BAB 345 Revisi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 58

BAB III

HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA


DI RUANG DAHLIA II RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

3.1 Profil dan Gambaran Umum Ruang Dahlia II


A. Perencanaan
1.1 Visi, Misi, dan Moto
Visi, misi, dan tujuan Ruang Dahlia II mengikuti visi, misi, dan tujuan RSUD
Ngudi Waluyo Bitar. Adapun visi, misi, dan tujuan sebagai berikut:
a. Visi
Menjadi rumah sakit dengan pelayanan prima, bermutu, terjangkau,
dan sebagai pusat rujukan.
b. Misi
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, cepat, tepat,
akurat, dan memuaskan pelanggan.
2. Mengembangkan pelayanan kesehatan spesialistik.
3. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan yang bermutu dan
profesional dengan komitmen tinggi.
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan
pendidikan.
5. Menyediakan sarana, prasarana pelayanan kesehatan dan pendidikan
yang berkualitas.
6. Menjalin hubungan kerja yang harmonis dengan pelanggan.
7. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.
c. Motto
“Melayani sepenuh hati”

31
1.2 Ketenagaan keperawatan dan non keperawatan di Ruang Dahlia II
Tabel 3.1 Ketenagaan Keperawatan dan Non Keperawatan di Ruang Dahlia II
pada Maret 2016
No Nama Pendidikan Masa Jenis Pelatihan
Kerja Ketenagaan yang pernah
diikuti
1. Ns.Yoni S1 11 Tahun PNS PPGD
Agung, S.Kep, Keperawatan
Ns
2. Wigati SMA 10 Tahun PNS BLS
3. Muktar DIII 10 Tahun PNS PPGD
Keperawatan
4. Mersi DIII PNS PPGD
Keperawatan
5. Aris Setyo S1 10 Tahun PNS PPGD
Keperawatan
6. Padminingsih SMA 9 Tahun PNS BLS
7. Suprapti SMA 9 Tahun PNS BLS
8. Nanik SMA 10 Tahun PNS BLS
9. Indah Rahayu SMA 9 Tahun PNS BLS
10. Zaenab S DIII 26 Tahun PNS PPGD
Keperawatan
11. Siti DIII 19 Tahun PNS PPGD
Mudawaroh Keperawatan
12. Kanti S DIII 18 Tahun PNS PPGD
Keperawatan
13. Astri Yuli DIII 7 Tahun PNS PPGD
Keperawatan
14. Ratna Agustin DIII 10 Tahun PNS PPGD
Keperawatan
15. Rheisa DIII 4 Tahun HR PPGD
Keperawatan

32
16. Ridwan DIII 3 Tahun HR PPGD
Hendris Keperawatan
Kesimpulan:
Berdasarkan tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa sebagian perawat di
Ruang Dahlia II yaitu 81,2% berpendidikan DIII Keperawatan dan hanya 18,2%
berpendidikan S1 Keperawatan, sehingga perlu ditingkatkan untuk bisa
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Berdasarkan tabel diatas dapat diinterpretasikan bahwa sebanyak 68,8%
perawat yang bekerja di Ruang Dahlia II pernah mengikuti pelatihan PPGD dan
non perawat 31,3% mengikuti BLS.

1.3 Jumlah dan Tingkat Ketergantungan Pasien di Ruang Dahlia II


Data observasi jumlah pasien dan tingkat ketergantungan tiap-tiap pasien di
ruangan Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Blitar dihitung selama satu hari 07 Maret
2016
 Jumlah pasien: 30 pasien
Pasien Kamar 1 Kamar 2 Kamar 3 Kamar 4 Kamar 5 I KPU KPS SAR DM
s S
o

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Ti A √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
m

Ti B √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
m

Kla T √ √ √ √
sifi
kas P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
i M

Tabel 3.2 Tabel Jumlah Dan Tingkat Ketergantungan Pasien

33
Keterangan Klasifikasi Tingkat Ketergantungan:
T = Total
P = Parsial
M = Mandiri
Rata-rata jumlah dan tingkat ketergantungan pasien dihitung selama 1 hari pada
tanggal 7 maret 2016 adalah:
 Total : 6 orang
 Parsial : 24 orang
 Mandiri : 0 orang
1.4 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan (secara ideal)
Senin, 07 Maret 2016
- Kebutuhan jam perawatan
Perhitungan jam perawatan langsung:
Total = 6 jam x 6 orang = 36 jam
Parsial = 3 jam x 24 orang = 72 jam
Mandiri = 2 jam x 0 orang = 0 jam
+
Jumlah 108 jam
Perhitungan Jam Perawatan Tidak Langsung
35 menit x 30 orang = 1050 menit = 17,5 jam
Jam Penyuluhan
15 menit x 30orang = 450 menit = 7,5 jam
Total jumlah jam perawatan yang dibutuhkan = 133 jam
Kebutuhan Perawat:
Jumlah kebutuhan perawat 24 jam

= = 19 orang 19 orang

Pembagian perawat/shift
Pagi (P) = 47% x 19 orang = 8,9 orang = 9 orang
Sore (S) = 35% x 19 orang = 6,6 orang = 7 orang
Malam (M) = 17% x 19 orang = 3,2 orang = 3 orang

34
Kesimpulan:
Berdasarkan perhitungan di atas jumlah kebutuhan perawat ada 18 orang,
1 Karu, 2 Katim, dan 15 perawat pelaksana, jika dibandingkan dengan
ketersediaan tenaga keperawatan di ruang dahlia II sebanyak 11 orang
perawat (1 Karu, 2 Katim, dan 8 orang perawat pelaksana), maka dapat
disimpulkan bahwa tenaga keperawatan di ruang dahlia II masih kurang.

1.5 Fasilitas (Sarana dan Prasarana) untuk Pelayanan Perawatan


a. BOR (Bed occupancy Rate)
Dibawah ini adalah jumalah tempat tidur di ruang Dahlia II
Tabel 3.3 Jumlah tempat tidur dalam ruang Dahia II
Kelas Jumlah TT
KELAS III Kamar 1 4 TT
Kamar 2 5 TT
Kamar 3 5 TT
Kamar 4 5 TT
Kamar 5 5 TT
KPU 3 TT
KPS 3 TT
Isolasi 1 TT
SARS 3 TT
DM 3 TT
Total 37 TT

Perhitungan BOR pada bulan Februari 2016,


Jumlah hari perawatan x 100% = 62 x 100% = 83,7%
Jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu 74
Standar Internasional BOR dianggap baik adalah 80% – 90%
Kesimpulannya BOR baik.

35
b. Denah ruang Dahlia II
Ruang perawatan Dahlia II merupakan IRNA RSUD Ngudi Waluyo yang
memberikan pelayanan pada klien dengan kasus penyakit dalam dan infeksius
khusus kelas 3. Memiliki kapasitas 37 tempat tidur. Lokasi denah ruang Dahlia II
RSUD Ngudi Waluyo sebagai berikut:
a) Batas sebelah utara : Ruang Jantung Paru
b) Batas sebelah selatan: Dahlia I dan koperasi
c) Batas sebelah barat: Ruang operasi
d) Batas sebelah timur:-
Fasilitas setiap kamar yaitu sebagai berikut:
Kamar 1 : terdiri dari 4 bed pasien + 4 almari pasien + 1 kamar mandi
Kamar 2 : Terdiri dari 5 bed pasien + 5 almari pasien
Kamar 3 : Terdiri dari 5 bed pasien + 5 almari pasien
Kamar 4 : Terdiri dari 5 bed pasien + 5 almari pasien
Kamar 5 : Terdiri dari 5 bed pasien + 5 almari pasien
(Total 24 bed perawatan + 24 almari pasien)
Kamar Isolasi terdiri dari 1 bed perawatan + 1 almari pasien + 1 kamar mandi
Kamar TB 1 terdiri dari 3 bed perawatan + 3 almari pasien
Kamar TB 2 terdiri dari 3 bed perawatan + 3 almari pasien
Kamar SARS terdiri dari 3 bed perawatan + 3 almari pasien
Kamar DM terdiri dari 3 bed perawatan + 3 almari pasien + 1 kamar mandi
(Total 13 bed perawatan + 13 almari pasien + 2 kamar mandi)

36
Tata Ruang Dahlia II

Ruang patologi Kamar 1 Kamar 2 Kamar 3 Ruang Ruang


anatomigi KPU SARS
Ruang patologi

NU
Depo obat
Petugas

R. Karu Ruang Ruang Ruang


Ruang
Dan Kamar 4 Kamar 5 SOS KPS Gudan DM
administrasi
wakaru g Ulkus
Ruang
K jaga
Mperawat

c. Fasilitas untuk Perawat


1) Nurse Station
Kondisi sudah cukup rapi dan sudah terstruktur mengenai penempatan status dan
asuhan keperawatan pasien. Nurse station utama berada di bagian depan ruang
rawat inap. Untuk dokumentasi dilengkapi dengan 2 buku injeksi, 2 buku
observasi TTV, 2 buku laporan tim, 2 buku operan jaga, 1 buku dokumentasi
laborat.
2) Kamar mandi
Kamar mandi bersih dan lokasi disebelah dapur.
3) Dapur
Kondisi kurang bersih. Berada di belakang nurse station dan terdapat 1 kulkas, 2
wastafel 1 rusak.
4) Ruang istirahat perawat
Kondisi bersih, terdapat 1 tempat tidur perawat dan meja serta almari untuk
tempat tas.

