Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TYPHOID PADA ANAK

DISUSUN OLEH :

Yulia agustina
2022207209449

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
T.A. 2023

1
LAPORAN PENDAHULUAN

TYPHOID PADA ANAK

A. Definisi
Demam typhoid (enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasaya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu,
gangguan pad pencernaan, dan gangguan kesadaran (FK, Unair 2016).

Penyebab penyakit ini adalah salmonella typhosa yang mempunyai ciri :

 Hasil gram negative yang bergerak dalam bului getar, tidak berspora :
 Mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam anti gen, yaitu antigen o
(somatic, terdiri zat kompleks lipopolisakarida), antigen h (flagella),
antigen Vi. Dalam serum pasien terdapat zat anti (aglutinin) terdapat tiga
macam antigen tersebut. (Nursalam, 2015)

Penyakit demam tifoid (tipes abdominalis) merupakan penyalit infeksi


akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella Typhosa dan hanya
terdapat pada manusia. (Marni, 2016)

B. Etiologi
Salmonella typhosa yang juga dikenal dengan nama Salmonella Typhi
merupakan mikroorganisme pathogen yang berada di jaringan limfatik usus halus,
hati, limpa, dan aliran darah yang terinfeksi. Kuman ini beruopa gram negative
yang akan nyaman hidup dalam suhu tubuh manusia. Kuman ini akan mati pada
suhu 70⁰ C. dan dengan pemberian antiseptic. Masa inkubasi penyakit ini antara
7-20 hari. Namun ada juga yang memilki masa inkubas aling pendek yaitu 3 hari,
dan plaing panjag yaitu 60 hari. (Marni, 2016)
Menurut Rampengan (2017), kuman salmonella typhosa atau eberthella
typhoa mempunyai 3 macam antigen :
Macam-macam, antigen pada kuman salmonella typhosa atau eberthella typhosa :

Macam-macam antigen Karakteristik


Antigen O (Ohne Hauch) Antigen somatic (tidak menyebar)
Antigen H ( Hauch) Menyebar
Antigen V ( kapsul) Kapsul yang menyelimuti tubuh
kuman dan melindungi antigen O
terhadap fagositosis

2
C. Pathofisiologi
Kuman Salmonella typhosa masuk ke saluran pencernaan, khususnya usus halus
bersama makanan, melalui pembuluh limfe. Kuman ini masuk atau menginfasi
jaringan limfoid mesenterika. Disini akan terjadi nekrosis dan peradangan. Kuman
yang berada pada jaringan limfoid tersebut masuk ke dalam peredaran darah
menuju hati dan limpa. Disini pasien biasanya merasakan nyari. Kuman tersebut
akan keluar dari hati dan limpa. Kemudian, kembali ke usus halus dan kuman
mengeluarkan endotoksin yang dapat menyebabkan reinfeksi di usus halus.
Kuman akan berkembang biak disini. Kuman Salmonella typhosa dan endotoksin
merangsang sintesis dan pelepasan pirogen yang akhirnya beredar didarah dan
mempengaruhi pusat termogulator dipusat dihypotalamus yang akan
menimbulkan gejala demam. Kumam menyebar keseluruh tubuh melalui
peredaran darah serta dapat menyebabkan terjadinya tukak mukosa yang
mengakibatkan perdarahan dan perforasi tubuh. (Marni, 2016)

