Anda di halaman 1dari 12

Vol. 4 No.

01 Juni 2018

FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK CHANGE ORDER PADA


PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN AIR

Dikdik Muh. NS.

Pelaksana
Dinas PUPR Kabupaten Kuningan Jawa Barat
Email: dik2sdap@gmail.com

Abstract

Change Order (CO) is changes of work in a construction project. water infrastucture construction is naturally
exposed to high risk of CO events, which should be mitigated at the earliest possible stage. One of means-
ures is by identifying the underlying causes of CO and later determining the most important ones necessary
to be anticipated. This research identifies and analyzes the factors causing CO events in water infrasructure
construction projects using path analysis method. Based on previous literature and interview, identified
11 factors of 133 respondents, these respondents were clients, contractors and consultants operating in
Garut, Kuningan, Cirebon, Majalengka Regency and West Java Province. Based on the part-analysis total
effect (i.e. direct and indirect effects), five factors were ranked as the most important factors causing CO:
“error and negligence in design,” “contractors-related problem,” “site conditions,” “supervisory consultant /
or internal supervisor related problems,” “ /or omissions in contract documentation”, and shows significant
positive correlation between the frequency of CO occurrencse and cost impacts if incurred.

Keywords: change order, risiko, construction waterworks, path analysis

Abstrak

Change Order (CO) adalah perubahan pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi. Proyek konstruksi bangu-
nan air secara alami memiliki tingkat risiko terjadinya CO cukup tinggi, sehingga harus diminimalisasi sejak
dari awal, salah satunya dengan mengidentifikasi penyebab utama CO dan kemudian menentukan faktor
paling penting yang perlu diantisipasi. Penelitian ini mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya CO dalam proyek konstruksi bangunan air, menggunakan metode analisis jalur.
Berdasarkan kajian literatur dan wawancara, teridentifikasi 11 faktor penyebab berdasarkan analisis data
atas 133 responden yang terdiri atas kontraktor dan konsultan yang beroperasi di Kabupaten Garut, Kunin-
gan, Cirebon, Majalengka dan Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan pengaruh total analisis jalur (i.e. dampak
langsung dan tidak langsung), terdiri lima faktor digolongkan sebagai faktor terpenting yang menyebabkan
CO yaitu: “kesalahan dan kelalaian dalam desain,” “masalah kontraktor,” “kondisi fisik lapangan,” “masalah
konsultan pengawas/pengawas internal,” “kesalahan/kelalaian dalam dokumentasi kontrak”, dan mempu-
nyai korelasi positif yang signifikan antara frekuensi terjadinya CO dan dampak biaya yang ditimbulkan.

Kata Kunci: change order, risiko, konstruksi bangunan air, analisis jalur

JURNAL INFRASTRUKTUR 1-7


Vol. 4 No. 01 Juni 2018

1. PENDAHULUAN peneliti tertarik untuk melakukan kajian terhadap


identifikasi faktor penyebab dan dampak change or-
Proyek konstruksi merupakan pekerjaan yang kom- der pada proyek konstruksi bangunan air khususnya
plek, unik, dinamis, penuh dengan risiko dan ketida- yang ada di pemerintah tingkat 1 dan tingkat 2 yang
kpastian karena di dalamnya berkaitan dengan bi- ada di Jawa Barat.
aya, waktu, mutu, kebijakan dan sumber daya (i.e.
alam dan sosial). Menurut Ibbs dan Seth (2009) Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu
risiko dan ketidakpastian dapat menjadi faktor pe- mengidentifikasi faktor penyebab CO pada proyek
nyebab kegagalan proyek konstruksi untuk men- konstruksi bangunan air, mengetahui penyebab
capai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum CO yang paling dominan atau paling berpengaruh
risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) pada proyek konstruksi bangunan air dan menge-
terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan (Soe- tahui sejauh mana keterkaitan antara faktor penye-
harto, 1995). Asiyanto (2005) menyatakan bahwa bab yang satu dengan yang lainnya sehingga ter-
risiko ialah kemungkinan terjadinya sesuatu ke- jadi CO. Mengingat banyaknya jenis konstruksi dan
adaan/peristiwa dalam proses kegiatan usaha, yang cakupan wilayah yang perlu dikaji, maka penelitian
dapat berdampak negatif terhadap pencapaian sa- ini dibatasi dengan proyek bangunan irigasi sesuai
saran usaha yang telah ditetapkan, terdapat tujuh dengan PP No. 20 tahun 2006 dan bangunan sun-
peristiwa risiko yang sering muncul dalam proyek gai dan proyek bangunan sungai sesuai dengan PP
konstruksi salah satunya ialah pengadaan pekerjaan No. 38 tahun 2011. Penelitian ini menggunakan data
tambah kurang (Change Order; CO). kuesioner yang berasal dari responden, terdiri dari
pengguna dan penyedia jasa proyek konstruksi ban-
Change Order merupakan dampak dari risiko tinggin- gunan air di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cire-
ya ketidakpastian, pekerjaan yang ditambahkan bon, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Garut dan
atau dihapuskan dari lingkup asli pekerjaan kontrak Provinsi Jawa Barat.
yang mengubah seluruh nilai kontrak atau waktu
penyelesaian pekerjaan. Jaydeep et al. 2015, men- 2. TINJAUAN PUSTAKA
gungkapkan bahwa dalam setiap proyek konstruksi
sering terjadi perubahan yang bisa disebut dengan 2.1. Adendum/Amandemen Kontrak
CO. Nunnaly (1993) dalam Sandy et al. (2012) me-
nyatakan bahwa jarang sekali dalam suatu proyek Adendum dan Amandemen dalam istilah kontrak
konstruksi tidak terjadi perubahan sampai proyek adalah dua buah kata yang berpadanan. Kedua
tersebut selesai, namun banyaknya proses CO suatu kata berarti adanya sebuah perubahan atau penam-
proyek tidak dianjurkan karena lebih banyak meru- bahan dan pengurangan. Dengan demikian, dapat
gikan terhadap proyek itu sendiri. dikatakan adendum dan amandemen secara sub-
stantif tidak berbeda, hanya pemakaian kedua kata
Faktor penyebab CO bisa muncul dari berbagai tersebut lebih lazim digunakan di salah satu topik,
sumber yaitu pemilik proyek, konsultan, kontraktor, yaitu adendum pada suatu perikatan perjanjian
subkontraktor, faktor alam, faktor sosial, kebijakan atau kontrak, sedangkan amandemen pada domain
dan lainnya. Sementara itu, Fleming el al. (1990) undang-undang atau dasar hukum tertulis (Gusti,
dalam Jaydeep et al. (2015) mengemukakan bahwa 2015).
perubahan pekerjaan atau CO terhadap biaya kon-
struksi menyebabkan pembengkakan antara 10- Segala sesuatu perubahan pada kontrak dilakukan
15% dari nilai kontrak.Pengguna jasa memiliki peran melalui adendum kontrak. Menurut Hartoyo (2012)
yang besar terhadap perubahan pekerjaan karena dalam Maulana (2016), adendum kontrak terdiri
pengguna jasa tidak memberikan waktu yang cukup dari tiga bagian yaitu:
pada konsultan perencana dalam melakukan de-
A. Adendum akibat perubahan lingkup pekerjaan
sain proyek konstruksi (Ndihokubwoyo dan Haupt,
(CCO) atau sering disebut adendum tambah/
2009). Sementara menurut Ibbs (1997) dari 54
kurang, yang terbagi menjadi 4 (empat) jenis
proyek yang ditelitinya, perubahan pekerjaan atau
perlakuan, yaitu:
CO proyek konstruksi dapat menyebabkan tingkat
produktivitas menurun. 1. adendum tambah/kurang, nilai kontrak tetap.

Di sisi lain, proyek konstruksi bangunan air yang 2. adendum tambah/kurang, nilai kontrak bert-
akan dibangun oleh Kementerian PUPR pada tahun ambah.
2017 cukup banyak yaitu: membangun 49 bendun-
gan, membangun 1 juta hektar daerah irigasi baru 3. adendum tambah/kurang, nilai kontrak tetap,
dan merehabilitasi 3 juta hektar daerah irigasi. Pe- target/sasaran berubah.
nyelesaiannya ditargetkan pada tahun 2019 (n.n.
2016). Berdasarkan fakta tingginya proyek bangu- 4. adendum tambah/kurang, nilai kontrak bert-
nan air Kementerian PUPR yang akan diselesaikan, ambah, target/sasaran berubah.
apabila tidak diantisipasi dengan baik mengenai
dampak buruknya, CO dapat menjadi kendala pada B. Adendum akibat perubahan jadwal pelaksanaan
pelaksanaannya. Berdasarkan pemaparan di atas, pekerjaan atau sering disebut adendum waktu.

1-8 JURNAL INFRASTRUKTUR


Vol. 4 No. 01 Juni 2018

C. Adendum akibat penyesuaian harga/eskalasi demolition dan rencana ulang.


atau sering disebut sebagai adendum penye-
suaian harga/eskalasi atau sering disebut aden- B. Hubungan dengan biaya
dum harga/nilai kontrak. Biasanya adendum je- Dampak yang berhubungan dengan biaya dian-
nis ini untuk kontrak tahun jamak (multy years taranya penambahan biaya, penambahan biaya
contract) atau terdapat kenaikan harga bahan overhead, adanya dana kompensasi, adanya pe-
bakar minyak yang sangat tinggi. rubahan pada cash flow, hilangnya keuntungan
dan adanya penambahan pembayaran bagi kon-
2.2. Perubahan Pekerjaan (Change Order) traktor.