37
d. Fasilitas Peralatan Rumah Tangga
Tabel 3.4 Fasilitas Rumah Tangga di Ruang Dahlia II pada Maret 2016
No. Nama Standart Jumlah Kondisi Keterangan
Barang (buah) Baik Buruk
1. Kursi 2-3/R 2 2 - 100%
Roda
2. Lemari 1/R 2 2 - 100%
obat
3. Meja 1:1 37 37 - 100%
Pasien
4. Standart 2-3/R 27 27 - 100%
Infus
5. Lampu 8-12/R 2 2 - 100%
senter
6. Baskom 1/R 5 5 - 100%
Mandi
]7. Tempat 1:1 37 37 - 100%
Tidur
8. Troli 1/R 1 1 - 100%
rawat
luka
9. Troli 1/R 3 2 1 90%
injeksi
10. Dorongan 1/R 1 1 - 100%
oksigen
11. Tempat 4/R 21 21 - 100%
sampah
pasien
12. Tempat 1:2 3 3 - 100%
sampah
besar
13. Piring 1:2 10 10 - 100%
14. Sendok 1:1 20 20 - 100%
15. Gelas 1:2 31 31 - 100%
17. Tempat 1:2 5 5 - 100%
Lauk
18. Tempat 1:2 5 5 - 100%
sayur
19. Ceret 1:2 2 2 - 100%
20. Garpu 1:2 2 2 - 100%

38
e. Fasilitas Peralatan dan Bahan Kesehatan
Tabel 3.5 Fasilitas Peralatan dan Bahan Kesehatan di Ruang Dahlia II
pada Maret 2016
No. Nama Barang Jumlah Kondisi Keterangan
Baik Buruk
1. Almari 1 1 - 100%
instrument
2. Bak 2 2 - 100%
instrument
sedang
4. Bak 2 2 - 100%
instrument
besar
5. Bengkok 5 5 - 50%
6. Brankard 1 1 - 100%
7. EKG 1 - 1 -
8. GDA stick 1 1 - 100%
9. Kursi roda 2 2 - 100%
10. Manometer 15 13 2 87%
oxygen
11. Peralatan 4 6 - 100%
Rawat Luka
12. Pispot 6 10 100%

f. Fasilitas Alat Tenun


Tabel 3.6 Fasilitas Alat Tenun di Ruang Dahlia II pada Maret 2016

Kondisi
No Nama Barang Jumlah Standart
Baik Buruk
1 Sprei 200 200 - 1:5
2 Selimut tebal 140 140 - 1:3
3 Sarung bantal 255 253 2 1:5
4 Taplak meja 100 100 - 1:3
pasien
6 Taplak meja 3 4 - 1:1
ruang
7 Stik laken 126 126 - 1:3
8 Skort petugas 20 20 - 1:1
10 Perlak besar 32 32 - 1:3
11 Kasur 37 37 - 1:1
12 Gordyn 6 6 - 1:3

39
B. Pengorganisasian
Ruang Dahlia 2 RSUD Ngudi Waluyo
Blitar
Ka. IRNA KABID KEPERAWATAN
Dr. Rina Yulimawati, Spp.PD Ns.Eko Yunaeti, S.Kep, MM, Kes.

KUPP Rawat Inap


Gatot Santoso, AMK Kasubid Etik & Mutu Kasubid Logistik &
Askep Ketenagaan
Ns. Nur Ut Wiyah, S.Kep Ns. Ida Sukesi, S.Kep
Kepala Ruang Dahlia II
Ns. Yoni Agung W, S.Kep

Wakaru Administrasi
Ruang Dahlia II Wigati
Zaenab Susilandari, AMK

Koordinator PKR3 Koordinator Obat ICU Koordi Invent & Umum


Ns.Ratna Agustina S.Kep Kanti Susilowati, Amd.Kep Indah Rahayu

Koordinator Mutu & Askep Koordinator PIN Koordinator data dan pelayanan Koordinator ketertiban & kebersihan
Ns. Aris Setiyo.P.S.Kep St. Mudawaroh AMK Zaenab Susilandari, AMK Nanik Zuliah

Gambar 3.1 Struktur Pengorganisasian Kerja


di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo pada Maret
201640
pengorganisasian dalam hal pemberian asuhan keperawatan menggunakan
metode tim modifikasi. Adapun gambarannya sebagai berikut:
Kepala Ruangan

Ns.Yoni Agung W. S.Kep

Katim I Katim II

Zaenab Susilandari AMK St. Mudawaroh AMK

Anggota : Anggota :
Muchtar Fauzi Kanti S
Mersi Elida S Astri Yuli A
Rieseha Aris S.P
Ridwan H Ratna A

Pembantu Perawat
Pembantu Perawat :
1. Nanik Z
2. Supadminingsih 1. Indah R
2. Suprapti

Gambar 3.2 Pengorganisasian Pemberian Asuhan Keperawatan


dengan Metode Tim Modifikasi di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo pada
Maret 2016
Keterangan:
Metode dalam pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di ruang
Dahlia II adalah metode tim modifikasi yang terdiri dari 2 tim yaitu tim 1 terdiri
dari kamar 1, 2, 3, KPU dan SARS dan tim 2 yaitu kamar 4, 5, isolasi, KPS, dan
DM ulkus. Proses pendelegasian tugas, wewenang, tanggung jawab apabila
perawat yang tidak masuk maupun cuti sepenuhnya ditentukan oleh kepala ruang
dengan mempertimbangkan kebutuhan dan ketersediaan tenaga keperawatan.

41
c. Penggerakan
1. Model Penjadwalan Staf
Dilakukan setiap satu bulan sekali, setiap perawat mempunyai hak cuti 12 hari
setiap tahunnya. Proses pendelegasian tugas, wewenang dan tanggung jawab
apabila ada perawat yang tidak masuk maupun cuti sepenuhnya ditentukan oleh
kepala ruangan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan ketersediaan tenaga
keperawatan. Dalam 1 hari dibagi 3 shift untuk pelayanan keperawatan, yaitu :
 Dinas pagi dimulai dari pukul 07.00-14.00 WIB
 Dinas sore dimulai dari pukul 14.00-20.00 WIB
 Dinas malam dimulai dari pukul 20.00-07.00 WIB
Dalam 1 shift dalam 6 hari kerja perawat diberi libur 2 hari setelah dinas
malam. Penjadwalan dilakukan 1 bulan sekali. Untuk penjadwalan dinas
perawat sudah dijadwalkan sesuai dengan program.
2. Metode Penugasan dalam Asuhan Keperawatan
Metode penugasan dalam pemberian asuhan keperawatan yang diterapkan
adalah metode tim modifikasi yang terdiri atas 2 tim, yaitu tim 1 (kamar 1, 2, 3,
KPU, dan SARS) dan tim 2 (kamar 4, 5, isolasi, KPS, dan DM ulkus). Sementara
itu, pembagian tugas perawat pelaksana dalam 1 tim dibagi lagi berdasarkan
jumlah perawat yang dinas. Metode asuhan keperawatan di ruang Dahlia II
Tabel 3.8 Hasil Observasi Pelaksanaan Tugas Karu di Ruang Dahlia II pada
07 – 08 Maret 2016
No Tugas Kepala Ruang Dilaksanakan Tidak
Dilaksanakan
1 Menyusun rencana harian sesuai perannya √
2 Identifikasi tingkat ketergantungan √
3 Menghitung kebutuhan tenaga keperawatan √
4 Menunjuk atau menetapkan ketua tim √
5 Menentukan metode penugasan yang digunakan √

6 Menyusun struksur organisasi ruangan √


7 Melakukan pembagian tugas pelayanan kepada √
ketua tim
8 Memimpin serah terima/ opean pelayanan √
kepeawatan

42
9 Memimpin pre conference √
10 Memeberikan pengarahan ketua tim √
11 Melakukan motivasi dan supervise kegiatan √
pelayanan
12 Melakukan audit dokumentasi √
13 Melakukan evaluasi pelayanan keperawatan √
14 Membuat laporan harian runag √
15 Mengupayakan pengadaan alat dan obat sesuai √
kebutuhan berdasarkan ketentuan dan kebijakan
rumah sakit

Tabel 3.9 Hasil Observasi Pelaksanaan Tugas Katim di Ruang Dahlia II pada
07 – 08 Maret 2016
No Tugas Ketua Tim Dilaksan Tidak
akan Dilaksanakan
1 Menyususn rencana harian sesuai perannya √
2 Identifikasi tingkat ketergantungan pasien pada tim √
kelolaannya
3 Menghitung kebutuhan tenaga keperawatan pada tim √
yang bersangkutan
4 Melakukan pembagian tugas pelayanan kepada √
perawat pelaksana
5 Mengikuti serah terima/operan pelayanan √
keperawatan
6 Partisipasi dalam conference perawatan √
7 Melakukan motivasi ,supervisi, kegiatan pelayanan √
kepada perawat pelaksana
8 Melakukan audit dokumentasi √
9 Melakukan evaluasi pelayanan kepeawatan √
10 Membuat laporan harian kepada tim √
11 Menciptakan suasana harmonis √
12 Mengatur waktu istirahat √
13 Pengarahan tentang tugas √

43
Tabel 3.10 Hasil Observasi Pelaksanaan Tugas Perawat Pelaksana di Ruang
Dahlia II
pada 07 – 08 Maret 2016
No Tugas Perawat Pelaksana Dilaksana Tidak
kan Dilaksanakan
1 Menyusun rencana harian individu √
2 Mengikuti serah terima/ operan pelayanan √
keperawatan
3 Partisipasi dalam conference perawatan √
4 Melaksanakan tindakan keperawatan yang dibuat √
oleh ketua tim
5 Melakukan evaluasi asuhan keperawatan √
6 Memdokumentasian keperawatan dan evaluasi √
7 Melakukan kerjasama dengan anggota tim yang √
lain
8 Memperhatikan keseimbangan kebutuhan √
9 Mengurangi penderitaan klien dengan memberi √
rasa aman
10 Mempersiapkan klien secara fisik dan mental √
untuk menghadapi tindakan keperawatan dan
pengobatan
11 Menciptakan dan memelihara kebersihan √

Kesimpulan:
Berdasarkan observasi tidak didapatkan masalah pada pembagian tugas sesuai
peran yang diberikan.

3. Pola Komunikasi
a. Komunikasi langsung
Komunikasi yang digunakan di ruang Dahlia II antara lain operan, pre
conference, dan post conference yang dilakukan secara formal. Semua
perawat kritis dalam menanggapi masalah pasien. Kepala ruangan akan
mendelegasikan tugas secara lisan kepada salah satu perawat saat ada
kepentingan di luar ruangan. Komunikasi antar tim dilakukan dengan
baik dibuktikan dengan saling memberikan solusi ketika ada masalah
yang menghambat jalannya asuhan keperawatan.

