Anda di halaman 1dari 17

NOTA PEMBELAAN/PLEIDOI

Nomor Reg. Perkara : 351/Pid.sus/2023/PN DPS

Atas nama Terdakwa :

I GEDE CHANDRA DIVA

Disampaikan oleh Koalisi Anti Kekerasan

(LBH DENPASAR)

PENASEHAT HUKUM TERDAKWA

ARIE FATMASWARI

Didakwa melanggar

Pasal 365 ayat (3) tentang pencurian yang mengakibatkan kematian.

Untuk memudahkan membaca Nota Pembelaan Ini akan kami susun secara sitematis

I. PENDAHULUAN………………………………….. (Hlm….)
II. FAKTA PERSIDANGAN………………………… (Hlm….)
III. ANALISIS FAKTA…………………………….... (Hlm.)
IV. ANALISIS YUSRIDIS……………………………. (Hlm….)
V. PENUTUP………………………………………….. (Hlm….) .
BAGIAN I

PENDAHULUAN

JANGAN PENJARA KATA-KATA


(Mengadili Pencurian dengan korban jiwa)

Majelis Hakim yang Terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hargai
Terdakwa I Gede Chandra Diva yang kami
Banggakan Serta, Persidangan yang kami
muliakan!

Pertama-tama kami mengucapkan Puji Syukur atas rahmat dan Hidayah Allah SWT,
Tuhan semesta alam, sehingga pada hari ini kita masih diberikan kesempatan untuk hadir dalam
persidangan yang mulia ini. Tak lupa kami ucapkan rasa terimakasih kepada Majelis hakim yang
memberikan kesempatan kepada kami penasehat hukum terdakwa untuk mengajukan Nota
Keberatan Nota Pembelaan ini.
Sebelum kami jauh mengurai apa yang menjadi inti dalam nota pembelaan kami. Maka
terlebih dahulu kami akan mengajukan pertanyaan penting dalam Pengadilan yang mulia ini.
Patutkah I Gede Chandra Diva dipidana selama 15 tahun karena ketidaksengajaan
menyebabkan kematian pada korban. lalu pertanyaan selanjutnya Apakah I Gede Chandra
Diva tidak berhak untuk mendapatkan keringanan hukuman karena Terdakwa tidak
memiliki niat untuk menghilangkan nyawa korban. Lalu pertanyaan berikutnya, Apakah I
Gede Chandra Diva tidak berhak mendapatkan keringanan karena terdakwa terbukti
memiliki gangguan Psikis akibat trauma masa kecil yang diakibatkan kekerasan dalam
keluarganya. Begitulah kira-kira pertanyaan yang mengandung kekhawatiran yang ada dalam
pikiran kami yang mengikuti mengikuti proses Persidangan terdakwa I Gede Chandra Diva.
Pertanyaan tersebut juga diajukan untuk menilai dan mengkaji melalui sarana hukum
secara obyektif dan proporsional terkait dengan persoalan hukum yang sedang dihadapi oleh
terdakwa dan tentunya dengan berdasarkan fakta-fakta persidangan. Akan terjawab ketika
Majelis Hakim Yang mulia mengetuk palunya dengan Putusan “Demi Keadilan berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa"
Majelis Hakim yang Terhormat,
Serta, Persidangan yang kami muliakan
Persyaratan mutlak negara hukum adalah negara berkewajiban untuk melindungi dan
menghormati hak-hak asasi manusia, sehingga setiap manusia berhak mendapatkan keadilan
sebagimana secara tegas UU 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, meyatakan:
“setiap orang berhak atas keadilan”.

