Anda di halaman 1dari 30

DRAFT KIMIA X II

BAB 1: TATA NAMA SENYAWA

Setiap senyawa kimia tentunya memiliki nama spesifik untuk


membedakannya dari senyawa yang lain. Untuk memudahkan
pengenalan nama dan mencegah kesimpangsiuran dalam memberi
nama senyawa kimia, IUPAC (International Union of Pure and
Applied Chemistry) membuat suatu aturan penamaan. Aturan
IUPAC dalam penamaan senyawa kimia dibedakan untuk senyawa
anorganik dan senyawa organik.

Tata Nama Senyawa Anorganik

Tata nama senyawa anorganik dapat dikelompokkan menjadi


senyawa ion, senyawa molekul, dan asam.

a. Senyawa ion
Senyawa ion terdiri dari kation (ion positif) dan anion (ion
negatif). Pada umumnya, kation merupakan ion logam dan
anion merupakan ion nonlogam.
1. Kation
1. Kation dari unsur logam diberi nama sama
dengan unsur logam tersebut.
Contoh: ion natrium (Na+), ion kalsium (Ca2+), ion
perak (Ag+)
2. Jika logam dapat membentuk kation dengan
muatan berbeda, jumlah muatannya ditulis
dengan angka Romawi dalam tanda kurung
setelah nama unsur logam itu.
Contoh: ion besi(II) (Fe2+), ion besi(III) (Fe3+)
3. Kation dari unsur nonlogam umumnya memiliki
akhiran -ium.
Contoh: ion amonium (NH4+), ion hidronium
(H3O+)

2. Anion
1. Anion monoatom diberi nama dengan akhiran -
ida pada nama unsur tersebut.
Contoh: ion hidrida (H−), ion oksida (O2−), ion
nitrida (N3−), ion fluorida (F−)
2. Anion poliatom yang mengandung unsur oksigen
(oksoanion) diberi nama dengan akhiran -at
ataupun -it. Akhiran -at digunakan untuk anion
poliatom yang memiliki atom O lebih banyak
dibanding anion dengan akhiran -it.
Contoh: ion nitrat (NO3−), ion nitrit (NO2−). ion
sulfat (SO42−), ion sulfit (SO32−)
3. Anion yang diturunkan dari penambahan H+ pada
oksoanion diberi nama dengan menambahkan
awalan hidrogen atau dihidrogen.
Contoh: ion hidrogen karbonat (HCO 3−), ion
dihidrogen fosfat (H2PO4−)
Nama senyawa ion terdiri dari nama kation di
awal kemudian diikuti dengan nama anion di
akhir.
Contoh:
KBr :kalium bromida
BaCl2 : barium klorida
Ag2S : perak sulfida
Al(NO3)3 : aluminium nitrat
FeS : besi(II) sulfida
Fe2O3 : besi(III) oksida
CuSO4 : tembaga(II) sulfat
NH4CN : amonium sianida
b. Senyawa molekul
Senyawa molekul terdiri unsur-unsur nonlogam. Pada
bagian ini, tata nama senyawa molekul yang akan dibahas
hanya untuk senyawa molekul biner, yaitu senyawa
molekul yang hanya terdiri dari dua jenis unsur. Berikut
aturan penamaaan senyawa molekul biner.
1. Nama dari unsur yang terletak lebih kiri pada sistem
periodik unsur ditulis terlebih dahulu sebagai unsur
pertama. Pengecualian untuk senyawa yang
mengandung oksigen, dan klorin, bromin, atau iodin
(semua halogen kecuali fluorin), oksigen ditulis
sebagai unsur terakhir.
Contoh: HBr, BCl3, PCl5, CS2, NO, Cl2O, I2O5, OF2
2. Jika kedua unsur berada pada golongan yang sama,
maka unsur pertama adalah unsur yang terletak lebih
bawah pada golongan dalam sistem periodik unsur.
Contoh: ClF3, IF5
3. Unsur terakhir diberi akhiran -ida.
Contoh: HF (hidrogen fluorida), H2S (hidrogen sulfida)
4. Jumlah atom dari masing-masing unsur menentukan
awalan bahasan Yunani yang dipakai untuk penulisan
nama senyawa molekul. Awalan -mono tidak
digunakan untuk unsur pertama.
Contoh: N2O (dinitrogen monoksida), N2O5 (dinitrogen
pentaoksida), NO2 (nitrogen dioksida), CO (karbon
monoksida), CS2 (karbon disulfida), PCl5 (fosforus
pentaklorida), SF6 (sulfur tetrafluorida), IBr (iodin
monobromida).
c. Asam
Berdasarkan definisi asam basa oleh Arrhenius, senyawa
asam adalah senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan
melepas ion H+. Pada umumnya, asam dapat terionisasi
dalam air menjadi ion H+ dan anion yang disebut sisa
asam. Penamaan senyawa asam dimulai dari kata ‘asam’
diikuti dengan nama anion sisa asam.
Contoh:
HCl : asam klorida
HF : asam fluorida
H 2S : asam sulfida
HCN : asam sianida
H2CO3 : asam karbonat
H2SO4 : asam sulfat
HClO4 : asam perklorat

Tata Nama Senyawa Organik

Tata nama senyawa organik cenderung lebih kompleks dibanding


tata nama senyawa anorganik. Penamaan senyawa organik tidak
hanya bergantung dari rumus kimianya, namun juga sangat
bergantung pada struktur kimia senyawa. Dalam mempelajari
senyawa organik, seringkali ditemui senyawa-senyawa
dengan rumus molekul sama namun memiliki struktur kimia
berbeda yang dikenal dengan istilah ‘isomer’.

Penamaan senyawa organik hidrokarbon, yakni senyawa yang


hanya terdiri dari unsur karbon dan hidrogen, akan dibahas pada
bab Hidrokarbon. Dalam bab tersebut secara khusus akan
dibahas senyawa-senyawa hidrokarbon alifatis, seperti alkana,
alkena, dan alkuna. Penamaan senyawa-senyawa alkohol, eter,
aldehid, keton, asam karboksilat, ester, dan haloalkana akan
dibahas pada bab Senyawa Turunan Alkana. Penamaan benzena
dan senyawa-senyawa turunannya akan dibahas pada bab Benzena
dan Turunannya.

Latihan:

1. Nama senyawa dengan rumus kimia Li2O adalah . . . . .


A. dilitium monooksida
B. dilitium dioksida
C. litium oksida
D. litium (I) oksida
E. litium (II) oksida
2. Rumus kimia dari magnesium nitrida adalah . . . .
A. MgN
B. MgN2
C. Mg2N
D. Mg2N2
E. Mg3N2
3. Nama senyawa As2O3 yang tepat adalah . . . .
A. Arsen oksida
B. Diarsen oksida
C. Diarsen trioksida
D. Arsen trioksida
E. diarsen trioksigen
4. Rumus kimia senyawa difosforus pentaoksida adalah . . . . .
A. 2FO5
B. F2O5
C. 2PO5
D. P2O5
E. 2P2O5
5. Nama senyawa yan tepat untuk Fe2O3 adalah
A. besi oksida
B. dibesi trioksida
C. Besi dioksida
D. Besi (II) Oksida
E. Besi (III) oksida
6. Rumus kimia aluminium fospat adalah …..
A. AlPO4
B. Al2(PO4)3
C. Al3(PO4)2
D. Al(PO4)2
E. Al(PO4)3
7. Nama yang benar untuk senyawa Fe2(SO4)3 adalah
A. besi sulfide
B. besi sulfide
C. besi (III) sulfat
D. besi (II) sulfat
E. besi sulfat
8. Apabila ion Mg+2 bertemu dengan ion Cl; maka akan terbentuk
senyawa dengan rumus…
A. MgCl
B. Mg2Cl
C. MgCl2
D. Mg3Cl2
E. Mg2Cl3
9. Timbal (II) nitrat mempunyai rumus kimia ……
A. PbNO3
B. Pb2NO3
C. 2PbNO3
D. (Pb)2NO3
E. Pb(NO3)2
10. Nama-nama senyawa di bawah ini tidak sesuai dengan rumus
kimianya, kecuali……
A. Na2O = dinatrium monoksida
B. AlCl3 = aluminium trioksida
C. Fe2O3 = besi (II) trioksida
D. CaCO3 = kalsium karbonat
E. Cu(NO3)2 = tembaga nitrat

BAB 2: PERSAMAAN REAKSI

Persamaan reaksi kimia adalah pernyataan yang ditulis dengan


rumus kimia yang memberikan informasi identitas dan kuantitas
zat-zat yang terlibat dalam suatu perubahan kimia ataupun fisika.
Semua zat yang terlibat dalam reaksi yang di mana jumlahnya
berkurang setelah reaksi, disebut pereaksi (reaktan), ditempatkan
di sebelah kiri tanda panah yang mengarah ke kanan. Pada sebelah
kanan tanda panah terdapat hasil reaksi (produk), yakni semua zat
yang dihasilkan dari reaksi.
Dalam rumus kimia, terdapat indeks, yaitu angka yang ditulis dalam
format subscript (berukuran kecil dengan posisi agak ke bawah)
pada sebelah kanan simbol unsur atau kelompok atom unsur
(gugus), yang menyatakan jumlah atom unsur atau kelompok atom
unsur. Contoh: Br2 menunjukkan terdapat 2 atom Br yang saling
berikatan; dan Fe(NO3)3 menunjukkan terdapat 1 atom Fe, 3 atom
N, dan 9 atom O saling berikatan.

Dalam persamaan reaksi, dikenal koefisien reaksi, yaitu bilangan


yang berada di sebelah kiri rumus kimia untuk mengalikan jumlah
semua atom dalam rumus kimia tersebut. Contoh:
2SO3 menunjukkan terdapat 2 molekul SO 3. Perbandingan
koefisien-koefisien reaksi menunjukkan perbandingan mol zat-zat
yang bereaksi dalam reaksi kimia tersebut. Pada setiap reaktan dan
produk perlu dituliskan wujud zatnya, seperti s yaitu padat (solid), l
yaitu cair (liquid), g yaitu gas, atau aq yaitu larutan dengan pelarut
air (aqueous) di dalam tanda kurung di sebelah kanan rumus
molekul masing-masing.

Menuliskan Persamaan Reaksi

Penulisan persamaan reaksi dapat mengikuti langkah-langkah


sebagai berikut.

