Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
MANAJERIAL

3 SKS

KONSEP ANALYTIC HIERARCHY PROCESS ( AHP)

SEBAGAI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Fakultas : Bisnis & Ilmu Sosial Tatap Muka Kode Mata Kuliah : 31711Z6AA-Zoom
2023 Pengambilan Keputusan Manajerial
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
1 Manajemen
Program Studi : Sarjana ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd
10 Disusun Oleh : Abdul Azis,http://www.undira.ac.id
S.E., M.M. CT, CHt, CHtED
ABSTRAK

AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas
L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi
kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki didefinisikan
sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur
multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria,
dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah
yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur
menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan
sistematis. (Syaifullah:2010).

TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa diharapkan mampu memahami konsep AHP sebagai pengambilan keputusan

TOPIK
1. Konsep Dasar Analytic Hierarchy Process (AHP)
2. Manfaat AHP
3. Cara Menggunakan AHP

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
2 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
A. Konsep Dasar Analytic Hierarchy Process (AHP)

AHP dikembangkan di Wharton School of Business oleh Thomas Saaty pada tahun
1970-an. Pada saat itu Saaty merupakan profesor di Wharton School of Business. Pada
tahun 1980, Saaty akhirnya mempublikasikan karyanya tersebut dalam bukunya yang
berjudul Analytic Hierarchy Process.
AHP kemudian menjadi alat yang sering digunakan dalam pengambilan keputusan
karena AHP berdasarkan pada teori yang merefleksikan cara orang berpikir. Dalam
perkembangannya, AHP dapat digunakan sebagai model alternatif dalam menyelesaikan
berbagai macam masalah, seperti memilih portofolio dan peramalan.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering menghadapi kondisi untuk melakukan
pengambilan keputusan dengan segera. Umumnya kita juga telah memikirkan beberapa
alternatif solusi, dengan berbagai argumen pro dan kontra seperti yang diilustrasikan pada
Gambar 1. AHP dapat memfasilitasi evaluasi pro dan kontra tersebut secara rasional.
Dengan demikian, AHP dapat memberikan solusi yang optimal dengan cara yang
transparan melalui:
1. Analisis keputusan secara kuantitatif dan kualitatif
2. Evaluasi dan representasi solusi secara sederhana melalui model hirarki
3. Argumen yang logis
4. Pengujian kualitas keputusan
5. Waktu yang dibutuhkan relatif singkat.

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
3 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
Gambar 1
llustrasi Kendala Pengambilan Keputusan

Gambar 2
Hirarki Keputusan

Goal

Objectives

Sub-objectives

Alternatif

Secara detil, terdapat tiga prinsip dasar AHP, yaitu (Saaty, 1994):
1. Dekomposisi (Decomposition)
Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition, yaitu
memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya.

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
4 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
2. Penilaian Komparasi (Comparative Judgment)
Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada
suatu tingkat tertentu yang berkaitan dengan tingkat di atasnya.

3. Penentuan Prioritas (Synthesis of Priority)


Dari setiap matriks pairwise comparison dapat ditentukan nilai eigenvector
untuk mendapatkan prioritas daerah (local priority). Oleh karena matriks pairwise
comparison terdapat pada setiap tingkat, maka global priority dapat diperoleh
dengan melakukan sintesa di antara prioritas daerah.

B. Manfaat AHP
Fokus AHP adalah pencapaian tujuan yang akan menghasilkan keputusan yang
rasional. Keputusan yang rasional didefinisikan sebagai keputusan terbaik dari berbagai
tujuan yang ingin dicapai oleh pembuat keputusan. Kunci utama keputusan yang rasional
tersebut adalah tujuan, bukan alternatif, kriteria, atau atribut.
AHP merupakan sebuah metode sistematis untuk membandingkan seperangkat
tujuan atau alternatif. Dalam hal ini, AHP merupakan proses perumusan kebijakan yang
powerful dan fleksibel dalam menentukan prioritas, membandingkan alternatif dan
membuat keputusan yang terbaik ketika pengambil keputusan harus mempertimbangkan
aspek kuantitatif dan kualitatif. AHP mengurangi kerumitan suatu keputusan menjadi
rangkaian perbandingan satu-satu, kemudian mensistesis hasil perbandingan tersebut.
Dengan demikian, AHP tidak hanya bermanfaat dalam pembuatan keputusan yang terbaik
tetapi juga memberikan dasar yang kuat bahwa keputusan tersebut merupakan keputusan
yang terbaik
C. Cara Menggunakan AHP
Berikut ini akan diberikan contoh penerapan AHP dalam proses pengambilan
keputusan:

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
5 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
Di tahun 2006, Pemerintah Kabupaten Pare-pare bermaksud untuk meningkatkan
pelayanan terhadap masyarakatnya. Salah satu upaya yang dilakukan Pemerintah adalah
mendirikan beberapa fasilitas umum, seperti jalan; gedung olahraga; dan pasar. Oleh
karena itu, Pemerintah perlu mempertimbangkan beberapa kriteria untuk membangun
fasilitas umum, antara lain: manfaat dari fasilitas umum, perawatan dari fasilitas umum,
dan partisipasi masyarakat. Dalam pengambilan keputusan ini, Pemerintah perlu
menentukan peringkat dari berbagai kriteria dan alternatif yang ada agar dapat mengetahui
kriteria dan alternatif terpenting.
Sebagaimana langkah yang dijelaskan oleh Saaty (2001), metode AHP dapat
digunakan untuk membantu Pemerintah Kabupaten Pare-pare dalam pengambilan
keputusan ini dengan cara sebagai berikut.
1. Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif keputusan
a. Tujuan: Membangun fasilitas umum
b. Kriteria: Manfaat, perawatan, dan partisipasi masyarakat
c. Alternatif: Jalan, gedung olahraga, dan pasar

2. Membuat “pohon hierarki” (hierarchical tree) untuk berbagai kriteria dan alternatif
keputusan
Membangun
Fasilitas Umum

Manfaat Perawatan Partisipasi Masyarakat

jalan jalan jalan

gedung olahraga gedung olahraga gedung olahraga


pasar pasar pasar

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
6 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
3. Kemudian dibentuk sebuah matriks pair wise comparison, misalnya diberi nama
matriks A. Angka di dalam baris ke-i dan kolom ke-j merupakan relative
importanceAi dibandingkan dengan Aj. Digunakan skala 1–9 yang diinterpretasikan
sebagai berikut:
a. aij = 1 jika kedua kriteria sama pentingnya
b. aij = 3 jika Oi sedikit lebih penting dibandingkan Oj
c. aij = 5 jika Oi lebih penting dibandingkan dengan Oj
d. aij = 7 jika Oi sangat lebih penting dibandingkan Oj
e. aij = 9 jika Oi mutlak lebih penting dibandingkan Oj.
f. aij = 2 jika Oi antara sama dan sedikit lebih penting dibandingkan Oj.
g. aij = 4 jika Oi antara sedikit lebih dan lebih penting dibandingkan Oj.
h. aij = 6 jika Oi antara lebih dan sangat lebih penting dibandingkan Oj.
i. aij = 8 jika Oi antara sangat lebih dan mutlak lebih penting dibandingkan Oj.
j. aij = 1/3 jika Oj sedikit lebih penting dibandingkan Oi, dan seterusnya.

Kemudian diperoleh matriks sebagai berikut:

Matriks Pairwise Comparison untuk Kriteria


Manfaat Perawatan Partisipasi Masyarakat

Manfaat 1/1 4/1 2/1


Perawatan 1/4 1/1 1/3
Partisipasi Masyarakat 1/2 3/1 1/1

1/2  nilai 1 untuk partisipasi masyarakat dan nilai 2 untuk manfaat.

1/2 artinya kriteria manfaat dipandang lebih penting daripada kriteria


partisipasi masyarakat dalam pembangunan fasilitas umum.

