Anda di halaman 1dari 15

PEMETAAN RANTAI PASOK PADA AGROINDUSTRI LABU (CUCURBITA

MOSCHATA) DI DESA TELAGA LANGSAT KECAMATAN TAKISUNG


KABUPATEN TANAH
LAUT

Dosen Pengampu:
Nina Hairiyah., S.T.P., M.Si
Raden Rizki Amalia, ST., M.Si

Kelompok 7
Alya Rahmaida 2202301037
Rahmaniah 2202301032
Mahmudi 2202301046
Munawwarah 2202301070
Hamroni 2202301061

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
2.1 Labu kuning (Curcubita mochata)...................................................................................3
2.2 Rantai Pasok.....................................................................................................................3
2.3 Pemetaan Rantai Pasok.....................................................................................................4
BAB III METODE....................................................................................................................6
3.1 Waktu dan Tempat...........................................................................................................6
3.2 Alat dan Bahan.................................................................................................................6
3.3 Prosedur Kerja..................................................................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................7
4.1 Hasil..................................................................................................................................7
4.2 Pembahasan......................................................................................................................7
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................................10
5.1 Kesinpulan......................................................................................................................10
5.2 Saran...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................11
LAMPIRAN.............................................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara penghasil tanaman hortikultura semusim yang potensial,
khususnya tanaman sayuran semusim. Salah satu komoditas sayuran yang umum
dijumpai adalah labu kuning. Labu kuning banyak ditanam di lahan pertanian dan
pekarangan, dan sebenarnya dapat ditanam dalam skala besar karena labu kuning
beradaptasi dengan kondisi iklim Indonesia dan mampu bertahan pada musim hujan dan
kekeringan, sehingga mempunyai potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai usaha
pertanian(Pendong et al, 2017).
Labu kuning (Cucurbita moschata) adalah salah satu tanaman yang banyak tumbuh di
Indonesia, yang penanamannya tidak sulit, baik pembibitannya, perawatannya, hasilnya
cukup memberikan nilai ekonomi untuk masyarakat. Labu kuning adalah salah satu
komoditas pertanian yang banyak mengandung beta karoten atau provitamin A yang
sangat bermanfaat bagi kesehatan. Menurut Data Badan Pusat Statistik (2018), hasil rata-
rata produksi labu kuning seluruh Indonesia dari tahun 2018 berkisar 55,74 ton per
hektar. Namun, konsumsi labu kuning di Indonesia masih sangat rendah, yakni kurang
dari 5 kilogram per kapita per tahun.
Budidaya labu kuning di Kabupaten Tanah Laut cukup banyak dihasilkan di wilayah
ini, tetapi sangat disayangkan tanaman ini baru dimanfaatkan sebagai tanaman utama di
ladang. Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut menjadi daerah yang banyak
mengelola usaha tani labu kuning. Pada labu kuning di Desa Telaga Langsat terdapat
permasalahan yang dihadapi oleh para petani, yaitu kurangnya pemetaan rantai pasok.
Pemetaan rantai pasok ini sangat penting dalam memastikan suplai dan distribusi labu
kuning terjaga dengan baik, sehingga petani dan konsumen dapat memperoleh manfaat
yang optimal. Tanpa adanya pemetaan rantai pasok yang baik, dikhawatirkan terjadi
kerugian baik bagi petani maupun konsumen.
Pemetaan rantai pasok labu kuning di Desa Telaga Langsat belum teridentifikasi
dengan jelas sehingga perlu dilakukan pemetaan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu
dilakukan perancangan konsep dengan menggunakan pola pemetaan rantai pasok yang
diharapkan dapat menentukan pola aliran rantai pasok labu kuning pada setiap entitas di
Desa Telaga Langsat.

iii
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini adalah melakukan pemetaan rantai pasok pada Labu di
Desa Telaga Langsat Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.