44
Tabel 3.11 Hasil Observasi Pelaksanaan Operan di Ruang Dahlia II pada 07 - 08
Maret 2016
No Aspek Laporan Dilaksanakan Tidak
Dilaksanakan
1 Menyiapkan buku laporan shift 
2 Membaca laporan shift sebelumnya 
3 Kepala ruang / kepala tim memberi 
salam dan menyampaikan akan segera
dilakukan operan
4 Kegiatan dimulai dengan menyebut dan 
mengidentifikasi satu persatu :
a. Identitas klien (nama, alamat dan
nomer registrasi)
b. Jelaskan diagnose medis
c. Jelaskan diagnose keperawatan
sesuai data fokus
5 Menjelaskan kondisi/ keadaan umum 
pasien
6 Menjelaskan tindakan keperawatan yang 
telah dan belum dilakukan
7 Menjelaskan hasil tindakan : masalah 
teratasi sebagian, belum teratasi atau
muncul masalah baru
8 Menjelaskan secara singkat dan jelas 
rencana kerja dan tindak lanjut
mandiri/kolaburasi
9 Memberikan anggota tim yang 
menerima operan untuk klarifikasi
10 Perawat yang menerima operan 
mencatat hal-hal yang penting pada buku
catatan harian
11 Melakukan prosedur 1-8 untuk pasien 
berikutnya sampai seluruh pasien
dioperkan
12 Perawat yang mengoperkan 
menyerahkan semua berkas catatan
kepada tim yang akan menjalankan tugas
selanjutnya
13 Kepala ruang kembali ke nurse station, 
berdoa bersama yang dipimpin oleh
kepala ruang/kepala tim
14 Mengucap salam dan mengucapkan 
selamat istirahat bagi anggota tim yang
sebelumnya dan mengucapkan selamat
bekarja bagi tim berikutnya

45
Tabel 3.12 Hasil Observasi Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Dahlia II pada
08 Maret 2016
No Tugas Dilaksanakan Tidak
Dilaksanakan
1 Menyiapkan buku laporan shift 
2 Kepala ruang/ketua tim memberi salam 
dan menyampaikan akan segera
dilakukan pre conference
3 Kepala ruangan/ketua tim memberi 
salam dan mengidentifikasi satu persatu:
a. Identitas klien
b. Diagnose medis
c. Diagnose keperawatan
4 Menjelaskan keadaan umum klien 
5 Menjelaskan tindakan keperawatan yang 
akan dilakukan
6 Menjelaskan rencana tindak lanjut 
7 Mendiskusikan ulang tentang masalah 
yang sulit dipahami
8 Anggota tim mendengarkan dengan 
penuh perhatian
9 Kepala ruangan atau ketua tim 
menekankan hal-hal yang harus
diperhatikan

Tabel 3.13 Hasil Observasi Pelaksanaan Middle Conference di Ruang Dahlia II


pada 08 Maret 2016
No Tugas Dilaksanakan Tidak
dilaksanakan
1 Menyiapkan buku laporan shift 
2 Kepala ruang/ketua tim memberi salam 
dan menyampaikan akan segera
dilakukan middle conference
3 Kegiatan dimulai dengan menyebutkan 
dan mengidentifikasi :
a. Identitas klien
b. Diagnosa medis
c. Diagnosa keperawatan
4 Menjelaskan perkembangan pasien 
kelolaan
5 Menjelaskan tindakan keperawatan yang 
telah dilakukan dan belum di lakukan
6 Menjelaskan rencan tindak lanjut 
7 Mendiskusikan ulang tentang masalah 
yang tidak dipahami

46
8 Anggota tim mendengarkan dengan 
penuh perhatian
9 Kepala ruang atau ketua tim mencatat 
hasil diskusi
10 Kepala ruang atau ketua tim memberi 
kesimpulan dari diskusi yang telah
dilakukan
11 Kepala ruang atau ketua tim memberi 
petunjuk pelaksanaan berikutnya

Tabel 3.14 Hasil Observasi Pelaksanaan Post Conference di Ruang Dahlia II pada
08 Maret 2016
No Tugas Dilaksanakan Tidak
Dilaksanakan
1 Menyiapkan buku laporan sift 
2 Kepala ruang/ketua tim memberi salam 
dan menyampaikan akan segera
dilakukan post conference
3 Ketua Tim melaporkan perkembangan 
pasien kelolaannya :
a. Identitas klien
b. Diagnosa medis
c. Diagnosa keperawatan
d. Tindakan keperawatan yang
sudah dilakukan dan hasilnya
e. Rencana tindak lanjut
f. Mesalah yang dihadapi
4 Mendiskusikan ulang tentang maslah 
yang sulit dihadapi
5 Anggota tim mendengarkan dengan 
penuh perhatian
6 Kepala ruang atau ketua tim memberikan 
kesimpulan

b. Komunikasi Tidak Langsung


Komunikasi secara tidak langsung di ruang Dahlia II dilakukan dengan
menggunakan pendokumntasian asuhan keperawatan pada status pasien
dan buku laporan katim. Status pasien dan buku laporan tersebut berisi
tindakan, perubahan perkembangan pasien. Buku laporan terdiri dari 2
buku TTV, 1 buku laboratorium, 2 buku injeksi, 2 buku laporan untuk tim
1 dan 2. Bentuk komunikasi tidak langsung juga diterapkan di pembagian

47
pasien setiap hari ditulis di papan struktur organisasi dan tindakan yang
ditulis di papan menu tindakan.
c. Motivasi
Kepala Ruang maupun Ketua Tim di ruang Dahlia II, biasanya
memberikan motivasi kepada anggota timnya pada saat pre conference.
Kepala ruang maupun ketua tim memberikan motivasi kepada anggotanya
untuk melakukan tugas sesuai dengan penugasan yang telah diberikan,
kebersamaan dan kerjasama tim yang baik akan mencapai visi dan misi
yang merupakan pendorong yang kuat untuk semua anggotanya.

d. Pengontrolan
1. Pola dan Jadwal Supervisi di Ruang Dahlia II
Supervisi adalah mengukur apa yang telah direncanakan dengan apa yang
telah dilaksanakan yang berguna untuk meminimalisasi penyimpangan,
mengukur berbagai respon untuk dicarikan jalan keluarnya. Supervisi dapat
dilakukan dengan langsung dan tidak langsung.
a. Supervisi Langsung
Dilakukan oleh kepala ruang atau ketua tim perawatan dengan cara
observasi secara langsung kepada staf dalam melakukan tindakan.
Diperlukan perencanaan dalam supervisi langsung untuk mengatasi
masalah yang banyak terjadi di runagan misalnya:
 Untuk mengatasi masalah flebitis yang sering terjadi, dilakukan
supervisi yang bisa dilakukan oleh karu atau katim kepada perawat
pelaksana untuk ketepatan SOP pemasangan infus dan SOP
perawatan infus yang dilakukan oleh perawat pelaksana. Dan bila
didapatkan hasil supervisi yang kurang baik maka perlu diadakan
pengenalan ulang SOP pemasangan infus dan perawatan infus.
b. Supervisi Tidak Langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan.
Supervise di ruang Dahlia II biasanya dilakukan oleh Kepala Ruang
pada saat pre conference. Kepala Ruang mensupervisikan tentang
tindakan yang biasa dilakukan di ruangan. Katim juga melakukan

48
supervisi secara lisan pada saat mengarahkan anggotanya sebelum
tindakan dan disela-sela tindakan keperawatan kepada pasien.
Supervisi secara tidak langsung dilakukan di ruang Dahlia II:
1) Sebelum pertukaran shift
Tabel 3.15 Hasil Observasi Supervisi Sebelum Pertukaran Shift
pada 7 Maret 2016
No Supervisi Dilakukan Tidak
Dilakukan
1 Mengecek kelayakan fasilitas 
kesehatan yang digunakan untuk
menunjang tindakan keperawatan
2 Mengecek jadwal kerja 
3 Mengecek jumlah kehadiran tenaga 
kerja perawat maupun non perawat

2) Pada waktu mulai shift


Tabel 3.16 Hasil Observasi Supervisi pada Waktu Mulai Shift pada
No Supervisi Dilakukan Tidak
Dilakukan
1 Mengecek personil yang ada 
2 Menganalisa jumlah tenaga dengan 
jumlah kebututuhan pasien
4 Mengidentifikasi hambatan yang 
muncul
5 Mencari jalan keluar supaya masalah 
yang muncul dapat segera
diselesaikan

3) Sepanjang Dinas
Tabel 3.17 Hasil Observasi Supervisi SepanjangShift pada 7 Maret 2016
No Supervisi Dilakukan Tidak
Dilakukan
1 Mengecek pekerjaan setiap personil, 
dapat mengarahkan, instruksi,
mengoreksi, atau memberikan latihan
sesuai kebutuhannya
2 Mengecek kembali pekerjaan personil 
dan kenyamana kerja, terutama untuk
personil baru
3 Berjaga-jaga ditempat apabila ada 
pertanyaan, permintaan bantuan atau
hal-hal yang terkait

49
4 Mendeteksi dan mencatat masalah 
yang muncul pada saat itu dan
mencari cara menyelesaikannya
5 Mengecek kembali kecukupan 
alat/fasilitas/sarana prasarana sesuai
kondisi operasional
6 Menyiapkan dan melaporkan secara 
rutin mengenai pekerjaan

4) Sebelum pulang
Tabel 3.18 Hasil Observasi Supervisi Sebelum Pulangpada 7 Maret 2016
No Supervisi Dilakukan Tidak
Dilakukan
1 Membuat daftar masalah yang belum 
diselesaikan dan berusaha untuk
memecahkan persoalan tersebut
keesokan harinya
2 Melakuakan pekerjaan yang telah 
dilakukan sepanjang hari dengan
mengecek hasinya, kecukupan
material dan peralatannya
3 Melengkapi laporan harian sebelum 
pulang
4 Membuat daftar pekerjaan untuk 
dirinya, membawa pulang dan
mempelajari di rumah sebelum
bekerja kembali

2. Rencana dan Hasil Supervisi


Di ruang Dahlia II, hasil supervisi tidak di dokumentasikan secara
jelas dan tertulis karena tidak ada format yang baku di ruangan, namun ada
bukti kesesuaian tindakan asuhan keperawatan yang perlu dilaksanakan.
Kegiatan supervisi secara langsung kurang dilakukan secara optimal dalam
tindakan pelayanan keperawatan, di mana masih ada perawat pelaksana
yang melakukan tindakan keperawatan tidak sesuai standar operasional
prosedur.
Masalah yang ditemukan adalah tidak adanya pendokumentasian dan
pengisian hasil supervisi di ruang Dahlia II.

