Anda di halaman 1dari 2

1 Korintus 14 : 1-12

Saudara yang dikasihi Allah,

Selalu muncul pertanyaan : apa sebenarnya karunia berbahasa roh? Apakah karunia ini diberikan pada
orang-orang tertentu? Ataukah dapat dipelajari seperti orang mempelajari bahasa asing? Lalu
bagaimana kedudukan karunia berbahasa roh? Tidakkah yang punya karunia ini lebih tinggi
kerohaniannya dibanding yang tidak bisa bahasa roh? Apakah GPIB mengakuinya?

Jemaat Korintus dalam pertumbuhannya, memperlihatkan kehidupan persekutuan yang dinamis.


Mereka memiliki pemimpin yang mereka sukai dan muncul persaingan satu kelompok dengan lainnya.
Dalam pertumbuhan rohani, mulai muncul persaingan untuk mengatakan mereka yang dapat berbahasa
roh atau berbahasa lidah lebih tinggi kedudukannya dibanding mereka yang hanya berkhotbah, berdoa
atau menghibur yang susah.

Pola pikir semacam ini jelas berbahaya dan menyesatkan dalam persekutuan. Karunia berbahasa roh
bukanlah karunia yang harus dinomorsatukan sebab karunia berbahasa roh hanya berguna secara
pribadi jika tidak ada orang lain yang menafsirkanya. Apa yang utama dalam kehidupan berjemaat
adalah kasih dan karunia bernubuat atau karunia menyampaikan pengajaran tentang kebenaran firman
Allah.

Beragam karunia adalah pemberian Roh Kudus secara khusus bagi tiap-tiap orang percaya. Dengan jelas
disebut yang dikatakan berbagai karunia rohani yakni: karunia berkata-kata dengan hikmat, karunia
berkata-kata dengan pengetahuan, karunia menyembuhkan, karunia bernubuat, karunia membedakan
bermacam-macam roh, karunia untuk mengadakan mujizat, karunia menyembuhkan, karunia melayani,
karunia memimpin, karunia berkata-kata dalam bahasa roh dan karunia untuk menafsirkan bahasa roh
itu (1Kor. 12:9-28).

Dalam konteks membangun kehidupan berjemaat yang sangat penting adalah bagaimana jemaat itu
hidup di dalam kasih dan beroleh pengajaran yang baik tentang kebenaran firman Tuhan. Dua hal ini
ditekankan rasul Paulus sebab sudah terasa munculnya persaingan dalam menggunakan karunia-
karunia. Bagaimana mungkin gereja semakin maju dan jadi berkat jika sudah muncul kesombongan
rohani antara mereka yang berbahasa roh dengan yang tidak? Bagaimana bisa jadi kesaksian yang baik
jika mereka yang berbahasa roh, apa yang mereka katakan tidak dimengerti saudara seimannya dan
menimbulkan prasangka negatif dari mereka yang belum percaya kepada Tuhan Yesus?

Sebagai satu tubuh, kita memiliki beragam anggota dengan berbagai karunia. Karunia bernubuat adalah
karunia yang bertujuan membangun, menasihati dan menghibur. Karunia yang dapat langsung
bermanfaat bagi kehidupan persekutuan; bagi saudara-saudara seiman yang dalam kelemahan dan
kerinduan untuk jadi berkat.

Sebagai satu persekutuan, tidak ada yang salah dengan karunia berbahasa roh dan bahkan tidak boleh
kita melarang orang berbahasa roh "Karena itu, saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk
memperoleh karunia untuk bernubuat dan janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa
roh" (1. Kor 14:39). Karunia berbahasa roh dapat bermanfaat secara maksimal jika ada juga yang
menerima karunia menafsirkan berbahasa roh. Tujuannya agar apa yang disampaikan dalam bahasa roh
dapat dimengerti warga jemaat dan mendorong warga jemaat semakin mengasihi Tuhan dan giat
melayani dan bersaksi tentang nama Yesus.

Karenanya kita tidak boleh mengistimewakan karunia berbahasa roh apalagi jika tidak ada yang bisa
menafsirkannya. Apa yang sudah Tuhan berikan perlu dikembangkan misalnya karunia bernubut.
Dengan karunia bernubuat, warga jemaat semakin mengerti pengajaran firman Allah; kasih dan
pengampunan Kristus; janji-janji Tuhan serta mujizatNya yang berlaku bagi siapa yang percaya kepada
Tuhan Yesus.

Sebagai warga GPIB, perlu dikembangkan karunia-karunia yang Tuhan sudah percayakan dan bukan
mengabaikan apalagi menghakimi. Karunia-karunia itu adalah pemberian Roh Kudus dan hendaknya
jangan dipadamkan. Kita perlu saling mendorong, menopang dan memberi diri untuk semakin
berkontribusi dalam persekutuan dan pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai