Anda di halaman 1dari 22

VI.

1 Fungsi Alat Pengaman


Seperti telah diuraikan dalam Bab V dalam sistem tenaga listrik banyak sekali terjadi gangguan
yang sesungguhnya merupakan peristiwa hubunga singkat yang dapat merusak peralatan.
Untuk melindungi peralatan terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem diperlukan
alat-alat pengaman. Alat-alat pengaman yang kebanyakan berupa relay mempunyai 2 (dua)
fringed, yaitu:
a. Melindungi peralatan terhadap gangguan yang terjadi dalam sistem, jangan sampai
mengalami kerusakan.
b. Melokalisir akibat gangguan, jangan sampai meluas dalam sistem.
Untuk memenuhi fungsi tersebut dalam butir a alat pengaman harus bekerja cepat agar pengaruh
gangguan merupakan hubung singkat dapat segera dihlangkan sehingga pemanasan yang
berlebihan yang timbuk sebagai akibat arus hubung singkat dapat segera dihentikan.
Untuk memenuhi fungsinya tersebut dalam butir b alat-alat pengaman dalam sistem harus
dapat dikoordinir satu sama lain, sehingga hanya alat-alat pengaman yang terdekat dengan
sempat gangguan saja yang bekerja. Secara teknis dikatakan bahwa alat-alat pengaman harus
berufat selektif.
Ditinjau dari letaknya dalam sistem ada 4 (empat) kategori pengaman yaitu:
a. Pengaman Generator
b. Pengamian Transformator dalam
c. Gardu Induk Pengaman Sistem Distribusi

Dalam sistem PLN saat ini sebagian besar masih banyak dipakai relay-relay elektomekanik
walaupun juga telah dimulai pemakaian relay elektronik. Relay elektronik kerjanya lebih cepat
dari pada relay elektro mekanik sehingga ditinjau dari segi pengamanan peralatan adalah lebih
baik.

VI.2 Konstruksi Relay Elektro Mekanik

Relay elektro Mekanok terdiri dari rangkaian listrik yang menggerakkan suatu mekanisme yang
pada akhirnya harus men-trip PMT dengan jalan menutup kontak pemberi arus trip coil
(kumparan) trip dari PMT.
Gambar No. VI.1 menunjukkan prinsip kerja elektro mekanik untuk pengamanan arus lebih.

Gambar No. VI.1 Prinsip Kerja relay elektro mekanik :


A = Kumparan imbas
T.A = Transformator arus
B. = Elektro magnet untuk menutup kontak C
C = Kontak penutup rangkaian kumparan imbas
D = Pal penutup kontak yang terletak pada keping imbas berputar bersama keping imbas
E = kontak-kontak yang ditutup oleh pal D
TC = Trip Coil yang menjatuhkan PMT
IT = Instantenous Trip

Apabila arus beban melebihi nilai tertentu maka kontak C menutup dan arus akan mengalir
melalui elektro magnit A yang selanjutnya akan memutar keping imbas. Berputarnya keping
imbas akan membawa pal D yang akhirnya akan menutup kontak E dan menyebabkan trip coil
TC bekerja menjatuhkan PMT.
Dan uraian ditas tampak bahwa besarnya waktu, yang menentukan mulainya relay bekerja
ditentukan oleh penyetelan jarak pal D dengan kontak E.
Sedangkan besamya arus yang menyebabkan relay bekerja ditentukan dengan penyetelan pegas
yang menahan penutupan kontak C.
Kumpulan IT adalah untuk instantenous trip, artinya relay akan bekerja tanpa time delay untuk
nilai arus diatas harga tertentu yang bisa menyebabkan kumparan IT bekerja dan langsung
mengerjakan trip coil TC yang menjatuhkan PMT
Karena pada relay ini kebesaran yang bekerja adalah arus yang sebanding dengan arus beban
maka relay ini adalah relay arus lebih.
Apabila disusun rangkaian listrik sedemikian hingga arus yang mengerjakan relay adalah
sebanding dengan tegangan maka didapat relay tegangan lebih. Pada dasarnya semua relay
elektromagnetik prinsip kerjanya adalah seperti tersebut diatas selanjutriya tergantung kepada
rangk-aian listrik yang disusun, relay akan bekedi atas dasar ar-us lebih, tegangan lebih, daya
balik, selisih arus (diffrential) atau impedansi.

VI.3 Konstruksi Relay Solid State (Static Relay)

Relay solid state mempunyai konstruksi yang lebih ringkas (dalam bahasa Ingris disebut more
compact) dan juga praktis tidak memerlukan banyak pemeliharaan jika dibandingkan dengan
relay elektro mekanis
Penggunaan micro processor sebagai inti relay solid state yang canggih, misalnya pada
relay impedansi dapat menghasilkan unjuk kerja (dalam bahasa Inggris: performance) yang lebih
baik dibandingkan unjuk kerja relay impedansi elektro mekanis
Berdasar alasan-alasan tersebut diatas maka relay solid state makin banyak dipakai untuk
pengamanan sistem tenaga listrik
Relay Solid State atau Relay Static terdiri dari rangkaian elektronik yang statis. Pada
dasamya relay ini terdiri dari transistor yang penyalaannya diatur oleh tegangan grid dari
transistor yang bersangkutan. Sedangkan tegangan grid ini dikontrol oleh suatu rangkaian yang
menerima input dari kebesaran yang dilindungi (protected valve).