50
Standart Operasional Prosedur (SOP)
Ketrampilan Supervisi Tindakan
No ASPEK YANG DIOBSERVASI
I Persiapan
1). Memberi salam
2). Menanyakan kesiapan anggota tim untuk disupervisi
3). Menjelaskan rencana supervise dan tujuan
4). Mengorientasi materi/SOP yang digunakan
5).Melakukan kontrak terkait pelaksanaan supervise
II Pelaksanaan
1). Melakukan supervise sesuai rencana/jadual menggunakan SOP tindakan
yang ditetapkan (pre memory)
2). Memberikan penilaian/ pencapaian aspek kinerja staf perawat yang
disupervisi menggunakan instrument yang sesuai
3). Memberikan reinforcement terkait kinerja yang telah dicapai
4). Mengidentifikasi aspek kinerja yang perlu di tingkatkan
5). Memberikan masukan / solusi terkait aspek kinerja yang perlu ditingkatkan
6). Menjelaskan rencana tindak lanjut

Penutup/Terminasi
1). Evaluasi perasaan staf
III 2). Menjelaskan rencana kembali tindak lanjut
3). Kotrak yang akan datang
4). Salam

e. Evaluasi
1. Program Peningkatan Mutu
Berdasarkan laporan bulanan pada Bulan Maret 2016, didapatkan data:
a. BOR : 83,7%
b. Hasil penilaian mutu pelayanan Askep
Survey kepuasan pasien : 96 %
c. Kejadian dekubitus :0
d. Angka kejadian kesalahan pemberian obat oleh perawat : 0
e. Angka kejadian pasien jatuh :0
- Kematian pasien dalam <24 jam : 0 orang
- Kematian pasien dalam >48 jam : 1 orang

51
- Angka kejadian pulang paksa : orang
g. Kejadian angka phlebitis :7 orang dalam 3 hari,
dengan jumlah pasien hari senin 7 maret 2016 =32, selasa 8 Maret
2016=29, rabu 9 2016=25 pasien. Dengan presentase 7/86 x 100% = 8%
Sasaran Keselamatan Pasien
a. Sasaran I: Ketepatan Identitas Pasien
Di ruang Dahlia II ketepatan dalam mengidentifikasi pasien sudah
cukup baik terbukti dalam perawat selalu melakukan pemasangan
gelang dengan identitas nama, umur, alamat, dan dalam preconference
juga selalu mengingatkan bila ada nama pasien yang sama.
b. Sasaran II: Peningkatan Komunikasi yang Efektif
Di Ruang Dahlia II suadah berkomunikasi secara efektif baik secara
langsung seperti operan jaga, pre conference dan post conference
maupun tidak langsung seperti pendokumentasian asuhan
keperawatan.
c. Sasaran III: Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diawasi
(High Alert)
Pemberian obat injeksi dan oral kepada pasien dilakukan secara rutin
dan sesuai jadwal, tetapi dalam pemberian secara langsung kepada
pasien kurang menerapkan prinsip 6B (benar pasien, benar obat, benar
dosis, benar rute, benar waktu, dan benar dokumentasi), perawat sering
hanya menyebutkan bed kamar pasien dan obat dioplos tanpa identitas
obat ditempel atau ditulis ulang pada spuit sehingga resiko terjadi
kesalahan obat pada saat oper ke mahasiswa maupun saat diberikan
sendiri.

52
53
Tabel 3.19 Hasil tindakan pemberian obat pada 7 Maret 2016
No Tindakan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T
1 Siapkan identitas pasien dengan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
melihat rekam medik pasien
2 Ucapkan salam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
3 Sebut nama dan departemen/unit kerja √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
4 Jelaskan maksud dan tujuan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
identifikasi kepada pasien
5 Jika pasien telah memakai gelang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
identitas, tetap dikonfirmasi sebelum
mendapat pengobatan
6 Bila pasien tidak dapat menyebutkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
nama, identitas pasien dapat
ditanyakan kepada penunggu pasien
7 Bila pasien tidak dapat menyebutkan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
nama, gelang identitas harus diperiksa
kecocokannya dengan rekam medik
oleh dua orang staf
8 Ucapkan terimakasih √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
TOTAL 4 4 2 2 3 3 4 5 6 4
Kesimpulan:
Berdasarkan hasil observasi pada pelaksanaan identifikasi pasien dalam
pemberian obat oleh 10 perawat didapatkan sebanyak 46% perawat ruang Dahlia
2 melakukan identifikasi sebelum memberikan obat dan sebanyak 54% tidak
mengidentifikasi dengan benar.
d. Sasaran IV : Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien
Operasi
Sasaran keempat tidak terdapat di ruang Dahlia II karena ruang Dahlia II
merupakan ruang rawat inap dengan kasus penyakit dalam.
e. Sasaran V : Pengurangan Resiko Infeksi Terkait Pelayanan
Kesehatan
1. Di Ruang Dahlia II pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan
kesehatan dapat diantisispasi dengan penerapan cuci tangan 6 langkah dan
5 momen untuk cuci tangan.
Perawat dan mahasiswa praktik di Ruang Dahlia II tidak selalu melakukan
Hand Higyene 5 moment. Perawat menggunakan sarung tangan bila
melakukan tindakan invasif.
a. Pengendalian dengan Hand hygiene
Fasilitas dan suplai Hand Hygiene di nurse stationruang Dahlia II
adalah sebagai berikut:
- Terdapat wastafel cuci tangan 1 buah dengan air mengalir
- Terdapat sabun cair 1 buah
Tidak ada handuk
Tabel 3.20 Pelaksanaan 5 Moment for Hand Hygiene di Ruang Dahlia 2
Pera Sebelum Sebelum Setelah Setelah Setelah
wat Menyentuh Melakukan Menyentuh Menyentuh Menyentuh
Ke- Pasien Prosedur/ Cairan Tubuh Pasien Lingkungan
Tindakan Pasien Yang Pasien
Infasif Beresiko
1.    - -
2. - -   -
3.     
4. -   - -
5. -    
6.  -   
7.    - -
8. -   - 
9.  -  - -
10  -   
Juml 6 6 10 5 5
ah
Keterangan:
 = dilakukan
- = tidak dilakukan
Kesimpulan :
Berdasarkan observasi pelaksanaan 5 moment for Hand Hygiene diRuang
Dahlia 2 sudah dilaksanakan, tetapi belum optimal dibuktikan sebanyak
60% perawat cuci tangan dan 40% perawat tidak cuci tangan sebelum
menyentuh pasien, 60% perawat cuci tangan dan 40% perawat tidak cuci
tangan sebelum melakukan prosedur/tindakan infasif, 100% perawat cuci
tangan setelah menyentuh cairan tubuh pasien yang beresiko, 50% perawat
cuci tangan dan 60% perawat tidak cuci tangan setelah menyentuh pasien
pasien, 50% perawat cuci tangan dan 50% perawat tidak cuci tangan
setelah menyentuh lingkungan pasien.
Tabel 3.21 Pelaksanaan 5 Moment for Hand Hygiene di Ruang Dahlia 2
Keluarga Sebelum Menyentuh Setelah Menyentuh Setelah Menyentuh
Pasien Pasien Lingkungan Pasien
1.  - -
2. -  -
3. -  -
4. - - -
5. -  
6. -  
7.  - -
8. - - -
9. - - -
10   
Jumlah 3 5 3

Keterangan :
 = dilakukan
- = tidak dilakukan
Kesimpulan:
Berdasarkan observasi yang dilakukan, didapatkan jumlah keluarga yang
cuci tangan sebelum menyentuh pasien sebanyak 30% dan 70% tidak cuci
tangan sebelum menyentuh pasien, 50% keluarga cuci tangan setelah
menyentuh pasien dan 50% keluarga tidak cuci tangan setelah menyentuh
pasien, sebanyak 30% keluarga pasien cuci tangan setelah menyentuh
lingkungan pasien dan tidak cuci tangan sebanyak 70%.
2. Dari hasil observasi pada tanggal 7-9 maret 2016 di Ruang Dahlia 2
pelaksanaan perawatan infus belum optimal, karena masih dijumpai pasien
yang mengalami plebitis sebanyak 7 pasien.
Tabel 3.22 Hasil Observasi pada tanggal 7 maret 2016
JUMLAH Km Km Km Km Km Isol KPU KPS SARS DM
PASIEN 1 2 3 4 5
- - 1 - 1 - - - - -
Hasil Observasi pada tanggal 8 maret 2016
JUMLAH Km Km Km Km Km Isol KPU KPS SARS DM
PASIEN 1 2 3 4 5
- - - - 1 - - - 1 1
Hasil Observasi pada tanggal 9 maret 2016
JUMLAH Km Km Km Km Km Isol KPU KPS SARS DM
PASIEN 1 2 3 4 5
- - - - - 1 - - - 1

f. Sasaran VI: Pengurangan Resiko Jatuh


Di ruang Dahlia II pengidentifikasian pasien jatuh, kurang diterapkan,
terbukti dengan tidak adanya penghitungan Morse Fall Scale pada lembar
observasi klien. Dengan demikian bisa dikatakan pengenalan Morse Fall
Scale kurang. Diperburuk dengan kerusakan pengaman tempat tidur/bed
side rail.
Tabel 3.23 Klasifikasi Pasien Risiko Jatuh Menggunakan Morse Fall Scale
Kamar/ Nilai MFS Tingkatan risiko Tindakan
bed
1.1 85 Risiko tinggi pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh risiko tinggi

1.2 35 Risiko rendah pelaksanaan intervensi,


pencegahan jatuh standard
1.3 60 Risiko tinggi pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh risiko tinggi

1.4 65 Risiko tinggi pelaksanaan intervensi,


pencegahan jatuh risiko tinggi

2.1 45 Risiko sedang pelaksanaan intervensi,


pencegahan jatuh standard
2.2 35 Risiko sedang pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh standard
2.3 85 Risiko tinggi pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh risiko tinggi

2.4 20 Tidak berisiko tindakan perawatan dasar


2.5 95 Risiko tinggi pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh risiko tinggi

3.1 80 Risiko tinggi pelaksanaan intervensi,


pencegahan jatuh risiko tinggi

3.3 20 Tidak berisiko tindakan perawatan dasar


3.4 65 Risiko tinggi pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh risiko tinggi

3.5 35 Risiko sedang pelaksanaan intervensi,


pencegahan jatuh standard
4.1 35 Risiko sedang pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh standard
4.2 20 Tidak berisiko tindakan perawatan dasar
4.3 30 Risiko sedang pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh standard
4.4 95 Risiko tinggi pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh risiko tinggi

4.5 95 Risiko tinggi pelaksanaan intervensi,


pencegahan jatuh risiko tinggi

5.1 55 Risiko tinggi pelaksanaan intervensi,


pencegahan jatuh risiko tinggi

5.2 35 Risiko sedang pelaksanaan intervensi,


pencegahan jatuh standard
5.3 30 Risiko sedang pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh standard
5.4 45 Risiko sedang pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh standard
5.5 20 Tidak berisiko tindakan perawatan dasar
ISO 35 Risiko sedang pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh standard
KPU 35 Risiko sedang pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh standard
KPS 35 Risiko sedang pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh standard
SARS 35 Risiko sedang pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh standard
DM 1 70 Risiko tinggi pelaksanaan intervensi,
pencegahan jatuh risiko tinggi

DM 2 70 Risiko tinggi pelaksanaan intervensi,


pencegahan jatuh risiko tinggi
Kesimpulan risiko pasien jatuh menurut Morse Fall Scale
Tingkatan risiko Nilai MFS Jumlah di Ruang Dahlia 2

Tidak berisiko 0-24 4 = 14%

Risiko rendah 25-50 13 = 45%

Risiko tinggi >50 12 = 41%

2. Audit Dokumentasi Keperawatan


Tabel 3.24 Hasil Audit Dokumentasi Keperawatan di Ruang Dahli II pada
8 Maret 2016
Resume Asuhan keperawatan ∑
N Aspek yang Askep Askep Askep Askep Askep Askep Askep Askep Askep Askep skor
o dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T