iv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Labu kuning (Curcubita mochata)
Labu kuning (Curcubita mochata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang
memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan komoditas yang lain. Labu kuning
merupakan jenis sayuran buah yang memiliki daya simpan tinggi, mempunyai aroma dan
citarasa yang khas, serta sumber vitamin A karena kaya akan karoten selain mengandung
gizi-gizi lainnya seperti karbohidrat, mineral, protein, dan vitamin. Buah labu kuning
merupakan bahan yang sangat baik untuk diolah menjadi makanan karena mengandung
nutrisi yang diperlukan tubuh seperti karbohidrat, vitamin A dan C, dan mineral seperti
Ca, Fe, dan Na serta mengandung sedikit lemak dan protein. Selain itu, buah ini juga
mengandung inulin dan serat pangan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan kesehatan,
khususnya saluran pencernaan (Adrianta et al., 2017).
Labu kuning merupakan salah satu bahan pangan lokal yang memiliki nilai gizi tinggi
dan baik bagi tubuh manusia yakni banyak mengandung beta karoten, vitamin A, serat,
vitamin C, vitamin K, dan Niacin atau vitamin B3. Serta mengandung mineral seperti
kalium, zat besi, fosfor, magnesium, dan kalium (Adrianta et al., 2017).
Labu kuning atau waluh merupakan bahan pangan yang kaya vitamin A dan C,
mineral, serta karbohidrat. Daging buahnya pun mengandung antiokisidan sebagai
penangkal pelbagai jenis kanker. Namun, sejauh ini pemanfaatannya belum optimal.
Buah labu dapat digunakan untuk berbagai jenis makanan dan cita rasanya enak.
Daunnya berfungsi sebagai sayur dan bijinya bermanfaat untuk dijadikan kuaci. Air
buahnya berguna sebagai penawar racun binatang berbisa, sementara bijinya menjadi
obat cacing pita (Anonim, 2010).
2.2 Rantai Pasok
Rantai pasokan atau supply chain merupakan suatu konsep dimana sistem pengaturan
yang berkaitan dengan aliran produk, aliran informasi, maupun aliran keuangan.
Pengaturan ini sangat penting untuk dilakukan terkait banyaknya mata rantai yang sering
terlibat dalam proses rantai pasokan bahan baku (Emhar.dkk, 2014). Menurut
Susnawanti(2019) Rantai pasokan adalah sistem dimana organisasi mendistribusikan
produk dan layanannya kepada konsumen. Rantai pasok pula menggambarkan jaringan
dari berbagai macam jaringan yang sama-sama berkaitan dan memiliki tujuan yang
sesuai, yakni melakukan pemasokan atau pendistribusian produk dan jasa tersebut sebaik
mungkin. Dalam penjabaran rantai pasokan, fokusnya adalah pada model barang
v
mengalir dari penghasil ke pemakai, pelunasan dalam pembayaran dilakukan secara
angsuran dan modal antara peserta rantai pasokan, tanda kualitas, perilaku harga, nilai
tambah, difusi teknologi, dan aliran informasi dalam rantai pasok tersebut.
Menurut Furqon (2014) rantai pasokan secara umum berkaitan dengan aliran dan
transformasi barang atau jasa yang dimulai dari tahap penyediaan bahan baku hingga
produk akhir bisa sampai ke tangan konsumen, yang melibatkan proses produksi,
pengiriman, penyimpanan, distribusi, dan penjualan produk untuk memenuhi permintaan.
Sebuah perusahaan akan meningkatkan daya saing melalui penyesuaian produk, mutu
tinggi, penggurangan biaya, dan kecepatan dalam distribusi maka perusahaan itu harus
selalu memperhatikan rantai pasokannya.
Sebuah rantai pasok yang mudah dipahami dan dibangun adalah penting untuk
memastikan kesuksesan dan kelancaran bisnis yang berkelanjutan. Koordinasi yang baik
antara semua tahapan dalam rantai pasok sangat penting agar bisa terjaga dan tepat. Hal
ini melibatkan manajemen persediaan yang tepat, pengadaan produk dengan harga yang
tepat, pemeriksaan kualitas untuk memastikan produk yang berkualitas, dan pengiriman
yang tepat waktu. Dengan manajemen rantai pasok yang efektif juga terarah, dapat
mengurangi inventaris dan biaya pengiriman, juga memperbaiki efesiensi dan
pengalaman pelanggan.
Dalam mengelola rantai pasok, perusahaan harus memahami koneksi antara semua
elemen yang terlibat dan memastikan keberhasilan di setiap tahap. Selain itu, penting
bagi perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar dan teknologi dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan kualitas dari rantai pasok mereka. Dalam pengelolaan rantai
pasok, perusahaan juga harus memperhatikan berbagai masalah yang jika muncul selama
proses, agar mampu meminimalkan risiko yang terjadi dan mencapai efektifitas yang
sesuai.
2.3 Pemetaan Rantai Pasok
Pemetaan rantai pasok atau supply chain mapping (SCMap), memberikan visualisasi
sehingga perusahaan dapat mempunyai gambaran jelas mengenai struktur rantai pasok
mereka. Pada saat disrupsi tiba-tiba terjadi, perusahaan sudah mempunyai banyak
informasi mengenai secara tepat pemasok, situs, bagian dan produk mana yang sedang
menghadapi resiko. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk segera mengamankan
persediaan dan kapasitas dari situs alternatif yang tersedia (Wen, Choi, & Chung, 2019).