Olehnya itu apa yang diperbuat oleh Diva dalam kasus ini haruslah dipandang sebagai sesuatu
yang tidak disengaja demi mempertahankan kelangsungan hidup karena keterbatasan dari segi
mental yang dimana Diva selaku terdakwa terpaksa melakukan Tindakan pencurian berulang kali
dikarenakan terdakwa tidak memiliki kecakapan yang cukup untuk bekerja akibat dari trauma
masa kecil yang di dapat oleh terdakwa dari keluarga. Terdakwa berhak mendapatkan
perlindungan hukum sebagai hak konstitusionalnya dalam kerangka Negara hukum dan
demokrasi, yang dijamin dan dilindungi oleh pelbagai undang-undang.
Kita menyadari sebagaimana seseorang yang memiliki gangguan Kesehatan psikis dan
merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga merupakan orang yang patut dilindungi secara
hukum. Namun oleh karena adanya keterbatasan dari terdakwa menyebabkan terdakwa tidak
dapat mencari pekerjaan dan memiliki emosi yang tidak stabil sehingga membuat terdakwa
kesulitan yang dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang banyak. Hal ini diyakini
menjadi penyebab utama terdakwa melakukan tindak pidana pencurian tersebut. Tidak adanya
kasih sayang dari anggota keluarga, penghasilan yang tidak tetap menjadi factor utama terdakwa
memilih melakukan Tindakan yang melanggar hukum.
Hal tersebut harus dikaji kembali, dengan tidak melanggar hak kebebasan untuk
mendapatkan keadilan itu sendiri menurut Pasal 39 UU no 1 tahun 2023 tentang orang yang
menyandang disabilitas mental yang dalam keadaan kekambuhan akut dan disertai gambaran
psikotik tidak dapat dipidana tetapi dapat dikenai Tindakan. Sehingga pemidanaan terhadap
seseorang yang menderita gangguan mental pun harus memperhatikan asas ultimum remedium
agar keadilan tetap dapat ditegakkan dan tidak dijadikan unsur balas dendam.
Keberadaan Pasal 365 ayat (3) KUHP tentang tindak pidana pencurian yang menyebabkan
kematian,

