Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

Daftar Isi...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................
C. Tujuan Penulisan................................................................................
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep HAM di SMA........................................................................
B. Konsep demokrasi di SMA.................................................................
BAB III
PEMBAHASAN
A. Profil SMA.........................................................................................
B. Hasil Wawancara................................................................................
C. Analisis Hasil Wawancara..................................................................
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
LAMPIRAN..........................................................................................................

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi
manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau
buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal
tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab
dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus
bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Berawal dari keprihatinan pemerintah kepada masyarakat
indonesia yang kurang mengetahui adanya ham dan pelanggaran ham dan
kurangnya mengerti apa itu Demokrasi maka pemerintah mengeluarkan
peraturan tentang ham dan demokrasi untuk dipejari baik itu disekolah
dasar maupun di universitas. Dalam tatanan instrumentasi kurikuler, secara
historis dalam kurikulum sekolah terdapat mata pelajaran yang secara
khusus mengemban misi pendidikan demokrasi, yakni mata pelajaran
Civics.
Sekolah seringkali diperhadapkan dengan situasi dan kondisi
dimana anak-anak atau siswa-siswi melakukan hal-hal yang tidak dapat
ditolerir, kenakalan, perkelahian, kekerasan antar siswa, narkoba bahkan
tindakan yang melawan hukum. Hal tersebut menghadapkan sekolah pada
problematik antara mengambil tindakan tegas yang artinya bisa jadi
merupakan pelanggaran HAM ataukah melakukan pembiaran.
Negara Indonesia juga merupakan Negara demokrasi, seperti
nampak pada Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang antara lain
berbunyi “…dalam susunan Negara indonsia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasar kepada Ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”. Bahwa Negara

2
Indonesia adalah Negara demokrasi juga nampak dalam pasal 1 ayat (2)
UUD 1945 yang berbunyi “kedaulatan adalah ditangan rakyat, dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”…., tetapi
bukan demokrasi liberal dan juga bukan demokrasi Rakyat, melainkan
demokrasi Pancasila.
Demokrasi adalah tugas yang tiada akhir. Oleh sebab itu gagasan
ini harus ditanamkan kesetiap lapisan masyarakat dalam suatu Negara,
melalui media, disekolah-sekolah dan universitas-universitas serta pusat-
pusat kebudayaan. Demokrasi tidak hanya terjadi pada saat pemilu saja
tetapi juga harus diterapkan pada hidup sehari-hari. Demokrasi yang hidup
mengharuskan partisipasi aktif masyarakat dalam partai politik yang
demokratis, kelompok masyarakat sipil dan masyarakat pada umumnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan tentang pendidikan HAM & Demokrasi di
SMA/SMK/MA?
2. Bagaimana penanaman pendidikan HAM dan demokrasi di
SMASMK/MA?
3. Apakah sudah mengunakan media dalam pendidikan HAM &
Demokrasi di SMA/SMK/MA?

C. Tujuan Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk mengajak mahasiswa,calon guru dan
guru lebih menanamkan lagi pendidikan Ham dan Demokrasi dengan
mengunakan media-media yang disukai oleh murid agar mereka bisa
memahami secara langsung bukan untuk dihapalkan saja. serta murid bisa
mengimplementasi pendidikan Ham dan Demokrasi di lingkungan
sekitarnya maupun dimasyaraka. Secara keilmuan, pembelajaran dalam
pendidikan Demokrasi dan HAM merupakan bagian integral dari
pendidikan kewarganegaraan, yang pada dasarnya juga bertujuan untuk
mengembangkan individu menjadi warga negara yang cerdas dan baik
(smartandgoodcitizen).

3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep HAM di SMA

HAM adalah hak pokok atau hak dasar yang dibawa oleh manusia sejak lahir
yang secara kodrat melekat pada setiap manusia dan tidak dapat diganggu gugat
karena merupakan anugrah Tuhan YME.

HAM berdasarkan UU No. 39/1999 Pasal 1 angka 1 adalah seperangkat hak


yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan YME dan
merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara,hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
perlindungan harkat dan martabat manusia.

Tepat pada peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional 10


Desember 2004, PBB mempromosikan masuknya materi HAM ke sekolah.
Rekayasa sosialnya jelas, menginternalisasi nilai-nilai HAM kepada peserta didik
dan komunitas pendidikan pada umumnya. PBB pun memilah strategi
penerapannya. Dimulai di tiga tahun pertama (2005-2008) yang berfokus pada
pendidikan dasar dan menengah, dengan cara mengintegrasi nilai-nilai HAM ke
dalam kurikulum, mengubah proses pendidikan serta mengajarkan metode, dan
memperbaiki lingkungan tempat pendidikan itu berlangsung.