vi
Peta rantai pasok menyediakan gambaran mendalam dari rantai pasok untuk area di
mana efisiensi dapat dilakukan, lalu memberikan perusahaan banyak fleksibilitas dengan
cara memonitor ancaman dan menghindari atau meminimisasi dampak dari disrupsi yang
mungkin terjadi). Berbagai penelitian (Sanderson 2020, Mubarik 2020, Fabbe-Costes and
Spring 2020) menemukan bahwa pemetaan rantai pasok mempunyai dua kelebihan.
Yang pertama, pemetaan rantai pasok meningkatkan visualisasi dan pengawasan proses
dari keseluruhan rantai pasok, yang mana merupakan esensi dari produksi yang lebih
bersih. Kedua, pemetaan rantai pasok itu meningkatkan ketahanan rantai pasokan, yang
penting untuk adopsi revolusi industri keempat. Pemetaan rantai pasokan tidak hanya
memainkan peran terobosan dalam meningkatkan visibilitas dan keberlanjutan rantai
pasokan perusahaan, tetapi juga meningkatkan ketahanan rantai pasokannya. Pemetaan
rantai pasok pada agroindustri ayam ras pedaging dilakukan untuk mengetahui tahapan
proses produksi ayam ras pedaging dari awal hingga dijual ke konsumen, identifikasi
siapa saja yang terlibat dalam proses tersebut, serta hubungan antara masing-masing
aktor yang terlibat dalam rantai pasok tersebut. Dalam pemetaan ini, setiap tahapan dan
aktor akan dianalisis dalam hal kualitas, kuantitas, kecukupan stok, ketersediaan fasilitas,
dan lain-lain untuk memastikan ketersediaan ayam ras pedaging yang berkualitas,
higienis, dan sehat bagi konsumen.

vii
BAB III
METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada 2023. Di Desa Telaga Langsat Kecamatan
Takisung Kabupaten Tanah Laut.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
1. Handphone
2. Laptop
3. Alat tulis
4. Transportasi
3.3 Prosedur Kerja
1. Ditentukan lokasi wawancara
2. Ditentukan pertanyaan yang akan diajukan.
3. Dipastikan bahwa kamera sudah siap untuk dokumentasi wawancara.
4. Dilakukan pendekatan dengan petani labu terlebih dahulu.
5. Ditanyakan informasi terkait proses produksi labu yang dilakukan dan dilakukan
juga pendalaman informasi tentang rantai labu yang dilakukan oleh petani.
6. Dipastikan bahwa semua informasi yang diberikan oleh petani dicatat secara akurat
dan jelas.
7. Data yang sudah didapat kemudian dianalisis dan dilakukan pemetaan pada data
yang sudah didapat.