sebagai instrumen hukum di masyarakat sejak disahkan selalu menjadi Perhatian Publik,
khusunya penerapan Pasal 365 ayat (3) sebagaimana yang didakwakan kepada I Gede Chandra
Diva. yang bermula dari Tindakan pencurian yang mengakibatkan kematian terhadap
seseorang yang dilakukan oleh I Gede Chandra diva . hal ini diketahui bermula saat masa kecil
terdakwa. Terdakwa merupakan anak tunggal dari sepasang suami istri yang bermata
pencaharian sebagai petani dan buruh lepas. Sejak kecil diketahui terdakwa hidup di lingkungan
yang merupakan daerah perbukitan dengan akses jalan yang sulit dijangkau. Jauh dari tetangga
dan saudara membuat para warga sekitar tidak mengetahui keseharian terdakwa. Terdakwa sejak
kecil kerap kali mendapatkan kekerasan secara mental dan fisik yang dilakukan oleh orang tua
nya. Hal ini lah yang menyebabkan terdakwa tidak dapat tumbuh dengan semestinya. Karena
minimnya biaya,Terdakwa hanya mengenyam bangku Pendidikan hingga tamat sekolah
dasar.kemudian terdakwa memutuskan untuk bekerja sebagai buruh lepas dan membantu orang
tuanya di kebun. Karena kondisi ekonomi yang sulit mengalami perubahan,Banyak warga desa
termasuk terdakwa akhirnya memilih untuk merantau ke kota demi meningkatkan taraf hidup.
Ketika di rantauan,terdakwa sudah berusaha berulang kali melamar pekerjaan dan sempat
mengumpulkan barang-barang rongsokan untuk dijual Kembali. Akan tetapi tetap tidak
mendapatkan pekerjaan karena terdakwa yang susah berinteraksi dengan orang lain dan memiliki
Pendidikan yang tidak memenuhi syarat. karena kebutuhan hidup di rantauan dan tuntutan dari
orang tua di kampung yang mengharuskan terdakwa mengirimkan uang setiap bulannya
membuat terdakwa tidak memiliki pilihan selain melakukan tindak pidana pencurian.Diketahui
jika terdakwa tidak pernah melakukan tindak pencurian hingga menghilangkan nyawa seseorang.
Tindakan pecurian yang dilakukan terdakwa bisa dikatakan semata-mata hanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup dan makan sehari-hari.hal ini dapat dibuktikan dari track record terdakwa yang
sudah berulang kali mendekam di rutan dengan kasus yang sama. Diketahui saat ini terdakwa
sudah tidak memiliki orang tua yang diketahui sudah berpulang sekitar 3 lalu dan terdakwa tidak
diterima oleh sanak saudara baik dari pihak ayah maupun ibu. Dari kasus pencurian yang
dilakukan terdakwa sebelumnya,diketahui terdakwa pernah kedapatan mengambil HP dari salah
satu toko yang ada di Denpasar,pernah mengambil HP milik temannya,pernah mengambil uang
sejumlah Rp 3.000.000,-(tiga juta rupiah) di sebuah konter hp yang ada di Denpasar. Terdakwa
tidak memiliki catatan tentang penggunaan narkotika ataupun melakukan Tindakan perjudian
yang menguatkan jika memang terdakwa mencuri hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
dalam kasus ini terdakwa secara tidak sengaja menghilangkan nyawa dari korban.
I Gede Chandra Diva dilaporkan oleh Jodi selaku warga yang mengamankannya di Tempat
Kejadian. I Gede Chandra yang semestinya diposisikan sebagai korban oleh kesewenang-
wenangan penguasa justru diproses hukum karena tuduhan menghilangkan nyawa seseorang
tanpa mau menelusuri latar belakang dari hidup terdakwa. Hal ini juga diperkuat dengan
melihat dari pengakuan tentang riwayat hidup terdakwa yang diceritakan oleh dua orang
warga kampung yang merupakan teman kecil terdakwa . kedua saksi ini diketahui Bernama
SAREP (19th) dan BEJO(19th) . menurut keterangan kedua saksi,bahwa terdakwa merupakan
orang yang baik, memiliki sifat pendiam,tidak banyak tingkah dan selalu ringan tangan
membantu jika dibutuhkan tenaganya. Terdakwa memang kerap kali mendapatkan tindak
kekerasan dari orang tuanya dan jarang diberi makan. Terdakwa kerap kali terpaksa
menahan lapar atau makan dari pemberian teman-temannya. Semua ini Kembali lagi kepada
factor ekonomi yang membuat terdakwa serta warga desa hidup di bawah garis kemiskinan.
Maka dari itu,saksi menyimpulkan jika terdakwa melakukan Tindakan pencurian ini semata-
mata karena terpaksa dan tidak ada niatan untuk menghilangkan nyawa seseorang. Sebagai
penegak hukum, kita semestinya memahami betul prisnip-prinsip pemidanaan sebagaimana
pendapat Dr. Yenti Ganarsih, S.H. M.H., ahli hukum pidana Universitas Trisakti yang
mengutip pendapat Hoenagels yang menekankan pentingnya mempertimbangkan berbagai
faktor untuk melakukan proses pemidanaan (criminalization) agar menjaga dalil ultimum
remedium dan tidak terjadi over criminalization. Faktor-faktor tersebut diantaranya, yakni
jangan menggunakan Hukum Pidana dengan cara emosional; jangan menggunakan hukum
pidana untuk memidana perbuatan yang tidak jelas korban atau kerugiannya; jangan
menggunakan hukum pidana, apabila kerugian yang ditimbulkan dengan pemidanaan akan
lebih besar daripada kerugian
oleh tindak pidana yang akan dirumuskan; serta jangan menggunakan hukum pidana apabila
tidak didukung oleh masyarakat secara kuat.