1. Menuliskan persamaan dalam kata-kata yang terdiri dari


nama dan wujud zat dari semua pereaksi beserta hasil
reaksi;

2. Menerjemahkan persamaan kata-kata ke dalam


persamaan rumus kimia dari masing-masing zat berikut
keterangan wujudnya; dan

3. Menyetarakan persamaan dengan memberi koefisien yang


sesuai.
Contoh:

Aluminium oksida direaksikan dengan larutan asam klorida


membentuk larutan aluminium klorida dan air.

1. Persamaan kata-kata: aluminium oksida padat + larutan


asam klorida → larutan aluminium klorida + air

2. Persamaan rumus kimia: Al2O3(s) + HCl(aq) → AlCl3(aq) +


H2O(l) (belum setara)

3. Persamaan reaksi setara: Al2O3(s) + 6HCl(aq) → 2AlCl3(aq)


+ 3H2O(l)

Persamaan reaksi dikatakan setara, bila jumlah atom-atom zat-zat


pereaksi (pada ruas kiri) sama dengan zat-zat hasil reaksi (pada ruas
kanan). Apabila jumlah atom sebelum dan sesudah reaksi belum
sama, maka perlu disetarakan dengan cara membubuhkan
koefisien reaksi, namun indeks tidak boleh diubah. Pengubahan
indeks akan mengubah rumus kimia zat menjadi zat lain, misalnya
O2 (oksigen) jika diubah dapat menjadi O3 (ozon) yang merupakan
dua zat yang berbeda.

Contoh persamaan reaksi kimia setara:

P4 berwujud padat dan 6Cl2 berwujud gas adalah pereaksi.


4PCl3 berwujud cair adalah hasil reaksi. Koefisien reaksi untuk
masing-masing zat yaitu 1 (tidak perlu ditulis), 6, dan 4 berurut dari
kiri ke kanan.

Menyetarakan Persamaan Reaksi

Penyetaraan persamaan reaksi kimia umumnya dapat dilakukan


dengan metode trial and error (coba-coba). Namun, sebenarnya
penyetaraan reaksi dapat dilakukan dengan cara yang lebih
sistematis dengan menyusun dan menyelesaikan persamaan
matematis. Berikut langkah-langkah dalam menyetarakan
persamaan reaksi dengan cara menyusun persamaan matematis.

1. memberikan koefisien reaksi yang dinyatakan dengan


variabel (misalnya a, b, c, dan d) pada setiap zat;

2. menyusun persamaan matematis berdasarkan kesamaan


jumlah atom unsur yang sama di ruas kiri maupun kanan,
di mana jumlah atom = koefisien × indeks; dan

3. menyelesaikan persamaan-persamaan matematis yang


diperoleh dari langkah 2 dengan sebelumnya menetapkan
koefisien salah satu zat sama dengan 1, di mana zat yang
dipilih biasanya adalah zat dengan rumus kimia paling
kompleks.

Contoh:

Reaksi kalsium karbonat dengan larutan asam klorida menghasilkan


larutan kalsium klorida, karbon dioksida, dan air.

CaCO3(s) + HCl(aq) → CaCl2(aq) + CO2(g) + H2O(l)

1. pemberian koefisien reaksi pada setiap zat dalam variabel:


aCaCO3(s) + bHCl(aq) → cCaCl2(aq) + dCO2(g) + eH2O(l)
2. persamaan matematis berdasarkan kesamaan jumlah
atom unsur yang sama:

atom Ca : a = c

atom C : a = d

atom O : 3a = 2d + e

atom H : b = 2e

atom Cl : b = 2c

3. penyelesaian persamaan dengan menetapkan salah satu


koefisien sama dengan 1, misalnya a, sehingga: a = 1; c = 1;
d = 1; e = 1; dan b = 2.
Jadi, persamaan reaksi setaranya adalah CaCO3(s) +
2HCl(aq) → CaCl2(aq) + CO2(g) + H2O(l)

Latihan

1. Apabila ion Sn+4 bergabung dengan ion O-2 maka akan


terbentuk senyawa dangan rumus ….
A. SnO
B. Sn2O
C. SnO2
D. Sn2O3
E. Sn2O4
2. Untuk reaksi : aFeS2 + bO2 ‘→ cFe2O3 + dSO2 Koefien reaksi
beturut-turut adalah ………
A. 4, 2, 2, 8
B. 2, 4, 11, 8
C. 4, 11, 2, 8
D. 8, 2, 4, 11
E. 11, 4, 8, 2
3. diantara reaksi berikut yang sudah setara adalah ……
A. H2 + O2 → H2O
B. N2 + 3H2 → 2NH3
C. Mg + HCl → MgCl2 +H2
D. C + O2 → CO
E. SO2 + 3O2 → SO3
4. Pada satu persamaan reaksi, zat-zat yang berbeda disebelah
kanan anak panah disebut…
A. zat pereaksi
B. zat reaktan
C. Zat yang di reaksikan
D. zat dalam reaksi
E. zat hasil reaksi
5. dari reaksi : Cu + 2NHO3 → Cu(NO3)2 + H2 yang disebut zat
produk adalah
A. HNO3
B. Cu dan HNO3
C. HNO3 dan H2
D. Cu(NO3)2 + H2
E. Cu(NO3)2
6. Diketahui bilangan oksida logam Ca =+2, O= -2, maka nama
senyawa yang dibentuk oleh kedua unsur adalah ……
A. Kalsium oksida
B. Kalsium dioksida
C. Kalium oksida
D. Kalium dioksida
E. Kalsium (II) oksida
7. Logam alumunium dioksida oleh oksigen membentuk
aluminium oksida, persamaan reaksi yang benar adalah ….
A. 4Al + 3O2 → 2Al2O3
B. 4Al → 3O2 + 2Al2O3
C. 4Al2O3 → 3Al + 2O2
D. 4Al2O3 + 3O2 → 2Al
E. 4Al + 3O2 → 2AlO3
8. Ca(s) + 2H2O(l) → Ca(OH)2(aq) +H2(g)
Bentuk word equation dari persamaan di atas adalah … .
A. Kalsium + air → kalsium hidroksida + gas hidrogen
B. Kalsium + air → kalsium hidrida + gas hidrogen
C. Kalsium + air →sesium hidroksida + gas hidrogen
D. Sesium + air → sesium hidoksida + gas hidrogen
E. Sesium + air → sesium hidrida + gas hidrogen
9. Pada pembakaran 4 mol garam sulfida dari timbal dengan 6
mol gas oksigen dihasilkan 4 mol gas sulfur dioxida dan
sejumlah timbal (II) oksida.
Nama garam timbal sulfida tersebut adalah …
A. Timbal sulfida
B. Timbal (IV) sulfida
C. Timbal (II) sulfida
D. Timbal (IV) sulfida (III)
E. Timbal (II) sulfida (IV)
10. Fe2O3 + CO → Fe+CO2
Reaksi kimia di atas belum setara. Koefisien dari senyawa
karbon monoksida adalah … .
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5

BAB 3: HUKUM DASAR KIMIA

Hukum dasar kimia adalah teori yang merumuskan fakta-fakta


empiris dari berbagai observasi dan eksperimen kimia berulang-
ulang menggunakan metode ilmiah. Hukum-hukum dasar kimia
penting untuk dipahami sebelum mempelajari aspek kuantitatif dan
kualitatif ilmu kimia. Aspek kuantitatif meliputi keterkaitan jumlah
zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Aspek kualitatif meliputi
penentuan zat.

1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)


Berdasarkan pengamatan kuantitatif terhadap
eksperimen-eksperimen kimia yang dilakukannya, Antoine
Laurent Lavoisier menemukan bahwa: “Dalam sistem
tertutup, massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah
sama”. Dengan kata lain, dalam reaksi kimia atom-atom
tidak dimusnahkan, tidak diciptakan, ataupun diubah
menjadi atom lain, namun hanya mengalami perubahan
susunan menjadi partikel zat yang berbeda.

Dari eksperimen-eksperimen tersebut, Lavoisier juga


menemukan peranan gas oksigen dalam reaksi-reaksi
pembakaran. Massa gas oksigen yang bereaksi dalam
reaksi pembakaran juga perlu diperhitungkan. Gas-gas
yang terlibat dalam suatu reaksi kimia sebagai pereaksi
ataupun hasil reaksi juga memiliki massa yang harus ikut
diperhitungkan dalam pengamatan kuantitatif setiap
reaksi dalam eksperimen kimia.

Pada eksperimen reaksi pemanasan 572,4 g calx merkuri


(HgO) menghasilkan 530 g logam merkuri (Hg) dan 42,4 g
gas oksigen (O2), terlihat bahwa total massa zat sebelum
reaksi (572,4 g) sama dengan total massa zat setelah
reaksi (530 g + 42,4 g). Hal ini sesuai dengan hukum
kekekalan massa, di mana pada reaksi kimia tidak terjadi
perubahan massa.
2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)
Pada tahun 1799, Joseph Louis Proust menemukan bahwa:
“Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu senyawa
adalah tertentu dan tetap”. Suatu senyawa yang sama
meskipun dihasilkan dari reaksi kimia yang berbeda juga
akan memiliki komposisi unsur yang sama.

Pada eksperimen reaksi unsur hidrogen (H2) dengan unsur


oksigen (O2) membentuk senyawa air (H2O), diperoleh
bahwa perbandingan massa hidrogen dengan massa
oksigen yang bereaksi selalu tetap, yakni 1 : 8.

3. Hukum Kelipatan Perbandingan (Hukum Dalton)


Senyawa merupakan zat yang terbentuk dari gabungan
dua atau lebih unsur berbeda dengan komposisi tertentu
dan tetap. Gabungan dari dua unsur berbeda
memungkinkan dibentuknya beberapa senyawa yang
berbeda komposisi masing-masing unsurnya. Misalnya,
unsur karbon (C) dan unsur oksigen (O) dapat bergabung
membentuk senyawa CO dan CO2.

John Dalton mengamati adanya suatu pola keteraturan


terkait dengan perbandingan unsur dalam senyawa-
senyawa tersebut. Pola keteraturan tersebut kemudian
dirumuskan sebagai Hukum Kelipatan Perbandingan yang
berbunyi: “Bila dua unsur dapat membentuk lebih dari
satu senyawa dan jika massa salah satu unsur tersebut
dalam senyawa-senyawa tersebut adalah sama, maka
perbandingan massa unsur yang lain dalam senyawa-
senyawa tersebut merupakan bilangan bulat dan
sederhana”.