Gambar VI.2 (b) Rangkaian dari Level Detector


Gambar VL 2a dan gambar VL 2b menunjukkan rangkaian dasar dari Relay Solid State untuk
pengamanan arus lebih dengan waktu tertentu (Overcurrent de finite time relay).
Dalam relay ini arus bolak-balik yang diamati disearahkan menjadi tegangan searah yang
sebanding dan kemudian dibandingkan terhadap tegangan searah yang tetap besarnya yang
berfungsi sebagai tegangan referensi. Hal ini berlangsung dalam Level Detector pada gambar
VI.2a.
Apabila tegangan yang dibandingkan ini melampaui tegangan referensi maka sebuah timer mulai
berjeda dan setelah waktu yang dinginkan tercapai maka Level Detector 2 mulai bekerja untuk
selanjutnya mengerjakan output switch yang akan meng energize rangkaian trip cod dari PMT.
Gambar VI. 2b menunjukkan rangkaian dari Level Detector. Transistor TRI adalah dari type
NPN sedangkan transistor TR2 adalah dah type NPN.
Mula-mula kedua transistor ini dalam keadaan biased off sampai teganan input V int melampaui
batas bias dari transistor TRI sehingga transistor TRI bekerja.
Tegangan bias TRI diatur oleh rangkaian potensiometer RI dan R2
Setelah transistor TRI bekerja maka arus I base dari transistor TR2 akan bertambah besar karena
I base dari TR2 merupakan komponen I collector dari transistor TRI. Dengan bertambahnya arus
I base dari transistor TRI maka I base dari TR2 juga bertambah dan I base dari TR2 mengalir
melalui kumparan relay yang selanjutnya akan mengerjakan kontak-kontak dari rangkaian trip
PMT.
Diode DI adalah zener diode yang bertagas menstabilkan tegangan sedangkan diode de D2
bertugs memblokir voltage ripples. Diode D3 bertugas men-discharge tegangan berlebihan yang
mungkin terjadi pada kumparan relay, jadi transistor D3 tugas sebagai protector.
Rangkaian ini mempunyai keuntungan karena tidak mengambil arus dalam keadaan tidak
beroperasi dan drop out level-nya boleh dikatakan sama dengan pick up level-nya.
Timing dapat dilaksanakan dengan menghubungkan rangkaian R-C yang bertugas menimbulkan
time relay seperti terlihat pada. gambar V1.2 yang digambarkan terputus-putus. Penyetelan arus
relay ini dapat dilakukan dengan mengubah kedudukan tap dari transformator arus yang memberi
input kepada relay ini.
Instantenous tripping dapat dilakukan dengan mem by pass time delay element.
Penulis berpendapat bahwa untuk masa yang akan datang relay solid state aktif banyak
menggantikan relay elektro mekanik mengingat bahwa relay Solid State mempunyai banyak
kelebihan dibandingkan relay elektro mekanik.
VI.4 Pengaman Generator
Bagian hulu dari sistem tenaga listrik adalah generator yang terdapat di pusat Listrik dan
digerakkan oleh mesin penggerak mula (dalam bahasa Inggris disebut prime mover). Mesin
penggerak dalam Pusat Listrik berkaitan erat dengan instalasi mekanis dan instalasi listrik dari
Pusat Listrik.
Generator sebagai sumber energi listrik dalam sistem perlu diamankan jangn sampai
mengalami kerusakan karena kerusakan generator akan sangat mengaganggu jalannya operasi
sistem tenaga listrik. Oleh karenanya generator sedapat mungkin harus dilindungi terhadap
semua gangguan yang dapat merusak generator.
Tetapi dilain pihak dari segi selektifitas pengamanan sistem diharapkan agar PMI
generator tidak mudah trip terhadap gangguan dalam sistem karena lepasnya generator dari
sistem akan mempersulit jalannya operasi sistern tenaga listrik.
PMT generator hanya boleh bekerja apabila ada gangguan yang tepat ada didepan
generator, didalam generator atau pada mesin penggerak generator.
Juga apabila terjadi kegagalan dari PMT yang ada didepan PMT generator baru PMT
generator boleh bekerja (Trip).

