Anda di halaman 1dari 4

78 Tahun Menuju Perekonomian yang Maju

Tahun 1945 merupakan tahun yang bersejarah bagi Indonesia, karena pada tahun tersebut Indonesia
berhasil melepaskan diri dari belenggu penjajah yang telah berlangsung selama ratusan tahun lamanya.
Tepat di tanggal dan bulan ini, 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya di depan
rakyat yang telah berjuang. Tentunya kemerdekaan ini menghasilkan kebahagiaan yang tak berseri bagi
rakyat Indonesia.

Tak hanya Indonesia, beberapa negara lain juga berhasil meraih kemerdekaannya di tahun yang sama,
seperti halnya Vietnam dan Korea Selatan (selanjutnya disebut ROK). Bahkan, kemerdekaan ROK hanya
berjarak dua hari sebelum kemerdekaan Indonesia (15 Agustus 1945). Sementara itu, negara tetangga
Indonesia, Vietnam berhasil meraih kemerdekaan pada tanggal 2 September 1945.

Sejatinya, Vietnam dan ROK mengalami kondisi yang serupa. Setelah resmi merdeka tahun 1945,
serangkaian konflik dan peperangan (termasuk proxy war) yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan besar
pada saat itu masih membayangi. Alhasil kedua negara pun terpecah dalam dua wilayah besar yaitu
wilayah Utara dan Selatan.

21 tahun berselang setelah kemerdekaan, Vietnam Utara dan Vietnam Selatan kembali menjadi satu
kesatuan negara yang utuh. Keutuhan tersebut masih bertahan hingga saat ini. Di lain sisi, ROK dan
Korea Utara justru belum mencapai titik temu yang mempersatukan mereka kembali sampai saat ini.

Menuju 78 tahun kemerdekaan, apa yang sejatinya memberikan kontribusi besar dan titik balik terhadap
kemajuan ekonomi dari ketiga negara yang “lahir” pada tahun yang sama ini?

Awal Kemerdekaan dan Transformasi Ekonomi

Setelah Perang Korea tahun 1953, Korea Utara justru mengalami pemulihan lebih cepat dengan
berlandaskan kepada masyarakat industrial modern. Sementara itu, ROK justru diwarnai ketidakstabilan
politik, korupsi, mandegnya pertumbuhan ekonomi yang juga disertai dengan minimnya sumber daya
mineral dan energi, dan terlalu bergantung kepada bantuan asing (Amerika Serikat).

Tahun 1960an menjadi titik balik bagi ROK. Ada sebuah pemahaman yang disebut “South Korean
Miracle”. Ketergantungan ekonomi terhadap Amerika Serikat ternyata memicu brain gain bagi
masyarakat ROK. Banyak masyarakat ROK yang justru mendapatkan pengembangan skill dalam bidang
ekonomi, edukasi, dan juga keuangan. Selain itu, di era ini juga dibentuk suatu kebijakan yang
mendukung kebangkitan para pengusaha atau disebut “chaebol”. Di era ini beberapa perusahaan besar
seperti LG, Samsung, Ssangyong bermuncullan.

Terdapat dua perubahan fundamental yang menjadi titik balik bagi ekonomi ROK. Pertama adalah land
reform yang menggeser para aristokrat lama. Land reform menggeser para pemilik lahan agrikultur
(yangban) untuk diubah menjadi lahan industrial dan pembangunan sarana pendidikan. Kedua adalah
trasnformasi yang cepat di bidang pendidikan. Pemerintah pada periode tersebut berhasil membangun
sistem pendidikan primer, sekunder, bahkan tersier yang baik. Alhasil, pada tahun 1961, ROK memiliki
tingkat pendaftaran sekolah yang sangat tinggi di antara negara berkembang yang miskin pada saat itu,
sehingga masyarakatnya menjadi kaya literasi. [Source: An Unpromising Recovery: South Korea’s Post-
Korean War Economic Development: 1953 – 1961]
Beralih ke Vietnam. Vietnam telah mengalami setidaknya 150 tahun kolonialisme: wartime capitalism (di
Selatan pada tahun 1945 – 1975), monopolistic state socialism (di Utara tahun 1945 – 1986 dan di
Selatan tahun 1975 – 1986). Pengalaman ini tentunya membuat Vietnam mengalami kesulitan finansial
dan modal produktif yang berujung kepada rendahnya pertumbuhan secara makro dan mikro. Belum
lagi, perbedaan arah perekonomian juga membuat keduanya sulit untuk berintegrasi. [Source:
International business and the Challenges of Poverty]