Di Indonesia, muatan HAM bisa didapatkan dalam kurikulum


SMA/MA/SMK. Untuk SMA/MA/SMK materinya terdiri atas pengertian HAM,
upaya pemerintah dan peran masyarakat dalam menegakkan HAM, juga
instrumen atau dasar hukum yang mengatur HAM.

Sayangnya, kurikulum SMP maupun SMA tidak membahas tentang


kewajiban dasar manusia (KDM). Padahal, KDM adalah seperangkat kewajiban
yang bila tak dilaksanakan, tidak memungkinkan terlaksana dan tegaknya HAM
( UU No 39 Tahun 1999). KDM seharusnya menjadi fondasi utama sebelum kita
mempelajari HAM. Dimensi KDM adalah tanggung jawab, sedangkan HAM

4
adalah kebebasan. Kebebasan yang bertanggung jawab adalah inti keselarasan
dalam masyarakat. Dalam UU No 39 Tahun 1999, KDM termaktub di pasal 67-
70.

Mengajarkan cakupan yang ada di KDM pasti membutuhkan waktu


panjang dan ujungnya adalah karakter. Pasal 67 UU HAM tentang KDM
menyatakan, "Setiap orang yang ada di wilayah Republik Indonesia wajib patuh
pada peraturan perundang-undangan, hukum tak tertulis, dan hukum internasional
mengenai hak asasi manusia yang telah diterima oleh negara Republik Indonesia".
Mematuhi hukum dan peraturan adalah karakter, yang dibangun lewat jalan
panjang nan terjal.

Awalnya mengajarkan, lalu dibiasakan, dilatih untuk konsisten sehingga


akhirnya akan menetap menjadi karakter diri. Keteladanan dan lingkungan yang
mendukung menjadi kunci keberhasilan pembentukan karakter.

Siswa sekolah menengah, peraturan perundang-undangan ini bisa


dikenalkan lewat proses sederhana. Tidak perlu menghafal, siswa cukup diajarkan
bagaimana mencari peraturan terkait aktivitasnya. Misalkan, saat siswa sekolah
menengah akan memakai kendaraan bermotor, guru cukup memberitahukan
bagaimana cara siswa memperoleh dan memahami UU tentang kendaraan
bermotor. Proses selanjutnya, mengajak siswa berdiskusi dan memutuskan
pilihan. Hal-hal sehari-hari ini perlu dipahami oleh siswa sebagai pengantar untuk
kehidupannya bermasyarakat. Jelas satu bagian kecil KDM, yaitu "patuh pada
peraturan perundang-undangan" membutuhkan pendidikan, bukan pengajaran.

Lanjutannya adalah kepatuhan pada hukum tak tertulis. Hal yang terkait
definisi KDM yang lain, "Setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain,
moral, etika dan tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara".
Dibutuhkan kepiawaian seorang pendidik, lingkungan sosial yang mendukung,
dan pengalaman yang harus dialami siswa. Hukum tak tertulis, moral, etika tidak
bisa kita dapatkan dari bahan tertulis. Semuanya terkait rasa dan empati yang
harus ditumbuhkan sejak dini.

5
Mempelajari etika memang butuh waktu dan cara, setidaknya ini berlaku bagi
anak muda generasi digital native--mereka yang lahir pada paruh kedua 1990-an.
Sangat mudah bagi mereka memutuskan tanpa berpikir panjang tentang perasaan
orang lain. Generasi ini terbiasa dengan gawai, yang saat tidak senang dalam satu
kelompok, maka tinggal left grupnya. Saat menyenangi sesuatu, mereka tinggal
like dan komentar.Sekarang ini four magic words sering diajarkan, tapi sayangnya
tidak disertai tata laku yang melengkapi. Ucapan "Terima Kasih", "Tolong",
"Permisi", "Maaf" diketahui anak-anak kita, tapi tak disertai senyuman,
merunduk, dan melembutkan suara pada yang lebih tua. Begitulah, tidak ada
proses pembelajaran di dalamnya; semua serbainstan, cepat laiknya gadget yang
mereka genggam.

Guru yang berupaya memahamkan KDM berarti sedang menumbuhkan


budi pekerti. Tanggung jawab lagi-lagi menjadi nilai awalnya. Saat guru
mengajarkan HAM, dimensi kebebasan menjadi hal yang melekat di kepala para
siswa, kebebasan menjadi hal yang sulit dibendung.

Ambil studi kasus merokok di kalangan pelajar. Menurut data terbaru


Global Youth Tobacco Survey (GYTS) 2014, sebanyak 18,3 persen pelajar
Indonesia sudah terbiasa merokok. Namun anehnya, hampir semua pelajar setuju
pelarangan merokok di dalam ruangan di tempat umum (89,4 persen) dan 80,9
persen setuju pelarangan merokok di luar ruang. Artinya, kesadaran setiap pelajar
membutuhkan udara bersih ada, tapi keinginan untuk tetap bebas merokok mampu
mengalahkan kesadaran itu.