Perubahan dalam satu proyek dapat mempengaruhi C. Hubungan dengan produktivitas


proyek lainnya ini terjadi apa bila dalam proses pe- Dampak yang mempengaruhi pada produktivitas
rubahan tersebut menarik sumber daya dari lokasi antara lain penurunan produktivitas kerja baik
proyek lain. Adanya perubahan pekerjaan mem- pada peralatan maupun pada tenaga kerja ma-
buat dampak negatif pada sebuah proyek, tidak nusia, adanya pemadatan pada jadual proyek
hanya alur kerja terganggu, tetapi juga harus ada
penyesuaian waktu setelah dilakukan perubahan D. Hubungan dengan risiko
pekerjaan (Rashid et al., 2012). CO dalam suatu CO juga akan mengakibatkan dampak tingkat
proyek konstruksi hampir dipastikan terjadi agar risiko terhadap pengerjaan proyek tersebut
suatu proyek dapat terselesaikan dengan tujuan meningkat diantaranya kemajuaan proyek ter-
memenuhi keinginan dan harapan pengguna jasa, hambat, berkurangnya kesempatan percepatan
tetapi di sisi lain apabila banyak terjadi CO akan proyek, hilangnya float, meningkatnya sensitivi-
merugikan terhadap proyek konstruksi. Oleh karena tas pada keterlambatan, hambatan di lokasi kerja
itu harus ada pengelolaan yang tepat mengenai CO dan gangguan-gangguan pada setiap pekerjaan.
agar tercapainya tujuan dari proyek konstruksi.
E. Hubungan dengan lainnya
Fisk (2006) dalam Sandy et al. (2012) mengemuka- Adapun dampak lainnya diantaranya rendahnya
kan bahwa CO merupakan suatu kesepakatan antara hubungan profesionalisme, terjadinya klaim dan
pemilik dan kontraktor untuk menegaskan adanya sengketa, rendahnya kualitas pekerjaan, meru-
perubahan-perubahan rencana dan jumlah kompen- sak nama baik dan kondisi keamanan yang buruk
sasi biaya kepada kontraktor yang terjadi pada saat
pelaksanaan konstruksi, setelah penandatanganan 3. METODE PENELITIAN
kerja antara pemilik dan kontraktor. Sementara itu,
3.1. Analisis Jalur (Path Analysis)
Soeharto (1995) mengungkapkan bahwa peruba-
han karena CO adalah perubahan setelah kontrak Penelitian ini menggunakan analisis jalur, hal terse-
ditandatangani. Ibbs dan Allen (1995) dalam Ibbs but dilakukan karena terindikasi bahwa ada hubun-
et al. (2007) mengemukakan bahwa perubahan bi- gan sebab akibat antara faktor-faktor penyebab.
asanya didefinisikan sebagai setiap peristiwa yang David (2003) dalam Sarwono (2007) mengemu-
menghasilkan modifikasi lingkup asli, waktu pelak- kakan bahwa analisis jalur merupakan model per-
sanaan, biaya dan kualitas kerja. Sementara menu- luasan regresi yang digunakan untuk menguji ke-
rut American Institute of Architect (AIA) dalam Nur- selarasan matriks korelasi dengan dua atau lebih
laela (2013), perubahan pekerjaan adalah sebuah model hubungan sebab akibat yang dibandingkan
permintaan secara tertulis yang ditandatangani oleh oleh peneliti. Metode analisis jalur ini menggunakan
arsitek, kontraktor, dan pemilik yang dibuat setelah metode Trimming. Metode Triming merupakan suatu
kontrak diterbitkan, yang mempunyai kuasa untuk cara untuk menemukan signifiknsi model dengan
mengubah ruang lingkup pekerjaan atau melakukan membuang hubungan yang dianggap tidak signifi-
penyesuaian terhadap nilai kontrak dan waktu peny- kan atau nilai P-value > 0,05. Namun, proses elimi-
elesaian pekerjaan. nasi hubungan yang tidak signifikan tidak dilakukan
secara bersamaan karena apabila salahsatu hubun-
2.3. Dampak Change Order
gan telah dihilangkan yang memiliki nilai P-value
Dampak dari CO pada proyek konstruksi sangat be- terbesar, kemungkinan hubungan yang seblumnya
sar jika tidak diantisipasi dengan baik, di antaranya signifikan menjadi tidak signifikan dan begitu juga
meningkatnya biaya konstruksi, waktu penyelesa- sebaliknya.
ian pekerjaan terlambat, produktivitas menurun,
3.2. Populasi dan Sampel
adanya konflik antara kontraktor dengan pemilik
dan lain-lain. Sun dan Xianhai (2009) membagi Populasi dalam penelitian ini adalah pengawas ban-
dampak CO ke dalam lima kelompok yaitu: gunan air, perencana, Pejabat/Panitia Penerima Ha-
sil Pekerjaan (PPHP) dan Pejabat Pembuat Komit-
A. Hubungan dengan waktu
men (PPK) yang ada di lingkungan Dinas PUPR di
Dampak ini antara lain terlambatnya penyelesa-
Kabupaten Kuningan, Kabupaten Garut, Kabupaten
iaan pekerjaan, keterlambatan logistik, material
Cirebon, Kabupaten Majalengka dan Provinsi Jawa
dan persyaratan pengaadaan terlambat, rework,
Barat serta pelaksana penyedia jasa yang terlibat

JURNAL INFRASTRUKTUR 1-9


Vol. 4 No. 01 Juni 2018

dalam proyek bangunan air. proyek), 4 = sering (antara 11 dan 15 kali selama
masa proyek) dan 5 = sangat sering ( > 15 kali
Penelitian ini menggunakan metode purposive sam- selama masa proyek). Sementara untuk mengukur
pling. Sugiyono (2014) mengungkapkan jika akan dampak masih digunakan skala Likert 1-5 dengan 1
melakukan analisis dengan multivariate (i.e. korela- = sangat kecil (< 1% terhadap nilai kontrak), 2 =
si atau regresi ganda), peneliti membutuhkan jum- kecil (antara 1% dan 5% terhadap nilai kontrak), 3
lah sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang = sedang (antara 6% dan 10% terhadap nilai kon-
diteliti. Misalnya, jumlah variabel penelitian seluruh- trak), 4 = besar (antara 11% dan 15% terhadap
nya adalah 5 (eksogen dan endogen) maka jumlah nilai kontrak), 5 = sangat besar ( > 15% terhadap
anggota sampel = 10 × 5 = 50 sampel. nilai kontrak).

3.3. Instrumen Pengumpulan Data 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini digunakan teknik penggabungan kue- 4.1. Identifikasi Penyebab dan Variabel Change
sioner dan wawancara. Wawancara dilakukan di Order
lingkungan Dinas Sumber Daya Air Pertambangan
Kabupaten Kuningan yang terlibat dalam proyek Pelaksanaan identifikasi faktor-faktor penyebab CO
bangunan air (i.e. pengawas, perencana, PPK dan dilakukan dengan dua data penelitian yaitu data
PPHP). Wawancara ini dilakukan untuk memberikan primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
masukan atau informasi mengenai faktor penyebab dari hasil wawancara, sementara data sekunder
CO yang dianggap tidak terwakili oleh studi terda- diperoleh dari hasil penelitian terdahulu. Identi-
hulu. Hasil dari pengelompokan faktor penyebab se- fikasi dilakukan untuk mengkaji faktor apa saja
lanjutnya menjadi desain variabel. yang meyebabkan terjadinya CO. Berdasarkan ha-
sil wawancara diperoleh 4 faktor penyebab CO den-
Selanjutnya alat yang digunakan untuk memperoleh gan responden pengawas, perencana, Pejabat/Pa-
data adalah kuesioner untuk mendapatkan per- nitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP) dan Pejabat
sepsi responden mengenai faktor-faktor penyebab Pembuat Komitmen (PPK) yang ada di lingkungan
CO proyek bangunan air. Persepsi dinyatakan dalam Dinas Sumber Daya Air Pertambangan Kabupaten
bentuk skala ordinal. Untuk mengukur frekuensi Kuningan. Sementara hasil kajian studi literatur ter-
faktor penyebab CO digunakan Skala Likert 1-5 den- dahulu diperoleh 91 faktor penyebab CO. Dari data
gan 1 = sangat jarang, 2 = jarang, 3 = sedang, 4 = primer dan sekunder diperoleh secara keseluruhan
sering, dan 5 = sangat sering. 95 faktor penyebab CO. Selanjutnya, faktor pe-
nyebab yang terdiri dari 95 dikelompokkan dengan
Sama halnya, mengukur seberapa sering atau metode deskriptif kualitatif berdasarkan kesamaan
frekuensi terjadinya CO selama masa proyek dari faktor penyebab atau masih berkaitan antara fak-
faktor penyebab digunakan skala Likert 1-5 dengan tor penyebab lainnya, dari pengelompokan tersebut
1 = sangat jarang ( < 2 kali selama masa proyek), 2 menghasilkan 11 faktor penyebab. Data identifikasi
= jarang (antara 2 dan 5 kali selama masa proyek), faktor penyebab digunakan dari Dikdik (2017), Un-
3 = sedang (antara 6 dan 10 kali selama masa tuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi variabel faktor penyebab CO