Sebagai contoh, unsur belerang dan unsur oksigen dapat


membentuk dua jenis senyawa. Komposisi senyawa I
adalah 50% belerang dan 50% oksigen. Komposisi senyawa
II adalah 40% belerang dan 60% oksigen.

Jika dimisalkan masing-masing terdapat 100 g senyawa I


dan senyawa II, terlihat bahwa perbandingan massa
belerang dengan massa oksigen pada senyawa I dan
senyawa II berturut-turut adalah 1 : 1 dan 1 : 1,5. Bila
massa belerang dalam senyawa I dan senyawa II adalah
sama, misalnya sama-sama sebanyak 1 g, maka
perbandingan massa oksigen dalam senyawa I dengan
senyawa II adalah 1 g : 1,5 g atau sama dengan 2 : 3. Nilai
perbandingan massa unsur oksigen dalam senyawa I
dengan senyawa II ketika massa unsur belerang dalam
senyawa I dan senyawa II sama tersebut merupakan
bilangan bulat dan sederhana. Hal ini menunjukkan bahwa
kedua senyawa tersebut memenuhi Hukum Kelipatan
Perbandingan.
4. Hukum Perbandingan Volum (Hukum Gay-Lussac)
Berdasarkan hasil eksperimen terhadap berbagai reaksi
kimia dari gas-gas, Joseph Louis Gay-Lussac menyimpulkan
bahwa: “Pada suhu dan tekanan yang sama, volum gas-gas
yang bereaksi dan volum gas-gas hasil reaksi berbanding
sebagai bilangan bulat dan sederhana”. Ia menemukan
bahwa jika diukur pada suhu dan tekanan yang sama,
untuk setiap dua satuan volum gas hidrogen (H 2) yang
bereaksi dengan satu satuan volum gas oksigen (O 2) akan
menghasilkan dua satuan volum uap air (H 2O). Hasil ini
menunjukkan bahwa perbandingan volum gas hidrogen :
oksigen : uap air adalah 2 : 1 : 2 yang merupakan bilangan
bulat dan sederhana. Namun, hukum perbandingan volum
tersebut hanya berlaku untuk reaksi-reaksi dalam wujud
gas saja.
5. Hipotesis Avogadro (Hukum Avogadro)
Hasil eksperimen Gay-Lussac tentang perbandingan volum
gas sebagai bilangan bulat sederhana tidak dapat
dijelaskan dengan teori atom Dalton. Dalton gagal
menjelaskan perbandingan volum gas hidrogen dan gas
oksigen yang menghasilkan uap air adalah 2 : 1 : 2.
Menurut teori atom Dalton, perbandingan volum gas
hidrogen : oksigen : uap air seharusnya 1 : 1 : 1. Hal ini
dikarenakan asumsi Dalton bahwa partikel unsur selalu
berupa atom tunggal (monoatomik).

Pada tahun 1811, Amedeo Avogadro menyatakan bahwa


partikel unsur tidak harus selalu berupa atom tunggal
(monoatomik), tetapi dapat berupa dua atom (diatomik)
atau lebih (poliatomik). Partikel unsur yang terdiri dari dua
atom atau lebih tersebut disebutnya sebagai molekul
unsur. Berdasarkan hal tersebut, Avogadro mengajukan
suatu hipotesis yang dikenal dengan Hipotesis Avogadro
(kadang disebut juga Hukum Avogadro), yang berbunyi:
“Pada suhu dan tekanan yang sama, semua gas yang
volumnya sama akan mengandung jumlah molekul yang
sama pula”. Jadi, perbandingan volum gas-gas akan sama
dengan perbandingan jumlah molekul gas-gas tersebut.
Dengan kata lain, nilai perbandingan volum gas-gas yang
terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksi masing-
masing gas dalam persamaan reaksi. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan ilustrasi berikut.

Latihan

1. Sejumlah logam besi dipijarkan dengan 3,2 gram belerang


menghasilkan 8,8 gram senyawa besi(II) sulfida. Berapa gram
logam besi yang telah bereaksi?
2. Serbuk magnesium yang massanya 3 gram tepat habis
bereaksi dengan sejumlah serbuk belerang menghasilkan
senyawa magnesium sulfida yang massanya 7 gram. Tentukan
massa serbuk belerang yang telah bereaksi!
3. Di dalam senyawa CaS, perbandingan massa Ca : S = 5 : 4. Jika
10 gram kalsium direaksikan dengan 9 gram serbuk belerang,
maka massa CaS yang dihasilkan sebanyak?
4. Perbandingan massa unsur magnesium dan oksigen di dalam
senyawa magnesium oksida (MgO) adalah 3:2. Jika 6 gram
magnesium direaksikan dengan oksigen untuk membentuk
senyawa magnesium oksida, berapa gram oksida yang
diperlukan dan berapa gram magnesium oksida yang
dihasilkan?
5. Senyawa besi sulfida tersusun dari unsur besi (Fe) dan unsur
belerang (S) dengan perbandingan massa Fe : S = 7 : 4. Bila 15
gram besi dan 2 gram belerang dibentuk menjadi senyawa
besi sulfida, berapa gram massa besi sulfida yang dapat
terjadi?
6. Unsur P dan unsur R dapat membentuk senyawa 3 senyawa.
Jika kadar massa P di dalam senyawa I = 20%, pada senyawa II
= 25%, dan pada senyawa III = 40%, hitunglah perbandingan!
7. Setiap 2 liter gas nitrogen tepat habis bereaksi dengan 3 liter
gas oksigen menghasilkan 1 liter gas oksida nitrogen. Jika
volume diukur pada suhu dan tekanan yang sama, tentukan
rumus molekul oksida nitrogen tersebut.
8. Berapa liter gas oksigen yang diperlukan untuk membakar 5
liter gas butana (C4H10) agar semua gas butana tersebut habis
bereaksi?
9. Pembakaran sempurna gas amonia memerlukan gas oksigen
dengan persamaan reaksi:

Dengan menganggap bahwa kadar oksigen di udara 20%,


tentukan volume udara yang diperlukan untuk membakar 4
liter gas amonia.

10. Perbandingan massa carbon terhadap oksigen dalam karbon


dioksida adalah 3 : 8. Berapa gram karbon dioksida dapat
dihasilkan apabila 6 gram karbon dengan 16 gram oksigen ?

BAB 4: STOIKIOMETRI
Stoikiometri adalah dasar perhitungan kimia yang menyatakan
relasi kuantitatif rumus kimia dan persamaan kimia. Berikut ini
materi yang perlu kamu ketahui untuk memahaminya, mulai dari
konsep mol dan massa molar, rumus empiris dan rumus molekular,
dasar stoikiometri larutan dan gas ideal, dan penulisan dan
penyetaraan reaksinya, disertai contoh soal dan pembahasannya.

Konsep Mol dan Massa Molar ({})

Dalam sistem SI, satu mol didefinisikan sebagai jumlah dari materi
yang terdiri dari entitas-entitas (atom-atom, molekul-molekul, atau
partikel-partikel lainnya) sejumlah jumlah atom-atom yang berada
dalam 12 gram karbon-12. Nilai jumlah atom tersebut adalah
6,022×1023 yang disebut bilangan Avogadro, NA.

Massa molar, }, didefinisikan sebagai massa dari 1 mol entitas


(atom, ion, molekul, unit formula) dari materi. Satuan dari massa
molar (}) adalah gram/mol.

Materi Stoikiometri: Hubungan massa, jumlah mol, dan jumlah


atom dari unsur
(Sumber: Chang, Raymond. 2010. Chemistry (10th edition). New
York: McGraw Hill)

Rumus Empiris dan Rumus Molekuler


Rumus empiris merupakan rasio bilangan bulat paling sederhana
dari jumlah mol dari masing-masing unsur dalam suatu senyawa.
Rumus molekuler merupakan jumlah mol sebenarnya dari masing-
masing unsur dalam 1 mol senyawa. Rumus molekuler bisa saja
identik dengan rumus empiris ataupun merupakan kelipatan
bilangan bulat dari rumus empiris. Sebagai contoh, asam fosfat
(H3PO4) memiliki rumus molekuler dan rumus empiris yang identik.
Glukosa memiliki rumus molekuler C 6H12O6 yang
merupakankelipatan 6 kali rumus empirisnya, CH2O.

rumus molekuler ≡ (rumus empiris)n

}rumus molekuler = n× }rumus empiris, n = 1, 2, 3, …

Dasar Stoikiometri Larutan

Istilah “konsentrasi” larutan menyatakan jumlah zat terlarut yang


dilarutkan dalam sejumlah tertentu pelarut atau sejumlah tertentu
larutan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dalam molaritas.
Molaritas (M) didefinisikan sebagai jumlah mol zat terlarut per liter
larutan.

Dasar Stoikiometri Gas Ideal

Volum molar, Vm, didefinisikan sebagai volum dari 1 mol entitas


(atom, ion, molekul, unit formula) dari materi. Satuan dari volum
molar (Vm) adalah L/mol.
Hukum Avogadro menyatakan bahwa pada tekanan dan
temperatur tertentu dan tetap, volum gas secara langsung
berbanding lurus terhadap jumlah gas.

Pada keadaan STP (P = 1 atm, T = 273 K), V m gas ideal = 22,414


L/mol

Pada keadaan RTP/ATP (P = 1 atm, T = 298 K), V m gas ideal = 24


L/mol

Pada keadaan tertentu, berlaku hukum gas ideal:

di mana R adalah tetapan gas, R = 0,08206 L∙atm/mol∙K = 8,314


J/mol∙K

Menulis dan Menyetarakan Persamaan Reaksi Kimia

Persamaan reaksi kimia adalah pernyataan yang ditulis dengan


rumus molekuler yang memberikan informasi identitas dan
kuantitas zat-zat yang terlibat dalam suatu perubahan kimia
ataupun fisika. Semua zat yang bereaksi, disebut pereaksi/reaktan,
ditempatkan di sebelah kiri tanda panah, yang arah panahnya ke
kanan menunjuk pada produk, yakni semua zat yang dihasilkan dari
reaksi.
Dalam persamaan reaksi, dikenal koefisien reaksi, yaitu bilangan
yang berada di sebelah kiri rumus molekuler untuk mengalikan
semua atom dalam rumus molekuler tersebut. Perbandingan
koefisien-koefisien reaksi dapat diinterpretasi sebagai
perbandingan mol zat-zat dalam reaksi. Pada setiap reaktan dan
produk, dituliskan wujud zatnya (s (padat), l (cair), g (gas), atau aq
(larutan dengan pelarut air)) dalam tanda kurung di sebelah kanan
rumus molekuler masing-masing.