Kesadaran yang juga digempur oleh nilai-nilai iklan rokok yang tanpa
tanggung jawab mengisi benak kita melalui ruang publik di jalanan dan ruang
privat melalui moda televisi. Betapa pantas kita galau terhadap kebebasan media
televisi tanpa tanggung jawab. Sinetron, variety show, dan infotainment tanpa
ampun membentuk jati diri kita.

Tidak bisa kita menggugat pemilik televisi atas nama KDM. Bukan karena
tidak mau, tetapi hari ini kita tidak memahami KDM. Kekhawatiran melanggar

6
hak asasi orang lain menjauhkan kita dari keberanian menegakkan kewajiban
dasar manusia.

Para pelajar yang tidak merokok harus berani meminta temannya untuk
tidak merokok. Hak orang untuk merokok. Namun, sebelum berbuat sesuai hak,
menjadi kewajibannya untuk menghormati orang lain yang merindukan udara
segar. Di sinilah pentingnya kita melibatkan pelajar untuk membongkar ketakutan
melanggar hak asasi orang lain dan membangun kebersamaan untuk bersama
meyakinkan melaksanakan kewajiban dasar manusia.

Benar bahwa semua manusia memiliki hak dasar yang secara kodrati
melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng. Hak ini memang
harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi,
atau dirampas. Namun, manusia juga mempunyai kewajiban dasar antara manusia
yang satu terhadap yang lain dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Dari sinilah perbaikan hingga perubahan cara pandang kurikulum
nasional yang berkaitan dengan HAM berawal.

B. Konsep Demokrasi di SMA


Secara etimologis istilah demokrasi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu dari
kata demos dan kratos. Demos artinya rakyat, dan kratos yang berarti
pemerintahan.secara sederhana demokrasi dapat diartikan pemerintahan yang
dipegang oleh rakyat atau dapat juga diartikan sebagai kekuasaan tertinggi
ditangan rakyat.
Sekolah merupakan tempat siswa belajar segala sesuatu termasuk belajar
demokrasi. Mempelajari demokrasi tidak hanya teori demokrasi, tetapi dengan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Membudayakan nilai-nilai demokrasi di
sekolah membutuhkan prinsip kebebasan berpendapat, kesamaan hak dan
kewajiban, tumbuhnya semangat persaudaraan antara siswa dan guru. Prinsip-
prinsip tersebut harus selalu menyertai pembelajaran di kelas pada mata pelajaran
apapun.
Kehidupan sekolah merupakan jembatan atau transisi bagi anak dalam
rangka penanaman nilai-nilai demokrasi dalam diri seorang anak. Dalam ini

7
sekolah merupakan pengganti orang tua dalam mendidik seorang anak.
Penanaman-penanaman niliai demokrasi ini biasanya dilakukan dengan
mengajarkan kepada anak tentang nilai-nilai demokrasi, misalnya melalui
pembelajaran di kelas. Untuk mengaplikasikan nilai-nilai demokrasi yang telah
diajarkan maka sekolah memberikan sarana kepada siswa berupa organisasi-
organisasi. Organisasi ini bertujuan untuk mengajarkan kepada siswa untuk lebih
bersifat demokratis, bertanggung jawab, serta menghargai sehingga diharapkan
dapat berguna sebagai bekal siswa Yang nantinya akan terjun dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai seorang siswa juga harus
belajar berdemokrasi dengan membiasakan hidup secara demokratis. Sekolah
merupakan tempat yang tepat untuk berlatih dan mengembangkan nilai-nilai
demokrasi. Budaya demokrasi dapat dilaksanakan dalam berbagai kegiatan di
sekolah.
Penerapan demokrasi di sekolah SMA diantaranya:
1) Musyawarah Kelas, musyawarah adalah suatu wujud pelaksanaan
demokrasi. Musyawarah kelas dilakukan untuk membahas persoalan yang
dihadapi kelas tersebut, misalnya membentuk kelompok kerja, lomba
kebersihan, lomba pentas seni, dan lain-lain. Dalam mengambil sebuah
keputusan diusahakan diperoleh dengan cara musyawarah mufakat.
2) Pemilihan Ketua Kelas, dapat dilakukan dengan musyawarah mufakat.
Jika musyawarah mufakat tidak berhasil membuahkan keputusan bersama,
biasanya dilakukan atau ditempuh dengan cara pemungutan suara/voting.
Cara ini ditempuh jika terdapat lebih dari satu calon ketua kelas yang sama
baiknya.
3) Pemilihan Ketua OSIS (Organisasi Intra Sekolah)
4) Membuat Koperasi Sekolah, salah satu bentuh kegiatan badan usaha yang
bersifat demokrasi dilingkungan sekolah adalah koperasi sekolah. Sejalan
dengan semangat demokrasi, koperasi terkenal dengab semboyannya "dari
anggota, oleh anggota, dan intuk anggota". Adanya koperasi sekolah dapat
membantu anggota dengan menyediakan berbagai kebutuhan sekolah.
5) Menghargai Perbedaan Agama di lingkungan sekolah.
6) Menghargai Pendapat orang lain terutama kepada teman sekolah.

