Anda di halaman 1dari 7

EXPLORE – Volume 10 No 1 Tahun 2020 p-ISSN : 2087-894X

e-ISSN : 2656-615X

PENERAPAN SPANNING TREE PROTOCOL UNTUK MENCEGAH


TERJADINYA LOOPING PADA FRAME ETHERNET
Moh. Subli1, Hoiriyah2, Erfan Wahyudi3,*
Universitas Teknologi Mataram1,3
Universitas Islam Madura2
subli.kerta@gmail.com , hoiriyah.file.uim@gmail.com2, erfan.wahyudie@gmail.com3,*
1

Abstrak - Spanning Tree Protocol (STP) adalah layanan yang memungkinkan LAN switch dan LAN
bridge terinterkoneksi secara berlebih dengan cara menyediakan mekanisme untuk mencegah loop
yang tidak diinginkan dalam jaringan yang terjadi pada bridge. Tanpa adanya STP, pada frame
Ethernet akan terjadi loop untuk periode tak terbatas di dalam waktu jaringan dengan link berlebihan
secara fisik. Untuk mencegah loop pada frame Ethernet, STP memblok beberapa port dari frame
Ethernet sehingga hanya satu jalur yang aktif ada di antara setiap pasang segmen LAN (collision
domain). Hasil STP adalah loop frame Ethernet tidak terbatas yang membuat LAN dapat digunakan.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa Redundant link tidak untuk keseimbangan beban,
karena hanya satu link aktif. Cara kerja Spanning Tree Protocol adalah menggunakan algoritma
spanning tree yang secara otomatis menemukan topologi jaringan dan membentuk suatu jaringan
tunggal yang optimal melalui suatu bridge jaringan dengan menugasi fungsi-fungsi yang ada pada
setiap bridge. STP Menghentikan terjadinya loo-loop network pada network layer 2 (bridge atau
switch). STP secara terus menerus memonitor network untuk menemukan semua link, memastikan
bahwa tidak ada loop yang terjadi dengan cara mematikan semua link yang redundant. STP
menggunakan algoritma yang disebut Spanning Tree Algorithm (STA) untuk menciptakan sebuah
topologi database, kemudian mencari dan menghancurkan link-link redundant. Dengan menjalankan
STP, frame-frame hanya akan diteruskan pada link-link utama yang dipilih oleh STP.

1. PENGERTIAN SPANNING TREE PROTOCOL dalam topologi jaringan, ada potensi untuk
duplikasi pesan. Ketika loop terjadi, beberapa
Spanning Tree Protocol (STP) adalah layanan switch pada stasiun muncul di kedua sisi dari
yang memungkinkan LAN switch dan LAN bridge saklar. Kondisi ini membingungkan algoritma
terinterkoneksi secara berlebih dengan cara forwarding dan memungkinkan duplikan frame
menyediakan mekanisme untuk mencegah loop Ethernet untuk diteruskan.
yang tidak diinginkan dalam jaringan yang terjadi Untuk memberikan redundansi jalur,
pada bridge (Cysco, 2007). Spanning Tree Protocol mendefinisikan sebuah
Tanpa adanya STP, pada frame Ethernet pohon yang merentangkan semua switch yang
akan terjadi loop untuk periode tak terbatas di aktif dalam jaringan. STP memaksa jalur data
dalam waktu jaringan dengan link berlebihan tertentu yang berlebihan menjadi standby state
secara fisik. Untuk mencegah loop pada frame (diblokir). Jika salah satu segmen jaringan dalam
Ethernet, STP memblok beberapa port dari frame STP menjadi tidak tercapai, algoritma STP
Ethernet sehingga hanya satu jalur yang aktif ada mengonfigurasi kembali tobopogi STP dan
di antara setiap pasang segmen LAN (collision membangun kembali link dengan mengaktifkan
domain). Hasil STP adalah loop frame Ethernet jalur siaga (Cysco, 2007).
tidak terbatas yang membuat LAN dapat
digunakan. Satu hal yang perlu diperhatikan 2. CARA KERJA SPANNING TREE PROTOCOL
adalah bahwa Redundant link tidak untuk Algoritma Spanning Tree (disebut juga
keseimbangan beban, karena hanya satu link aktif. spanning tree protocol) secara otomatis
Loop terjadi bika ada rute /jalur alternatif menemukan topologi jaringan dan membentuk
diantara host-host. Untuk menyiapkan jalur Back- suatu jalur tunggal yang optimal melalui suatu
up, STP membuat status jalur back-up menjadi bridge jaringan dengan menugasi fungsi-fungsi
stand-by atau diblok. STP hanya membolehkan berikut pada setiap bridge. Fungsi bridge
satu jalur yang aktif (fungsi pencegahan loop) menentukan bagaiman bridge berfungsi dalam
diantara dua host namun tetap menyediakan jalur hubungannya dengan bridge lainnya, dan apakah
back-up bila jalur utama terputus (Hucaby, 2010). bridge meneruskan traffic ke jaringan-jaringan
Beberapa jalur aktif antara stasiun lainnya atau tidak (Sincoskie, 1988).
menyebabkan loop dalam jaringan. Jika loop ada