1 Pengkajian
1. Kelengk √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
apan
data (S
dan O)
2. Ketepata √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
n data
3. Ketepata √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
n
diagnose
keperaw
atan
2 Diagnosis
Kepera
watan
1. Ketepata √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
n
diagnosi
s (sesuai
masalah/
keluhan
utama
klien)
2. Formula √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
si
diagnos
PES/PE
3 Perencanaa
Resume Asuhan keperawatan ∑
N Aspek yang Askep Askep Askep Askep Askep Askep Askep Askep Askep Askep skor
o dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T Y T

n
1. Merumu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
skan
tujuan
keperaw
atan
2. Menentu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kan
rencana
interven
si
4 Pelaksanaan
1. Persiapa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
n pasien
2. Persiapa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
n alat
3. Prosedu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
r
tindakan
tepat
4. Keberha √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
silan
tindakan
5 Evaluasi
1. Menggu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
nakan
SOAPIE
R
2. Berkesin √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
ambung
an
TOTAL 13 0 13 0 8 5 13 0 7 6 13 0 13 0 13 0 13 0 13 0 93
SKOR

NILAI = ∑ Skor yang dicapai x 100 = 89%


∑ Skor max (13)
Berdasarkan audit dokumentasi pada 10 sampel status dokumentasi pasien,
pelaksanaan proses asuhan keperawatan sudah dilakukan dengan baik tetapi dalam
pendokumentasiananya dalam status dokumen pasien masih kurang dimana
terdapat kekosongan diagnosa keperawatan dan kurang pembaharuan diagnosa
keperawatan yang terbaru, penilaian dari audit dokumentasi yaitu 89% sehingga
perlu dipertahankan dan ditingkatkan.

3.2 Identifikasi Masalah

Tabel 3.25 Identifikasi Masalah di Ruang Dahlia II pada 8 Maret 2016


Masalah Data Pendukung
Perencanaan 4. Masalah pada perhitungan kebutuhan tenaga
1. Visi, Misi dan keperawatan
tujuan Pembagian perawat/shift pada tanggal 7 Maret 2016
2. Ketenagaan Pagi (P) = 47% x 18 orang = 8,46 orang =
keperawatan 9orang
dan non Sore (S) = 35% x 18 orang = 6,3 orang = 6
keperawatan orang
3. Jumlah dan Malam (M) = 17% x 18 orang = 3,06 orang = 3
tingkat orang
ketergantunga Sedangkan perawat yang ada
n pasien Pagi (P)= 1 Karu, 2 Katim, 2 orang perawat
4. Perhitungan pelaksana
kebutuhan Siang (S) = 2 perawat pelaksana
tenaga Malam (M) = 2 perawat pelaksana
keperawatan
5. Fasilitas
(sarana dan
prasarana)
untuk
pelayanan
perawatan
Pengorganisasian Tidak ada masalah
Penggerakan Tabel 3.13 Hasil Observasi Pelaksanaan Middle Conference di
1. Model Ruang Dahlia II pada 08 Maret 2016
penjadwalan N Tugas Dilaksanaka Tidak
staf o n dilaksanaka
2. Metode n
penugasan 1 Menyiapkan buku 
dalam asuhan laporan shift
keperawatan 2 Kepala ruang/ketua 
tim memberi salam
dan menyampaikan
akan segera
dilakukan middle
conference
3 Kegiatan dimulai 
dengan
menyebutkan dan
3. Pola mengidentifikasi :
komunikasi d. Identitas
Tidak adanya klien
middle e. Diagnosa
conference medis
yang f. Diagnosa
dilakukan di keperawata
ruang dahlia n
II 4 Menjelaskan 
perkembangan
pasien kelolaan
5 Menjelaskan 
tindakan
keperawatan yang
telah dilakukan dan
belum di lakukan
6 Menjelaskan 
rencan tindak lanjut
7 Mendiskusikan 
ulang tentang
masalah yang tidak
dipahami
8 Anggota tim 
mendengarkan
dengan penuh
perhatian
9 Kepala ruang atau 
ketua tim mencatat
hasil diskusi
10 Kepala ruang atau 
ketua tim memberi
kesimpulan dari
diskusi yang telah
dilakukan
11 Kepala ruang atau 
ketua tim memberi
petunjuk
pelaksanaan
berikutnya

Di ruang Dahlia II operan langsung ke pasien hanya


dilakukan pada saat shift malam ke shift pagi, untuk shift
pagi ke siang, dan siang ke malam tidak dilakukan.
Pengontrolan N Supervisi Dilakuka Tidak
1. Pola dan o n Dilakuka
jadwal n
supervisi 1 Mengecek 
Kurang adanya pekerjaan setiap
supervisi penerapan personil, dapat
SOP Keperawatan mengarahkan,
terutama perawatan instruksi,
infus pada pasien mengoreksi, atau
sehingga terjadi memberikan
plebitis pada pasien latihan sesuai
kebutuhannya
2. Rencana dan 2 Mengecek 
hasil supervisi kembali pekerjaan
personil dan
kenyamana kerja,
terutama untuk
personil baru
3 Berjaga-jaga 
ditempat apabila
ada pertanyaan,
permintaan
bantuan atau hal-
hal yang terkait
4 Mendeteksi dan 
mencatat masalah
yang muncul pada
saat itu dan
mencari cara
menyelesaikannya
5 Mengecek 
kembali
kecukupan
alat/fasilitas/saran
a prasarana sesuai
kondisi
operasional
6 Menyiapkan dan 
melaporkan secara
rutin mengenai
pekerjaan

Kurangnya penjadwalan supervisi tentang penerapan


tindakan keperawatan sesuai SOP

2. Masalah pada rencana dan hasil supervisi


Di ruang dahlia II hasil supervisi tidak di dokumentasikan
secara jelas dan tertulis karena tidak ada format yang
baku di ruangan, namun ada bukti kesesuaian tindakan
asuhan keperawatan yang perlu dilaksanakan.

Evaluasi
1. Program 1. Masalah pada program peningkatan mutu: sasaran
peningkatan keselamatan pasien
mutu a. Berdasarkan observasi di Ruang Dahlia II kurang
a. Kurang adanya adanya perawatan infus pada pasien, sehingga ada
supervisi pasien yang mengalami plebitis. Pada tanggal 7-8
penerapan SOP maret 2016 pasien yang mengalami plebitis sebanyak
Keperawatan 7 pasien dengan presentase 8%
terutama
perawatan infus b. Berdasarkan observasi pelaksanaan 5 moment for
pada pasien Hand Hygiene di Ruang Dahlia II sudah dilaksanakan,
sehingga terjadi tetapi belum optimal dibuktikan sebanyak 40%
plebitis pada perawat cuci tangan dan 60% perawat tidak cuci
pasien tangan sebelum menyentuh pasien, 90% perawat cuci
b. Kurangnya tangan dan 10% perawat tidak cuci tangan sebelum
supervisi SOP melakukan prosedur/tindakan infasif, 100% perawat
pencegahan cuci tangan setelah menyentuh cairan tubuh pasien
infeksi yang beresiko, 60% perawat cuci tangan dan 40%
nosokomial perawat tidak cuci tangan setelah menyentuh pasien
kurang efektif pasien, 10% perawat cuci tangan dan 90% perawat
(kurang tidak cuci tangan setelah menyentuh lingkungan
optimalnya pasien.
kebiasaan 5
momen untuk c. Berdasarkan Morse Fall Scale (MFS) terdapat 12
cuci tangan), pasien tidak berisiko jatuh, 4 pasien mempunyai risiko
rendah jatuh dan 6 pasien mempunyai risiko tinggi
jatuh. Di ruang Dahlia II, kurangnya penerapan SOP
identifikasi pasien resiko jatuh. Ditambah dengan bed
c. Kurangnya pasien terdapat beberapa yang tidak ada bed side
supervisi railnya.
penerapan SOP
identifikasi 2. Berdasarkan audit dokumentasi pada 8 sampel
pasien risiko status dokumentasi pasien, pelaksanaan proses
jatuh asuhan keperawatan sudah dilakukan dengan baik
tetapi dalam pendokumentasiannya dalam status
2. Audit dokumen pasien masih kurang dimana terdapat
dokumentasi kekosongan diagnosa keperawatan, kurang
keperawatan pembaharuan diagnosa keperawatan yang terbaru
dan tidak adanya format untuk pengkajian risiko
jatuh (Morse Fall Scale). Penilaian dari audit
dokumentasi yaitu 89% sehingga perlu
dipertahankan dan ditingkatkan.

3.3 Penentuan Prioritas Masalah


Tabel 3.27 Keuntungan Masalah Bila Diatasi dan Kerugian Jika Tidak Diatasi
No. Masalah Keuntungan Bila Kerugian Bila Tidak
Diatasi Diatasi
1 Kurangnya 1. Tidak timbul 1. Terjadi infeksi
penerapan SOP masalah baru saat nosokomial
pencegahan infeksi dan setelah raat inap 2. Timbul masalah baru
nosokomial kurang 2. Mengoptimalkan selama dan setelah
efektif (kurang proses mendapat perawatan
optimalnya penyembuhan pada 3. Proses penyembuhan
kebiasaan 5 momen pasien semakin lama
untuk cuci tangan), 3. Sebagai 4. Angka kejadian
perlindungan infeksi nosokomial
perawat saat dan meningkat
setelah kontak dari
pasien maupun
lingkungan pasien
4. Sebagai
perlindungan pasien
terhadap kuman
yang tidak
seharusnya
didapatkan selama
tindakan
keperawatan
2 Kurangnya 1. Mencegah KTD 1. Terjadi KTD akibat
penerapan supervisi akibat kurangnya phlebitis
penerapan SOP perawatan infus 2. Akan menyebabkan
Keperawatan 2. Pengoptimalan infeksi yang
terutama perawatan proses memperlama
infus pada pasien penyembuhan pada perawatan pasien
sehingga terjadi pasien
plebitis pada pasien
3 Kurangnya 1. Mencegah KTD 1. Terjadi kejadian
penerapan SOP akibat kelalaian jatuh
identifikasi pasien dalam
resiko jatuh mengidentifikasi
pasien risiko jatuh.
2. Menciptakan
lingkungan yang
aman dan nyaman
untuk pasien