Terlepas dari hal yang dutuduhkan sebagai perbuatan pidana pencurian yang
mengakibatkan kematian, hal mana JPU telah keliru menuntut berdasarkan fakta yang ada di
lapangan dimana JPU tidak menyelidiki Riwayat hidup dari terdakwa itu sendiri. Dalam proses
persidangan Jaksa mendalilkan bahwa I GEDE CHANDRA DIVA telah salah karena Terdakwa
merupakan orang yang melakukan tindak pidana pencurian sehingga menghilangkan nyawa
seseorang tanpa mempertimbangkan factor dari segi Kesehatan mental dan Riwayat hidup
trdakwa. Kami sangat berkeyakinan bahwa berdasarkan fakta-fakta secara keseluruhan
sebagaimana terungkap di persidangan, kita semua terutama Majelis Hakim Yang Mulia yang
mengemban tugas dan menjadi “perpanjangan tangan Tuhan” diatas dunia dalam persidangan ini
akan dapat menjawab kebenaran dan keadilan bagi diri Terdakwa pada khususnya dan bagi
kepentingan yang lebih luas yaitu demi Hukum dan Keadilan itu sendiri, sehingga adagium
“lebih baik membebaskan 1000 orang bersalah daripada menghukum 1 orang yang tidak
bersalah" dapat diterapkan secara total dan obyektif termasuk pada diri Terdakwa I GEDE
CHANDRA DIVA dalam persidangan ini.
BAGIAN II
FAKTA
PERSIDANGAN

Bahwa dalam Nota Pembelaan ini kami tidak mengunakan Fakta persidangan yang diuraikan
JPU dalam surat tuntutannya oleh karena JPU memasukkan beberapa keterangan Saksi maupun
Terdakwa yang bukan merupakan keterangan yang diberikan di dalam persidangan. KUHAP
telah mengatur bahwa yang menjadi dasar atau pedoman penilaian bagi hakim terhadap suatu
perkara yang diajukan oleh penuntut umum kepadanya, bukanlah fakta-fakta yang terungkap
didalam pemeriksaan tingkat penyidikan sebagaimana diuraikan dalam BAP, karena fakta-fakta
yang demikian hanya berlaku sebagai pemeriksaan sementara (voor onderzoek), melainkan fakta-
fakta yang terungkap di persidangan pengadilan (gerechtelijk onderzoek). Adapun fakta-fakta
berdasarkan keterangan saksi, adan keterangan terdakwa di dalam persidangan adalah sebagai
berikut:

A. Keterangan Saksi
1. Keterangan Saksi YUSUF di bawah sumpah Pada Pokoknya menerangkan:
- Bahwa benar saksi mengerti diperiksa sehubungan dengan laporan saksi tentang tindak
pencurian yang dilakukan DIVA.
- Bahwa saksi berada di dekat tempat kejadian.
- Bahwa saksi pertama kali mengetahui jika DIVA berniat melarikan diri setelah jatuh
menabrak mobil yang sedang parkir di pinggir jalan.
- Bahwa saksi melaporkan DIVA ke POLDA BALI, karena saksi melihat korban IMIN
dalam keadaan terluka dan menjadi korban pencurian.
- Bahwa saksi tidak melakukan tindakan lain, selain upaya mengamankan pelaku.
- Bahwa terdakwa memukul pelaku sebagai tindak perlawanan.
- Bahwa saksi melihat terdakwa membawa sebuah pisau lipat dan obeng di saku celana
belakang.

2. Keterangan Saksi DEVA di bawah sumpah Pada Pokoknya menerangkan:


- Bahwa benar saksi mengerti diperiksa sehubungan dengan laporan saksi tentang tindak
pencurian yang dilakukan DIVA.
- Bahwa benar saksi yang menerima laporan dari yusuf saat piket malam.
- Bahwa benar saksi yan meminta keterangan korban di RS PURI RAHARJA.
-
3. Keterangan Saksi SUGIONO di bawah sumpah Pada Pokoknya menerangkan:
- Bahwa benar saksi mengerti diperiksa sehubungan dengan laporan saksi tentang tindak
pencurian yang dilakukan DIVA.
- Bahwa benar saksi yang melakukan visum terhadap sasi korban
- Bahwa benar saksi adalah dokter forensic di RS PURI RAHARJA DPS

Tanggapan Terdakwa: Bahwa tidak benar jika terdakwa dikatakan dengan sengaja
menghilangkan nyawa korban.