Penerapan Spanning Tree Protocol Untuk Mencegah


Terjadinya Looping Pada Frame Ethernet

7
EXPLORE – Volume 10 No 1 Tahun 2020 p-ISSN : 2087-894X
e-ISSN : 2656-615X

A. Root Bridge

Root Bridge merupakan master bridge atau


controlling bridge. Root bridge secara periodik
mem-brodacast konfigurasi message. Message
ini digunakan untuk memilih rute dan
rekonfigurasi fungsi-fungsi dari bridge-bridge
lainnya bila perlu. Hanya ada satu root bridge
per jaringan. Root bridge dipilih oleh
administrator, saat menentukan Root bridge,
sebaliknya Root bridge yang paling dekat
dengan pusat jaringan secara fisik. Gambar 1. Topologi STP
3. PERKEMBANGAN SPANNING TREE
B. Design Bridge PROTOCOL
Dalam beberapa poin berikutnya, saya akan
Design Bridge adalah bridge-bridge lain membahas sedikit beberapa versi STP yang
yang berpartisipasi dalam meneruskan paket berbeda :
melalui jaringan. Mereka dipilih secara otomatis A. Spanning Tree Protocol (STP-802.1d 1998)
dengan cara saling tukar paket konfigurasi
bridge. Untuk mencegah terjadinya bridging Merupakan versi awal dari STP yang hanya
loop, hanya ada satu Design Bridge per mendukung satu contoh spanning tree dalam
segment jaringan. jaringan bridge, biasanya disebut sebagai
Common Spanning Tree (CST). Pada trunk
C. Backup Bridge 802.1Q yang membawa beberapa VLAN, satu
VLAN biasanya default atau VLAN 1 akan
Semua bridge redundansi dianggap sebagai menentukan topologi forwarding untuk semua
Backup bridge. Backup bridge mendengar VLAN lainnya. Pada STP, ketika port diaktifkan
traffic jaringan dan membangun database atau ada perubahan dalam topologi STP, dapat
bridge. Akan tetapi mereka tidak meneruskan memakan waktu hingga 50 detik pada network
paket. Backup bridge ini akan mengambil alih bridge untuk jaringan dijemabtani untuk
fungsi jika Root Bridge Design Bridge tidak reconverge (Quigley, 2011)
berfungsi. State pada switch STP:
a. Blocking, Port yang akan menyebabkan
Bridge mengirimkan paket khusus yang switching loop, tidak ada user data yang
disebut Bridge Protocol Data Units (BPDU) dikirim atau diterima tapi ia akan menuju
keluar dari setiap port. BPDU ini dikirim dan forwarding mode jika link terpakai lainnya
diterima dari bridge lainnya digunakan untuk gagal dan algoritma spanning tree
menentukan fungsi-fungsi bridge, melakukan menentukan port boleh bertransisi ke
verifikasi kalau bridge disekitarnya masih forwarding state. Data BPDU masih
berfungsi, dan recovery jika terjaadi perubahan diterima dalam blocking state.
topologi jaringan (Hucaby, 2010). b. Listening, Switch memproses BPDU dan
Perencanaan jaringan dengan bridge menunggu kemungkinan informasi yang
menggunakan Spanning Tree Protocol akan menyebabkan kembali ke blocking
memerlukan perencanaan yang hati-hati. Suatu state untuk setiap segmen LAN.
konfigurasi yang optimal menuntut pada aturan- c. Learning, Saat port belum menyampaikan
aturan berikut ini : paket (frames), ia akan mempelajari alamat
a. Setiap bridge seharusnya mempunyai sources dari frames yang diterima dan
backup (yaitu jalur redundansi antara setiap menambahkan mereka ke filtering database
segment) (switching database)
b. Paket-paket harus tidak boleh melewati d. Forwarding, Port yang menerima dan
lebih dari dua bridge antara segment- mengirim data, operasi normal. STP masih
segment jaringan memonitor incoming BPDU yang masuk
c. Paket-paket seharusnya tidak melewati yang mengindikasikan ia akan kembali ke
lebih dari tiga bridge setelah terjadi blocking state untuk mencegah loop.
perubahan topologi. e. Disabled, Tidak sepenuhnya bagian dari
STP, administrator jaringan secara manual
dapat menonaktifkan port.