3.4 Alternatif Penyelesaian Masalah


Tabel 3.28 Alternatif Penyelesaian Masalah
No Prioritas Masalah Alternatif Solusi yang Memungkinkan Dapat
Dikerjakan
1 Kurangnya 1. Membacakan SOP tentang cuci tangan 6
penerapan SOP langkah dan 5 momen untuk cuci tangan setiap
pencegahan infeksi preconference dinas pagi
nosokomial kurang 2. Memberikan motivasi untuk setiap perawat
efektif (kurang dalam pembiasaan cuci tangan
optimalnya 3. Melakukan demontrasi kegiatan cuci tangan
kebiasaan 5 momen diikuti oleh semua perawat
untuk cuci tangan), 4. Masing-masing perawat sebaiknya saling
mengingatkan kepala satu sama lain untuk cuci
tangan 6 langkah dan 5 momen untuk cuci
tangan
5. Kepala ruangan dapat mengadakan supervisi
atau tindakan cuci tangan
6. Dipasang poster cuci tangan 6 langkah dan 5
momen untuk cuci tangan / five moment for
hand hygiene agar dapat jadi panduan dan
pengingat perawat dan keluarga pasien
2. Kurangnya 1. Mengadakan sosialisasi tentang pentingnya
penerapan SOP perawatan infus
Keperawatan 2. Memotivasi perawat untuk rutin melakukan
terutama perawatan pengakajian kondisi infus pasien
infus pada pasien 3. Mengadakan supervisi atau evaluasi tentang
sehingga terjadi kondisi pasien
plebitis pada pasien

3. Kurangnya 1. Mengadakan sosialisasi tentang ketepatan


penerapan SOP pengidentifikasian pasien risiko jatuh
identifikasi pasien 2. Memotivasi perawat untuk rutin melakukan
resiko jatuh pengkajian risiko jatuh setiap ada pasien baru
dengan pengkajian risiko jatuh Morse untuk
pasien dewasa
3. Mencantumkan hasil pengkajian risiko jatuh
Morse pada status dokumen pasien dan
pencantuman label identitas pasien risiko jatuh
pada gelang pasien
4. KIE keluarga tentang risiko jatuh pada pasien
5. Mengadakan supervisi atau evaluasi tentang
ketepatan pengidentifikasian pasien risiko jatuh
6. Menyediakan lembar pengkajian morse fall risk
7. Selalu mengingatkan perawat untuk
pemasangan gelang bila ditemukan resiko jatuh
yang tinggi.
8. Membuat SOP
3.5 Pemilihan Alternatif
Tabel 3.26 Pemilihan Alternatif Masalah
Prioritas Alternatif solusi Keuntungan Alternatif Kerugian Jika
Masalah (Penyelesaian) Alternatif Tidak
Dilakukan
1 1. Membacakan Agar setiap Cuci tangan 6
SOP tentang cuci melakukan cuci langkah dan five
tangan 6 langkah tangan 6 langkah dan moment kurang
dan 5 momen five moment terlaksana dengan
untuk cuci terlaksana dengan tepat dan benar
tangan setiap tepat dan benar sehingga akan
preconference timbul masalah baru
dinas pagi Perawat selalu selama dan setelah
membiasakan cuci mendapat perawatan
2. Memberikan tangan 6 langkah dan karena terjadi infeksi
motivasi untuk five moment nosokomial
setiap perawat Pengurangan tingkat
dalam kesalahan perawat
pembiasaan cuci tentang cuci tangan 6
tangan langkah dan five
moment
3. Melakukan
demontrasi
kegiatan cuci
tangan diikuti
oleh semua
perawat
Meningkatkan
4. Masing-masing kesadaran perawat
perawat untuk selalu
sebaiknya saling melaksanakan tentang
mengingatkan cuci tangan 6 langkah
kepala satu sama dan five moment
lain untuk cuci Sebagai alat
tangan 6 langkah penghimbau dan
dan 5 momen pengingat untuk
untuk cuci perawat melakukan
tangan cuci tangan sebelum
5. Kepala ruangan dan setelah kontak dan
dapat tindakan dari pasien
mengadakan
supervisi atau
tindakan cuci
tangan
6. Dipasang poster
cuci tangan 6
langkah dan 5
momen untuk
cuci tangan / five
moment for hand
Prioritas Alternatif solusi Keuntungan Alternatif Kerugian Jika
Masalah (Penyelesaian) Alternatif Tidak
Dilakukan
hygiene agar
dapat jadi
panduan dan
pengingat
perawat dan
keluarga pasien.
2 1. Mengadakan Meningkatkan Dapat mengurangi
sosialisasi tentang kemauan perawat jumlah pasien yang
pentingnya untuk merawat infus mengalami phlebitis
perawatan infus sehingga
mengurangi KTD
2. Memotivasi Meningkatakan
perawat untuk kesadaran perawat
rutin melakukan untuk merawat infus
pengakajian
kondisi infus
pasien
3. Mengadakan Mengvaluasi jumlah
supervisi atau pasien yang terkena
evaluasi tentang phlebitis
kondisi pasien
Prioritas Alternatif solusi Keuntungan Alternatif Kerugian Jika
Masalah (Penyelesaian) Alternatif Tidak
Dilakukan
3 1. Mengadakan Meningkatkan Angka risiko jatuh
sosialisasi pengidentikasikan akan meningkat dan
tentang pasien risiko jatuh jika tidak
pengidentifikasia diidentifikasi secara
n pasien risiko dini dapat
jatuh menimbulkan KTD
2. Memotivasi Pengkajian dengan akibat cedera karena
perawat untuk tepat risiko jatuh jatuh
rutin melakukan mencegah KTD
pengkajian risiko
jatuh setiap ada
pasien baru
dengan
pengkajian risiko Mendokumentasikan
jatuh Morse sekaligus menjadi
untuk pasien laporan dan alat
dewasa komunikasi dengan
3. Mencantumkan perawat lain tentang
hasil pengkajian adanya risiko jatuh
risiko jatuh pada pasien
Morse pada Pengetahuan keluarga
status dokumen dapat memotivasi
pasien dan keluarga mencegah
pencantuman jatuh
label identitas Peningkatan mutu
pasien risiko supervisi
jatuh pada gelang pengidentifikasian
pasien pasien
4. KIE keluarga
tentang risiko
jatuh pada pasien

5. Mengadakan
supervisi atau
evaluasi tentang
ketepatan
pengidentifikasia
n pasien risiko
jatuh
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Perencanaan
TEORI:
Ketenagaan Keperawatan
Ketenagaan merupakan anggota/badan usaha yang memperoleh imbalan, meliputi
kegiatan : perekrutan dan seleksi, pendayagunaan, pengembangan serta
pemeliharaan. Ketenagaan mengerjakan perekrutan, wawancara, mengontrak, dan
orientasi staf. Keberhasilan perekrutan tergantung pada sumber daya alam, jumlah
tenaga perawat yang memadai, gaji yang kompetitif, reputasi organisasi, daya
tarik lokasi, dan status ekonomi. Manajer bertanggung jawab dalam merekrut
perawat (Swanburg, 2000).
Peran kepala ruangan dalam ketenagaan meliputi perencanaan untuk
keperluan ketenagaan selanjutnya dan perubahan di dunia keperawatan. Kepala
ruangan bertanggung jawab dalam penyusunan sistem kepegawaian (Gillies,
2000). Kepala ruangan sangat berperan dalam penjadwalan, pengembangan
perawat, sosialisai perawat, mengadakan pelatihan untuk perawat (Marquis dan
Huston, 2010).
2.2.1.2 Tingkat Ketergantungan Pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan teori Orem (self care defisit)
klasifikasi yang terdiri dari 3 kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan yaitu
a. Total care
Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawat lebih lama. Pasien tidak sadarkan diri/tidak stabil, gangguan jiwa berat,
observasi tanda-tanda vital sering/kontnyu, luka bakar luas, menggunakan alat
bantu pernafasan.
b. Partial Care
Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian, pasca operasi minor(24
jam), melewati fase akut pasca operasi mayor, fase awal penyembuhan, observasi
tanda-tanda vital setiap 4 jam, dan gangguan emosional ringan.
c. Minimal care
Pasien bisa mandiri/ hampir tidak memerlukan bantuan, status psikologis
stabil, operasi ringan, dan pasien dirawat untuk prosedur diagnostik.
2.2.1.3 Perhitungan Kebutuhan Tenaga Keperawatan
Perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan dilakukan dengan
mengidentifikasi semua pasien kelolaan berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien yaitu ketergantungan total, parsial, dan mandiri. Kemudian menghitung
kebutuhan jam perawatan, yaitu menjumlahkan jam perawatan langsung, tidak
langsung, dan jam penyuluhan. Perhitungan jam perawatan langsung dengan
menjumlahkan jam dari pasien dengan ketergantungan total dikali 6 jam, pasien
dengan ketergantungan parsial dikali 4 jam, dan pasien dengan ketergantungan
mandiri dikali 2 jam. Perhitungan jam perawatan tidak langsung dengan
mengalikan jumlah pasien total dengan waktu 35 menit. Perhitungan jam
penyuluhan dengan mengalikan jumlah pasien total dengan waktu 15 menit.
Setelah total jumlah jam perawatan didapatkan, kemudian mencari jumlah
kebutuhan perawat per 24 jam dengan mambagi jumlah jam perawatan dengan
jam kerja perawat/hari. Selanjutnya membagi perawat pershift, dimana shift pagi
didapatkan dengan jumlah perawat per 24 jam dikali 47%, shift sore didapatkan
dengan jumlah perawat per 24 jam dikali 35%, dan shift malam didapatkan
dengan jumlah perawat per 24 jam dikali 17%.
FAKTA DI RUANG DAHLIA II:
Pagi (P)= 1 Karu, 2 Katim, 4 orang perawat pelaksana
Siang (S) = 3 perawat pelaksana
Malam (M) = 2 perawat pelaksana
B. PERGERAKAN
2.2.3.1 Komunikasi
Beberapa bentuk komunikasi diruangan menurut (Keliat,2000) antara lain operan,
pre conference, middle conference, dan postconference:
a. Operan
Operan adalah teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu
yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima antara
shift pagi, sore dan malam. Operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh
kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam laangsung
dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam.
b. Pre Conference
Komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan yang
dipimpin oleh katim atau penganggung jawab tim. Isi dari pre conference
adalah rencana tiap perawat dan tambahan rencana katim atau pj tim.
c. Middle Conference
Merupakan komunikasi katim dengan perawat pelaksana tentang
perkembangan sementara masing-masing pasien keloaan dengan tindakan apa
saja yang sudah dilakukan dan tindakan apa yang belum dilakukan serta
hambatannya, di mana dilakukan pada pertengahan shift.
d. Post Conference
Post conference yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil
kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan.
FAKTA DI DAHLIA II:
Tabel 3.11 Hasil Observasi Pelaksanaan Operan di Ruang Dahlia II pada 9 Mei
2016
No Aspek Laporan Dilaksanakan Tidak
Dilaksanakan
1 Menyiapkan buku laporan shift 
2 Membaca laporan shift sebelumnya 
3 Kepala ruang / kepala tim memberi 
salam dan menyampaikan akan segera
dilakukan operan
4 Kegiatan dimulai dengan menyebut dan 
mengidentifikasi satu persatu :
d. Identitas klien (nama, alamat dan
nomer registrasi)
e. Jelaskan diagnose medis
f. Jelaskan diagnose keperawatan
sesuai data fokus
5 Menjelaskan kondisi/ keadaan umum 
pasien
6 Menjelaskan tindakan keperawatan yang 
telah dan belum dilakukan
7 Menjelaskan hasil tindakan : masalah 
teratasi sebagian, belum teratasi atau
muncul masalah baru
8 Menjelaskan secara singkat dan jelas 
rencana kerja dan tindak lanjut
mandiri/kolaburasi
9 Memberikan anggota tim yang 
menerima operan untuk klarifikasi
10 Perawat yang menerima operan 
mencatat hal-hal yang penting pada buku
catatan harian
11 Melakukan prosedur 1-8 untuk pasien 
berikutnya sampai seluruh pasien
dioperkan
12 Perawat yang mengoperkan 
menyerahkan semua berkas catatan
kepada tim yang akan menjalankan tugas
selanjutnya
13 Kepala ruang kembali ke nurse station, 
berdoa bersama yang dipimpin oleh
kepala ruang/kepala tim
14 Mengucap salam dan mengucapkan 
selamat istirahat bagi anggota tim yang
sebelumnya dan mengucapkan selamat
bekarja bagi tim berikutnya