D. Pathway

Salmonella typhosa

Masuk kedalam
saluran pencernaan
nekrosis

Menginvensi jaringan
limfoid

peradangan
Masuk peredaran
darah

hati limpa Pasien merasa


nyeri

Kembali ke usus Pelepasan


halus endotoksin

Kuman dan 3
endotoksin
Merangsang Pelepasan
sintesis pirogen

Peredaran dalam Mempengaruhi pusat


darah termuregulator demam

pendarahan
Menyebar seluruh Tukak mukosa
tubuh

E. Manifestasi Klinis perforasi

Tanda khas penyakit ini yaitu demam tinggi kurang lebih 1 minggu
disertai nyeri kepala hebat dan gangguan saluran pencernaan, bahkan ada yang
sampai mengalami ganguuan kesadaran. Demam tinggi biasanya dimulai sore hari
sampai dengan malam hari kemudian, menurun pada pagi hari. Demam ini terjadi
kurang lebih selama 7 hari. Pada anak yang mengalami demam tinggi dapat terjadi
kejang. Gangguan pencernaan yang terjadi pada pasien demam typoid yaitu mual,
muntah, nyeri uluh hati, perut kembung, anoreksia, lidah typiod (kotor bagian
belakang tampak putih pucat dan tebal, serta bagian ujung dan tepi kemerahan).
Selain itu, serta dapat menyebabkan diare konstipasi. Gangguan kesadaran juga
dapat terjadi pada pasien demam typoid yaitu apatis dan somnolen. Pada minggu
kedua, dapat terjadi hepatomegali, splenomegali, roseola.roseola merupakan
bintik kecil ke merahan yang hilang dengan penekanan. Roseola ini terdapat pada
daerah perut, dada, dan kadang bokong.
Pemeriksaan fisik menunjukan peningkatan suhu tubuh, lidah typoid,
hepatomegali, splenomegali, dan terdapat roseola (tidak semua pasien ada).
Pembesaran limpa terjadi pada akhir minggu pertama, tidak proggresif dengan
konstistensi yang lebih lunak. Pada anak usia di bawah 2 tahun, tanda dan gejala
yang terjadi yaitu demam tinggi mendadak,disertai muntah, kejang, dan tanda
rangsangan meningeal. (Marni, 2016)

4
F. Komplikasi
Penanganan yang tidak adekuat atau terlambat akan menyebabkan
komplikasi di usus halus, diantaranya perdarahan, perforasi, dan peritonitis.
Pasien yang mengalami nyeri hebat juga dapat mengalami syok neurogenik.
Komplikasi dapat menyebar di luar usus halus, misalnya bronkitis, kolelitiasis,
peradangan pada meningen, dan miokarditis. (Marni, 2016)

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium akan menunjukan peningkatan leokosit atau
3
leokositosis (20.000-25.000/mm ). Laju endap darah meningkat dan dapat
gambaran leokosit normokromik. Selain itu, juga dapat ditemukan leokopenia dan
limfositasis relative. Untuk memastikan diagnosis demam thyoid, perlu dilakukan
pemeriksaan bakteriologis dan pemeriksaan seologis.
Pemeriksaan bakteriologis dilakukan melalui biakan darah,feses,urin,
susmsum tulang ataupun duodenum. Pada pasien demam thypoid, biasanya
dilakukan biakan darah pada minggu oertama sedangkan biakan feses dilakukan
pada minggu kedua, dan biakan uri dilakukan pada minggu kedua. Pada
pemeriksaan serologis, yang dilakukan yaitu tesvidal, dengan dasar reaksi
aglutinasi antara antigen salmonella thyposa dan anti body pada serum pasien. Tes
vidal dilakukan beberapa kali, karena jika hanya dilakukan sekali saja, maka
pemeriksaan tersebut belum bisa dijadikan standard baku untuk menentukan
diagnosis demam tifoid, setiap rumah sakit memiliki standard nilai Widal sendiri.
Standar nilai untuk menentukan diagnosis demam tifoid tercantum pada table
berikut :

(Marni, 2016)