8
BAB III
PEMBAHASAN
A. Profil SMA
1. MA Muallimin Yogyakarta
Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah adalah sekolah kader di
bawah Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad
Dahlan pada tahun 1918.
Alamat : Jalan S.Parman No 68, Patangpuluhan, Yogyakarta
Telp : (+62) 274-373122, (+62) 274-376736
Fax : (+62) 385516
Email : mualliminmuhyk@gmail.com
VISI : Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta
memiliki visi menjadi institusi pendidikan Muhammadiyah tingkat
menengah yang ungguldan mampu menghasilkan kader ulama, pemimpin,
dan pendidik sebagai pembawa misi gerakan Muhammadiyah.
PENDIDIKAN KOMPREHENSIF Unggul di bidang keislaman, ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan membangun kompetensi dan
keunggulan siswa di bidang kependidikan dengan bahasa Arab dan bahasa
Inggris sebagai alat komunikasi MEMBENTUK KEPEMIMPINAN
Membangun kepemimpinan yang berakhlak dan berkepribadian serta
membangun kompetensi dan keunggulan siswa di bidang organisasi dan
perjuangan Muhammadiyah MENGEMBANGKAN KETRAMPILAN
Mengembangkan keterampilan guna membangun kompetensi dan
keunggulan siswa di bidang Wirausaha
Tahun Lama Berdiri : 100 tahun
Jumlah Siswa : 1475

2. SMAN 2 Mesuji
Alamat : Jalan Poros Blok A, Makarti Mulya, Kec. Mesuji, Kab.
Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan.
Akreditasi : B

9
Kurikulum : KTSP
SMAN 2 MESUJI memiliki jumlah rombel sebanyak 6, dengan
uraian sebagai berikut:

Rombel 10 Rombel 11 Rombel 12

Uraian L P Tot L P Tot L P Tot

Jumlah 27 34 61 37 25 62 33 37 70

3. SMKN 1 Pangandaran
Alamat : JL. Raya Merdeka NO. 222 KEC. Pangandara
Kab. Pangandaran
Status : Negeri
Bentuk Pendidikan : SMK
Kurikulum : 2013
SMKN 1 PANGANDARAN memiliki jumlah rombel sebanyak 39,
dengan uraian sebagai berikut:
Rombel 10 Rombel 11 Rombel 12
Uraian L P Tot L P Tot L P Tot
Jumlah 215 119 334 191 154 345 251 155 406

Paket keahlian:
 NKPI (Nautika Kapal Penangkap Ikan)
 TPHPi( Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan)
 TKPI (Teknika Kapal Penangkap Ikan)
 TKJ ( Teknik Komputer dan Jaringan)
 Teknik Otomotif
 TSM ( Teknik Sepeda Motor)
 RPL (Rekayasa Perangkat Lunak)
Sarana dan Prasarana yang ada diantaranya :

10
 Bangunan Kantor & Ruang Belajar Yang Refresentatif
 Laboratorium Navigasi dan Pemetaan
 Bengkel TPHPi
 Bengkel TKPI
 Laboratorium Komputer (KKPI)
 Laboratorium TKJ
 Kapal dan Perahu Praktek NKPI
 Bengkel TKR
 Bengkel TSM
 Laboratorium RPL
 Lapangan Bulu Tangkis, Bola Volly, Basket dan Sepak Bola
 Gedung Serbaguna
 Asrama Taruna
 Ruang OSIS
 Ruang UKS
 Koperasi
 Kantin
 Mushola
 Mesjid (Tahap Pembangunan)

B. Hasil Wawancara (Berupa traskrip wawancara atau sudah


dideskripsikan)
Nama : Syaifullah K.Boli
Alamat : jl. Pramuka no 42 UH Yogyakarta
Jabatan : Guru PPKN
Nomor : 0821-3344-3996
Usia : 23 Tahun
Mely Agustin : Bagaimana pandangan (persepsi) mas tentang pendidikan
HAM & Demokrasi?
Syaifullah : Pendidikan Ham dan Demokrasi secara kusus tidak ada / tdk
berdiri sendiri menjadi satu mata pelajaran, namun pendidikan