Tabel 3.12 Hasil Observasi Pelaksanaan Pre Conference di Ruang Dahlia II pada
9 Mei 2016
No Tugas Dilaksanakan Tidak
Dilaksanakan
1 Menyiapkan buku laporan shift 
2 Kepala ruang/ketua tim memberi salam 
dan menyampaikan akan segera
dilakukan pre conference
3 Kepala ruangan/ketua tim memberi 
salam dan mengidentifikasi satu persatu:
d. Identitas klien
e. Diagnose medis
f. Diagnose keperawatan
4 Menjelaskan keadaan umum klien 
5 Menjelaskan tindakan keperawatan yang 
akan dilakukan
6 Menjelaskan rencana tindak lanjut 
7 Mendiskusikan ulang tentang masalah 
yang sulit dipahami
8 Anggota tim mendengarkan dengan 
penuh perhatian
9 Kepala ruangan atau ketua tim 
menekankan hal-hal yang harus
diperhatikan
Tabel 3.13 Hasil Observasi Pelaksanaan Middle Conference di Ruang Dahlia II
pada 9 Mei 2016
No Tugas Dilaksanakan Tidak
dilaksanakan
1 Menyiapkan buku laporan shift 
2 Kepala ruang/ketua tim memberi salam 
dan menyampaikan akan segera
dilakukan middle conference
3 Kegiatan dimulai dengan menyebutkan 
dan mengidentifikasi :
g. Identitas klien
h. Diagnosa medis
i. Diagnosa keperawatan
4 Menjelaskan perkembangan pasien 
kelolaan
5 Menjelaskan tindakan keperawatan yang 
telah dilakukan dan belum di lakukan
6 Menjelaskan rencan tindak lanjut 
7 Mendiskusikan ulang tentang masalah 
yang tidak dipahami
8 Anggota tim mendengarkan dengan 
penuh perhatian
9 Kepala ruang atau ketua tim mencatat 
hasil diskusi
10 Kepala ruang atau ketua tim memberi 
kesimpulan dari diskusi yang telah
dilakukan
11 Kepala ruang atau ketua tim memberi 
petunjuk pelaksanaan berikutnya

Tabel 3.14 Hasil Observasi Pelaksanaan Post Conference di Ruang Dahlia II pada
9 Mei 2016
No Tugas Dilaksanakan Tidak
Dilaksanakan
1 Menyiapkan buku laporan sift 
2 Kepala ruang/ketua tim memberi salam 
dan menyampaikan akan segera
dilakukan post conference
3 Ketua Tim melaporkan perkembangan 
pasien kelolaannya :
g. Identitas klien
h. Diagnosa medis
i. Diagnosa keperawatan
j. Tindakan keperawatan yang
sudah dilakukan dan hasilnya
k. Rencana tindak lanjut
l. Mesalah yang dihadapi
4 Mendiskusikan ulang tentang maslah 
yang sulit dihadapi
5 Anggota tim mendengarkan dengan 
penuh perhatian
6 Kepala ruang atau ketua tim memberikan 
kesimpulan

C. PENGONTROLAN
TEORI: Pengontrolan/Pengawasan juga diartikan sebagai suatu usaha sistematik
untukmenetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang
sistem informasi timbal balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar
yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan
penyimpangan, serta mengambil tindakan yang digunakan dengan cara paling
efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Mockler, 2002).
Supervisi
Menurut Thora Kron (1987), supervisi adalah merencanakan,
mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki,
mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan
sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap perawat dapat memberikan asuhan
keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh
sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dari perawat.
Fungsi Supervisi
1. Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan
mengorganisir proses pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut
pelaksanaan kebijakan pelayanan keperawatan tentang standar asuhan yang
telah disepakati.
2. Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki factor-
factor yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan.
3. Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan,
menstimuli, dan mendorong ke arah peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
4. Fungsi supervisi adalah membantu (assisting), memberi support (supporting)
dan mangajak untuk diikutsertakan (sharing).

DI RUANG DAHLIA
Dengan data pendukung
No Supervisi Dilakukan Tidak
Dilakukan
1 Mengecek pekerjaan setiap personil, 
dapat mengarahkan, instruksi,
mengoreksi, atau memberikan latihan
sesuai kebutuhannya
2 Mengecek kembali pekerjaan personil 
dan kenyamana kerja, terutama untuk
personil baru
3 Berjaga-jaga ditempat apabila ada 
pertanyaan, permintaan bantuan atau
hal-hal yang terkait
4 Mendeteksi dan mencatat masalah 
yang muncul pada saat itu dan
mencari cara menyelesaikannya
5 Mengecek kembali kecukupan 
alat/fasilitas/sarana prasarana sesuai
kondisi operasional
6 Menyiapkan dan melaporkan secara 
rutin mengenai pekerjaan

TEORI:
EVALUASI
Penilaian Mutu Pelayanan Keperawatan
1. Audit Struktur (Input)
Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) mengatakan bahwa struktur
merupakan masukan (input) yang meliputi sarana fisik perlengkapan/peralatan,
organisasi, manajemen, keuangan, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
dalam fasilitas keperawatan. Baik tidaknya struktur sebagai input dapat diukur
dari jumlah besarnya mutu, mutu struktur, besarnya anggaran atau biaya, dan
kewajaran. Penilaian juga dilakukan terhadap perlengkapan-perlengkapan dan
instrumen yang tersedia dan dipergunakan untuk pelayanan. Selain itu pada aspek
fisik, penilaian juga mencakup pada karakteristik dari administrasi organisasi dan
kualifikasi dari profesi kesehatan. Aspek dalam komponen struktur dapat dilihat
melalui :
a. Fasilitas, yaitu kenyamanan, kemudahan mencapai pelayanan dan keamanan
b. Peralatan, yaitu suplai yang adekuat, seni menempatkan peralatan
c. Staf, meliputi pengalaman, tingkat absensi, ratarata turnover, dan rasio pasien-
perawat
d. Keuangan, yaitu meliputi gaji, kecukupan dan sumber keuangan.

2. Proses (Process)
Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) menjelaskan bahwa pendekatan
ini merupakan proses yang mentransformasi struktur (input) ke dalam hasil
(outcome). Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh
tenaga kesehatan (perawat) dan interaksinya dengan pasien.
Dalam kegiatan ini mencakup diagnosa, rencana perawatan, indikasi
tindakan, prosedur dan penanganan kasus. Dengan kata lain penilaian dilakukan
terhadap perawat dalam merawat pasien. Dan baik tidaknya proses dapat diukur
dari relevan tidaknya proses bagi pasien, fleksibelitas/efektifitas, mutu proses itu
sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya, dan kewajaran (tidak
kurang dan tidak berlebihan). Tappen (1995) juga menjelaskan bahwa pendekatan
pada proses dihubungkan dengan aktivitas nyata yang ditampilkan oleh pemberi
pelayanan keperawatan.. Penilaian dapat melalui observasi atau audit dari
dokumentasi.
3. Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat terhadap
pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik
positif maupun negatif. Sehingga baik tidaknya hasil dapat diukur dari derajat
kesehatan pasien dan kepuasan pasien terhadap pelayanan perawatan yang telah
diberikan (Donabedian, 1987 dalam Wijono 2000).
Sedangkan Tappen (1995) menjelaskan bahwa outcome berkaitan dengan
hasil dari aktivitas yang diberikan oleh petugas kesehatan. Hasil ini dapat dinilai
dari efektifitas dari aktivitas pelayanan keperawatan yang ditentukan dengan
tingkat kesembuhan dan kemandirian. Sehingga dapat dikatakan bahwa fokus
pendekatan ini yaitu pada hasil dari pelayanan keperawatan, dimana hasilnya
adalah peningkatan derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien.

Audit Dokumentasi Keperawatan


TEORI:
Adalah suatu proses analisa data yang menilai tentang proses
keperawatan/hasil asuhan keperawatan pada pasien untuk mengevaluasi kelayakan
dan keefektifan tindakan keperawatan akan bertanggung jawab hal ini akan
meningkatkan akuntabilitas dari perawat.
Tujuan Audit Keperawatan
• Mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan
• Menetapkan kelengkapan dan keakuratan pencatatan asuhan keperawatan.
Manfaat Audit Keperawatan
1. Administrator
Memberikan evaluasi program tertentu
Mendukung permintaan untuk akreditasi
Melandasi perencanaan program baru oleh perubahan
Memungkinkan identifikasi kekuatan dan kelemahan
Menentukan pengaruh pola ketenagaan
Sebagai data pengkajian efisiensi
2. Supervisor
Mengidentifikasi area asuhan keperawatan yang diperlukan
Memberikan landasan rencana diklat
Mengidentifikasi kebutuhan pengawasan bagi perawat pelaksana.
3. Kepala Ruangan dan Perawat Pelaksana
Introspeksi dan evaluasi diri
Identifikasi jenis asuhan keperawatan
Identifikasi kebutuhan tambahan pengetahuan

Keselamatan Pasien
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi:
assesmen resiko, idenifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan
yang seharusnya dilakukan (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia,
Nomor 1691/Menkes/Per/VIII/2011, Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit).
Tujuan Program Keselamatan Pasien
Menurut Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS), tujuan
program keselamatan pasien di rumah sakit antara lain:
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan
3. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
masyarakat pengulangan kejadian tidak diharapkan
Tujuh Langkah Keselamatan Pasien
Komite Keselamatan Pasien yang dibentuk Persatuan Rumah Sakit Indonesia
(PERSI) yang juga disupervisi oleh Departemen Kesehatan tahun 2008
mencanangkan tujuh langkah keselamatan pasien yang harus dijalankan di tiap
rumah sakit, antara lain adalah :
1. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, ciptakan kepemimpinan
dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Pimpin dan dukung staf. Bangunlah komitmen dan fokus yang kuat dan
jelas tentang keselamatan pasien.
3. Integrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Kembangkan sistem dan
4. Kembangkan sistem pelaporan. Pastikan staf agar dengan mudah dapat
melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada KKP-RS.
5. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Kembangkan cara-cara proses
pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi dan asesmen hal yang
potensial bermasalah
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Dorong staf
untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengapa kejadian itu timbul.
7. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Gunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan komunikasi yang terbuka
dengan pasien.

