Anda di halaman 1dari 5

PEREKONOMIAN NEGARA KOREA SELATAN

FIRGINIS DASILVA AGUSKY P

202110120

Ekonomi Korea Selatan

Ekonomi Korea Selatan merupakan ekonomi terbesar kedua belas di dunia berdasarkan produk do-
mestik bruto. Korea Selatan tergabung dalam beberapa organisasi ekonomi interna-
sional seperti G20, Kerjas ama Ekonomi Asia-Pasifik, Organisasi Perdagangan Dunia dan Organisasi
Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan yang sangat cepat
membuat negara ini dikenal dengan sebutan Macan Asia dan dikategorikan sebagai salah satu ne-
gara yang akan menguasai perekonomian dunia di grup Next Eleven. Selain itu, pertumbuhan
ekonomi yang sangat pesat ini sering dijuluki dengan istilah Keajaiban di Sungai Han. Ekspor Korea
Selatan menduduki tempat kedelapan terbesar di dunia, sementara nilai impornya menduduki tem-
pat kesepuluh terbesar di dunia. Industri Korea Selatan bergerak dengan pesat terutama atas per-
mintaan produk elektronik. Otomotif dan telekomunikasi juga menjadi industri andalan di Korea Se-
latan.

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan berlangsung pesat antara tahun 1970 hingga tahun 1995. Pen-
ingkatan ini disertai dengan aglomerasi sektor swasta dan sektor keuangan. Pasar modal diikuti oleh
para investor yang mencari kesempatan untuk mendapatkan laba. Selain itu, sektor ekonomi Korea
Selatan berubah dari sektor pertanian menjadi sektor industri. Pembangunan pabrik untuk keper-
luan pengembangan ekonomi menyebabkan terjadinya migrasi penduduk dari kawasan perde-
saan menuju ke kawasan perkotaan. Wilayah Korea Selatan yang mempunyai pertumbuhan ekonomi
yang pesat menjadi tujuan migrasi penduduk. Wilayah-wilayah ini mengalami urbanisasi sebanyak 4
kali lipat pada periode tahun 1960-an dan 1970-an.