4. Keterangan Saksi SAREP di bawah sumpah Pada Pokoknya menerangkan:

- Bahwa saksi memang mengenal terdakwa dan merupakan tetangga terdakwa di kampung
- Bahwa terdakwa memiliki kepribadian yang baik dan ramah
- Bahwa terdakwa mengalami kekerasan yang dilakukan oleh orang tuanya pada saat
terdakwa masih kecil
- Bahwa terdakwa merupakan tulang punggung keluarganya.

5. Keterangan Saksi BEJO di bawah sumpah Pada Pokoknya menerangkan:

- Bahwa saksi memang mengenal terdakwa dan merupakan tetangga terdakwa di kampung
- Bahwa tdakwa memang mengalami kekerasan dan sering tidak diberi makan oleh orang
tuanya
- Bahwa terdakwa bekerja Bersama saksi sebagai buruh lepas di kampung.

6. Keterangan Saksi Martin di bawah sumpah Pada Pokoknya menerangkan:

- Bahwa saksi memang memeriksa kejiwaan terdakwa


- Bahwa terdakwa memang mengalami gangguan jiwa akibat trauma masa kecil
- Bahwa terdakwa seharusnya mendapatkan pengobatan berkelanjutan dan rehabilitasi.
B. KETERANGAN TERDAKWA
Keterangan Terdakwa I GEDE CHANDRA DIVA di persidangan pada pokoknya
menerangkan:
- Bahwa terdakwa melakukan Tindakan pencurian atas dasar memenuhi kebutuhan hidup
karena terdakwa tidak memiliki pekerjaan tetap.
- Bahwa terdakwa menghampiri korban untuk berpura-pura menanyakan Alamat.
- Bahwa terdakwa melukai korban atas dasar ingin menguasai HP korban.
- Bahwa terdakwa melukai korban dengan menggunakan pisau lipat dan menendang korban.
- Bahwa terdakwa melarikan diri dengan cara menaiki motor.
- Bahwa terdakwa menabrak mobil yang sedang parkir.
- Bahwa terdakwa merupakan tulang punggung keluarga
- Bahwa terdakwa sebatang kara
- Bahwa terdakwa mengalami kekerasan pada masa kecil.
-

C. Keterangan Ahli
1. Keterangan Ahli Forensik dr. SUGIONO, Sp.Fm di depan persidangan
dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan:
- Bahwa benar saksi ahli bekerja di RS PURI RAHARJA Denpasar.
- Bahwa benar saksi adalah seorang dokter yang bertugas sebagai ahli forensik dan masih
aktif hingga saat ini.
- Bahwa ahli benar memeriksa dan mengeluarkan surat visum atas nama korban IMIN
- Bahwa ahli menemukan pendarahan dalam pada perut korban akibat peccah limpa.

2. Keterangan ahli kejiwaan dr. MARTIN,Sp.KJ di depan persidangan dibawah


sumpah pada pokoknya menerangkan:
- Bahwa benar saksi ahli bekerja di RS PURI RAHARJA Denpasar
- Bahwa Benar saksi ahli adalah seorang dokter yang bertugas sebagai ahli kejiwaan dan
masih aktif hingga saat ini
- Bahwa benar saksi ahli memeriksa kejiwaan terdakwa.
- Bahwa benar terdakwa mengalami gangguan kejiwan akibat trauma masa kecil terdakwa
yang sering mengalami kekerasan
- Bahwa benar apa yang dikatakan terdakwa Ketika diperiksa oleh ahli merupaan
pernyataan yang jujur

D. Bukti Informasi dan fisik


Bahwa di depan persidangan JPU telah memeperlihatkan 3 bukti fisik berupa sebuah
pisau lipat,sebuah obeng,surat hasil visum,keterangan dua orang saksi dan
keterangan dua saksi ahli yang menurut JPU berdasarkan keterangan informasi adalah
alat bukti yang sah berdasarkan Pasal 183 KUHAP dan Pasal 184 ayat (1) KUHAP.