1 - 10 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 4 No. 01 Juni 2018

Keterangan: litian ini menggunakan model jalur bersifat media-


tor, tidak ada hubungan yang saling mempengaruhi
1 = Hsieh et al. (2004), 2 = Wu et al. (2005), 3 dalam faktor tersebut. Dalam penelitian ini proses
= Oladapo et al. (2007), 4 = Hendrik dan Mega estimisa dilakukan empat tahap yaitu: mengestima-
(2007), 5 = Mubarak dan Nurisra (2009), 6 = Yit- si struktur asumsi, (2) mengestimasi struktur per-
men dan Ebrahim (2010), 7 = Sandy et al. (2012), baikan pertama, (3) mengestimasi struktur perbai-
8 = Alaryan et al. (2014), 9 = Yana et al. (2015), 10 kan kedua dan (4) mengestimasi struktur perbaikan
= Zakari et al. (2015), 11 = Nurmala dan Sarwono ketiga. Untuk mempermudah melakukan estimasi
(2015), 12 = wawancara (dilakukan dari tanggal model digunakan SPSS Amos 21.
15 September 2016 sampai tanggal 20 November
2016).

4.2. Analisis Jalur (Path analysis) 4.3. Struktur Asumsi

Gambar 1. Diagram jalur model struktural

Pada penelitian ini didapat hipotesis hubungan jalur Berdasarkan Gambar 1 dilakukan analisis dan hasil-
yang dibuat oleh penulis dan diskemakan untuk se- nya menunjukkan ada empat hubungan yang ti-
lanjutnya dilakukan pengujian. Keterangan faktor dak signifikan karena memiliki nilai P-value > dari
dapat dilihat pada Tabel 2. Untuk lebih jelasnya hi- 0,05. Untuk lebih jelasnya, nilai P-value dari empat
potesis analisis jalur dapat dilihat pada Gambar 1. hubungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa pene-
Tabel 2. Hasil regression weight struktur asumsi

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 11
Vol. 4 No. 01 Juni 2018

Tabel 3. Hasil Regression Weight struktur model perbaikan ketiga

Tabel 3 menunjukkan bahwa secara keseluruhan Tabel 4. Hasil Uji Kecocokan Model
hubungan variabel telah signifikan dan struktur berdasarkan Parsimony Fit Indices
model tersebut menjadi struktur model baru dari
analisis penelitian ini. Namun struktur model baru
tersebut terlebih dahulu harus di uji Overall fit Model
(Goodness of Fit Model).

4.4. Uji Kecocokan Model

Overall fit Model (Goodness of Fit Model) merupakan Hengky (2013) mengungkapkan ada beberapa
indikasi dari perbandingan antara model yang dispe- cara lain untuk memperbaiki GOF seperti (1) di-
sifikasi dengan matriks kovarian antar indikator atau perbaiki jalur modelnya tetapi harus dilaku-
observed variabel (Hengky, 2013). Jika GOF yang kan justifikasi terhadap perubahan model terse-
dihasilkan baik maka model tersebut dapat diterima but, jangan sampai struktur model memiliki nilai
dan apabila GOF yang dihasilkan itu sangat buruk GOF sangat baik tetapi secara hipotesisnya tidak
maka model tersebut ditolak atau diperbaiki. Pene- berkaitan, (2) memperbaharui data dari sampel-
litian ini menggunakan GOF berdasarkan parsimony nya, dapat dilakukan penambahan sampel atau
fit indices di mana pada uji tersebut dilihat dari ni- membuang sampel yang dianggap tidak konsisten.
lai parsimony ratio (PRATIO), parsimony normed
indices (PNFI) dan parsimony comparative fit indi-
ces (PCFI). Hasil default model dari struktur model
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.

1 - 12 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 4 No. 01 Juni 2018

4.5. Dekomposisi dan Estimasi Koefisien Jalur + 0,09.X7 + 0,17.X8 + 0,16.X9 + 0,10.
X11 + ε8
Setelah dilakukan analisis data, tahap selanjutnya
dilakukan perhitungan estimasi koefisien jalur terh- Model Y2 = ρ28.Y1 + ε9
adap substruktur model untuk mengetahui besarnya = 0,36.Y1+ ε9
nilai pengaruh masing-masing variable terhadap
substruktur tersebut, estimasi tersebut dapat dilihat
dari nilai R-Square. Untuk nilai beta dan nilai re-
sidu (i.e. pengaruh variabel lain) dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan keterkaitan antarvariabel struktur baru/dekomposisi

Model struktur penelitian ini sebelumnya terdiri dari Nilai R-Square dari model persamaan di atas dan
28 hubungan antarvariabel, terbagi dalam 9 sub- kontribusi variabel lain untuk lebih jelas dapat dik-
struktur dan 9 persamaan. Setelah dilakukannya es- etahui melalui Tabel 5.
timasi dengan metode trimming dekomposisi men-
Tabel 5. Rekapitulasi nilai R-Square dan
jadi 24 hubungan antarvariabel, terbagi dalam 9
variabel lain
substruktur dan 9 persamaan. Estimasi persamaan
strukturnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Model X2 = ρ1.X1 + ρ8.X4 + ρ9.X5 + ε1