Enam Sasaran Keselamatan Pasien


Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan disemua
rumah sakit yang diakreditasi oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
1. Sasaran I : Ketepatan Identifikasi Pasien
Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi
dihampir semua aspek/tahapan diagnosis dan pengobatan. Maksud sasaran ini
adalah untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu : pertama, untuk identifikasi
pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; kedua,
untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut.
Kebijakan dan/atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk
memperbaiki proses identifikasi, khususnya pada proses untuk mengidentifikasi
pasien ketika pemberian obat, darah, atau produk darah; pengambilan darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis; atau pemberian pengobatan atau tindakan
lain. Kebijakan dan / atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara untuk
mengidentifikasi seorang pasien , seperti nama pasien, nomor rekam medis,
tanggal lahir gelang identitas pasien, dan lain – lain. Nomor kamar pasien atau
lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi. Kebijakan dan/ atau prosedur juga
menjelaskan penggunaan dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di rumah
sakit, seperti pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang operasi
termasuk identifikasi pada pasien koma tanpa identitas. Suatu proses kolaboratif
digunakan untuk mengembangkan kebijakan dan/ atau prosedur agar dapat
memastikan semua kemungkinan situasi unutuk dapat diidentifikasi.
2. Sasaran II : Peningkatan Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas,dan yang
dipahami oleh pasien, akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien. Komunikasi dapat berbentuk elektronik, lisan, atau tertulis.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah
diberikan secara lisan atau melalui telpon. Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti
melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telpon ke unit pelayanan.
Rumah Sakit secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan /
atau prosedur untuk perintah lisan dan telpon. Kebijakan dan / atau prosedur juga
menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read
back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat
di IGD atau ICU.
3. Sasaran III : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai (High
Alert)
Bila obat-obatan menjadi bagian dari rencana pengobatan pasien,
manajemen harus berperan secara kritis untuk memastikan keselamatan pasien.
Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high alert medication) adalah obat yang
sering menyebabkan terjadi kesalahan / kesalahan serius (sentinel event), obat
yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse event)
seperti obat-obatan yang terlihat mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip/
NORUM), obat-obatan yang sering disebutkan dalam isu keselamatan pasien
adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja (misalnya, kalium
klorida 2meq/ml atau yang lebih pekat, kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat
dari 0,9%, dan magnesium sulfat (50% atau lebih pekat). Kesalahan ini bisa
terjadi bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan baik di unit pelayanan
pasien, atau bila perawat kontrak tidak diorientasikan terlebih dahulu sebelum
ditugaskan, atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk
mengurangi atau mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan
proses pengelolaan obat-obatan yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan
elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi. Rumah Sakit secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan / atau prosedur untuk membuat
daftar obat-obat yang perlu di waspadai berdasarkan data yang ada di rumah sakit.
4. Sasaran IV : Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur, Tepat Pasien Operasi
Salah lokasi, salah prosedur, pasien salah pada operasi adalah sesuai yang
menghawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah
akibat dari komunikasi yang tidak efektif atau yang tidak adekuat antara anggota
tim bedah, kurang/tidak melibatkan pasien di dalam penandaan lokasi operasi (site
marking), dan tidak ada prosedur untuk verifikasi lokasi operasi. Disamping itu
asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan catatan medis tidak adekuat,
budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah,
permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca dan
pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering terjadi.
Penandaan lokasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan pada tanda yang mudah
dikenali. Tanda itu harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus
dibuat oleh operator / orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan pada
saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat
akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur(jari tangan, jari kaki, lesi) atau multivel level (tulang
belakang).
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk :
1. Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2. Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil
3. Melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan / pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dengan baik, dan dipampang atau
implant yang dibutuhkan.
2. Sasaran V : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam
tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi
psasien maupun para profesional pelayanan kesehatan. Infeksi biasanya dijumpai
dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi
pada aliran darah (blood stream infections) dan pneumonia (seringkali
dihubungkan dengan ventilasi mekanis). Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun
infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. Rumah sakit
mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan / atau
prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang
diterima secara umum dan untuk implementasi petunjuk itu di rumah sakit.

3. Sasaran VI : Pengurangan Risiko Jatuh


Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien
rawat inap. Dalam konteks populasi / masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol,
gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien.

FAKTA DI DAHLIA II:


1. Kurang adanya supervisi penerapan SOP Keperawatan terutama perawatan
SOP pengambilan darah vena.
2. Kurangnya penerapan SOP pencegahan infeksi nosokomial kurang efektif
(kurang optimalnya kebiasaan 5 momen untuk cuci tangan)

Data pendukung
Berdasarkan observasi pelaksanaan 5 moment for Hand Hygiene di Ruang
Dahlia II sudah dilaksanakan, tetapi belum optimal dibuktikan sebanyak 40%
perawat cuci tangan dan 60% perawat tidak cuci tangan sebelum menyentuh
pasien, 90% perawat cuci tangan dan 10% perawat tidak cuci tangan sebelum
melakukan prosedur/tindakan infasif, 100% perawat cuci tangan setelah
menyentuh cairan tubuh pasien yang beresiko, 60% perawat cuci tangan dan 40%
perawat tidak cuci tangan setelah menyentuh pasien pasien, 10% perawat cuci
tangan dan 90% perawat tidak cuci tangan setelah menyentuh lingkungan pasien.

Kurang Identifikasi Pasien Risiko Jatuh


Berdasarkan hasil observasi resiko pasien jatuh ada 10 di karenakan
terdapat side rail yang kondisinya sudah tidak baik dan tidak ada pemasangan
gelang identitas resiko jatuh sebagai identifikasi pasien resiko jatuh.
Menurut sasaran VI keselamatan pasien yaitu pengurangan risiko jatuh,
jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab cedera bagi pasien rawat
inap. Dalam konteks populasi / masyarakat yang dilayani, pelayanan yang
disediakan, dan fasilitasnya, rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
Evaluasi bisa termasuk riwayat jatuh, obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol,
gaya jalan dan keseimbangan, serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh
pasien. Pasien yang dirawat di ruang dahlia pada tanggal 9 Mei 2016 dengan
tingkat ketergantungan 20 parsial, 6 mandiri dan 2 total memiliki risiko jatuh
tetapi tidak terdapat identitas resiko jatuh pada gelang identitas pasien dan tidak
terdapat pengkajian resiko jatuh pada status dokumentasi pasien. Resiko pasien
jatuh ada 10 pasien di karenakan terdapat side rail yang kondisinya sudah tidak
baik dan tidak ada pemasangan gelang untuk pasien yang resiko jatuh.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Ruang Dahlia II merupakan instalasi rawat inap RSUD Ngudi Waluyo
yang memberikan pelayanan pada pasien dengan kasus penyakit dalam khusus
kelas 3. Metode dalam pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah
metode tim modifikasi yang terdiri dari 2 tim. Fungsi manajemen keperawatan
pun juga dilaksanakan oleh kepala ruang dan kedua tim, namun setelah dilakukan
pengkajian dan diidentifikasi terdapat beberapa masalah pada fungsi manajemen
kelima yaitu evaluasi sasaran keselamatan pasien antara lain kurang optimalnya
penerapan identifikasi pasien dalam resiko jatuh, pencegahan infeksi nosokomial
kurang efektif (kurang optimalnya kebiasaan 5 momen untuk cuci tangan), dan
kurang ketidakpatuhan dalam pengambilan darah vena.

5.2 Saran
Diharapkan alternatif penyelesaian tersebutdapat menjadi masukan untuk
meningkatkan keefektifan pemberian pelayanan asuhan keperawatan sehingga
cuci tangan 6 langkah dan five moment terlaksana dengan benar dan tidak timbul
masalah infeksi nosokomial, selain itu pengidentifikasian pasien dalam pemberian
obat dilakukan dengan tepat sehingga tidak menimbulkan KTD akibat kesalahan
pemberian obat, serta identifikasi risiko jatuh dilakukan secara dini agar tidak
menimbulkan KTD akibat cedera karena jatuh.
Untuk mengoptimalkan alternatif penyelesaian masalah pencegahan
infeksi nosokomial kurang efektif (kurang optimalnya kebiasaan 5 momen untuk
cuci tangan)sebaiknya dipertahankan dilakukannya pembacaan SOP tentang cuci
tangan 6 langkah dan 5 momen untuk cuci tangan setiap preconference dinas pagi,
memberikan motivasi untuk setiap perawat dalam pembiasaan cuci tangan,
masing-masing perawat sebaiknya saling mengingatkan kepala satu sama lain
untuk cuci tangan 6 langkah dan 5 momen untuk cuci tangan, dan kepala ruangan
mengadakan supervisi atau tindakan cuci tangan. Untuk mengoptimalkan
alternatif penyelesaian masalah kurang optimalnya penerapan identifikasi pasien
dalam pemberian obat, sebaiknya dipertahankan dilakukannya memotivasi
perawat untuk rutin melakukan pengidentifikasian pasien sebelum memberikan
obat dengan 6 Benar dan mengadakan supervisi tentang ketepatan
pengidentifikasian pasien. Sedangkan untuk mengoptimalkan alternatif
penyelesaian masalah kurang identifikasi pasien risiko jatuh, sebaiknya
dipertahankan dilakukannya memotivasi perawat untuk rutin melakukan
pengkajian risiko jatuh setiap ada pasien baru dengan pengkajian risiko jatuh
Morse serta tetap menyediakan lembar pengkajian morse fall risk dan
mencantumkan dalam status dokumentasi pasien.

Anda mungkin juga menyukai