11
ham dan demokrasi termuat dalam KD yaitu di kelas XI SMA
yakni materi tentang Ham dan Demokrasi terdapat di KD 1 dan
KD 2, dalam buku pendidikan pancasila dan kewarganegaaran
revisi 2019 untuk SMA/MA kelas XI, dalam materi tersebut
menurut Guru yang mengampuh mapel ppkn sangat baik dalam
penjelasannya maupun sangat baik untuk diajarkan kepada siswa
karna muatannya lebih menekankan siswa untuk memahami
pentingnya Ham, dan bisa menghargai Hak orang lain serta tau
dan memahami HAM apa saja yang perlu di hargai, bgtupun
materi tentang demokrasi, dalam muatan materi demokrasi sangt
baik untuk diajarkan kepada siswa, krna dalam materi tersbut
sangt menekan untuk setiap warga negara termasuk siswa untuk
selalu berdemokrasi atau hidup bersemokriasi, sebagai warga
negara yang baik, setiap warga negara hrus ikut terlibat dalam
pemilu dll, memeutuskan suatu permasalahan dengan muswarah
mufakat, dan masi banyak lagi yang di ajarkan dalam materi
tersebut.
Jadi kesimpulannya adalah pendidian tentsng ham dan
demokrais yang terdpt dalam materi ppkn kelas XI sangat
bermanfaat untuk siswa yang hakekatnya adalah generasi
penerus bangsa.
Mely Agustin : Apakah di sekolah tempat mas mengajar sudah ada penanaman
pendidikan HAM dan demokrasi?
Syaifullah : Sudah, contohnya semua siswa dri kelas VII sampai dengan
kelas XII di libatkan dalam pemilihan ketua IPM (ikatan plajar
MuH) dan diajarkan untuk saling menghargai pendapat terkusus
di mapel ppkn saya sering mempersilahkan siswa untuk
menyampaikn pendpt dan meminta siswa yg lain untuk
menghargai pendapat temanya
Mely Agustin : dalam menanamkan pendidikan HAM & Demokrasi,
sumbernya/ referensinya apa saja dan dari mana ya mas?

12
Syaifullah : Sumbernya, Buku ppkn kelas XI revisi 2019, Buku pendidikan
kewarganegaraan karya asykuri ibn chamim dkk, dan juga dgn
menonton vidio tentang ham dan Demokrasi.
Mely Agustin :dalam menanamkan pendidikan HAM & Demokrasi apakah
menggunakan media? jikalau menggunakan, mas
menggunanakan media apa saja ya?
Syaifullah :Iya, vidio, dan juga menggukn kelompok diskusi,nanti dalam
kelompok diskusi itu akan ada mucul sikap ham dan Demokrasi,
sikap ham bisa dilht dgn saling mengamhargai pendpat orang
lain dan membiarkn orang lain menyampaikn idenya dan
Demokrasi bisa dilht dri jalan diskusinya
Mely Agustin : Menurut mas apa yang menjadi ukuran keberhasilan
pendidikan HAM dan demokrasi?
Syaifullah : ham : bagaimana iya bisa menghargai pendpt/ide orang lain
dan juga mebiarkn orang lain berpendapat tanpa melakukan
intimidasi. Demokrasi : bagimana ia mumutus suatu permasalah
baik masalah pribadi maupun organisasi apakah lewat
musyawarah atau tidak, dan dilihat apakah dia terlibat dalam
kegiatan demokrasi misalnya pemilu di lingkungn sekolah atau
tidak

Identitas
Nama : Rina Astuti
Alamat : Makarti Mulya, Kecamatan Mesuji, Ogan Komering Ilir
Sumatra Selatan
Jabatan : Guru PPKn
Nama Sekolah : SMAN 2 Mesuji
No. Hp : +6282375143331
Usia : 27 tahun
Indah widianti : Bagaimana pandangan ibu tentang pendidikan HAM dan
Demokrasi di sekolah ibu ya ?