Kota Standard nilai


Surabaya >1/160
Yogyakarta >1/160
Manado >1/80
Jakarta >1/40

5
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam tifoid dilakukan dengan terapi suportif,
simptomatis, dan pemberian antibiotic jika sudah ditegakkan diagnosis.demam
tifoid harus segera dirawat di rumah sakit atau pelayanan mesehatan karena pasien
memerlukan istirahat sekama 5-7 hari. Selain itu, pengawasan ketat perlu
dilakukan agar tidak terjadi komplikasi yang berbahaya. Pasien boleh bergerak
(mobilisasi) sewajarnya, misalnya ke kamar mandi, duduk di teras, mandi sendiri,
dan mkan sendiri, yang prinsipnya adalah tidak melakukan aktivitas berat yang
membutuhkan banyak energy.
Pengaturan pola makan sangat penting pada penyakit ini memngingat
organ yang terganggu yaitu system pencernaan, khususnya pada usus halus. Jika
pasien tidak sadar, maka dapat diberikan makanan cair dengan mengguanakan
sonde lambung. Jika pasien sadar, maka dapat diberikan makanan bisa dimulai
dari bubur saring. Jika kondisi pasien sudah membaik, maka ditingkatkan
makannannya menjadi bubur kasar, dan jika sudah nirmal, maka dapat diberikan
nasi biasa. Susu diberikan 2 gelas sehari. Pemberian makanan padat secara dini
lebih menguntungkan karena dapat mengurangi resiko penurunan berat badan
yang berlebihan ( berat badan stabil), masa perawatan lebih pendek karena pasien
lebih cepat sembuh, menekan penurunan albumin, dan dapat mencegah terjadinya
infeksi lain. Pada prinsipnya, mkanana yang diberikan adalah makanan yang tidak
begitu merangsang, misalnya terlalu pedas atau terlalu asam. Selain itu, dapat pula
diberikan makanan yang rendah selulosa serta tidak menimbulkan gas.
Obat derikan secara simptomatis, misalnya pada pasien yang mual dapat
diberikan obat antimietik, pada pasien yang demam dapat diberikan antipiretik,
dan boleh ditambahkan vitamin untuk meningkatkan stamina tubuh
pasien.antibiotik dapat diberikan jika diagnosis sudah ditegakkan. Antibiotic yang
dapat mengatsi penyakit demam tifoid yang sering kali digunakan yaitu
kloramfenikol, kotrimoksazol, ampisislin, amoksilin, dan seftriakson. Obat yang
paling efektif mengatasi infeksi yaitu kloramfenikol yang diberikan dengan dosis
50-100 mg/kg/BB/hari. Selain pemberian antipiretik pada pasien demam, juga
dapat dilakukan kompres air dingij biasa tanpa es di daerah ketiak, leher, maupun
selangkanagan.

6
Untuk mencegah terjadinya demam tifoid, perlu diberikan kombinasi
vaksin. Vaksin yang seirg diberikan yaitu vaksin polisakaruda. Vaksin lain yang
dpat digunakan yaitu vaksin Salmonella Typhosa yang dimatkan dan vaksin strain
Salmonella yang dilemahkan. Pemberian vaksin ini diulang setiap 3 tahun.
Kontarindikasi pemberian vaksin tersebut yaitu anak yang hipersensitif,
wanita hamil, ibu yang menyusui anaknya, kondisi anak yang sedang demam, dan
anak berusia dibawah 2 tahun. Anak berusia di atas 2 tahun dianggaoa sudah
mempunyai antibody untuk menerima vaksin Salmonella tersebut dan sudah
terpapar dengan bakteri Salmonella dari jajanan.
Untuk mengontrol epidemic, daoat dilakukan dengan penyediaan air
bersih yang adekuat, sanitasi lingkungan, dan personal hygiene yang memadai.
Pemberian penyuluhan tentan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dapat
meningkatakan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Tindakan tersebut diharapkan dpat mengurangi atau menghilangkan kejadian
demam tifoid. (Marni, 2016)

Konsep Asuhan Keperawatan Typhoid Pada Anak

A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi
mengenai masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien, baik
fisik, mental, soasial dan lingkungan menurut (Effendy 1195, dalam Dermawan,
2012)
1. Identitas
Sering ditemukan pada anak berumur di atas satu tahun.
2. Keluhan utama
Berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang
bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubasi).
3. Suhu tubuh
Pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris
remiten, dan suhu tidak tinggi lagi. Selama minggu pertama, suhu tubuh
berangsur- angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan

7
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien
terus berada dalam keaadaan demam. Pada minggu ketiga, suhu berangsur
turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
4. Kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu
apatis sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma, atau gelisah (kecuali
bila penyakitnya berat dan terlambat mendapat pengobatan). Disamping
gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan
anggota gerak dapat ditemukan reseola, yaitu bintik-bintik kemerahan
karena emboli basil dalam kapiler kulit yang dapat ditemukan pada minggu
pertama demam.kadang-kadang ditemukan pada bradikardia dan epistaksis
pada anak besar.
5. Pemeriksaan fisik
1) Mulut
2) Terdapat napas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah
pecah (ragaden). Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue)
sementra ujung dan tepinya berwarna kemerahan, dan jarang disertai
tremor.
3) Abdomen
4) Dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Bisa terjadi
konstipasiatau mungkin terjadi diare atau normal
5) Hati dan limpa
6) Hati dan limpa membesar disertai dengan nyeri pada perabaan.
6. pemeriksaan laboratorium
1) Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,
limfosistosis relative, dan aneosinofilia pada permukaan sakit
2) Darah untuk kultur (biakan empedu) dan widal
3) Biakan empedu basil salmonella typosa dapad ditemukan dalam dara
pasie pada minggu pertama sakit. Selanjutny, lebih sering ditemukan
dalam urine dan feses.