Tahun 1986 menjadi titik balik dari perekonomian Vietnam. Dilansir dari WEF, PDB per kapita Vietnam
sebelum tahun 1986 berada pada posisi stagnan sekitar $200 - $300. Aksi konkrit yang menjadi titik
baliknya adalah melalui Kongres Nasional keenam menjadi fondasi dibentuknya konsep “doi moi” atau
renovasi. Ada tiga hal yang direncanakan: legalisasi keberadaan pasar swasta dengan perencanaan
tersentral, menunda transisi ke sosialisme, dan mengintegrasikan ekonomi campuran ke ekonomi dunia.
[Source: Tran and Smith 1997]. Melalui ‘doi moi’, lahan peternakan banyak dikembalikan ke fungsi yang
seteara dengan kepemilikan privat/swasta. Efeknya, sumber daya manusia dibebaskan untuk
berkembang sesuai dengan kondisi pasar tenaga kerja. WEF pernah menyebutkan bahwa ‘doi moi’ inliah
yang menjadi awal mula munculnya ‘Vietnam’s economic miracle’ sebagai fondasi perubahan sampai
sekarang.

Ditambahkan data soal Indonesia

Kemajuan yang Dirasakan Saat Ini

Mari kita bandingkan dengan kondisi saat ini. Titik balik yang telah dijabarkan di atas memang menjadi
fundamental yang memiliki peran signifikan terhadap perkembangan ekonomi di masa yang akan
datang. Dan memang jika melihat sejarahnya secara lebih rinci, banyak hal yang dipertaruhkan untuk
bisa mencapai kondisi ekonomi seperti saat ini, dan tentunya seiring perjalanannya banyak terjadi
dinamika baik secara internal maupun eksternal.

Saat ini PDB ROK berada pada poin USD1.662,25 miliar (2022) dilansir dari Trading Economics.
Berdasarkan data dari OECD, PDB per kapita ROK melesat jauh dibandingkan anggota OECD lainnya.

Gambar 1. Gambaran Perkembangan PDB Per Kapita ROK dan Negara OECD
ROK telah menjadi anggota OECD sejak tahun 1996 dan terus berkontribusi besar bagi pembangunan
global. Anggota OECD rata-rata merupakan negara yang tergolong berpendapatan tinggi, memiliki indeks
pembangunan manusia yang tinggi, dan juga dikategorikan sebagai negara maju.

Satu tahun berselang setelah bergabung, seluruh dunia harus merasakan krisis moneter global, tak
terkecuali ROK. ROK sangatlah rentan terhadap krisis eksternal karena banyaknya hutang perusahaan
(chaebols) yag sebagian besar berjangka pendek. Akibatnya, banyak Chaebols yang tidak mampu
membayar hutang, bahkan naik sampai lebih dari 500%, sehingga non-performing loans pun tak dapat
dihindarkan. Tetapi justru di titik inilah ROK menemukan secercah harapan untuk bisa menjadi lebih
kuat.

Gambar 2. Gambaran Hutang Chaebols di Krissi Asia

Krisis yang terjadi ini juga mendorong ROK untuk melakukan reformasi. Didorong semangat masyarakat
untuk pulih yang telah ada sejak tahun 1960an, ROK berhasil melakukannya kembali. Masyarakat yang
berpendidikan dan memiliki motivasi tinggi menjadi akar yang kuat membuat perubahan. Inilah yang
membuat ROK juga bisa bertahan dari krisis 2008 dan juga COVID-19.

Salah satunya adalah dengan memaksa keterbukaan terhadap investasi asing meliputi foreign direct
investment (FDI). Hal ini membantu dalam menciptakan stabilitas makroekonomi, kualitas manajemen
SDM, dan transfer teknologi. Pemerintahnya juga fokus kepada pengembangan skill dan R&D bagi
penduduk usia kerja. Alhasil, penduduknya juga kembali mendapatkan brain gain, yang mengarah pada
percepatan produksi barang bernilai tinggi. Contoh konkritnya adalah semikonduktor.
Gambar 3. Investasi RnD di ROK

ROK menjelma menjadi salah satu pusat inovasi global. Tahun 2020, ROK menempati posisi kedua dalam
Bloomberg Innovation Index. Hal ini tentunya hasil dari kerja keras investasi pemerintah dalam
pembangunan SDM dan keterbukaannya akan FDI. Kehadiran para chaebol sejak lama juga turut
membuka peluang untuk melakukan divesifikasi bisnis seperti halnya petrokimia, manufaktur, dan
pembangunan kapal.

Bagaimana dengan Vietnam?

Anda mungkin juga menyukai