Makalah Umsu
Makalah Umsu
DISUSUN OLEH :
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami ucapkan rasa syukur atas kehadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
Makalah ini telah di susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan hasil
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. LatarBelakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Masalah................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................3
Kesimpulan................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
karena setiap negara memiliki sistem pemerintahan yang berbeda, maka dari itu makalah
ini di buat untuk membahas tentang latar belakang keluarnya UU perfilman dan juga
kaitan antara UU perfilman dengan media. Dengan masuk sistem komunikasi visual atau
pemerintahan, baik secara perekonomian, politik, budaya, dan sikap perilaku sosial secara
dengan pesat. Melihat fenomena ini banyak tuntutan akan suatu kebutuhan informasi
Tanpa kita sadara kebutuhan ini terus mendesak dan mau tidak mau kita harus masuk
regulator akan perkembangan tersebut,maka pada tahun 1962 adalah tonggak sejarah
terbesar di dalam dunia telekomunikasi penyiaran, yaitu tepat pada 17 agustus 1962 yang
B. Rumusan Masalah
Untuk mengkaji dan mengulas tentang perfilman dan dan kaitan nya dengan media
iv
4. Tentang Regulator media penyiaran
B. Tujuan Masalah
Tujuan makalah ini untuk mengkaji, membahas sekaligus mengetahui sejarah dan
filosofi tentang UU perfilman serta kaitan nya dengan media penyiaran di indonesia.
v
BAB II
PEMBAHASAN
Di masa orde baru dalam sejarah perkembangan perfilman nasional, pada tanggal 5
Agustus 1964 telah di terbit kan penetapan presiden nomor 1/1964 dan dalam penetapan
presiden tersebut diantara nya ada penegasan bahwa : “Film bukan lah semata-mata barang
menyangkut panitia pengawas film, pada tanggal 21 mei 1965 di tindak lanjuti dengan surat
penyensoran film di Indonesia melalui suatu lembaga yang bernama Badan Sensor Film.
Adapun fungsi dan tugas Badan Sensor Film tetap menitik beratkan pada upaya
menghindarkan masyarakat dari pengaruh buruk film, dan memperjelas eksistensi dan fungsi
film. Memasuki awal tahun 1990 keinginan sebagian besar masyarakat agar dibenarkan
adanya bebarapa stasiun televisi swasta untuk mendampingi TVRI semakin tak terbendung
lagi. Mulai lah di giatkan persiapan dan penyelenggaraan jajak pendapat tentang perlunya
Dan pada tanggal 30 Maret 1992 ditetapkan lah Undang Undang No.8 tahun 1992
dinyatakan ada empat pengertian pokok yang menjadi rujukan semua peraturan dan ketentuan
1. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa
pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan di rekam pada pita
seluloid, pita video, piringan video atau bahan penemuan teknologi lain nya dalam segala
1
Eva arifin, broadcasting to be broadcaster, (Jakarta.graha ilmu,2010), hlm. 36
vi
bentuk, jenis dan ukuran yang dapat di pertunjukkan dan di tayangkan dengan sistem
3. Jasa teknik Film adalah penyediaan jasa tenaga profesi atau peralatan yang
diperlukan dalam proses pembuatan film serta usaha pembuatan reklame film.
4. Sensor film adalah penelitian dan penilaian terhadap film dan reklame film untuk
menentukan dapat atau tidak nya sebuah film di pertunjukkan atau ditayangkan kepada
umum, baik secara utuh maupun peniadaan bagian gambar atau suara tertentu.
untuk memperbaiki dunia perfilman kita, khusus nya yang berkaitan dengan aspek etika dan
moral dalam membuat dan mempertunjukkan atau menayangkan film untuk umum. Ada
perubahan yang lebih mendasar lagi, kalau dulu orang harus pergi ke bioskop untuk
menonton film, dan kini film itu yang mendatangi penonton dimana pun dia berada dengan
menonton di layar televisi di rumah. Menghadapi kenyataan ini Lembaga Sensor Film harus
memberbaharui untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat
kemajuan nya. Maka tugas LSI tidak hanya sekedar memotong atau menghapus apa yang
tidak patut di tonton oleh masyarakat, khusus nya remaja dan anak-anak,tetapi sekaligus
Dalam UU no.32 Tahun 2002 tentang penyiaran sangat jelas menunjukkan nuansa
demokratis di bandingkan dengan sebelum nya. Selanjut nya UU ini juga menyebutkan
bahwa sistem penyiaran jaringan pasal 31 sebagai alternatif bagi lembaga penyiaran swasta
vii
(LPS) untuk memperluas jangkauan siaran nya. Pada tanggal 28 desember 2002 DPR
membahas tentang UU no.32 pasal 7 yang berbunyi bahwa perlu di bentuk nya satu lembaga
independen yang mengatur hal-hal mengenai penyiaran, yaitu KPI (Komisi Penyiaran
Indonesia).