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
7 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
Matriks Pairwise Comparison untuk Kriteria

(Dalam bentuk decimal)

Manfaat Perawatan Partisipasi Masyarakat

Manfaat 1,00 4,00 2,00


Perawatan 0,25 1,00 0,33
Partisipasi Masyarakat 0,50 3,00 1,00

4. Membuat peringkat prioritas dari matriks pairwise dengan menentukan


eigenvector, yaitu:

a. Menguadratkan matriks pairwise (dalam bentuk desimal)

1,00 4,00 2,00 1,00 4,00 2,00


0,25 1,00 0,33 x 0,25 1,00 0,33
0,50 3,00 1,00 0,50 3,00 1,00

(1,00x1,00) + (4,00x0,25) + (2,00x0,50) = 3,00

3,00 14,00 5,32


0,67 2,99 1,16
1,75 8,00 2,99

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
8 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
Perbedaan eigenvector (1) dan eigenvector (2):

5. Membuat peringkat alternatif dari matriks pairwise masing-masing alternatif dengan


menentukan eigenvector setiap alternatif. Cara yang digunakan sama ketika
membuat peringkat prioritas di atas.

A. Matriks pairwise comparisons masing-masing alternatif

Matriks Pairwise Comparison untuk Alternatif

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
9 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
B. Nilai eigenvector masing-masing alternatif

C. Peringkat alternatif
Peringkat alternatif dapat ditentukan dengan mengalikan nilai
eigenvector alternatif dengan nilai eigenvector kriteria sebagai berikut:

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
10 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
Hasil-hasil dari metode AHP di atas dapat digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Pare-
pare sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil di atas,
Pemerintah Kabupaten Pare-pare akan lebih mengutamakan pembangunan jalan dibandingkan
dua pilihan alternatif lainnya (gedung olahraga dan pasar). Sehingga, rencana pembangunan
fasilitas umum dapat terlaksana dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat Pare-pare.

D. Penggunaan AHP untuk Hasil Survai


Apabila kita ingin melakukan metode AHP untuk jumlah sampel sampel yang
relatif besar,maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut (Forman dan
Sally, 2001):
1. Perhitungan rata-rata geometrik (geometric mean)
Berdasarkan skor jawaban seluruh responden, rata-rata geometrik setiap pasangan
yangdibandingkan kemudian dikalkulasi berdasarkan formula berikut.

Keterangan:
Log G: logaritma rata-rata geometrik
xi : nilai dari jawaban responden i
n: jumlah responden

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
11 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
Perhitungan rata-rata geometrik tersebut dilakukan untuk pairwise comparison
setiap responden.

2. Penyusunan prioritas
Selanjutnya, rata-rata geometrik setiap pasangan pilihan menjadi skor yang
digunakan dalam penyusunan prioritas seperti langkah-langkah yang telah dijelaskan di
atas.
E. Konsistensi Jawaban
Idealnya, setiap orang menginginkan keputusan yang konsisten. Meskipun demikian,
banyak kasus dimana kita tidak dapat mengambil keputusan yang perfectly consistent.
Dalam penggunaan AHP, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan
respondenmemberikan jawaban yang tidak konsisten, yaitu:
1. Keterbatasan informasi
Apabila subjek yang melakukan perbandingan dalam AHP memiliki keterbatasan
informasi mengenai faktor-faktor yang diperbandingkan, maka penilaian yang mereka
berikat cenderung akan bersifat acak (random) sehingga memberikan rasio
inkonsistensi yang tinggi.
2. Kurang konsentrasi
Kurang konsentrasi pada saat memberikan penilaian atau tidak tertarik pada topik
analisis juga dapat menyebabkan hasil penilaian yang tidak konsisten.
3. Ketidakkonsistenan dalam dunia nyata
Dalam dunia nyata, banyak kasus yang menunjukkan ketidakkonsistenan.
4. Struktur model yang kurang memadai
Secara ideal, keputusan yang kompleks disusun secara hirarkis sehingga faktor
yang diperbandingkan tersebut merupakan pilihan yang berada pada level yang sama
atau memiliki elemen yang setara (comparable). Namun pada praktiknya kita sering
membandingkan suatu faktor dengan faktor lain yang levelnya berbeda atau bukan