Contoh persamaan reaksi kimia setara:

Contoh langkah-langkah menyetarakan persamaan reaksi:

1.

2.
3.

4.

Stoikiometri Reaksi

Dalam reaksi kimia, jumlah reaktan-reaktan yang bereaksi kadang


tidak sesuai dengan jumlah stoikiometrik reaksi (tidak sesuai
dengan perbandingan koefisien pada persamaan reaksi setara).
Oleh karena itu, akan ada reaktan yang habis bereaksi terlebih
dahulu dibanding reaktan lainnya. Reaktan yang masih tersisa
setelah bereaksi disebut sebagai pereaksi berlebih. Reaktan yang
habis duluan itu disebut sebagai pereaksi pembatas. Setelah
pereaksi pembatas habis, tidak ada lagi produk reaksi yang
terbentuk. Jadi, jumlah pereaksi pembatas menentukan jumlah
produk yang dihasilkan.

Latihan

1. Pada reaksi pembentukan uap air.


Jika volume gas H2 yang diukur pada suhu 25°C dan tekanan 1
atm sebanyak 10 L, berapa volume gas O2 dan H2O?

2. Diketahui massa atom relatif (Ar ) beberapa unsur sebagai


berikut.
Ca = 40
O = 16
H =1
Tentukan massa molekul relatif (Mr) senyawa Ca(OH)2 !
3. Pada satu molekul air (H2O) terdapat 6,022 x 10–²³ molekul
H2O. Ada berapa atom dalam 1 mol air tersebut?
4. Tentukan jumlah atom yang terdapat dalam 0,5 mol belerang!
5. Dalam 5 mol asam sulfat (H2SO4), tentukan jumlah atom H, S,
dan O!
6. Suatu senyawa Hidrokarbon terdiri dari 84% karbon dan 16%
hydrogen. Jika diketahui Mr Hidkarbon tersebut adalah 100,
tentukan rumus molekul hidrokarbon tersebut.
7. Larutan NaOH 0,5 M sebanyak 200 mL hendak diencerkan
hingga menjadi larutan NaOH 0.2 M. Tentukan volume air
yang harus ditambahkan ke dalam larutan tersebut.
8. Hitunglah molalitas larutan yg terjadi bila 24 gr kristal MgSO 4
dilarutkan dalam 400gr air (Mr MgSO4=120)
9. Jika didalam zat terlarut dan zat pelarut ada 200 gram air dan
dilarutkan 30 gram asam cuka (CH 3COOH) fraksi molnya zat
terlarut adalah (Ar C = 12, H= 1, O = 16)
10. Serbuk magnesium yang massanya 3 gram tepat habis
bereaksi dengan sejumlah serbuk belerang menghasilkan
senyawa magnesium sulfida yang massanya 7 gram. Massa
serbuk belerang yang bereaksi adalah ….
BAB 5: RUMUS EMPIRIS DAN RUMUS MOLEKUL

Setiap senyawa kimia dapat dinyatakan dengan rumus kimia yang


menunjukkan jumlah relatif atom-atom unsur dalam senyawa
tersebut. Rumus kimia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu rumus
molekul dan rumus empiris. Rumus molekul dari suatu senyawa
menunjukkan jumlah atom sebenarnya dari masing-
masing unsur dalam satu molekul senyawa tersebut. Jadi, rumus
molekul dari karbon dioksida adalah CO2; setiap molekul karbon
dioksida terdiri dari 1 atom karbon dan 2 atom oksigen. Rumus
molekul dari asam askorbat (vitamin C) adalah C6H8O6; setiap
molekul asam askorbat terdiri dari 6 atom karbon, 8 atom
hidrogen, dan 6 atom oksigen.

Rumus empiris dari suatu senyawa menunjukkan jumlah atom


relatif dari masing-masing unsur dalam molekul senyawa tersebut
dengan rasio (perbandingan) bilangan bulat paling sederhana.
Sebagai contoh, rumus empiris dari asam askorbat adalah C 3H4O3,
di mana perbandingan jumlah atom karbon, hidrogen, dan oksigen
adalah 3 : 4 : 3. Rumus empiris dari karbon dioksida sama dengan
rumus molekulnya, yaitu CO2, sebagaimana perbandingan jumlah
atom karbon dan oksigen yang paling sederhana adalah 1 : 2.
Secara umum, rumus molekul akan lebih penting dan dipilih
dibanding rumus empiris, sebab informasi dari rumus molekul lebih
mendetail.

Namun, dalam beberapa padatan dan cairan, tidak dijumpai adanya


molekul kecil yang dapat dipisahkan satu sama lain, sehingga rumus
kimia yang memiliki makna penting hanyalah rumus empirisnya.
Sebagai contoh, padatan garam natrium klorida yang memiliki
rumus empiris NaCl. Dalam padatan NaCl, terdapat gaya tarik-
menarik yang sangat kuat antar atom Na dan atom Cl, namun
mustahil untuk membedakan gaya-gaya yang bekerja antar
“molekul” NaCl sebab semua gaya tarik yang bekerja pada atom Na
dan atom Cl dalam “satu molekul” NaCl dengan atom-atom Na dan
Cl tetangga sama besar. Oleh karena itu, natrium klorida
dinyatakan dengan rumus empiris yang disebut juga sebagai unit
rumus (formula unit) NaCl, bukan “sebuah molekul NaCl”. Ada
banyak padatan lainnya yang juga hanya dapat dirumuskan dalam
bentuk unit rumus, seperti silikon dioksida (SiO 2), kalsium fluorida
(CaF2), dan zink sulfida (ZnS).