= 0,35.X1 + 0,27.X4 + 0,42.X5 + ε1
Nilai R-Square model variabel substruktur X2 adalah
Model X5 = ρ13.X9 + ε2 sebesar 0,611. Dengan demikian, koefisien deter-
= 0,54.X9 + ε2 minasi pengaruh “kesalahan dan kelalaian dalam
desain” (X1), “perubahan kebijakan pemerintah/
Model X6 = ρ2.X1 + ρ12.X7 + ρ16.X11 + ε3 undang-undang” (X4) dan “masalah pembiayaan
= 0,37.X1 + 0,38.X7 + 0,21.X11 + ε3 proyek” (X5) terhadap variabel terikat “masalah di
lokasi proyek” (X2) adalah sebesar 61,1%, sedan-
Model X7 = ρ6.X2 + ε4 gkan sisanya sebesar 38,9% merupakan pengaruh
= 0,46.X2 + ε4 dari variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model
penelitian ini. Interpretasi yang sama diberlakukan
Model X8 = ρ3.X1 + ρ7.X3+ ρ14.X11 + ε5 untuk substruktur X5, X6, X7, X8, X10, X11, Y1 dan Y2.
= 0,37.X1 + 0,24.X3+ 0,22.X11 + ε5
4.6. Urutan Pengaruh Antarvariabel
Model X10 = ρ3.X1 + ρ10.X5 + ρ15.X11 + ε6
= 0,32.X1 + 0,22.X5 + 0,28.X11 + ε6 Sarwono (2007) mengungkapkan bahwa fungsi
dari analisis jalur ialah untuk melihat dekomposisi
Model X11 = ρ5.X1 + ε7 pengaruh antarvariabel. Berdasarkan hal tersebut,
= 0,59.X1 + ε7 maka dalam analisinya akan dilihat pengaruh faktor
eksogen terhadap faktor endogen. Apakah penga-
Model Y1 = ρ17.X1 + ρ19.X3 + ρ20.X4 + ρ22.X6 + ruh tersebut lebih besar secara direct (i.e. langsung)
ρ23.X7 + ρ24.X8+ ρ25.X9 + ρ27.X11 + ε8 atau indirect (i.e. tidak langsung). Tabel 6 memper-
= 0,11.X1 + 0,16.X3 + 0,10.X4 + 0,17.X6

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 13
Vol. 4 No. 01 Juni 2018

lihatkan pengaruh langsung, pengaruh tidak lang- digunakan sebagai referensi dan strategi yang te-
sung dan pengaruh total masing-masing variabel pat untuk mengurangi terjadinya perubahan desain
terhadap frekuensi terjadinya CO dan dampak ter- dalam proyek konstruksi.
jadinya CO.
Tabel 6. Urutan Pengaruh Antarvariabel Yana et al. (2015) secara khusus meneliti faktor yang
mempengaruhi perubahan desain dalam proyek
konstruksi dan menempatkan pemilik proyek/peng-
guna jasa yang meyebabkan banyaknya terjadi pe-
rubahan dalam desain. Ada beberapa sebab yang
terjadi sehingga banyak melakukan perubahan de-
sain dalam proyek bangunan air yaitu:

A. Adanya paradigma dari perencana bahwa dalam


kontrak konstruksi bangunan air sering menggu-
nakan kontrak harga satuan (unit price), di mana
dalam kontrak tersebut memberikan keleluasaan
untuk dilakukannya perubahan desain pada saat
pelaksanaan. Akibatnya, perencana kurang me-
maksimalkan hasil desainnya pada waktu peren-
canaan.

B. Banyaknya perencanaan yang ada di daerah tidak


berkelanjutan, sehingga rencana stategis pem-
bangunan yang sudah ada di dinas tidak dijalank-
an dengan baik. Perencanaan banyak dilakukan
Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan faktor “kesala- di bulan Februari tahun anggaran berjalan, meski
han dan kelalaian desain” (X1) menjadi faktor yang sebenarnya dapat dilakukan pada tahun angga-
sangat dominan terhadap frekuensi terjadinya CO. ran sebelumnya yang memungkinkan waktu per-
Secara keseluruhan hubungan langsung yang paling encanaan lebih lama dengan kualitas yang lebih
tinggi dari 11 faktor tersebut adalah faktor “kesalah- baik.
an kontraktor” (X6). Untuk hubungan tidak langsung
C. Masih terjadinya pembiayaan proyek berdasar-
secara keseluruhan, faktor “kesalahan dan kelalaian
kan anggaran yang ditetapkan oleh pemberi ang-
desain” (X1) memiliki tingkat hubungan paling tinggi
garan bukan berdasarkan kebutuhan yang diren-
dan bila dibandingkan dengan hubungan langsung-
canakan.
nya pun nilainya tetap lebih besar. Hal ini disebab-
kan faktor tersebut berpengaruh secara signifikan Urutan selanjutnya variabel yang paling dominan
karena banyaknya faktor lainnya yang berdampak ialah “masalah kontraktor” (X6), menunjukkan bah-
pada tingginya risiko terjadinya CO. wa kinerja penyedia jasa di daerah masih rendah,
penyebabnya adalah:
Dilihat dari sumber faktor maka “kesalahan dan kel-
alaian dalam desain” (X1) muncul diakibatkan oleh A. Belum terkelolanya sistem administrasi proyek
buruknya kinerja pihak pengguna jasa dalam hal ini
pemerintah. Selanjutnya, hasil analisis jalur mem- B. Pelaksana dan pekerja proyek kurang terampil
perlihatkan korelasi positif yang secara statistik sig-
nifikan antara frekuensi terjadinya CO dan dampak C. Masih banyak kontraktor daerah tidak memiliki
terjadinya dengan persamaan estimasi Y2 = 0,36 Y1 tenaga kerja tetap
+ ε9.
D. Masih terjadi kontraktor memperoleh paket pe-
4.7. Pembahasan kerjaan bukan berdasarkan profesionalisme teta-
pi berdasarkan lobby dan negosiasi.
Ada beberapa penelitian terdahulu yang menempat-
kan desain menjadi faktor yang paling dominan ter- Fenomena yang berbeda dilihat dari urutan frekuensi
jadinya frekuensi CO seperti Hsieh et al. (2004), Hen- terjadinya CO pada proyek bangunan air dibanding-
drik dan Mega (2007), Mubarak dan Nurisra (2009), kan dengan proyek bangunan lainnya seperti faktor
Sandy et al. (2012), Alaryan et al. (2014), Zakari et “masalah konsultan pengawas/pengawas internal”
al. (2015) dan Nurmala dan Sarwono (2015). Burati (X11). Faktor tersebut tidak muncul berdasarkan
et al. (1992) mengungkapkan bahwa perubahan de- penelitian terdahulu namun teridentifikasi dari ha-
sain konstruksi menghasilkan deviasi terbesar dari sil wawancara dan dijadikan variabel penelitian. Ada
biaya konstruksi, deviasi mencapai 12,4% dari total beberapa hal yang mengakibatkan faktor “masalah
biaya proyek. Untuk mengurangi perubahan desain konsultan pengawas / pengawas internal” (X11) cuk-
selama proyek konstruksi, identifikasi dan evaluasi up berpengaruh terhadap frekuensi CO pada proyek
faktor penyebab perubahan desain pada saat kon- bangunan air yaitu:
struksi sangatlah penting. Faktor-faktor ini dapat