Penerapan Spanning Tree Protocol Untuk Mencegah


Terjadinya Looping Pada Frame Ethernet

8
EXPLORE – Volume 10 No 1 Tahun 2020 p-ISSN : 2087-894X
e-ISSN : 2656-615X

B. Rapid Spanning Tree Protocol (RSTP-802.1w dengan cepat mentransisikan port itu ke keadaan
/ 802.1d 2004) forwarding state melewati transisi listening/learning
state. Hal ini pada dasarnya menciptakan efek
Rapid Spanning Tree Protocol adalaah mengalir jauh dari root bridge dimana setiap
penyempurnaan dari STP yang sebelumnya. Pada design bridge mengusulkan kepada tetangganya
tahun 1998, IEEE memperkenalkan suatu evolusi dari untuk menentukan apakah ia bisa membuat
Spanning Tree Protocol, yaitu Rapid Spanning Tree transisi yang cepat. Ini adalah salah satu elemen
Protocol. RSTP menyediakan konvergensi Spanning utama yang memungkinkan RSTP untuk mencapai
Tree yang lebih cepat. Standar IEEE-2004 802.1d konvergensi lebih cepat dari STP.
sekarang menggabungkan RSTP dan STP. Sementara d. Seperti dijelaskan dalam rincian peran port diatas,
STP hanya dapat mengambil 30 sampai 50 detik untuk RSTP mempertahankan cadangan rincian tentang
merespon perubahan topologi, RSTP biasanya mampu status pembuangan port. Hal ini untuk menghindari
menanggapi perubahan dalam waktu 3 kali Hello Time timeout jika forwarding port saat ini gagal atau
(default : 6 detik). Yang disebut hello time adalah BPDU tidak diterima pada root port dalam inteerval
konfigurasi interval waktu dan penting yang digunakan tertentu.
oleh RSTP untuk beberapa tujuan. Nilai default untuk
hello time adalah 2 detik. C. Multiple Spanning Tree Protocol (MSTP-
Peran jembatan Port RSTP : 802.1s / 802.1Q 2003)
a. Root, Forwarding port yang merupakan port
terbaik dari nonroot-bridge sampai root bridge Multiple Spanning Tree Protocol
b. Design, Forwarding port untuk setiap segment mengkonfigurasi spanning tree terpisah untuk
LAN setiap grup VLAN dan blok semua kecuali salah
c. Alternate, Jalur alternatif ke root bridge. Jalur ini satu jalan alternatif yang mungkin dalam setiap
berbeda daripada menggunakan root port spanning tree (Cysco, 2006).
d. Backup, Jalur backup/tambahan ke segment Jika hanya ada datu VLAN dalam jaringan,
dimana bridge port lain sudah terhubung STP tunggal bekerja secara tepat, jika jaringan
e. Disabled, Tidak sepenuhnya bagian dari STP, berisi lebih dari satu VLAN, logical network
administrator jaringan secara manual dapat yang dikonfigurasi oleh STP tunggal akan
menonaktifkan port. bekerja, tetapi ada kemungkinan untuk
membuat lebih baik menggunakan jalur
Karena Rapid Spanning Tree Protocol adalah alternatif yang tersedia dengan menggunakan
penyempurnaah dari STP yang sebelumnya, RSTP spanning tree alternatif untuk VLAN yang
memiliki banyak karakteristik operasi dasar yang sama berbeda atau kelompok VLAN. MSTP
dengan STP, namun ada beberapa perbedaan penting memungkinkan pembentukan region MST yang
yang terangkum sebagai berikut(Sofana, 2010) : dapat menjalankan beberapa multiple spanning
a. Deteksi kegagalan pertukaran root dilakukan tree instances (MSTI). Multiple regions dan
dalam 3 Hello Times, yang mana terjadi dalam 6 bridge STP lainnya saling berhubungan
detik jika defaultnya belum diubah. menggunakan salah satu Common Spanning
b. Port-nya dapat dikonfigurasi sebagai port tepi jika Tree (CST).
port-port tersebut terpasang ke LAN yang tidak MSTP mencakup semua informasi spanning
memiliki bridge lain yang terpasang. Transisi port tree dalam format BPDU tunggal. Hal ini tidak
tepi ini langsung ke forwarding state. RSTP masih hanya mengurangi jumlah BPDU yang
terus memantau port untuk BPDU jika bridge diperlukan pada LAN untuk
tersambung. RSTP juga dapat dikonfigurasi untuk mengkomunikasikan informasi spanning tree
secara otomatis mendeteksi port tepi. Segera untuk setiap VLAN, tetapi juga memastikan
setelah bridge mendeteksi BPDU datang ke tepi kompatibilitas dengan RSTP dan STP versi
port, port tersebut menjadi port non tepi. awal. MSTP melakukan hal ini dengan
c. Tidak seperti pada STP, RSTP akan merespon melakukan pengkodean tambahan informasi
BPDU dikirim dari arah root bridge. Bridge pada wilaayah setelah BPDU RSTP standar
RSTP akan mengusulkan informasi spanning tree sebanyak jumlah pesan MSTI (dari 0 sampai 64
ke port yang ditunjuk. Jika ada bridge RSTP lain kasus, walaupun dalam prakteknya banyak
menerima informasi ini dan terdeterminasi bridge yang kurang mendukung). Masing-
informasi ini adalah informasi root yang superior, ia masing pesan konfigurasi MSTI menyampaikan
akan mengeset semua port lain untuk melakukan informasi spanning tree untuk setiap kasus.
pembuangan informasi tersebut. Bridge dapat Setiap kasus dapat diberikan sejumlah VLAN
mengirimkan sebuah kesepakatan pada bridge terkonfigurasi dan frame Ethernet (paket) yang
pertama untuk menginformasikan informasi ditugaskan untuk VLAN tersebut untuk
superior spanning treenya. Bridge pertama, beroperasi pada spanning tree kapan pun
setelah menerima kesepakatan tersebut, ia dapat mereka berada di dalam MST region. Untuk
Penerapan Spanning Tree Protocol Untuk Mencegah
Terjadinya Looping Pada Frame Ethernet