Bahwa di depan persidangan Penasihat Hukum telah memeperlihatkan 1 bukti fisik


berupa surat hasil pemeriksaan kejiwaan,keterangan dua orang saksi dan
keterangan 1 orang saksi ahli yang menurut Penasihat hukum berdasarkan keterangan
informasi adalah alat bukti yang sah berdasarkan Pasal 183 KUHAP dan Pasal 184 ayat
(1) KUHAP.
BAGIAN III
ANALISIS FAKTA PERSIDANGAN

Majelis Hakim yang Terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hargai Terdakwa
Diva yang kami Banggakan Serta, Persidangan
yang kami muliakan!

Perbuatan pidana dalam tindak pidana dalam Pasal 365 ayat (3) KUHP ini terletak pada hilangnya
nyawa korban akibat perbuatan terdakwa yang memiliki niat untuk menguasai barang berharga
korban.

Bahwa keterangan saksi-saksi yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum di Persidangan pada
pokoknya:
- Saksi Yusuf bahwa benar terdakwa melakukan tindak pencurian yang mengakibatkan
hilangnya nyawa korban
- Saksi Deva bahwa benar terdakwa menyebabkan korban mengalami pendarahan di perut akibat
tendangan terdakwa.

Dari keterangan saksi-saksi tersebut di atas tidak dapat menunjukkan secara objektif niat terdakwa
dalam penghilangan nyawa korban. Meskipun para saksi meyakini keterangannya tersebut,
namun bentuknya adalah dugaan/rekaan, sebagaimana ketentuan Pasal 185 ayat (5) KUHAP
yang mengatur bahwa “Baik pendapat maupun rekàan, yang diperoleh dari hasil pemikiran
saja, bukan merupakan keterangan saksi”. Olehnya itu keterangan saksi yang sifatnya
pendapat dan rekaan tersebut sepatutnya diabaikan.
BAGIAN IV
FAKTA PERSIDANGAN

Majelis Hakim yang Terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hargai
Terdakwa Diva yang kami Banggakan Serta,
Persidangan yang kami muliakan!

Bahwa sebelum kami mengurai analisis yuridis berdasarkan unsur-unsur tindak pidana yang
didakwakan, maka kami terlebih dahulu menguraikan beberapa landasan yuridis sebagai poin
penting, yang sifatnya sebagai pengantar dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan
dalam analisis yuridis yang akan kami uraikan.

I. Penerapan Ketentuan yang Lebih Menguntungkan Dalam Hal Terjadi Perubahan


Undang-Undang
Pasal 365 ayat (3) KUHP memberikan penjelasan yakni barang siapa yang melakukan tindak
pencurian yang mengakibatkan kematian maka dapat dipidana penjara maksimal 15 tahun.
Hal ini dapat diuraikan menjadi beberapa pengertian sebagai berikut yakni:
- Pencurian (disengaja)
- Pencurian (adanya korban jiwa)

menurut pasal 365 ayat (3)KUHP tidak disebutkan jika seseorang yang terbukti mengidap
gangguan kejiwaan dapat dipidana. Hal ini dapat dilihat dalam isi dari pasal 365 ayat (3) itu
sendiri yang memiliki unsur kesengajaan dan menimbulkan korban jiwa.

Dalam perkara ini, secara jelas dalam pasal 365 ayat (3)KUHP disebutkan bahwa tindak
pidanan pencurian yang menyebabkan korban jiwa haruslah memiliki unsur kesengajaan dan
dilakukan dengan sadar serta tidak memiliki cacat kejiwaan.
Ancaman pidana terhadap pasal 365 ayat (3) yaitu pidana penjara maksimal 15 tahun dan
denda perkara sebesar Rp 2000

Maka dengan demikian patutlah dalam perkara ini diterapkan ketentuan dalam KUHP
Pasal 44 ayat (1) sebagai ketentuan yang lebih menguntungkan bagi Terdakwa DIVA
sebagaimana dalam Pasal 39 UU no 1 tahun 2023

