikan yang ideal. Untuk itu,
pendidikan yang seharusnya. Sehingga siswa dan Lembaga pendidikan bisa mendapatkan
Arus globalisasi yang sangat pesat juga dapat menggerus kebudayaan lokal di sebuah negara.
Kemajuan teknologi memungkinkan kontak budaya terjadi melalui media massa, akibatnya pengaruh
dari luar negeri dapat dengan mudah masuk ke sebuah negara. Pengaruh globalisasi di bidang
pendidikan yang dikuasai dan digerakkan oleh negara-negara maju tentu dapat menjadi masalah bagi
negara-negara berkembang. Tak terkecuali bagi negara Indonesia yang memiliki beberapa pulau
terbesar di dunia. Di Indonesia sendiri, arus globalisasi dikhawatirkan dapat memudarkan budaya
karena berkurangnya sifat kekeluargaan, sifat nasionalisme serta gaya hidup masyarakat yang sudah
mulai ke barat-baratan.
Dampak buruk dari globalisasi di bidang pendidikan selanjutnya adalah munculnya tradisi serba
instan. Jika arus globalisasi ditanggapi dengan tidak tepat, maka dapat menjadikan pendidikan
kehilangan orientasi idealnya yakni terkait proses pembelajaran. Orientasi pendidikan yang awalnya
menekankan pada proses, berangsur berubah ke ranah pencapain hasil. Akibatnya, kini banyak orang
yang hanya mengejar hasil akhir saja ketika menempuh sebuah pendidikan. Bahkan, kini sudah
semakin marak praktik jual beli ijazah palsu karena tradisi serba instan tadi.
Adanya globalisasi memiliki dampak positif berupa penyebaran informasi yang sangat cepat hingga
ke seluruh penjuru dunia. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh seorang ahli media, Marshall
McLuhan yang membuat istilah kampung global untuk menyebut masyarakat dunia hari ini.
Masyarakat di seluruh dunia seolah tinggal dalam sebuah kampung besar dengan penyebaran
informasi sangat cepat. Penyebaran informasi melalui media massa seperti televisi, radio atau
melalui media internet membuat berbagai peristiwa di dunia bisa disaksikan hampir saat itu juga dari
belahan dunia lain. Informasi yang menyebar dengan cepat memiliki dampak positif terutama jika hal
tersebut mengenai hal penting seperti adanya wabah pandemi dan lainnya.
Dampak positif globalisasi adalah memudahkan manusia dalam berkomunikasi jarak jauh.
Komunikasi kini bisa dilakukan kapan saja, dari mana saja secara real time. Selain itu, faktor
penyebab globalisasi berupa kecanggihan teknolog informasi membuat komunikasi lebih murah.
Globalisasi juga membuat sarana transportasi di dalam negeri hingga luar negeri semakin mudah.
Kamu bebas memilih mau menggunakan sarana transportasi air, udara ataupun darat. Harga tiket
pesawat sekarang juga lebih murah sehingga bisa dijangkau banyak orang.
Globalisasi memudahkan orang untuk mendapat pekerjaan hingga ke luar negeri. Saat ini batas
antara satu negara dengan negara lain sudah tidak lagi terasa.
Globalisasi ibarat pisau bermata dua, yakni memiliki dampak positif maupun negatif terhadap
kehidupan sosial budaya masyarakat. Berikut dampak negatif globalisasi di bidang sosial budaya.
Salah satu dampak negatif globalisasi dilihat dari pendekatan budaya global adalah dapat
melunturkan berbagai kebudayaan serta bahasa lokal yang ada di berbagai penjuru dunia. Globalisasi
menyeragamkan budaya masyarakat yang ada di berbagai tempat menjadi hampir serupa.
Penyebaran budaya yang terjadi melalui media massa dan media sosial bahkan telah mematikan
beberapa kebudayaan dan bahasa etnis penggunanya. Hal ini berdasarkan data dari UNESCO bahwa
hingga tahun 2015. Di Indonesia sendiri tercatat 14 dari sebanyak 127 kebudayaan suku bangsa
sudah punah.
Faktor penyebab globalisasi berupa semakin canggihnya teknologi informasi memungkinkan semua
orang untuk mengakses internet dan mendapatkan informasi dari mana saja mereka inginkan.
Berdasarkan Teori Generasi, generasi yang terlahir di tahun 1995 hingga 2010 merupakan generasi Z
yang sudah terbiasa berinteraksi dengan internet. Generasi ini pada umumnya lebih kenal sosok
artis, idola, atlet sepak bola dan sebagainya dari media sosial dibandingkan tokoh bangsanya. Hal ini
karena generasi Z lebih banyak berinteraksi dengan media sosial dibandingkan buku-buku biografi.
Dampak negatif globalisasi IPTEK adalah menghilangnya beberapa jenis profesi di industri. Hal ini
dikarenakan teknologi telah menggantikan fungsi manusia untuk menjalankan beberapa bidang
pekerjaan. Menghilangnya beberapa jenis profesi ini tentu akan semakin menambah jumlah
pengangguran.
Meskipun globalisasi memudahkan perdagangan antar negara, namun dampak negatif globalisasi
ekonomi adalah dapat memperlebar jurang kesenjangan ekonomi antara pihak pemilik modal
dengan masyarakat kelas bawah. Bahkan ketidaksetaraan ekonomi juga bisa dilihat antara negara
maju serta negara berkembang. Di satu sisi kita bisa melihat orang yang sangat kaya hingga
memiliki jet pribadi. Namun di sisi yang lain ada orang yang bahkan sampai tidak bisa makan.
Hilangnya sekat antar wilayah bahkan negara membuat gaya hidup konsumtif juga meningkat, lho.
Kalau kamu perhatikan, saat ini kamu bahkan sudah tidak perlu datang ke toko untuk membeli
barang. Hanya dengan ponsel pintar dan internet, kamu sudah bisa belanja kapan saja dan dimana
saja. Oleh karena itu, tanpa disadari gaya hidup konsumtif pun ikut meroket.