Selanjutnya pada pasal 7 ayat 2 dinyatakan bahwa KPI adalah lembaga independen
yang setara dengan lembaga negara seperti DPR, MA, BPK,dll. Beberapa Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang berfungsi memperkuat tugas media massa dalam mendukung
1. Lembaga Sensor Film Bertugas mensensor segala bentuk film asing dan dalam
negeri yang akan di siarkan pada stasiun televisi maupun bioskop di seluruh wilayah
indonesia. Hasil penyensoran akan mengeluarkan sebuah surat resmi yang menyatakan yang
di izinkan nya suatu film untuk di siarkan selama satu tahun. Apabila masa waktu ini telah di
2. Pusat Produksi Film Negara Bertugas memproduksi film film yang memiliki nilai
3. Percetakan Negara Bertugas mencetak lembaran, surat, dan dokumen negara pada
seluruh institusi pemerintahan di Indonesia. Sehingga berbagai bentuk percetakan kertas yang
Peran media memiliki pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan masyarakat yang
bisa membentuk karakter bangsa secara luas dan sangat cepat. Maka fungsi media dalam
leyanan publik antara lain memberi informasi, sarana pendidikan, hiburan, alat kontrol, dan
perekat sosial. Akibat dari perkembangan teknologi yang semakin pesat undang undang
2
Hidajanto,andi, dasar-dasar penyiaran, (Jakarta.kencana 2011), hlm 248-250
viii
penyiaran mengalami perubahan terutama undang undang perfilman yang telah di sahkan
secara resmi yaitu Undang undang Republik Indonesia no 33 tahun 2009 tentang Perfilman.
pada 17 januari 2014 yaitu sebuah badan perfilman yang di bentuk oleh masyarakat perfilman
dengan mendapatkan fasilitas negara. Sesuai dengan UU no 33 tahun 2009 BPI bertugas
untuk :
7. Memberikan penghargaan
hal ini terdapat beberapa klasifikasi pada jenis media penyiaran yang dapat terbagi menurut
format siaran, sumber pendanaan, wilayah cakupan layanan, fungsi dalam jaringan, menurut
kelas dalam jaringan nasional (PP no.12/2005) dan menurut UU no.32/2002 tentang
3
www.BPI.or.id
ix
Media penyiaran hiburan
berikut :
Media penyiaran regional seperti siaran radio MW, yang mencakup wilayah siaran
Media penyiaran nasional misal nya RRI dengan siaran dari stasiun pusat jakarta.
Menurut Fungsi dalam jaringan, berarti dari status dalam jaringan secara operasional
Media penyiaran Relai, stasiun penerus pancaran semua program dari stasiun
induk.
Media penyiaran kelas A, merupakan stasiun pusat yang berkedudukan di ibu kota
Jakarta.
x
Media penyiaran kelas B, merupakan stasiun daerah yang berkedudukan di ibu
kota provinsi.
Media penyiaran tentu sangat berkaitan erat dengan UU perfilman karena kita tahu
perfilman di Indonesia ini sangat berkembang pesat karena adanya media penyiaran
seperti Radio dan Televisi. Sebagaimana yang tertulis pada UU no 32 tahun 2002 pasal 3
penyiaran televisi terdiri atas stasiun penyiaran jaringan dan stasiun penyiaran lokal.
Namun dengan demikian perfilman dan media penyiaran masih di bawah naungan
KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), karena ini merupakan suatu mata rantai yang saling
lisensi penyiaran.