viii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pemetaan rantai pasok Labu di Desa Telaga Langsat, Kec. Takisung, Kab.
Tanah Laut dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Pemetaan Rantai Labu Desa Telaga Langsat


4.2 Pembahasan

Berdasarkan Gambar 4.1 terdapat tiga entitas yang terlibat dalam pemetaan rantai
pasok labu kuning (Curcubita mochata ) di desa Telaga Langsat Kecamatan Takisung
Kabupaten Tanah Laut yaitu yaitu petani, pengepul, dan pengecer. Entitas adalah pelaku
atau aktor dalam pemetaan rantai pasok. Pemetaan rantai pasok mengidentifikasi
permasalahan lingkungan dan membantu mengintegrasi desain dan pengantaran produk
dari produsen ke konsumen (Mubarik et al., 2021). Entitas yang pertama yaitu petani
sejumlah petani di Kabupaten Tanah Laut membudidayakan buah labu kuning untuk
meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat. Petani menjual hasil panen labu
kuning ke pengepul, pengecer dan bisa langsung kekonsumen pada proses penjualannya
petani melakukan pensortiran berdasarkan ukurannya yaitu labu besar, sedang, dan kecil
kemudian dijual kepengepul, pengecer dan konsumen. Pengepul merupakan orang yang
membeli labu kuning ke petani pengepul melakukan pensortiran kembali pada labu yang
berukuran besar, sedang, dan kecil kemudian labu kuning dijual ke pedagang pengecer.
Pengecer merupakan orang yang membeli labu kuning baik dari pengepul atau petani,
pedagang pengecer biasanya lebih banyak membeli labu dengan ukuran yang sedang
dibanding yang besar karena penjualan labu ukuran sedang lebih laris dikalangan

ix
masyarakat atau konsumen. Konsumen merupakan masyarakat setempat yang
menggunakan labu kuning untuk dikonsumsi dan UMKM yang membikin kue dari labu
kuning. Konsumen memperoleh labu kuning tidak hanya dari pengecer tetapi melalui
beberapa entitas rantai pasok seperti Gambar 4.1 diantaranya:
1. Pemetaan rantai pasok aliran 1 yaitu dari petani ke konsumen. Dalam aliran ini
petani adalah pemasok labu kuning sekaligus pengepul besar sehingga konsumen
bisa langsung membeli kepetani dalam jumlah besar. Konsumen membeli langsung
ke petani karena ingin membeli dengan jumlah yang banyak dengan harga yang
lebih murah. Konsumen membeli dengan jumlah yang banyak untuk acara-acara
hajatan seperti pernikahan dan sebagainya. Biasanya konsumen yang membeli
langsung ke petani merupakan masyarakat daerah setempat. Pada aliran ini petani
memiliki keuntungan dalam mengurangi biaya transportasi sebab mereka menjual
langsung kepada konsumen. Menurut Dinas Pertanian dan Pangan (2018) aliran
pemasaran yang panjang maka akan lebih besar laba kotornya sebab banyak
lembaga pemasaran yang ikut serta. Aliran yang pendek yaitu langsung ke
konsumen akhir maka petani akan mampu menjadi penentu harga atau price
determinate karena mereka sendiri yang dapat menentukan harga. Petani akan lebih
diuntungkan karena bisa menentukan harga langsung di tingkat konsumen. Pada
saluran ini mulai dari pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, perawatan hingga
pemanenan ditanggung oleh petani sehingga harga yang lebih rendah di tingkat
konsumen dan petani mendapatkan keuntungan lebih karena tidak adanya lembaga
pemasaran yang terlibat.
2. Pemetaan rantai pasok aliran 2 yaitu dari petani-pengecer-konsumen. Dalam aliran
ini labu kuning dihasilkan oleh petani dan dikirim ke pengecer untuk dijual kepada
konsumen. Pengecer merupakan perantara antara petani dan konsumen. Pengecer
membeli labu kuning dari petani. Setelah itu, labu kuning dijual kepada konsumen
di pasar atau dijual keliling menggunakan alat transportasi yaitu sepeda motor.
Pedagang pengecer menjual labu bisa per biji atau menjual sesuai permintaan
kekonsumen karena ada konsumen yang ingin membeli dengan jumlah yang
sedikit karena hanya untuk kebutuhan sayur dirumah. Menurut Silvia (2017) pada
umumnya pedagang pengecer sayuran terdorong untuk mencari nafkah karena
tuntutan ekonomi rumah tangga, meningkatkan penerimaaan agar tercukupi
kebutuhan keluarga yang senantiasa meningkat. Pedagang pengecer mempunyai
peran penting sebagai satu kebutuhan buah atau sayur yaitu salah satunya labu