Gambar VI.3 Bagan Generator dengan Mesin Penggerak dan Medan Penguat
Pengaman generator secara garis besar terdiri dari:
A. Pengamanan terhadap gangguan diluar generator, yaitu gangguan dalam sister, yang
dihubungkan dengan generator.
B. Pengamanan terhadap gangguan yang terjadi didalam generator.
C. Pengamanan terhadap gangguan dalam mesin penggerak yang memerlukan pelepasan
Selanjutnya akan dibahas setiap pengamanan. tersebut diatas secara lebih terperinci.
A. Pengamanan terhadap gangguan luar
Generator pada umumnya dihubungkan dengan, rel terlebih dahulu sebelum dihubungkan
dengan saluran transinisi atau saluran distribusi yang menuju keluar pusat listrik.

Gambar VIA. Hubungan Generator dalam sebuah Pusat Listrik


Hal ini dilukiskan secara skematis dalam gambar V1.4. Seperti telah diuraikan dalam bab VI
penyebab gangguan yang utama dalam sistem adalah petir dan yang sering disambar petir adalah
saluran udara transmisi, sehingga saluran udara transmisi merupakan salah satu sumber
gangguan yang utama. Saluran udara distribusi juga merupakan sumber gangguan yang utama
karena selain disambar petir sering terganggu oleh tanaman.
PMT dari saluran-saluran yang menuju keluar pusat listrik dilengkapi dengan relay-relay untuk
menghadapi gangguan-gangguan yang terjadi diluar pusat listrik, lihat uraian dalam pasal VL7,
maka sesungguhnya pengaman generator terhadap gangguan diluar pusat listrik bersifat back up.
Gangguan diluar generator yang beluim diamankan adalah gangguan direl.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut diatas maka pengaman generator terhadap gangguan
diluar generator yang utama adalah relay arus lebih. Untuk gangguan di rel yang langsung
berhubungan dengan geneator maka relay arus lebih generator merupakan pengaman utama
tetapi apabila ada pengaman rel diffensial (diffrential bus bar protection) maka relay arus lebih
generator menjadi pengaman back up.
Kalau ada pengaman rel maka relay arus lebih generator hanya menjadi pengaman utama. untuk
gangguan yang terjadi antara transformator arus generator yang mengerjakan relay dengan rel
yang berhubungan langsung dengan generator.
Kemungkinan terjadinya gangguan dibagian ini adalah kecil sehingga kalau koordinasi relay
dalam sistem baik maka relay arus lebih generator jarang bekerja.
Relay tegangan lebih juga dipakai untuk melindungi generator terhadap gangguan diluar
generator yang menyebabkan trip nya PMT generator dan mungkin bisa timbul tegangan lebih
pada generator apabila pengatur tegangan otomatis generator terlambat menurunkan tegangan
generator. Relay tegangan lebih akan membuka PMT medan penguat yang selanjutnya PMT
medan penguat akan membuang energi medan penguat kedalam tahanan yang tersedia khusus
untuk keperluan ini.
Relay arus lebih dipakai pada semua generator, sedanglan relay tegangan lebih hanya dipakai
pada generator yang mempunyai daya terpasang tertentu. Untuk generator tegangan rendah relay.
tegangan lebih tidak perlu dipakai karena praktis tidak lemah timbul tegangan lebih yang bisa
merusak generator. Gangguan diluar generator dapat menimbulkan arus negatif yang selanjutniya
arus ini dapat menimbulkan pemanasan yang berlebihan pada generator.
Oleh karenanya pada generator dengan daya terpasang yang relatif besar dipakai relay arus
urutan regatif.
Generator tegangan rendah yang langsung berhubungan dengan konsumen tegangan rendah pada
umumnya tidak dilengkapi dengan relay arus urutan negatif tetapi dalam designnya harus mampu
menghadapi beban tidak seimbang yang menimblilkan arus urutan negatif.
Pada generator besar yang melalui beberapa transformator terlebih dahulu sebelum mencapai
beban tegangan rendah yang tidak simetris, arus urutan negatif ini tidak sampai digenerator
karena ketidakseimbangan ini terhapus oleh transformator tersebut diatas.
Baru akan ada arus urutan negatif digenerator apabila terjadi gangguan didekat generator.

B. Pengaman terhadap gangguan dalam generator


Gangguan dalam generator secara garis besar ada 5 (lima) macam yaitu:
a. Hubungan singkat antara fasa.
Gangguan ini yang terjadi apabila isolasi antar fasa jebol bisa terjadi dalam stator
generator maupun diluar stator generator yaitu antara stator dan PMT generator misalnya
pada kabel penghubung Stator generator dengan PMT generator. Untuk melindungi
generator terhadap gangguan ini dipakai relay difrensial yang segera men-trip PMT
generator, PMT arus medan penguat dan memberhentikan mesin penggerak generator.
Hal ini diperlukan untuk menghentikan sama sekali gaya gerak listrik yang dibangkitkan
dalam stator generator sehingga arus hubung singkat antar fasa dapat segera berhenti.
Sesungguhnya relay difrensial tidak dapat menghindarkan terjadinya gangguan hubung
singkat antar fasa tetapi hanya dapat mendeteksi dan kemudian mernberhentikan hubung
singkat antar fasa yang terjadi, untuk menghindarkan kerusakan yang lebih besar.
Tetapi dilain pihak untuk memasang relay difrensial dibutuhkan instalasi tambahan
khususnya tiga transformator arus tambahan yang memerlukan biaya tambahan (lihat
gambar VI.5).
Gambar VI.5 prinsip kerja relay diferensial (digambarkan satu fasa saja)