Rumus Empiris dan Kadar Unsur dalam Senyawa

Kadar unsur dalam senyawa umumnya dinyatakan dalam persen


massa unsur tersebut terhadap massa senyawa. Kadar unsur juga
dapat dinyatakan sebagai massa unsur dalam 1 mol senyawa dibagi
dengan massa molar senyawa tersebut lalu dikali dengan 100
persen. Massa unsur dalam 1 mol senyawa sama dengan jumlah
mol unsur (n) dalam 1 mol senyawa dikalikan dengan massa molar
unsur.

Rumus Molekul dan Rumus Empiris

Rumus molekul yang menunjukkan jumlah atom sebenarnya dari


suatu molekul senyawa dapat sama dengan rumus empiris ataupun
kelipatan bilangan bulat darinya. Namun, untuk mengetahui rumus
molekul dari rumus empiris, perlu diketahui massa molar senyawa
tersebut terlebih dahulu.
rumus molekul = (rumus empiris)x

massa molar rumus molekul = x . massa molar rumus empiris

Mr rumus molekul = x . Mr rumus empiris

di mana x adalah bilangan bulat positif (1, 2, 3, …)

Latihan

1. Rumus molekul dari senyawa karbon (Mr = 180) yang


mempunyai rumus empiris CH2O adalah … .
A. C6H12O6
B. C3H6O3
C. CH2O
D. C2H2O2
E. C6H2O6
2. 18 gram senyawa karbon (CxHyOz) mengandung 7,2 gram
unsur karbon; 1,2 gram unsur hidrogen dan sisanya oksigen.
Perbandingan unsur penyusun senyawa tersebut adalah …
(Ar C = 12, H = 1, O =16).
3. Jika diketahui rumus empiris suatu senyawa
hidrokarbon (CxHy) adalah CH dan massa relatif molekul
senyawanya adalah 78. Berikut ini yang merupakan rumus
molekul yang tepat untuk senyawa tersebut adalah … .
A. C6H12
B. C6H10
C. C6H14
D. C6H6
E. C6H16\
4. Senyawa hidrokarbon mengandung 85,71% unsur karbon dan
14,29% unsur hidrogen. Rumus empiris senyawa tersebut
adalah … (Ar C = 12; H =1).
A. CH
B. C2H
C. CH2
D. CH3
E. CH4
5. Suatu senyawa ester terdiri atas unsur karbon, hidrogen dan
oksigen. 5 gram senyawa tersebut dibakar di udara
menghasilkan 10 gram CO2 dan 4 gram H2O.
Massa 1 mol senyawa tersebut adalah 88 g/mol. Tentukanlah
rumus molekul dari senyawa ester tersebut! (Ar C = 12, H = 1,
O = 16).
A. CHO
B. CH2O
C. C2H2O
D. C2H4O
E. C4H8O4
6. 10 gram oksida logam L memiliki rumus L2O3 mengandung
52,94% L. Massa atom relatif L adalah … .
A. 19
B. 56
C. 111
D. 223
E. 27
7. Suatu gas hidrokarbon CxH2x+2 direaksikan dengan oksigen
membentuk karbondioksida dan air pada suhu 105∘C.
Jika volume hidrokarbon tersebut 2 liter tepat habis bereaksi
dengan 13 liter oksigen, tentukan rumus hidrokarbon
tersebut!
A. C3H8
B. C3H6
C. C4H10
D. C4H8
E. C5H12
8. Suatu senyawa X2O3 mempunyai massa 20 gram. Persentase
massa X dalam senyawa adalah 36,84%. Berapakah Ar dari
unsur X? (Ar O =16).
A. 10
B. 11
C. 12
D. 13
E. 14
9. 15 mL senyawa gas hidrokarbon (CxHy) dibakar sempurna
dengan 120 mL oksigen berlebih, pada akhir reaksi diperoleh
90 mL gas. Selanjutnya gas tersebut dialirkan ke dalam larutan
kalsium hidroksida sehingga volume gas tersisa 30 mL.
Tentukan massa 1 mol senyawa hidrokarbon tersebut! (Ar C=
12; H =1)
A. 58
B. 52
C. 56
D. 60
E. 54
10. Suatu senyawa organik terdiri atas unsur karbon, hidrokarbon,
nitrogen dan oksigen. Jika 0,25577 gram dibakar dengan
oksigen terbentuk 0,3128 gram CO2 dan 0,06416 gram air.
Jika pada eksperimen yang lain dilakukan pembakaran 0,135
gram membentuk 0,0306 gram NH3, tentukan rumus empiris
senyawa tersebut!
A. CH5NO2
B. C2H4NO2
C. C2H4NO
D. C2H2NO2
E. C2H3NO2

Anda mungkin juga menyukai