1 - 14 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 4 No. 01 Juni 2018

A. Kepengawasan proyek bangunan air di daerah jasa dan aspek penyedia jasa. Namun, dari keem-
tidak menggunakan tenaga independen yang pat aspek tersebut yang paling banyak mempenga-
profesional (i.e. konsultan pengawas). Namun, ruhi terhadap frekuensi terjadinya CO adalah aspek
menggunakan tenaga kepengawasan yang ada di pengguna jasa dan penyedia jasa. Berbeda dengan
internal dinas. Hal ini berdampak pada kurang- aspek sosial dan lingkungan, aspek pengguna jasa
nya mutu pengawas dan mungkin terjadi konflik dan penyedia jasa lebih mudah dimodifikasi. Sehu-
kepentingan. bungan dengan hal tersebut. Beberapa saran kebi-
jakan untuk mengurangi risiko terjadinya CO dapat
B. Banyaknya SDM pengawas yang ada di internal disampaikan:
pengguna jasa yang tidak memenuhi persyaratan
pendidikan seperti masih adanya pengawas yang A. Meningkatkan kualitas detailed engineering de-
berpendidikan di luar teknik sipil/teknik bangu- sign (DED), karena kualitas perencanaan menjadi
nan dan arsitektur. faktor dominan yang sering menyebabkan CO
terjadi pada penelitian ini. Pada proyek-proyek
C. Adanya paradigma di daerah bahwa kepenga- bangunan air di daerah. perencanaan biasanya
wasan tersebut peluang bagi-bagi kegiatan ter- menjadi tanggung jawab pengguna jasa. Fakta
hadap pegawai yang ada di dinas sehingga orang di lapangan menunjukkan perencanaan detail
yang kurang paham pun mendapatkan tugas baru dilaksanakan setelah anggaran ditetapkan
kepengawasan. sehingga waktu penyiapan perencanaan untuk
menghasilkan DED yang berkualitas baik pun
Ada beberapa hal yang menyebabkan faktor “ke- menjadi sangat terbatas. Perbaikan kualitas yang
salahan dan kelalaian dalam desain” (X1) sangat dapat diusulkan meliputi:
dominan apabila digunakan metode analisis jalur
yaitu: 1. perencanaan yang dilakukan secara simultan
atau berkelanjutan sesuai dengan rencana
A. Tingginya hubungan secara langsung (Direct) strategis SKPD.
terhadap variabel “frekuensi Change Order” (Y1)
dengan nilai sebesar 0,171. 2. penggunaan konsultan perencana yang
berkualitas dan berkomitmen.
B. Banyaknya faktor lain yang dipengaruhi oleh fak-
tor “kesalahan dan kelalaian dalam desain” (X1) 3. penggunaan kontrak lumpsum atau setida-
sehingga menghasilkan nilai estimasi hubungan knya kontrak gabungan lumpsum dan harga
tidak langsung cukup tinggi yaitu sebesar 0,378 satuan untuk proyek bangunan air yang jen-
sehingga menghasilkan total effect yang besar. is-jenis pekerjaannya dapat diprediksi relatif
akurat.
Pentingnya penelitian ini menggunakan analisis
jalur karena: (1) adanya indikasi hubungan antara 4. pelaksanaan survei lapangan yang lebih detail
masing-masing variabel, (2) diharapkan akar per- dan akurat untuk memitigasi risiko peruba-
masalahan yang sesungguhnya mengenai terjadin- han kondisi lapangan yang dapat berdampak
ya CO pada proyek konstruksi bangunan air dapat negatif bagi kelangsungan proyek konstruksi.
diketahui, sehingga pemangku kepentingan dalam
melakukan mitigasinya dapat dilakukan dengan B. Meningkatkan kinerja dan komitmen penyedia
maksimal. Namun, analisis jalur memiliki kelema- jasa. Upaya perbaikan yang dapat dilakukan
han yaitu membutuhkan lebih banyak perhitungan adalah:
dan pengujian. Sebagaimana diperlihatkan hasil
analisis jalur, semakin tinggi frekuensi terjadinya CO 1. Penerapan sanksi yang tegas terhadap oknum
akan berdampak negatif bagi keberhasilan proyek. penyedia jasa yang bertindak tidak sesuai
Dengan demikian, secara keseluruhan, bila persoa- dengan kontrak.
lan kesalahan dan kelalaian dalam desain, masalah
kontraktor, kondisi fisik lapangan dan masalah kon- 2. penegakan persyaratan bahwa pengguna
sultan pengawas/pengawas internal tingkat frekue- jasa harus benar-benar memiliki tenaga ahli
nsi terjadinya CO dapat dikurangi, risiko terjadinya pelaksana, mandor dan tukang yang mema-
eskalasi biaya dan/atau perubahan ruang lingkup hami. Hal ini dapat dilakukan dengan pem-
dapat termitigasi dengan lebih baik. buktian di lapangan saat evalusi pengadaan
barang dan jasa.
4.8. Implikasi Kebijakan
3. persyaratan bahwa penyedia jasa harus me-
Tingginya frekuensi CO pada proyek bangunan air mahami sistem administrasi proyek (e.g.
khususnya di daerah Jawa Barat sangat berpenga- laporan harian, laporan MC, laporan as-built
ruh terhadap kualitas pekerjaan. Berdasarkan 11 drawing dan usulan CO) untuk menghindari
faktor yang telah dibahas secara garis besar kejadi- terjadinya klaim yang tidak perlu.
an CO sering diakibatkan oleh empat aspek yaitu:
aspek sosial, aspek lingkungan, aspek pengguna C. Meningkatkan kualitas pengawasan proyek. Se-
bagaimana dipahami, proyek bangunan air di