Sistem Perekonomian Korea Selatan


Berdasarkan PDB (Pendapatan Domestik Bruto), ekonomi Korea Selatan berada di peringkat ke
15. Dunia Adapun sistem ekonomi yang dianut Korea Selatan adalah sistem ekonomi pasar (lib-
eral). Berstatus sebagai 'Macan Asia', Korea Selatan sukses mencapai peringkat kedelapan dunia
dalam hal ekspor. Sedangkan untuk nilai impor, Korea Selatan berada di peringkat 11 dunia.
Perkembangan ekonomi Korea Selatan terlihat pesat sejak akhir 1980-an. Kala itu PDB Korsel
berkembang dari rata - rata 8% per tahun (US$2,7 miliar) di tahun 1962, menjadi US$230 mil-
iar di tahun 1989. Angka ini 20 kali lipat lebih besar dari Korea Utara, dan setara dengan
ekonomi-ekonomi menengah di Uni Eropa. Adapun kemajuan ekonomi Korea Selatan ini dike-
nal dengan istilah 'Keajaiban di Sungai Han'.
Di kala krisis finansial Asia di tahun 1997, diketahui kelemahan dalam pengembangan ekonomi
Korea Selatan, termasuk rasio utang yang besar, pinjaman luar negeri yang besar, dan sektor fi-
nansial yang tidak disiplin. Kala itu pertumbuhan ekonomi jatuh di angka 6,6% (1998), namun
pulih dengan cepat ke angka 10,8% (1999), dan 9,2% (2000). Pertumbuhan ekonomi Korsel jus-
tru terpuruk ke angka 3,3% (2001), lantaran ekonomi global yang melambat, ekspor yang turun,
dan anggapan bahwa pembaharuan finansial dan perusahaan yang dibutuhkan tidak bertum-
buh.
Pada tahun 2002, ekonomi Korea Selatan kembali bangkit dengan pertumbuhan sebesar 5,8%.
Kala itu Korsel mengandalkan sektor industri dan konstruksi guna menopang perekonomian-
nya.
Pada tahun 2003, jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemuskinan mencapai 15%. In-
deks tersebut menunjukkan perbaikan, dari yang semula di angka 35.8 menjadi 31.3 pada tahun
2007. Nilai investasinya pun meningkat, yakni sebesar 29.3% dari PDB, dan menempati per-
ingkat 21 dunia.
Di tahun 2005, Korea Selatan merupakan pemimpin dalam akses Internet kecepatan tinggi,
produksi semikonduktor memori, produksi monitor layar-datar dan telepon genggam. Selain
itu, Korsel juga memimpin dalam pembuatan kapal (peringkat 1), produksi ban (peringkat 3),
produksi serat sintetis (peringkat 4), produksi otomotif (peringkat lima), dan baja (peringkat 6).
Untuk angka pengangguran Korea Selatan berada di peringkat 36, untuk Indeks Kemudahan
Berbisnis berada di peringkat 19, dan dalam Indeks Kebebasan Ekonomi (2010) berada di per-
ingkat 31 dari 179 negara.
Di sektor ekspor, Korea Selatan mengandalkan bidang semi konduktor, peralatan telekomu-
nikasi nirkabel, kendaraan bermotor, komputer, baja, kapal dan petrokimia. Mitra ekspor
utama mereka meliputi:
1. China / Tiongkok (21.5%)
2. Amerika Serikat (10.9%)
3. Jepang (6.6%)
4. Hong Kong (4.6%).
Untuk sektor impor, Korea Selatan mengimpor plastik, elektronik dan peralatannya, minyak,
baja dan bahan kimia organik. Adapun mitra impor utama Korea Selatan meliputi:
1. China / Tiongkok (17.7%)
2. Jepang (14%)
3. Amerika Serikat (8,9%)
4. Arab Saudi (7.8%)
5. Uni Emirat Arab (4.4%)
6. Australia (4.1%).
Melihat kemajuan ekonominya di atas, tampak jelas kalau Korea Selatan tergolong negara yang
progresif. Mereka yang awalnya di dianggap tidak stabil (di era 1960-an), kini telah 'menjelma'
menjadi negara industri utama dunia, dalam waktu kurang dari 40 tahun.
Adapun kemajuan perekonomian Korea Selatan tak lepas dari andil para konglomerat besar
yang dikenal dengan sebutan chaebol. Adapun chaebol terbesar di Korea Selatan meliputi:
1. Samsung Electronics
2. POSCO
3. Hyundai Motor Company
4. KB Financial Group
5. Korea Electric Company
6. Samsung Life Insurance
7. Shinhan Financial Group
8. LG Electronics
9. Hyundai
10.LG Chem.

Pondasi Ekonomi
Jika ditarik mundur ke belakang, Korea Selatan dan Indonesia sama-sama pernah dijajah oleh
negara Jepang. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu karena dua kotanya dibom oleh
Amerika Serikat pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, maka negara-negara yang dijajah oleh
Jepang mengalami kekosongan kekuasaan.

Situasi emas ini kemudian dimanfaatkan negara-negara jajahan Jepang untuk segera mengu-
mumkan kemerdekaannya, tak terkecuali Indonesia dan Korea. Korea memerdekakan diri pada
tanggal 15 Agustus 1945, selang 2 hari setelah itu pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia juga
mengumumkan kemerdekaan melalui proklamasi yang dibacakan oleh Ir. Soekarno.

Terjadinya perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet, menyebabkan adanya
perbedaan ideologi di Korea yang berakhir dengan perpecahan antara Korea Selatan sebagai ne-
gara ekonomi industri kapitalis dan Korea Utara sebagai negara militer komunis.

Usai terjadinya perang saudara ini, kondisi Korea Selatan sangat memprihatikan bahkan saat
itu Korea Selatan lebih miskin daripada Indonesia. Rowan Callick dalam bukunya yang berjudul
"The Australian" mengungkapkan bahwa saking miskinnya negara Korea Selatan, PBB sampai
menyarankan Korea Selatan untuk meniru negara Kenya agar bisa terlepas dari kemiskinan.

Untuk dapat bangkit dari keterpurukannya di masa lalu, Korea Selatan bertekad menerapkan
beberapa hal penting yang menjadi pondasi kekuatan ekonomi hingga dapat semaju sekarang
ini.

1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia


Kurangnya sumber daya alam yang dimiliki Korea, mau tidak mau masyarakat Korea harus da-
pat meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Budaya kerja keras dan pan tang meny-
erah adalah salah satu kunci keberhasilan Korea Selatan hingga saat ini.

Dalam buku yang ditulis oleh Daron Acemolu dan James A. Robinson yang berjudul "Why Na-
tion Fail", disebutkan bahwa Korea Selatan dapat maju karena dua hal, yaitu institusi ekonomi
yang inklusif serta investasi di bidang pendidikan.
2. Mencintai produk dalam negeri
Walaupun pada saat itu (setelah perang saudara) Korea Selatan dibombardir banyak produk
dan brand-brand dari China, Amerika, bahkan Jepang. Namun, masyarakatnya tetap memilih
produk-produk dari negaranya, Korea. Hal tersebut sangat berdampak besar terhadap
perekonomian Korea hingga saat ini.

3. Sistem ekonomi pasar (liberal)


Kemajuan ekonomi Korea Selatan salah satunya juga disebabkan oleh sistem ekonomi yang be-
bas (liberal). Adanya perlindungan atas hak milik dalam pasar yang relatif bebas di Korea Sela-
tan memberikan insentif terhadap individu untuk melakukan inovasi dalam berwirausaha
dalam bentuk profit, juga dapat meningkatkan persaingan antar perusahaan menjadi lebih se-
hat.
Kebijakan tersebut dapat digambarkan melalui drama "Start-Up" yang begitu banyak digemari
beberapa waktu lalu. Dalam drama ini digambarkan dengan jelas bagaimana situasi persaingan
bisnis dan investasi di Korea Selatan yang benar-benar sangat ketat. Para investor saling ber-
saing untuk mendapatkan tempat berinvestasi yang dinilai dapat berkembang pesat kedepan-
nya.
Perlindungan hak milik sangatlah penting bagi seorang investor. Tanpa adanya hal tersebut
maka investor tidak akan melakukan investasi dan meningkatkan produktivitas. Adanya insti-
tusi ekonomi inklusif yang didasari hak milik di Korea Selatan, dapat meningkatkan aktivitas
ekonomi, mendorong peningkatan produktivitas dan kesejahteraan ekonomi bagi Korea Sela-
tan.

Bahkan saat ini perekonomian di Korea Selatan sudah tergolong ke dalam perekonomian negara
maju di mana mereka sudah menjadi produsen kelas atas. Korea Selatan juga memiliki banyak
perusahaan teknologi raksasa seperti Samsung yang sudah menjamur di pasar global. Seluruh
hal tersebut dapat terjadi karena institusi ekonomi di Korea Selatan mendorong adanya inves-
tasi dan perdagangan global.

4. Korean Wave
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar orang, mulai mengenal lebih dalam akan negara
Korea Selatan, akibat pengaruh dari adanya arus deras Korean Wave.
Selain kagum dengan perekonomian maupun industri hiburannya yang bertaraf internasional.
Pengenalan budaya, sejarah, hingga pariwisata melalui Korean Wave juga menjadi daya tarik
tersendiri bagi saya terhadap Korea Selatan. Sebagai negara yang kaya akan budaya, hal ini da-
pat dijadikan contoh bagi negara kita Indonesia sebagai ajang pengenalan budaya kepada dunia.

Dunia hiburan yang bersifat membius telah berhasil membuat banyak orang sampai merasa
tergila-gila dengan negara Korea Selatan. Dengan K-Pop dan Korean drama, Korea Selatan juga
telah berhasil menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia yang menjadikan seni dan budaya
sebagai komoditas ekspor. Hingga saat ini terbukti bahwa industri hiburan Korea menjadi salah
satu penyumbang terbesar bagi devisa negara.

Tidak hanya itu, pergantian trend fashion Korea yang begitu cepat juga menjadi daya tarik
tersendiri bagi saya untuk bercita-cita menyempatkan diri berkunjung ke Korea. Dikenal seba-
gai negara yang fashionable, industri fashion Korea juga telah berhasil membius banyak wisa-
tawan asing untuk berkunjung.

Anda mungkin juga menyukai