x
kuning. Labu kuning memiliki banyak manfaat untuk kesehatan yaitu memelihara
kesehatan mata karena mengandung vitamin A yang tinggi, menjaga kesehatan
jantung,bagus untuk orang yang sedang berdiet dan menurunkan resiko kanker
(Rohman,2022).
3. Pemetaan rantai pasok aliran 3 yaitu dari petani-pengepul-pengecer-konsumen.
Pada aliran ini pengepul mendapatkan labu kuning dari petani yang selanjutnya
dilakukan pensortiran kembali yang bertujuan untuk memisahkan labu kuning yang
masih bagus dan sudah tidak layak sehingga bisa dijual ke pedagang pengecer.
Pengecer membeli labu kuning dari pengepul setelah itu labu kuning dijual kepada
konsumen di pasar. Pembelian labu kuning biasanya per biji satu biji labu yaitu
seberat 5kg untuk labu yang berukuran sedang. Harga jual labu kuning dari petani
ke pengepul yaitu Rp 5.000,-/ kg. Sedangkan pengepul menjual labu kuning ke
pengecer seharga Rp 8.000,-/kg. Sedangkan pengecer menjual labu kuning ke
konsumen sebesar Rp 10.000,-/kg. aliran rantai pasok yang panjang menurut
Rahayu (2017) jika ditinjau dari segi pendapatan yang diterima, pihak yang paling
dirugikan adalah petani. Petani memperoleh hasil yang paling kecil padahal petani
sangat bekerja keras dari menanam, memupuk, dan memanen yang memerlukan
biaya yang besar. Sedangkan pihak penyalur yang pekerjaannya tidak seberat
petani memperoleh untung yang besar.
Juan, Indrie, dan Jacky (2022) berdasarkan penelitiannya yaitu Analisis Rantai
Pasokan Daging Babi pada UD.Unggas Jaya Kalasey menyatakan pemetaan yang
baik memiliki aliran yang pendek karena lebih efisien dan menguntungkan. Aliran
rantai pasok pada pemetaan labu kuning yang paling pendek yaitu pada aliran
pertama dari petani dan langsung dijual ke konsumen penjualan labu mendapatkan
keuntungan besar karena penjualannya langsung dilakukan tanpa adanya perantara
seperti pengepul dan pengecer. Menurut Kambey dkk. (2016), penjualan melalui
pengepul lebih menguntungkan dibandingkan menjual ke konsumen sendiri karena
biasanya pengepul membeli labu kuning per lahan milik petani.