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
12 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
merupakan pilihan yang comparable.
F. Perhitungan Rasio Konsistensi
Semakin besar rasio konsistensi, semakin tidak konsisten Rasio konsistensi yang
acceptable adalah kurang dari atau sama dengan 10 persen, meskipun dalam kasus
tertentu rasio konsistensi yang lebih besar dari 10 persen dapat dianggap acceptable
(Forman dan Selly, 2001).
Untuk mengetahui apakah hasil penilaian bersifat konsisten, maka beberapa
langkah untuk menghitung rasio inkonsitensi untuk menguji konsistensi penilaian.
Sebagai contoh, misalnya kita memiliki matriks PERBANDINGAN berikut.

Kemudian diperoleh nilai eigenvector sebagai berikut (kita sebut matriks PRIORITAS

1. Menentukan vektor jumlah tertimbang (weighted sum vector)


Hal ini dilakukan dengan mengalikan baris pertama matriks PRIORITAS dengan kolom
pertama matriks PERBANDINGAN, kemudian baris kedua matriks PRIORITAS
dikalikan dengan kolom kedua matriks PERBANDINGAN, dan terakhir adalah
mengalikan baris ketiga matriks PRIORITAS dengan kolom ketiga matriks
PERBANDINGAN. Kemudian hasil perkalian tersebut dijumlahkan untuk setiap baris
atau secara mendatar sebagai berikut.

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
13 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
2. Menghitung Vektor Konsistensi (VK)
Langkah selajutnya adalah membagi masing-masing elemen VJT dengan masing-
masing elemen matriks PRIORITAS.

3. Menghitung Lambda dan Indeks Konsistensi


Lambda (λ) adalah nilai rata-rata Vektor Konsistensi. Dalam kasus di atas:

Formula untuk menghitung Indeks Konsistensi adalah:

Dimana n adalah jumlah faktor yang sedang dibandingkan. Dalam hal ini, n=3. Hasil
kalkulasi IK adalah sebagai berikut.

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
14 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
4. Perhitungan Rasio Konsistensi
Rasio Konsistensi merupakan Indeks Konsistensi dibagi dengan Indeks Random/Acak
(IR).

Indeks Random adalah fungsi langsung dari jumlah alternatif atau sistem yang sedang
diperbandingkan. Indeks Random disajikan pada Tabel 1.

Pada contoh di atas, jumlah alternatif yang diperbandingkan sebanyak 3 (n=3)


sehingga Indeks Random yang digunakan adalah 0,58. Dengan demikian,

Rasio konsistensi hasil penilaian di atas bernilai kurang dari 10 persen, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil penilaian tersebut konsisten. Prosedur tersebut dapat
dilakukan untuk setiap pasangan alternatif.

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
15 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id
DAFTAR PUSTAKA

Forman, Ernest H. and Mary Ann Selly, 2001, Decision by Objectives.

Koch et al., 1997, “A Pilot Study on Transplant Eligibility Criteria,” Pediatric Nursing:160-
162. LPEM-FEUI dan PSEKP UGM, 2004, Reformulasi Dana Alokasi Umum,
Laporan Akhir.

Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (PPE-
FE-UGM), 2006, “Modul Pelatihan”, District and Provincial Economic Development
Training.

Saaty, T.L., 1994, Fundamentals of Decision Making and Priority Theory with the
AnalyticHierarchy Process, RWS Publications, Pittsburgh PA., 1994, p337.

Saaty, T.L. dan Kevin P. Kearns, 1991, Analytical Planning: The Organization of Systems,
RWS Publications, Pittsburgh, Amerika Serikat.

Saaty, T.L., 1980, The Analytic Hierarchy Process, McGraw-Hill, New York.
http://www.expertchoice.com/customerservice/ahp.htm

2023 Pengambilan Keputusan Manajerial


Pusat Bahan Ajar dan eLearning
16 ABDUL AZIS, S.E., M.M., CT, CHt, CHtEd http://www.undira.ac.id

Anda mungkin juga menyukai