II. Unsur-Unsur Pasal 365 ayat (3)

1. Unsur Setiap Orang:


a. Bahwa unsur “setiap orang” tentu merupakan bagian yang tidak berdiri sendiri, ia
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan unsur-unsur lainnya. Oleh karena
itu tidaklah cukup untuk menyatakan bahwa unsur ini terbukti tanpa membuktikan
unsur-unsur lainnya. Tegasnya terlampau dini atau prematur jika Jaksa Penuntut
Umum berpendapat secara sederhana bahwa unsur ini sudah terbukti hanya
didasarkan pada pengertian yang sederhana bahwa orang sebagai subyek hukum yang
kepadanya dapat dipertanggungjawabkan perbuatannya. Karena jika pengertian
sempit ini yang mendasari seseorang dituntut pidana, maka siapa saja pelaku subjek
hukum yang perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dapat dituntut
secara pidana tanpa mempertimbangkan perbuatan apa yang ia lakukan.

b. Hal ini sesuai dengan Putusan Mahkamah Agung RI No. 951 K/Pid/1982 tanggal
10 Agustus 1983 yang menerangkan bahwa unsur barang siapa hanya merupakan kata
ganti orang dimana unsur ini baru mempunyai makna jika dikaitkan dengan unsur-
unsur pidana lainnya, oleh karenanya haruslah dibuktikan secara bersamaan dengan
unsur-unsur lain dalam perbuatan yang didakwakan dalam kaitan dengan barang
siapa.

2. Unsur Sengaja:
a. Oleh Jaksa Penuntut Umum penilaian atas unsur “dengan sengaja” dibuktikan dengan
telah terpenuhinya pengetahuan yang diwujudkan dengan kesadaran terdakwa bahwa
apa yang ia lakukan dapat dilihat semua orang, serta kehendak yang diwujudkan
dengan terdakwa melukai korban dan mengambil HP korban.
b. Menurut Prof. Sathochid Kartanegara, yang dimaksud dengan opzet willens en weten
(dikehendaki dan diketahui) adalah “Seseorang yang melakukan suatu perbuatan
dengan sengaja harus menghendaki (willen) perbuatan itu serta harus menginsafi atau
mengerti (weten) akan akibat dari perbuatan itu”.
c. Kehendak atas perbuatan yang dimaksud dalam perkara a quo adalah kehendak untuk
menyerang kehormatan seseorang. Sehingga uraian Jaksa Penuntut Umum tentang
wujud kehendak terdakwa tidak mampu membuktikan kesengajaan.
d. Berdasarkan pembuktian dalam persidangan kehendak untuk menyerang kehormatan
IMIN tidak dapat dibuktikan. Sebagaimana fakta- fakta persidangan:
Keterangan Terdakwa :
- Terdakwa tidak ada niat untuk menghilangkan nyawa korban. Hal ini dilakukan
karena terdakwa juga mendapatkan perlawanan dari korban
- Terdakwa hanya focus untuk mengambil HP korban dan tidak ada niat untuk
menghilangkan nyawa korban.

Keterangan Sarep :
- Bahwa saksi merupakan tetangga dan teman terdakwa.
Terdakwa memiliki pribadi yang baik dan merupakan
tulang punggung keluarga serta sering mendapatkan tindak
kekerasan sejak kecil.

e. Keterangan ahli kejiwaan dr. MARTIN,Sp.KJ.

- Bahwa benar saksi ahli memeriksa kejiwaan terdakwa.


- Bahwa benar terdakwa mengalami gangguan kejiwan akibat trauma masa kecil terdakwa
yang sering mengalami kekerasan
- Bahwa benar apa yang dikatakan terdakwa Ketika diperiksa oleh ahli merupaan
pernyataan yang jujur