Oleh karena kemungkinan terjadinya gangguan antar fasa pada generator adalah kecil,
kemungkinannya berkisar antara 1-5%, maka tidak perlu semua generator dilengkapi
dengan relay difrensial, hanya generator-generator yang daya terpasangnnya melebihi
batas tertentu.

b. Hubungan singkat fasa ke tanah

Gangguan ini tidak dapat dilihat oleh relay diffrensial khususnya jika titik netral
generator tdak ditanahkan.
Pada generator yang titik netralnya dtanahkan gangguan hubung tanah belum tentu dapat
dilihat oleh relay difrensial yaitu apablia gangguan terjadi didekat titik netral sehingga
selisih I₁.
I2 Pda gambar VI.5 kecil sekali dan tidak cukup untuk mengerjakan relay. Oleh
karenanya ada relay hubung tanah untuk melindungi generator terhadap gangguan
hubung tanah.

Gambar VI.6. menunjukkan hubung pengaman gangguan hubung tanah pada generator
yang titik netralnya tidak ditanahkan sehingga perlu dipasang transformator tegangan
yang bertugas mendeteksi kenaikan tegangan titik netral terhadap tanah yang selanjutnya
akan mengerjakan relay hubung tanah GF. Tegangan titik netral terhadap tanah akan naik
kalau ada gangguan hubung tanah dan selanjutnya akan menyebabkan relay GF bekerja.

Apabila titik netral generator ditanahkan misalnya melalui tahanan R seperti terlihat pada
gamber VI.7 maka pangguan hubung tanah akan mendiasilikan arus hubung tanali yang
selanjut-ya dideteksi melalui transformator arus untuk menggerakkan relay GF.
Gambar VI.6 Relay hubung tanah GF pada rangkaian pengaman generator yang tidak
netralnya tidak ditanahkan.
Gambar VI.7 Relay hubung tanah GF pada rangkaian pengaman generator yang tidak
netralnya ditanahkan melalui tahanan R.

Untuk dapat membedakan gangguan hubung tanah yang terjadi diluar generator dengan
yang terjadi dalam rangkaian generator dapat dipakai pentahapan waktu (time grading)
atau memakai transformator blok dengan hubungan AY sehingga gangguan hubung tanah
diluar generator tidak akan mempengaruhi rangkaian generator. Generator yang memakai
transformator blok ditunjukkan oleh gambar VI.8.
Apabila terjadi gangguan diluar generator misalnya pada feeder keluar maka akan timbul
arus urutan nol, tetapi disisi generator arus urutan nol ini hanya berputar dalam lilitan A
dari transformator blok sehingga tidak akan mengerjakan relay arus hubung tanah GF
pada gambar VI.7 untuk sistem yang titik netralnya ditanahkan.

Gambar VI.8 Generator dengan Transformator Blok.


Untuk sistem yang titik netralnya tidak ditanahkan, gangguan hubung tanah difeeder
keluar menimbulkan pergeseran tegangan titik netral tetapi ini juga akan diblokir oleh
transformator blok sehingga relay gangguan hubung tanah GF pada gambar VI.6 juga
tidak akan bekerja.

c. Suhu tinggi
Masalah suhu yang terlalu tinggi, hal ini bisa terjadi pada stator atau pada bantalan
generator.
Suhu stator terlalu tinggi bisa disebabkan karena pembebanan lebih pada generator yang
terlalu lama, ventillasi yang kurang sempurna atau karena banyak debu/kotoran yang
menempel pada isolasi lilitan stator sehingga menghambat pelepasan panas lilitan stator,
atau ada hubung singkat kecil yang tidak terdeteksi oleh relay-relay yang ada. Suhu
bantalan terlalu tinggi bisa disebabkan karena penyetelan bantalan yang kurang baik,
minnyak pelumas kotor atau tidak cocok spesifikasinya atau karena aliran minyak
pelumas yang kurang baik.
Aliran minyak pelumas yang kurang baik bisa disebabkan tekanannya yang kurang tinggi
atau ada salurannya yang tersumbat.
Unituk mengamankan generator terhadap masalah suhu, dipakai relay suhu yang pada
tahap pertama membunyikan alarm dan pada tahap berikutnya men-trip PMT Generator.

d. Penguatan hilang
Jika terjadi gangguan pada rangkailan arus penguat sehingga medan penguat generator
menjadi lemah atau hilang, maka generator bisa menjalani kondisi "out of step" atau
lepas dari sinkronisasinya dengan sistem dan dapat menimbulkan gangguan dalam sistem
khususnya apabila hal ini menyangkut generator yang besar.
Oleh karenanya pada generator-generator yang daya terpasangnya relative besar
disediakan Loss of Field relay untuk mencegah terjadinya situasi out of step tersebut
diatas dengan jalan men-trip PMT generator apabila arus penguat hang atau menjadi
terlalu lemah oleh karena ada gangguan pada sirkit arus penguat.

e. Hubung singkat dalam sirkit rotor


Apabila terjadi hubungan singkat dalam sirkit rotor maka generator akan mengalami loss
of field seperti diuraikan dalam butir 5 B d diatas dan juga sirkit rotor dan rotor generator
dapat mengalami kerusakan yang disebabkan arus hubung singkat sirkit rotor.
Untuk mencegah kerusakan ini dipakai relay arus lebih atau sekering lebur dalam sirkit
rotor.
Jika baru salah satu kutub (kutub + atau-) mengalami hubung tanah maka hal ini dapat
menimbulkan dl\istorsi dalam medan magnit penguat sehingga timbul getaran yang
berlebihan.
Oleh karenanya untuk generator yang besar dipasang relay pengaman terhadap rotor
hubung tanah.
C. Pengaman terhadap gangguan dalam mesin penggerak.
Gangguan dalam mesin penggerak ada kalanya memerlukan trip dari PMT generator, misalnya
apabila tekanan minyak terlalu rendah maka mesin penggerak perlu segera. dihentikan karena
tekanan minyak pelumas yang terlalu rendah dapat menimbulkan kerusakan bantalan. Untuk
menghindarkan tetap berputamya generator sebagai akibat daya yang merubah generator menjadi
motor, maka PMT generator perlu di trip.
Begitu pula apabila suhu air pendingin pada mesin Diesel atau turbin penggerak generator
menjadi terlalu tinggi maka mesin Diesel atau turbin uap harus segera dihentikan dan PMT
generator harus juga di trip.
Trip dari PMT generator karena tekanan minyak pelumas yang terlalu rendah atau karena suhu
air pendingin yang terlalu tinggi dilakukan oleh relay mekanik. Daya balik pada generator dapat
menimbulkan pemanasan yang berlebihan pada turbin uap atau turbin gas penggerak generator.
Pada turbin air penggerak generator daya balik dapat menimbulkan kavitasi yang berlebihan.
Oleh karenanya pada generator-generator dengan daya terpasang diatas nilai tertentu yang
digarakkan turbin uap, turbin gas atau turbin air dipakai relay daya balik. Daya balik terjadi
karena ada gangguan mesin penggerak atau karena ada ayunan daya dalam sistem.

VI.5 Standarisasi Pengamanan


Dalam pasal V14 telah disebut-sebut penggunaan relay tertentu untuk generator yang
mempunyai daya terpasang diatas nilai tertentu.
Nilai tertentu ini tidak ada rumusnya tetapi merupakan kebijaksanaan yang standarisasi dalam
perusahaan listrik. Untuk mengetahui nilai ini yang berlaku di PLN dapat dilihat pada buku-buku
standar PLN. Pembuatan standar pengamanan PLN selain memperhatikan fungsi alat pengaman
seperti diuraikan dalam pasal V1.4 juga mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
A. Biaya investasi untuk memasang instalasi pengaman/relay tertentu.
B. Kemungkinan terjadinya gangguan yang diamankan dengan relay tersebut dalam butir
VI.5.A.
C. Pengaruh dari kerusakan yang bisa timbul oleh gangguan tersebut dalam butir V1.5.B.
khususnya pengaruhnya bagi operasi sistem tenaga listrik.

Penilaian-penilaian tersebut diatas berlaku pula untuk pengamanan bagian-bagian dari sistem
lainnya; seperti dapat dilihat dalam pasal selanjutnya.
Dengan mengamakan dasar-dasar pemikiran tersebut diatas akan terlihat bahwa makin besar
daya terpasang suatu zat, makin banyak relay pengamannya karena rusaknya alat dengan daya
terpasang besar akan lebih mengganggu operasi sistem tenaga listrik dibandingkan jika yang
rusak adalah alat dengan daya terpasang kecil.

VI.6 Pengaman Transformator

Pengaman transformator terdiri dari:


A. Pengamanan terhadap gangguan diluar transformator.
B. Pengamanan terhadap gangguan didalam transformator.
Karena transformator di Gardu Induk pada umumnya berhubungan dengan rel dan rel langsung
berhubungan dengan saluran transmisi sedangkan saluran transmisi kebanyakan adalah saluran
udara yang jumlah gangguannya tinggi maka kemungkinan bahwa transformator mendapat
gangguan karena gangguan disaluran transmisi adalah lebih besar dari pada generator.
Petir yang banyak menyambar saluran udara setelah menjalar disaluran udara kernudian menuju
transformator tetapi terlebih dahulu akan di "potong" oleh lightning arrester seperti tampak pada
gambar VI.9.

Gambar VI.9 Gelombang petir yang dipotong oleh lightning Arrester.


Walaupun gelombang petir, ini telah di "potong" oleh lightning arrester dan isolasi
transformator telah diperhitungkan terhadap gelombang petir yang terpotong, namun hal ini tetap
menimbulkan "Stress" didalam isolasi transformator.
Apabla pemotongan gelombang ini oleh lightning arrester kurang sempurna maka
gelombang petir ini bisa lebih besar yang sampai di transformator dan dapat menjebolkan isolasi
lilitan transformator dan akhirnya menimbulkan gangguan pada transformator.
Gangguan ini merupakan gangguan didalam transformator yaitu apabila disebabkan
hubung singkat didalam lilitan transformator, walaupun hubung singkat ini sesungguhnya
disebabkan gangguan luar (petir) yang menjalar kedalam transformator.
Proses ini mungkin juga tidak bersifat seketika artinya tidak seketika ada petir yang
menyambar saluran udara lalu transformator yang arresternya kurang baik langsung jebol
isolasinya.
Hal ini tentu saja tergantung kepada sampai berapa jauh arrester bekerja "kurang baik". Untuk
pengamanan transformator terhadap gangguan luar dipakai relay arus lebih dan relay hubung
tanah.
Untuk transformator-transformator yang besar dipakai pula relay thermis yang mensimulasikan
arus kesuhu untuk mengamankan transformator terhadap beban lebih. Disamping itu ada, pula,
relay suhu yang mendeteksi suhu bagian-bagian tert At,dari transformator dan akan
membunyikan alarm terlebih dahulu apabila suhu terlalu tinggi dan akhirnya mentrip PMT
transformator.
Untuk pengamanan transformator terhadap gangguan didalam transformator seperti halnya pada
generator dipakai relay diferensial. Sedangkan untuk gangguan hubung tanah dipakai restricted
earth fault relay seperti ditunjukkan oleh gambar VI.10.

Gambar VI.10 Rangkaian dari Restricted Earth Fault Relay. Dalam keadaan normal IA + IB=0
sehingga relay R tidak bekerja.
Disamping itu pada transformator tegangan tinggi umumnya ada relay Bucholz yang bekerja atas
dasar timbulnya gelembung-gelembung gas dari minyak transformator seperti ditunjuk- kan oleh
gambar VI.11.
Apabila timbul gelembung-gelembung gas maka pelampung akan turun dan menutup kontak air
rasa mula-mula untuk alarm kemudian untuk Trip Coil PMT Transformator.
Gambar VI.11 prinsip kerja Relay Bucholz
Disamping itu ada pula relay yang bekerja atas dasar kenaikkan tekanan gas yang tiba-tiba yang
seperti halnya relay Bucholz berfungsi mengamankan transformator terhadap gangguan didalam
transformator.
Relav Bucholz dan juga relay kenaikkan tekanan gas yang tiba-tiba bekerjanya relatif
lambat dibandingkan dengan relay diferensial dan restricted earth fault relay, karena harus
menunggu timbulnya gelembung-gelembung gas terlebih dahulu.
Relay differensial maupun restricted earth fault relay memerlukan investasi tambahan
yang tidak sedikit oleh karenanya hanya dipakai pada transformator yang daya terpasangnya
melebihi nilai tertentu. Transformator distribusi yang daya terpasangnya relatif kecil, sering
hanya diamankan dengan Sekering Lebur atau memakai Load Break Switch.
Pada Load Break Switch terdapat sekering lebur yang berfungsi melindungi
transformator terhadap gangguan hubung singkat sedangkan relay arus lebih primer bertugas
mengamankan transformator terhhadap beban lebih. Pisau-pisau load break switch hanya mampu
memutus arus lebih sedangkan arus hubung singkat harus diputus oleh sekering lebur yang
terpasang pada load break switch.
VI.7 Pengamanan SUTT
Sebagamana telah diuraikan dalam bab.VI SUTT adalah bagian dari sistem yang paling banyak
mengalami gangguan.
Hal in! menyebabkan masalah pengamanan SUTT merupakan masalah yang paling sulit
dalam pengamanan sistem tenaga listrik. Gangguan pada SUTT lebih dari 90 bersifat temporer
dan pada umumnya masalah koordinasi pengamanan (selektivitas) merupakan persoalan yang
menonjol dalam masalah pengamanan SUTT.
Pada SUTT radial dalam sistem yang sederhana pengamanan dapat dilakukan dengan
menggunakan relay arus lebih saja tapi jika sistem berkembang lebih besar maka penggunaan
relay arus lebih saja akan menemui kesulitan karena timbulnya akumulasi waktu seperti
ditunjukan dalam gambar VI 12.