xi
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesinpulan

Berdasarkan pemetaan rantai pasok labu kuning di desa Telaga Langsat, terdapat tiga
aliran rantai pasok yang melibatkan petani, pengepul, pengecer, dan konsumen. Aliran
pertama adalah dari petani langsung ke konsumen, aliran kedua adalah dari petani ke
pengecer kemudian ke konsumen, dan aliran ketiga adalah dari petani ke pengepul,
kemudian ke pengecer, dan terakhir ke konsumen. Dari hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa aliran rantai pasok yang paling pendek, yaitu langsung dari petani ke
konsumen, memberikan keuntungan besar karena penjualan langsung dilakukan tanpa
adanya perantara seperti pengepul dan pengecer. Namun, penjualan melalui pengepul
juga dianggap menguntungkan karena pengepul biasanya membeli labu kuning per lahan
milik petani. Dalam konteks ini, pemetaan rantai pasok yang baik perlu
mempertimbangkan efisiensi, keuntungan, dan kebutuhan pasar untuk meningkatkan
kesejahteraan pelaku usaha dan konsumen.

5.2 Saran

Berdasarkan pemetaan rantai pasok labu kuning di desa Telaga Langsat Kecamatan
Takisung Kabupaten Tanah Laut, disarankan untuk memperpendek aliran rantai pasok
agar lebih efisien dan menguntungkan. Aliran rantai pasok yang paling pendek adalah
aliran pertama dari petani langsung ke konsumen, karena penjualan labu kuning langsung
dilakukan tanpa adanya perantara seperti pengepul dan pengecer. Namun, jika ingin
menjual ke konsumen sendiri, petani harus memperhatikan kualitas produk dan
memperbaiki sistem pemasaran agar dapat menjangkau konsumen yang lebih luas. Selain
itu, petani juga dapat mempertimbangkan untuk menjalin kerjasama dengan pengepul
atau pengecer untuk memperluas jangkauan pasar dan meningkatkan keuntungan.

xii
DAFTAR PUSTAKA
Adrianta, K. A., Udayani, N. N. W., & Meriyani, H. (2017). Pemanfaatan Labu Kuning
(Cucurbita Moschata Duch)Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Cookies. Jurnal
Ilmiah Medicamento, 3(1), 29–33.
Emhar dkk. 2014. Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain) Daging Sapi di Kabupaten
Jember. Universitas Jember. Jurnal Berkala Ilmiah Pertanian, 1 (3) : 53-61.
(Diperpa, 2018)Diperpa. (2018). Strategi Pemasaran Produk Pertanian.
https://diperpa.badungkab.go.id/artikel/18104-strategi-pemasaran-produk-
pertanian
Furqon, C. 2014. Analisis Manajemen dan Kinerja Rantai Pasokan Agribisnis Buah
Stroberi di Kabupaten Bandung. Jurnal IMAGE Program Studi Manajemen
Fakultas Pendidikan Ekonomi Bisnis UPI. Vol. 3 No. 2.
Fathnur Rohman. (2022). 7 Manfaat Labu Kuning dan Kandungan Gizi nya.
https://katadata.co.id/intan/berita/633dae78e1d30/7-manfaat-labu-kuning-dan-
kandungan-gizinya?page=2
Jati, R. P. (2017). Rantai Pasok Terlalu Panjang Rugikan Petani.
https://www.kompas.id/baca/ekonomi/2017/07/28/rantai-pasok-terlalu-
panjang-rugikan-petani
Kambey S.F., Kawet L., Sumarauw J.S.B. 2016. Analisis Rantai Pasokan (Supply Chain)
Kubis di Kelurahan Rurukan Kota Tomohon. Jurnal Emba, 4(5):303-408
Mubarik, M. S., Naghavi, N., Mubarik, M., Kusi-Sarpong, S., Khan, S. A., Zaman, S. I.,
& Kazmi, S. H. A. (2021). Resilience and cleaner production in industry 4.0:
Role of supply chain mapping and visibility. Journal of Cleaner Production,
292, 126058. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2021.126058
Susanawati. 2019. Rantai Pasok Pertanian. Yogyakarta: Umy Press.
Wen, X., Choi, T. M., & Chung, S. H. (2019). Fashion retail supply chain management: A
review of operational models. International Journal of Production
Economics,) 34–55.

xiii
LAMPIRAN

xiv
xv

Anda mungkin juga menyukai