4
Hidajanto, andi, Op.Cit, hlm. 53-56
xi
Membangun media yang sehat serta menjaga keseimbangan hubungan antara
Mengatur tata aliran keungan dari sumber yang berbeda. Dana komersial,misal
nya harus dibatasi guna melindungi konsumen dari iklan yang eksesif paling
tidak dari bentuk promosi tertentu dan untuk mencegah pengaruh pengiklanan
kekuatan modal
penyiaran publik
No.24 Tahun 1997 tentang penyiaran. Rezim orde baru menerapkan sistem pengendalian dan
sensor atas nama persatuan nasional, dan juga sering kali menjalankan kontrol ketat terhadap
media yang secara faktual merupakan sensor untuk mengarahkan informasi yang diberikan
kepada publik sesuai apa yang di kehendaki oleh rezim soeharto, dan juga mencegah
xii
penggunaan media massa untuk dapat di gunakan sebagai instrumen kritik ata ketidak
Dengan demikian media menjelma menjadi instrumen yang kuat bagi indiktronisasi
politik yang efektif bagi rezim. Setelah melewati masa reformasi tuntutan demokratisasi
media penyiaran disampaikan oleh para pengusul pada rapat Paripurna tanggal 21 juli 2000,
dan dari hasil musyawarah DPR RI di putuskan untuk membahas dan penyempurnaan UU
tentang penyiaran.
Setelah melalui proses panjang dan berbelit belit, akhirnya Pansus (panitia khusus)
menyepakati lahir nya RUU penyiaran yang kemudia di presentasikan pada rapat paripurna
DPR RI tanggal 20 maret 2001. Seiring dengan dinamika kehidupan bangsa, yang diwarnai
dengan lengsernya Abdurahman Wahid sebagai presiden dan kemudia digantikan oleh
penyiaran pun terhenti. Dan sekitar satu tahun kemudian yakni pada tanggal 19 maret 2002,
pemhbahasan RUU penyiaran di mulai lagi. Dengan membentuk suatu lembaga penyiaran
independen yaitu KPI. Ketua KPI juga di angkat langsung oleh presiden atas usul DPR RI
dalam suatu lingkaran. Dan lingkaran tersebut bernama kepentingan publik. Apakah itu
masyarakat, kelompok politik, yang memandang media sebagai alat penting,dan juga
Kontoversi terjadi karena masing masing punya ukuran yang berbeda. Pada sisi lain
masyarakat sebagai penerima juga memiliki ukuran, yakni demokratisasi dunia penyiaran
yang di tandai dengan desentralisasi sistem penyiaran. Masing masing mereka yang
memaksakan agar kepentingan nya masuk dalam UU penyiaran, hal yang seperti itu justru
xiii
mengurangi makna demokratisasi penyiaran, karena pemilik media mengatas nama kan
publik untuk tujuan kepentingan media itu sendiri. Terdapat proses saling mempengaruhi
antar publik, negara, dan pasar. Hal ini tidak lain karena penyusunan UU penyiaran 2002
telah menjadi apa yang di sebut sebagai wilayah yang di perebut kan pihak pihak tersebut.
UU penyiaran 2002 sebagai realitas objektif pun bisa di warnai oleh dominasi kelompok
KPI memang sudah lama terjadi. Hal ini menjadi logis karena memang terdapat perbedaan
kepentingan antara KPI dan industri. KPI merupakan sebuah dari desakan demokratisasi
penyiaran. Kalangan industri penyiaran antara lain keberatan dengan posisi KPI yang diberi
kewenangan sangat besar untuk mengatur, mengawasi, dan membekukan sementara, sampai
mencabut izin siaran. Menurut Ketua Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) KPI mestinya
tidak menetapkan standar mutu isi siaran, karena ketentuan itu akan mengganggu kebebasan
berekspresi, kebebasan pers, dan akan memasung kreativitas. Namun dengan demikian
wewenang yang di berikan kepada KPI tidak lain untuk menjunjung tinggi Pancasila.5
5
Muhamad mufiq, komunikasi regulasi penyiaran, (Jakarta.kencana,2005), hlm 94-112
xiv
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Perfilman Indonesia sudah mencapai hampir 100 tahun, yang merupakan waktu yang
sangat panjang untuk berkarya dalam seni, kgusus nya bagi perfilman Indonesia. Namun
perfilman di Indonesia bukan sekedar bebas untuk berkarya karena segala sesuatu hal di atur
oleh Undang Undang yang berlaku untuk menjungjung tinggi Pancasila. Namun walau
dengan demikian industri perfilman di Indonesia masih harus terus di perbaharui sambil
xv
DAFTAR PUSTAKA
www.bpi.or.id
xvi