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 15
Vol. 4 No. 01 Juni 2018

daerah memiliki karakteristik tersendiri diband- cukup tinggi, termasuk diwilayah studi sebe-
ingkan dengan proyek lainnya yaitu fungsi pen- sar 10,8% dari nilai kontrak. Terdapat tiga im-
gawasan biasanya dilakukan oleh tenaga penga- plikasi kebijakan untuk memperbaiki tingginya
was internal dari pengguna jasa sendiri. Upaya frekuensi terjadinya CO yaitu: i). Meningkatkan
perbaikan yang dapat diusulkan adalah: kualitas detailed engineering design (i.e. peren-
canaan berkelanjutan, penggunaan konsultan
1. penugasan pengawas internal yang secara perencana dan survei lapangan yang detail), ii).
teknis mumpuni di lapangan. Meningkatkan kinerja dan komitmen penyedia
jasa (i.e. penerapan sanksi yang tegas, adanya
2. pembatasan jumlah paket kegiatan bagi tena- persyaratan tenaga yang profesional dan per-
ga pengawas dalam satu waktu. syaratan harus paham administrasi proyek) dan
iii). Meningkatkan kualitas pengawasan proyek
3. pembatasan pemecahan paket pekerjaan
(i.e. penggunaan pengawas yang betul-betul
yang semestinya dapat disatukan sesuai PP
paham, pembatasan jumlah paket pengawasan,
No. 04 tahun 2015.
pembatasan pemecahan paket, penggunaan
4. Penggunaan tenaga pengawas yang berinteg- pengawas yang berintegritas dan peningkatan
ritas yang tidak berkeinginan melakukan pe- kapasitas PPK).
mufakatan untuk mendapatkan keuntungan
5.2. Saran
secara pribadi.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas se-
5. Peningkatan kapasitas PPK proyek bangunan
belumnya penelitian ini memiliki dua saran (i.e. aka-
air.
demisi dan pemangku kepntingan) yaitu:
5. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan,
5.1. Kesimpulan baik dari aspek ruang lingkup maupun jumlah
sampel. Untuk lebih mengeneralisasikan hasil
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang penelitian, disarankan adanya penelitian men-
telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diambil genai frekuensi terjadinya CO dan dampak ter-
kesimpulan sebagai berikut: jadinya CO, namun (1) adanya penelitian dengan
ruang lingkup tingkat provinsi jumlah kabupaten
A. Hasil identifikasi faktor penyebab terjadinya CO dalam satu provinsi diperbanyak dengan jumlah
pada proyek bangunan air menghasilkan 95 fak- kabupaten minimal 30% dan mewakili karakter-
tor, yang selanjutnya dikelompokkan menjadi 11 istik masing-masing wilayah dan/atau (2) adanya
faktor utama. Berdasarkan dekomposisi penga- penelitian dengan ruang lingkup nasional dengan
ruh antarvariabel analisis jalur, faktor yang pal- jumlah populasi masing-masing kabupaten dari
ing dominan secara berurutan adalah: kesalahan bebagai provinsi.
dan kelalaian dalam desain, masalah kontrak-
tor, kondisi fisik lapangan, masalah konsultan B. Berdasarkan hasil implikasi kebijakan, maka un-
pengawas/pengawas internal, perubahan ruang tuk memperbaiki tingginya frekuensi terjadinya
lingkup, kesalahan/kelalaian dalam dokumentasi CO pemangku kepntingan diharapkan mem-
kontrak, kendala keamanan dan keselamatan, perbaiki tiga hal yaitu: meningkatkan kualitas
perubahan kebijakan pemerintah/undang-un- detailed engineering design (DED) (i.e. peren-
dang, masalah di lokasi proyek, kebijakan pemi- canaan berkelanjutan, penggunaan konsultan
lik proyek dan masalah pembiayaan proyek. Se- perencana dan survei lapangan yang detail),
mentara, terjadi korelasi positif yang signifikan meningkatkan kinerja dan komitmen penyedia
antara frekuensi terjadinya CO dan dampak ter- jasa (i.e. penerapan sanksi yang tegas, adanya
jadinya CO. Faktor penyebab terjadinya CO pada persyaratan tenaga yang profesional dan per-
proyek bangunan air terindikasi 95 faktor, yang syaratan harus paham administrasi proyek) dan
dapat dikelompokkan menjadi 11 faktor utama, meningkatkan kualitas pengawasan proyek (i.e.
secara berurutan adalah kesalahan dan kelalaian penggunaan pengawas yang betul-betul paham,
dalam desain, masalah kontraktor, kondisi fisik pembatasan jumlah paket pengawasan, pem-
lapangan, masalah konsultan pengawas/penga- batasan pemecahan paket, penggunaan penga-
was internal, perubahan ruang lingkup, kesala- was yang berintegritas dan peningkatan kapasi-
han/kelalaian dalam dokumentasi kontrak, ken- tas PPK).
dala keamanan dan keselamatan, perubahan
kebijakan pemerintah/undang-undang, masalah DAFTAR PUSTAKA
di lokasi proyek, kebijakan pemilik proyek dan
Alaryan, A., Emadelbeltagi, Ashraf, E. dan Mah-
masalah pembiayaan proyek.
moud, D. (2014), “Causes and Effects of
B. Frekuensi terjadinya CO pada proyek konstruk- Change Orders on Construction Projects in
si bangunan air yang dikelola oleh pemerintah Kuwait”. Journal of Engineering Research and
daerah tingkat 1 dan daerah tingkat 2 termasuk Applications, Vol. 4, No. 7, 1–8.