Gambar VI.12 SUTT Radial dengan relay arus lebih yang mempunyai penyetelan waktu t1,t2
dan seterusnya.
VI.8 Untuk Dapat Menimbulkan Selektivitas Maka Penyetelan Waktu Haruslah
Sedemikian Hingga t,>t>t, > t, dan Seterusnya
Didalam praktek ti- tot to dan seterusnya At, nilai At adalah kira-kira 0,5 detik. Apabila At > 0,5
detik maka proses akumulasi waktu menjadi makin besar,walaupun selektivitas kerja relay makin
terjamin. Sebaliknya apabila At< 0,5 detik akumulasi waktu yang terjadi makin kecil selektivitas
kerja relay menjadi kurang terjamin akumulasi ini tidak dikehendaki tetapi tidak bisa dihindarkan
apabila selektivitas pengamanan dilakukan dengan cara "time grading". Akumulasi waktu ini
memberatkan peralatan terutama PMT dalam menghadapi arus gangguan karena makin lama
relay bekerja maka berarti peralatan dalam sistem akan makin lama menderita adanya arus
gangguan tersebut yang menimbulkan "thermal streses".
Dalam sistem yang besar maka arus gangguan (arus hubung singkat) juga makin besar sehingga
diinginkan relay yang bekerja cepat. Seperti terlihat pada gambar VII.12, generator beserta
peralatan instalasinya harus tahan menghadapi arus hubung singkat yang terjadi jika ada
gangguan pada rel dimana ia tersambung selama waktua ti. Apabila pada SUTT dikedua
ujungnya terdapat sumber daya maka penggunaan relay arus lebih tidak dapat menjamin
selektifitas protection lagi, karena apabila terjadi gangguan pada SUTT daya yang menuju titik
gangguan datang dari dua arah sehingga dengan time grading niai arus lebih sukar dicapai
keadaan dimana hanya seksi yang terganggu saja yang PMTnya trip.

Gambar VI.13 SUTT dengan sumber daya pada kedua ujungnya.


Kelemahan ini dapat dikurangi apabila dipakai power directional relay (relay daya terarah) yang
hanya bekerja apabila gangguan terjadi didepan PMT. Penggunaan power directional relay ini
dengan time grading dapat mengurangi jumlah relay yang tidak perlu bekerja apabila terjadi
gangguan terjadi pada salah satu seksi SUIT, namun belum bisa menjamin bahwa PMT seksi
yang terganggu yang bekerja. Penulis tidak melihat banyak keuntungan dalarn menggunakan
directional power relay untuk pengamanan SUTT

VI.9 Relay Impedansi


Sehubungan dengan kelemahan-kelemahan yang terjdadi pada penggunaan relay arus lebih
maupuin directional power relay untuk pengamanan SUT17 seperti telah diuraikan dalam pasal
VL 7 maka pada sistem yang arus hubung singkatnya sudah relatif tinggi dipakai relay
impedansi. Relay impedansi bekerjanya cepat dan selektifitasnya dilakukan dengan mengukur
impedansi SUTT yang diamankan sehingga tidak timbul masalah akumulasi waktu. Pada waktu
SUTT terganggu maka relay impedansi akan melihat turunnya impedansi dari SUTT dan
kemudian relay bekerja.
Relay impedansi terdiri dari bagian-bagian pokok sebagai berikut:
a. Elemen start (starting element).
b. Elemen pengukur (measuring element).
c. Elemen pengatur waktu (timer).

a. Elemen start adalah seperti yang ditunjukan oleh gambar VI.14

Gambar VI.14 Elemen Start dari relay impendasi


Apabila terjadi gangguan pada SUTT maka arus I bertambah besar dan kumparan arus KA
akan menghasilkan gaya tarik yang melawan pegas tarik sehingga akhimya kontak relay
elemen start akan menutup kontaknya dan memberikan tegangan kepada elemen pengatur
waktu sehingga elemen pengatur waktu bekerja.
Adanya ganguan pada SUTT seringkali juga menyebabkan turunnya tegangan. V sehingga
gaya tarik kumparan teggangan KT juga menurun dan hal ini akan ikut mempercepat
kerjanya relay elemen start untuk menutup kontaknya. Maka dikatakan bahwa elemen start
bekerja sebanding terhadap arus I dan bekerja berbanding terbalik terhadap tegangan V, atau
I −I
sebanding terhadap = dan dikatakan bahwa relay bersifat mho.
v z