13
Rina astuti : Menurut saya pendidikan HAM dan Demokrasi itu memang
sudah seharusnya diberikan sejak dini melalui aspek pendidikan
formal. pendidikan formal adalah ruang mendidik anak yang
paling efektif, termasuk halnya memberikan pengetahuan
tentang HAM , metodenya bisa melalui pemberlakuan
kurikulum nasional maupun wacana ekstrakuriikuler bagi
peserta didiknya. Sedangkan tentang demokrasi disekolah
merupakan jembatan atau transisi bagi anak dalam rangka
penanaman nilai-nilai demokrasi dalam diri seorang anak.
Dalam hal ini sekolah merupakan pengganti orang tua dalam
mendidik seorang anak penanaman nilai demokrasi ini biasanya
dilakukan dengan mengajarkan anak tentang nilai demokrasi
misalnya : melalui pembelajaran dikelas, musyawarah kelas dan
pemilihan ketua kelas maupun ketua osis.
Indah widianti : Oh ya, bu apakah di tempat ibu mengajar sudah ada
penanaman pendidikan HAM dan Demokrasi? Nah, kalau sudah
ada dalam bnetuk apa ya bu bisa di jelaskan sedikit bu!
Rina astuti : Kalau pendidikan HAM bisa dilakukan dengan cara pemberian
materi dikelas, contohnya dengan menerapkan kurikulum dan
ekstrakurikuler disekolah. Sedangkan demokrasi misalnya
musyawarah dikelas, pemilihan ketua kelas, dan pemilihan ketua
osis. Itu semuakan melibatkan anak untuk berdemokrasi.
Indah widianti : Nah kalau untuk semua itu lalu bagaimana cara penanamannya
pada siswa disekolah bu?
Rina astuti :Penanamannya ya melalui pembelajaran untuk yang HAM,
sedangkan demokrasi melalui kegiatan secara langsung misal
pemilihan ketua osis.
Indah widianti :Dalam menanamkan pendidikan HAM dan demokrasi, ibu
menggunakan sumber atau referensi apa saja bu?
Rina astuti : Referensi ada buku paket pendidikan kewarganegaraan.
Indah widianti : Itu referensinya darimana bu, dari sekolah atau buku ibu
sendiri bu?

14
Rina astuti : Dari sekolah
Indah widianti : Dalam menanamkan pendidikan HAM dan demokrasi apakah
itu menggunakan media bu ?
Rina astuti :Mungkin hanya menggunakan proyektor dengan memberikan
gambaran lewat vidio misalnya tentang demokrasi itu seperti
apa.
Indah widianti :Nah, kalau ibu bagaimana cara menilai keberhasilan pendidikan
HAM dan Demokrasi di sekolah tersebut bu?
Rina astuti :Dengna melihat seberapa anak yang ikut berpartisipasi, dengan
kesadaran sendiri tanpa ada dorongan dari orang lain.
Indah widianti :Apa yang menjadi ukuran keberhasilannya bu, boleh dijelaskan
sedikit?
Rina Astuti :Ukurannya bisa dilihat dari seberapa banyak anak yang
berpartisipasi , conthnya melihat data anak.
Indah widianti : Adakah dampak dari penanaman pendidikan Ham dan
Demokrasi bagi siswa di sekolah ibu ?
Rina astuti : Ada
Indah widianti : Kira-kira apa saja ya bu dampaknya bagi siswa disekolah?
Rina astuti :Dampak positifnya anak bisa berpikir mandiri karna tidak
tergantung temannya dan anak lebih mudah bersosialisasi.

Identitas
Nama : Ika Nur Widiautami
Alamat : Pangandaran, Jawa Barat
Jabatan : Guru
Nama Sekolah : SMK NEGERI 1 PANGANDARAN
Nomor Hp : 089607293689
Usia : 26 Tahun
Dialog wawancara
Asri Trisna Wati : bagaimana pandangan (persepsi) mba tentang pendidikan
HAM & Demokrasi ?

15
Ika : Menurut saya, bagus ketika disekolah terutamanya melalui
mata pelajan PPKn salah satu materinya adalah tentang HAM
dan Demokrasi tepatnya di pelajari di kelas XI tingkat SMA ,
SMK sederajat. Dari situ anak-anak bisa mengetahui apa itu
HAM? Apa itu demokrasi ? karena seperti kita ketahui sekoalh
adalah bagian dari sarana untuk mencerdasakan kehidupan
bangsa. Sekolah juga menjadi sarana utama pemerintah kita
dalam menjalankan kewajiban terutama memenuhi hak atas
pendidikan setiap warga negaranya. Pendidikan HAM dan
Demokrasi bukan saja menyangkut pendidikan HAM dan
Demokrasi, melainkan juga pendidikan melalui Ham dan
Demokrasi , dan pendidikan untuk HAM dan Demokrasi.
Kalalu melihat dari arti HAM itu sendiri hak asasi manusia
adalah hak-hak yang telah dipunyai seseorang sejak ia dalam
kandungan dan merupakan pemberian dari Tuhan. HAM berlaku
secra universal oleh karena itu disekolah pun setiap guru dan
murid menyadari akan hal itu. Salah satu penerpan HAM yang
sudah tertanam dengan menghormati hak satu sama lain, baik
anata guru dengan kepala sekolah, guru dengan siswa, maupun
dengan warga sekolah lainnya. Apalagi sekarang dengan
program yang menerapkan ramah anak ini juga sebagai bentuk
dari penerapan pendidikan HAM disekolah. Namun disamping
itu sayangnya, di Indonesia ini banya guru yang mengeluh
sambil berbicara”sekarang medidik anak susah”, dikerasin
sedikit guru sudah dianggap melanggar HAM. Padahal gru
bermaksud baik dalam mendidik para siswanya. Nah, dari
mempelajari materi HAM itu sendiri adalah hal ini baik
bertujuan memberikan pengertian dan wawasan kepada seluruh
masyarakat tentang arti pentingnya memahami hak-hak dan
kewajiban setiap waraga negara terhadap hak asasi manusia.
Salah satunya, siswa menghargai guru ketika sedang
mendisiplinkan, dan begitupun dengan guru menghargai siswa