1 - 16 JURNAL INFRASTRUKTUR
Vol. 4 No. 01 Juni 2018

Asiyanto (2005). Manajemen Produksi untuk Jasa (http://pu.go.id.diakses tanggal 11 Oktober


Konstruksi. Pradnya Paramitha, Jakarta. 2016).

Burati Jr., Farrington, J. J. and Ledbetter, W. B. Ndihokubwayo, R. and Haupt, T. (2009), “Variation
(1992), “Causes of Quality Deviations in De- Orders on Construction Projects: Value Add-
sign and Construction,” Journal Constuction ing or Waste”, International Journal of Con-
Engineering and Management, Vol. 118, No. struction Project Management, Vol. 1, No. 2,
1, 34–49. 1–17.

Dikdik, M. NS. (2017), “Analisis Change Order Pada Nurlaela, S. D. (2015), “Analisis Faktor-Faktor Pe-
Proyek Konstruksi Bangunan Air Di Jawa nyebab Change Order dan Pengaruhnya yang
Barat”. Jurnal Infrastruktur, Vol. 3, No. 02,. Dominan Terhadap Kinerja Biaya Pelaksanaan
1–11. Proyek Konstruksi di Lingkungan Pemerintah
Provinsi Maluku Utara”, Jurnal Ilmiah Media
Gusti, N. A. (2015), “Addendum Kontrak Pembo- Engineering, Vol. 3, No. 1, 42–48.
rongan Perspektif Hukum Perjanjian di Indo-
nesia”. Jurnal Advokasi Vol. 5 No.2, 183–198. Nurmala, A. dan Sarwono, H. (2015), “Penyebab
dan Dampak Variation Order (VO) Pada Pelak-
Hendrik, S. dan Mega, W. (2008), “Analysis And sanaan Proyek Konstruksi”, Jurnal Konstruk-
Evaluation Change Order In Flexible Pave- sia. Vol. 6, No. 2, 63–77.
ment (Case Study: Road Projects In East Kali-
mantan)”. Media Komunikasi Teknik Sipil, No. Oladapo, A. (2007), “A Quantitative Assessment of
1, 31–47. the Cost and Time Impact of Variation Orders
on Construction Projects”, Journal of Engi-
Hengky, L., (2013). Model Persamaan Struktural neering Design and Technology, Vol. 5, No.
Teori dan Implementasi Amos 21.0, Alfabeta, 1, 35–48.
Bandung.
Peraturan Presiden R.I. Nomor 70 tahun 2012 ten-
Hsieh, T., Lu, S. dan Wu, C. (2004), “Statistical tang Pengadaan barang/jasa.
analysis of causes for change orders in met-
ropolitan public works International”, Journal Rashid, I., Elmikawi, M. and Saleh, A. (2012). “The
of Project Management, No. 22. 679–686. Impact of Change Orders on Construction
Projects Sports Facilities Case Study”, Journal
Ibbs, W. (1997), ”Quantitative Impacts of Change of American Science, Vol. 8 No. 8, 628–631.
on Project Cost & Schedule”. Journal of Con-
struction Engineering and Management, Vol. Sandy G.A., Sompie, B. F. dan Rantung, J.P. (2012),
123, No. 3, 8–011. “Analisis Faktor-faktor Penyebab Change Or-
der dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Waktu
Ibbs, W. dan Seth, G. (2009), “Managing Construc- Pelaksanaan Proyek konstruksi di Lingkungan
tion Projects Using the Advanced Program- Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara”, Jurnal
matic Risk Analysis and Management Model”, Ilmiah Media Engineering Vol. 2, No. 4, 247–
Journal of Construction Engineering and Man- 256.
agement, No.135, 8–772.
Sarwono, J. (2007). Analisis Jalur untuk Riset Bisnis
Jaydeep, N. D., Pitroda, J. dan Bhavsar, J. J. (2015), dengan SPSS. Andi Offset, Yogyakarta.
“A Review on Change Order And Assessing-
causes Affecting Change Order in Construc- Soeharto, I. (1995). Manajemen Proyek: Dari Kon-
tion”, Journal of International Academic Re- septual Sampai Operasional. Erlangga, Ja-
search for Multidisciplinary Impact Factor, karta.
Vol. 2, No.12, 152–162.
Sugiyono (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Al-
Maulana, A., (2016), “Faktor Penyebab Terjadinya fabeta, Bandung
Contract Change Order (CCO) dan Pengaruh-
nya Terhadap Pelaksanaan Proyek Konstruksi Sun, M. dan Xianhai, M. (2009), “Taxonomy for
Pembangunan Bendung”, Jurnal Infrastruktur, Change Causes and Effects in Construction
Vol.2 No.2, 40–51. Projects” International Journal of Project Man-
agement, No. 27, 560–572.
Mubarak dan Nurisra (2009), “Kajian Risiko Pe-
kerjaan Tambah Kurang Change Order pada Wu , C., Hsieh, T. dan Cheng W. (2005), “Statistical
Proyek Konstruksi”, Jurnal Teknik Sipil Vol. 8, Analysis of Causes for Design Change in High-
No. 1, 11–18. way Construction on Taiwan”, International
Journal Project Managemen, Vol. 23, No. 7,
n.n. (2016). Kementerian PUPR Dukung Ketahanan 554–563.
Pangan dengan Bangun Irigasi dan Waduk,

JURNAL INFRASTRUKTUR 1 - 17
Vol. 4 No. 01 Juni 2018

Yana, G. A. (2015), “Factors That Cause Design


Changes In The Implementation Of Construc-
tion Project”, Procedia Engineering, No.125,
40–45.

Yitmen, I. (2010), “An Artificial Neural Network


Model for Estimating the Influence of Change
Orders on Project Performance and Dispute
Resolution”, In Proceedings of The Interna-
tional Conference on Computing in Civil and
Building Engineering.

Zakari, N., Keyvanfara, M. Z., Majida, A., Arezou,


S., Aliyu, M. dan Nafisa, S. (2015), “Causes
of Variation Order in Building and Civil Engi-
neering Projects in Nigeria”, Jurnal Teknologi
Universitas Tektologi Malaya. No.16, 91–97.

1 - 18 JURNAL INFRASTRUKTUR

Anda mungkin juga menyukai