b. Elemen pengukur pada relay impedansi elektro magnetik adalah suatu keping induksi yang
digerakkan oleh dua kumparan tegangan yang masing-masing menghasilkan kopel yang
berlawanan arah pada keping induksi. Hal ini ditunjukkan oleh gambar V1. 15 dan kedua
tegangan ini adalah E1 dan E2.
Gambar V1.15 Kumparan yang menggerakkan keeping induksi pada elemen pengukur relay
impedansi buatan Brown dan Boveri (Swiss). Kedua kumparan ini mempunyai kedudukan yang
letaknya berbeda 90° satu sama lain.
Gambar V1.16 menunjukkan bagaimana tegangan E1 dan E2 diambil melalui transform ator
tegangan, transformator arus dan dummy impedance.
Dummy impedance adalah suatu impedansi yang mewakili impedansi simpul dalam sirkit relay
sehingga tegangan pada dummy impedance adalah sebanding dengan rugi tegangan (voltage
drop) pada SUTT. Besarnya dummy impedance tergantung dari impedansi SUTT dan juga
tergantung kepada perbandingan tegangan yang dipakai pada transformator tegangan serta
perbandingan arus yang dipakai pada transformator arus.
Gambar V1. 17 menggambarkan diagram vektor tegangan dan arus yang bekerja pada relay
elemen pengukur yang rangkaiannya ditunjukkan oleh gambar V1. 15 dan gambar V1. 16. Jika
tegangan fasa ke titik netral N atau tegangan fasa dari SUTT adalah VR, Vs dan VT maka
tegangan jepit (linevoltafe) dari SUTT adalah:
V RS=V R−V S

V ST =V S −V T

V TR =V T −V R
Arus fasa dalam SUTT adalah I. Iz dan Ir, impedansi dari dummy impedance adalah Zu
sedangkan arus yang melalui dummy impedance adalah lu maka selanjutnya didapat diagram
vektor seperti terlihat pada gambar VL17a dan VI 17.b dengan pengertian bahwa I-I-It, dalam
besaran sirkit relay.

Gambar VI.16 Rangkaian listrik dari trafo tegangan, trafo arus dan dummy impendance M
dalam elemen pengukur dari relay impedansi buatan Brown dan Boveri beserta diagram vector
tegangan danarus dalam SUTT.

Gambar VI.17.a Diagram vektor tegangan pada dummy impedance


Em = Zm (IR- IT) dan tegangan E₁ yag bekerja pada kumparan CM ₁ dari elemen pengukur.
VAB adalah komponen Ei yang berbeda 900 dengan tegangan E2 yang bekerja pada kumparan
CM2

.
Gambar VI.17.b Diagram vektor arus yang melalui dummy impedance IR - Ir.

Kopel mekanis yang memutar keping induksi dari elemen pengukur relay impedansi ditentukan
oleh besarnya tegangan Van baik mengenai arah mau pun besarnya. Kalau VAB arahnya negatif
relay tidak akan bekerja, tapi kalau Vas arahnya positif ada kemungkinan relay bekerja,
tergantung kepada besarnya tegangan Vas yang selanjutnya tergantung kepada besarnya
tegangan:
E1=V TR + Z m (I R−I T )

Dari uraian diatas dapatlah kiranya dikatakan bahwa elemen starting digerakkan oleh kopel dari
kumparan CM, yang sebanding dengan tegangan E, yang mewakili tegangan titik pengirim dari
SUIT dikurangi dengan tegangan dummy impedance dikalikan (IR-IT) dimana la dan Ir
mewakili arus (gangguan) dari fasa R dan fasa T dalam sirkit relay. Kopel tersebut diatas diadu
dengan kopel yang dihasilkan kumparan CM; dimana CM₂ mendapat tegangan E2 yang mewakii
tegangan titik pengirim dari SUTT.
Karena dummy impedance dibuat agar mewakili bagian (zone) dari SUTT yang akan diamankan
maka apabila gangguan terjadi dalam zone yang diamankan, kopel resultante terhadap keping
induksi akan mengggerakkan keping induksi untuk memberi perintah trip kepada PMT dari
SUTT yang diamankan. Kopel resultante tersebut diatas = 0 apabila V AB=0 dan hal ini bisa
terjadi walaupun E1 ≠ 0. Harga V AB=0 terjadi apabila E1sejajar dengan E2
Apabila terjadi gangguan 3 fasa yang simetris dan tegangan di titik gangguan adalah U maka
untuk setiap fasa U R=U S=U S=U T =0
Kalau vektor diberi notasi 120 sedangkan kebesaran urutan positif, urutan negatif dan urutan
nol ditandai masing-masing dengan indeks p, n dan o maka didapatkan persamaan:
3 U P=U R +V s <¿120+U T < ¿240=0¿ ¿

Maka U P=0

3 U n=U R +U s<¿ 240+U T <¿ 120=0 ¿ ¿

Maka juga U n =0

3 U o =U R + V s +U T =0

Ini juga berarti bahwa V o =0

Gambar VI.18 Rangkaian impedanci untuk gangguann 3 fasa yang simetris.

Dalam rangkaian impendansi untuk gangguan 3 fasa yang simetris seperti yang ditunjukkan oleh
gambar VI.18 impedansi generator sebagai sumber tegangan adalah Za sedangkan Eg adalah
gaya gerak listrik dari generator. Impedansi antara rel (relay) dengan titik gangguan adalah Z.
Tegangan urutan positif pada rel: Vp - Ec- ZG Ip
Tetapi juga V,= 1, Z, dan karena untuk SUTT Z = Z maka:
V P=Z f P

Anda mungkin juga menyukai