8
4) Pemeriksaan widal
Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan ialah titer zat
anti terhadap antigen O. Titer yang bernilai 1/201 atau lebih
menunjukan kenaikan yang progresif
B. Diagnosis Keperawatan
Diagtnosa keperawatan merupakan tindakan yang di rancang untuk membantu
klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan
dalam hasil yang diharapkan.
1. Hipertemia yang berhubungan dengan proses infeksi.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang
kurang.
3. Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan berkurang nya asupan
cairan dan peningkatan suhu tubuh.
4. Resiko terjadi komplikasi (cidera) berhubungan dengan kemampuan
kuman dalam merusak sistem dan daya tahan tubuh yang rendah.

C. Invertensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang di rancang untuk membantu
klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan
dalam hasil yang diharapkan.

No SDKI Perencanaan
SLKI SIKI Rasional
1. Hipertemia Setelah a. Kaji keluhan a. Informasi ini
yang dilakukan Pasien, rasa haus. menentukan data dasar
berhubungan tindakan asuhan ondisi pasien dan
dengan proses keperawatan memandu intervensi
infeksi. selama ..x24 keperawatan.
jam diharapkan
suhu tubuh b. kaji pengetahuan b. Pengkajian semacam ini
klien kembali pasien dan kelurga berfungsi sebagai dasar
normal. Dengan tentang hipertamia. untuk memulai
kriteria hasil : penyuluhan.
- Suhu tubuh
normal 36- c. Observasi suhu c. Peningkatan denyut
37,5’C tubuh, pernapasan, nadi, penurunan tekanan
dengan denyut nadi, dan vena sentral, dan
tubuh tidak tekanan darah penurunan tekanan

9
terasa panas, setiap 4 jam. darah dapat
dan haus mengindikasikan
berkurang. hivopolemia yang
mengarah pada
penurunan perfusi
jaringan. Peningkatan
frekuensi pernafasan
berkompensasi pada
hipoksia jaringan.

d. Kompres air biasa dapat


menurunkan suhu tubuh
dengan cara konduksi.

d. Kompres dengan e. Berguna untuk


air dingin biasa menghindari kehilangan
tanpa es (suhu cairan natrium klorida
ruangan). dan kalium yang
e. Berikan cairan berlebihan.
yang adekuat. Jika
perlu, tambahkan f. Tindakan keperawatan
cairan intravena. yang bertujuan untuk
f. Lakukan water menurunkan suhu tubuh
tepid sponge pasien.
(sekal).
g. Kenakan anak g. Tindakan tersebut
pakaian tipis dan meningkatkan
menyerap keringat. kenyamanan dan
h. Berikan antipiretik menurunkan suhu
jika perlu. tubuh.
h. Antipiretik (misalnya
asetaminofen) efektif
dalam menurunkan
demam
2. Nutrisi Setelah a. Kaji keluhan mual a. Informasi ini
kurang dari dilakukan atau nyeri pada menentukan data dasar
kebutuhan tindakan asuhan anak. kondisi pasien dan
tubuh keperawatan memandu intervensi
berhubungan selama ..x24 keperawatan.
dengan jam diharapkan
asupan yang kebutuhan b. Untuk mengetahui
kurang. nutrisi b. Observasi status tingkat gizi pada
terpenuhi. nutrisi anak. pasien.
Dengan kriteria
hasil : c. Agar anak suka dengan
- nafsu makan makanannya, sehingga
baik, makan c. Izinkan anak nafsu makan anak
habis sesuai mengonsumsi bertambah.

10
dengan porsi makanan sesuai
yang yang di toleransi
disediakan, anak.
tidak d. Makanan padat dapat
muntah, dan d. Berikan makanan memenuhi kebutuhan
berat badan padat secara dini nutrisi / gizi pada anak.
stabil atau apabila anak sadar.
meningkat. e. Untuk memenuhi
segera kebutuhan
e. Jika anak tidak nutrisi pada anak.
sadar, maka
berikan makanan
cair. f. Makan tersebut
mencegah kerusakan
f. Berikan susu 2 protein tubuh dan
gelas seharin memberikan kalori
energi.

g. Tambahkan
suplemen untuk g. Membantu memenuhi
memenuhi kebutuhan nutrisi.
kebutuhan tubuh
dan meningkatkan
selera makan.

h. Pertahankan h. Agar menambah nafsu


kebersihan mulut makan anak
anak.

i. Anjurkan orang tua i. Makanan dalam jumlah


untuk memberikan sedikit dalam waktu
makan dengan sering akan
porsi sedikit tapi memerlukan
sering. penggunaan energi dan
penggunaan pernafasan
yang sedikit. Anak
akan menghabiskan
makanan dalam jumlah
banyak setiap kali
makan.
j. Jelaskan j. Untuk mendorong
pentingnya nutrisi kepatuhan terhadap
bagi kesehatan dan program terapeutik,
kesembuhan khususnya jika sudah
penyakit berada di rumah.