16
dengan memberikan pendidikan dengan mengar dan mendidik
dengan ramah, tidak menggunakan kekerasan. Sedangkan
penerapan pendidikan Demokrasi disekolah, alhamdulillah
sudah berjalan dengan baik. Contohya ketika didalam kelas guru
memebrikan kesempatan kepada taruna/taruni aktif memberikan
pendaptnya ketika diskusi, tidak hanya itu saja dalam kegiatan
ekstrakulikuler khususnya siswa SMK yang saya ajar aktif
dalam membuat ide-ide tentang program kerja yang akan
dilaksanakan. Dalam ekstrakulikuler pemilihan Staf osis
batalyon taruna/taruni pun ikut menyumbangkan suaranya
dengan memilih salah satu calon untuk mereka pilih. Kalau
melihat contoh diatas sebenarnya penerapan pendidikan
demokrasi disekolah sudah sesuai dengan pengertian demokrasi
itu sendiri, artinya taruna/taruni sudah bisa memahami dan
menerapkan dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Jadi, kesimpulannya pendidikan HAM dan demokrasi disekolah
hampir keseluruhan warga sekolah sudah memahami akan hal
itu dan bisa mengaplikasikannya/menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Meskipun disamping itu pendidikan
HAM dan demokrasi terkadang disalah artikan oleh sebagian
warga sekolah.
Asri Trisna Wati : Apakah di sekolah tempat mba mengajar sudah ada penanaman
pendidikan HAM dan demokrasi?
Ika : Sudahh dek, salah satunya juga dengan adanya duta ham
disekolah bahkan itu program dari pemerintah jawa barat.
Dengan seperti itu membantu tentang penanaman ham dan
demokrasi di sekolah. Karena program dari duta ham itu salah
satunya dengan mengjak seluruh warga sekolah untuk
menanamkan, mengaplikasikan tentang yang berkaitan dengan
ham itu sendiri. Kalau demokrasi penanamannya ya tadi taruna
taruni diberikan kebebasan untuk menyampaikan ide-ide nya
atau pendapatnya. Jadi tidak selalu dari seorang guru, dan disitu

17
juga guru memberikan masukan kepada siswa akan ide-idenya
tersebut.
Asri Trisna Wati :Dalam menanamkan pendidikan HAM & Demokrasi,
sumbernya/referensinya apa saja dan dari mana ya mba?
Ika : Dari buku pelajaran siswa sudah jelas ya dek, selain itu juga
ditambah dari buku-buku pendukung lainnya salah satunya buku
ketika kuliah itu sangat membantu sekali. Karena buku siswa
biasanya materiny kurang lengkap. Dan dari isu-isu terkini juga
itu biasanya mba sangkut pautkn dengan materi ham dan
demokrasi yang akan diajarkan. Plus google juga. Dan biasanya
juga dari pelatihan-pelatihan tentang materi ham. Salah satunya
kemarin dari pelatihan duta ham sejawa barat kita diberikan
materi-materi untuk diterpakan disekolah.
Asri Trisna Wati :Dalam menanamkan pendidikan HAM & Demokrasi apakah
mba menggunakan media? jika menggunakan, mba
menggunanakan media apa saja ya?
Ika : Iya menggunakan media, salah satu media yang digunakan
adalah teks, studi kasus, mading, gambar, PPT.
Asri Trisna Wati : Menurut mba apa yang menjadi ukuran keberhasilan
pendidikan HAM dan demokrasi?
Ika : diukur dari berapa potensi pelanggaran hukum dan
pelanggaran HAM bisa dicegah. Artinya taruna dan taruni sudah
bisa mengerti apa itu HAM dan demokrasi dan menerpakannya
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah dengan tidak
melakukan tindakan pelanggaran HAM dan demokrasi. Setiap
orang (taruna dan taruni) menyadari akan hak dan kewjibannya,
begitupun menyadari bahwa setiap org punya hak dan kewajiban
yg sama yg patut untuk dihargai, dihormati, dijunjung tinggi
tidak boleh diambil bhkan sampai dirampas.
Asri Trisna Wati : Adakah dampak dari penanaman pendidikan HAM &
Demokrasi bagi Siswa? jika ada, apa saja dampaknya mba?
Ika : Ada, Taruna/taruni menaati peraturan disiplin sekolah,

18
Taruna/ taruni dapat menghargai pendapat temannya meskipun
pendapat itu berbeda Taruna/taruni bergaul dengan teman
sekolah tanpa diskriminasi, Taruna/taruni menerima teman yang
berbeda latar belakang suku, budaya, ras, dan agama, dan
Taruna/taruni selalu mengutamakan musyawarah. Taruna/taruni
Menghormati sesama teman dan guru. Taruna/taruni Tidak
mengganggu hak milik teman. Taruna/taruni tidak melakukan
tindakan anarkis di sekolah.

C. Analisis Hasil Wawancara


Berdasarkan hasil wawancara, Pendidikan HAM dan Demokrasi di setiap
sekolah sudah dilaksanakan. Akan tetapi, penerapannya berbeda-beda. Setiap guru
dan sekolah memiliki cara penerapannya sendiri. Dalam demokrasi pada
hakikatnya masing-masing guru memiliki konsep yang sama dalam penerapannya,
yaitu dengan mengutamakan musyawarah dan ikut dalam pemilihan ketua
organisasi yang ada di sekolah. Sedangkan dalam pendidikan HAM, guru
membiasakan siswa untuk menyampaikan pendapat dan menghargai pendapat
siswa yang lain.
Menurut pak Syaiful pandangannya mengenai pendiidkan HAM dan
demokrasi di sekolah tidak dijadikan mata pelajaran tersendiri. Akan tetapi,
pendidikan HAM dan demokrasi termasuk dalam mata pelajaran PPKn, yaitu
pada KD 1 dan KD 2. Di MA Mualimin siswa dibiasakan untuk ikut berpartisipasi
dalam pemilihan ketua IPM. Dampak yang terjadi terhadap siswa yaitu siswa
dapat menghargai orang lain dan dapat memutuskan permasalahan dengan cara
musyawarah.
Menurut Ibu Rina pendidikan HAM bisa dilakukan dengan cara pemberian
materi dikelas, contohnya dengan menerapkan kurikulum dan ekstrakurikuler
disekolah. Sedangkan demokrasi misalnya musyawarah dikelas, pemilihan ketua
kelas, dan pemilihan ketua osis. Itu semuakan melibatkan anak untuk
berdemokrasi. Keberhasilan Pendidikan Ham dan demokrasi dapat dilihat dengan
cara seberapa anak yang ikut berpartisipasi, dengan kesadaran sendiri tanpa ada
dorongan dari orang lain.

19
Menurut Ibu Ika pendidikan HAM dan demokrasi disekolah hampir
keseluruhan warga sekolah sudah memahami akan hal itu dan bisa
mengaplikasikannya/menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun
disamping itu pendidikan HAM dan demokrasi terkadang disalah artikan oleh
sebagian warga sekolah. pendidikan HAM dan demokrasi disekolah hampir
keseluruhan warga sekolah sudah memahami akan hal itu dan bisa
mengaplikasikannya/menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun
disamping itu pendidikan HAM dan demokrasi terkadang disalah artikan oleh
sebagian warga sekolah. Karena program dari duta HAM itu salah satunya dengan
mengajak seluruh warga sekolah untuk menanamkan, mengaplikasikan tentang
yang berkaitan dengan HAM itu sendiri. Kalau demokrasi penanamannya iya tadi
taruna taruni diberikan kebebasan untuk menyampaikan ide-ide nya atau
pendapatnya. Dampak dari pendidikan HAM dan demokrasi di SMKN 1
Pangandaran adalah taruna/taruni dapat menghargai orang lain dan tidak anarkis.

20
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan HAM dan Demokrasi di setiap sekolah sudah
dilaksanakan. Namun penerapannya berbeda-beda. Setiap guru dan
sekolah memiliki cara penerapannya sendiri. Dalam demokrasi pada
hakikatnya masing-masing guru memiliki konsep yang sama dalam
penerapannya, yaitu dengan mengutamakan musyawarah dan ikut dalam
pemilihan ketua organisasi yang ada di sekolah. Sedangkan dalam
pendidikan HAM, guru membiasakan siswa untuk menyampaikan
pendapat dan menghargai pendapat siswa yang lain.
B. Saran
Saran bagi sekolah dalam menerakan pendidikan HAM dan demokrasi:
a. Penerapan pembinaan budaya demokrasi lebih dilakukan secara
terencana, terfokus dan komprehensif agar pembentukan individu yang
berkarakter dapat terwujud
b. Sekolah selayaknya dapat lebih menumbuhkan perilaku demokratis
siswa melalui aturan-aturan yang tegas serta kegiatan-kegiatan yang
bisa menumbuhkan perilaku-perilaku yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

21
PERCAKAPAN BAPAK Syaifullah

22
23
PERCAKAPAN IBU Rina astuti

24
PERCAKAPAN IBU IKA

25
26

Anda mungkin juga menyukai