Berdasarkan uraian fakta-fakta di atas, terdakwa melakukan Tindakan ini murni


hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tidak ada niatan untuk
menghilangkan nyawa korban. Hal ini dilakukan karena terdakwa keadaan terdakwa
secara mental yang dinilai tidak sehat dan tidak memungkinkan untuk mencari
pekerjaan yang tetap.
f. Dalam pembuktian di persidangan pula tidak dapat dibuktikan terdakwa menginsafi
atau mengerti akan akibat dari perbuatan itu. Sebagaimana fakta- fakta persidangan:
Keterangan Terdakwa :
- Bahwa Terdakwa melakukan Tindakan pencurian ini berulang kali di beberapa
tempat yang Dimana terdakwa merupakan residivis yang sudah lebih dari sekali
masuk penjara.
- Bahwa terdakwa melakukan tindak pencurian ini dikarenakan kebutuhan hidup
sehari-hari
- Bahwa Terdakwa hanya tamatan Sekolah Dasar
- Bahwa Terdakwa tidak pernah berpikir akan menyebabkan kematian pada korban
atas tindakannya.
- Bahwa Terdakwa tidak pernah merencanakan adanya tindak penghilangan nyawa
tersebut.

Berdasarkan uraian fakta-fakta di atas, terdakwa tidak menginsafi dan mengerti akan
akibat dari tindakannya yang menendang perut korban sehingga menyebabkan
kematian pada korban.

g. Bahwa berdasarkan uraian di atas, tidak terbukti adanya kehendak (willen) atas
perbuatan serta keinsafan (weten) dari terdakwa untuk menghilangkan nyawa
seseorang
h. Dengan demikian unsur “dengan sengaja” tidak terbukti.

Berdasarkan analisis Yuridis yang telah kami uraikan, maka dapat disimpulkan, bahwa
Terdakwa Diva TIDAK TERBUKTI secara sah dan meyakinkan melakukan Tindak Pidana
“pencurian yang menyebabkan hilangnya nyawa seseorang“ Sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 365ayat (3) KUHP
BAGIAN
V
PENUTU
P

Majelis Hakim yang Terhormat,


Jaksa Penuntut Umum yang kami hargai
Terdakwa Diva yang kami Banggakan Serta,
Persidangan yang kami muliakan!,

Tibalah saatnya kami Tim Penasehat Hukum Terdakwa menyampaikan akhir dari pledoi ini.
Bahwa kami sangatlah yakin, berdasarkan alat bukti yang sah dalam persidangan Bahwa
terdakwa Diva sama sekali tidak berniat melakukan Tindak Pidana pencurian dengan
penghilangan nyawa sebagaimana didakwakan oleh Jaksa Penuntut umum. Harapan kami
kepada Majelis Hakim yang terhormat agar mempertimbangkan secara seksama apa yang
kami telah uraikan terutama dalam analisis-analisis kami dalam pembelaan ini.
Kami dan tentu saja lebih-lebih lagi Terdakwa sendiri , menunggu dijatuhkannya
putusan hakim atas perkara ini. Suatu putusan pengadilan yang mencerminkan nilai-
nilai kebenaran, kejujuran dan keadilan. Dengan segala kerendahan hati, kami mohon
kepada Majelis Hakim Yang Mulia dengan segala wibawa yang ada padanya berkenan
perkara ini diputus dengan amar putusan:

1. Menyatakan Terdakwa Diva tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan Jaksa Penuntut
Umum;
2. Membebaskan Terdakwa Diva dari dakwaan dan/atau tuntutan Jaksa Penuntut
Umum dalam perkara ini;
3. Merehabilitasi dan Memulihkan nama baik Terdakwa Diva serta memberikan
pelatihan ketrampilan agar dapat mengembalikan terdakwa pada kemampuan,
kedudukan, harkat serta martabatnya yang seharusnya
4. Membebankan biaya perkara kepada Negara.

Apabila Majelis Hakim Yang mulia berpendapat lain mohon putusan seadil-adilnya
(ex aequo et bono)

Demikianlah Pembelaan (Pledooi) ini kami sampaikan semoga kita semua


mendapat petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa. Atas kerjasama dan pengabulannya
kami haturkan banyak terima kasih

Denpasar, 22 Februari
2023

Hormat kami,
Penasehat Hukum Terdakwa

Anda mungkin juga menyukai