3. Resiko Setelah a. Observasi tand- a. Untuk mendeteksi


kurang dilakukan tanda kurang cairan tanda awal bahaya

11
volume cairan tindakan asuhan (bibir pecah-pecah, pada pasien.
berhubungan keperawatan produksi urin
dengan selama ..x24 turun,dan turgol b. Peningkatan denyut
berkurang nya jam volume tidak elastis). nadi, penurunan
asupan cairan cairan terpenuhi tekanan vena sentral,
dan Dengan kriteria b. Observasi tanda- dan penurunan tekanan
peningkatan hasil : tanda vital (suhu darah dapat
suhu tubuh. - anak tidak tubuh) setiap 4 mengindikasikan
kehausan, jam. hipovolemia yang
turgor kulit mengarah pada
elastis, penurunan perfusi
ubun-ubun jaringa. Peningkatan
tidak frekuensi pernafasan
cekung,prod berkonfensasi pada
uksi urin hipoksia jaringan.
normal, dan
bibir tidak c. Untuk mengetahui
lembap. keseimbangan cairan
pada pasien.
c. Pantau asupan
pengeluaran. d. Suhu tubuh normal
bisa menjaga
kesetabilan penguapan
d. Kurangi kehilangan oleh tubuh.
cairan yang tidak
terlihat dengan
mempertahankan e. Untuk mencegah
suhu tubuh normal. tanda-tanda dehidrasi.

e. Kurangi kehilangan
cairan yang tidak
terlihat dengan
mempertahankan
suhu tubuh normal. f. Untuk mencegah
tanda-tanda dehidrasi

f. Berikan susu 2 g. Makan tersebut


gelas sehari. mencegah kerusakan
protein tubuh dan
g. Berikan cairan memberikan kalori
parenteral sesuai energi.
petunjuk.
h. Untuk memperbaiki
cairan yang hilang.

h. Jelaskan manfaat
minum / pemberian
cairan bagi i. Membuat anak ingin

12
kesehatan tubuh. selalu patuh terhadap
i. Anjurkan orang tua terapi yang diberikan
untuk selalu tim medis.
memotifasi dan
memberikan
minum pada anak.
4. Resiko terjadi Setelah a. Kaji keluhan a. Informasi ini
komplikasi dilakukan pasien. menentukan data dasar
(cidera) tindakan asuhan kondisi pasien dan
berhubungan keperawatan memandu intervensi
dengan selama ..x24 keperawatan.
kemampuan jam Tidak
kuman dalam terjadi b. Untuk mendeteksi
merusak komplikasi, tanda awal pada pasien.
sistem dan misalnya b. Observasi tanda-
daya tahan pendarahan dan tanda komplikasi
tubuh yang perforasi. (pendarahan dan
rendah. Ekspresi wajah perforasi).
pasien tenang, c. Istirahat dapat
nyaman dan c. Berikan istirahat menyimpan energi
tidak mengeluh yang cukup pada yang diperlukan untuk
nyeri. pasien. melawan infeksi.
d. Lakukan mobilisasi d. Agar mobilisasi tubuh
secara bertahap, 7 tidak kaku.
hari setelah bebas
demam.

e. Anjurkan orang tua


taknik nerawat e. Untuk mencegah
pasien secara infeksi dengan selalu
aseptik. hidup bersih.

f. Libatkan keluarga
dalam perawatan
pasien. f. Untuk meningkatkan
kesembuhan pada anak.
g. Berikan antibiotik
sesuai indikasi. g. Antibiotik dapat
disarankan untuk
melawan infeksi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan
bidan). Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam dkk. 2015. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan
bidan) Edisi ke 2. Jakarta : Salemba Medika.

Marni. 2016. Asuhan Keperawatan Anak Pada Penyakit Tropis. Jakarta : Penerbit
Erlannga.

14

Anda mungkin juga menyukai