9
EXPLORE – Volume 10 No 1 Tahun 2020 p-ISSN : 2087-894X
e-ISSN : 2656-615X

menghindari penyampaian seluruh VLAN untuk akan diteruskan pada link-link utama yang
pemetaan spanning tree di setiap BPDU, bridge dipilih oleh STP.
mengkodekan MD5 digest dari VLAN mereka 2. Problem utama yang bisa dihindari dengan
ke table kasus dalam BPDU MSTP. Digest adanya STP adalah Broadcast Storms.
tersebut kemudian digunakan oleh bridge
MSTP lain untuk menentukan apakah bridge
tetangga berada pada MST region yang sama
seperti bridge itu sendiri.

D. Per-VLAN Spanning Tree (PVST)

Dalam lingkungan Ethernet Switch dimana


beberapa VLAN berada, spanning tree dapat
digunakan per VLAN. Nama CISCO untuk ini
adalah Per-VLAN Spanning Tree (PVST dan
PVST+, merupakan protokol standar yang
digunakan oleh switch Cisco). Baik protokol Gambar 2. Broadcast Storms
PVST dan PVST+ merupakan protokol hak
milik Cisco dan mereka tidak dapat digunakan Broadcast Storms menyebabkan frame
pada switch bagian ketiga. Meskipun jaringan broadcast (atau multicast atau unicast yang
Force10 dan Extreme mendukung PVST+, destination addressnya belum diketahui oleh
jaringan Extreme melakukannya dengan dua switch) terus berputar-putar (looping) dalam
keterbatasan (kurangnya dukungan pada port network tanpa henti. Gambar berikut adalah
dimana VLAN ditandai / asli dan juga pada contoh sederhana LAN dengan link yang
VLAN dengan ID 1). PVST hanya bekerja redundant.
dengan ISL (Protokol hak milik cisco untuk
enkapsulasi VLAN) karena tertanamnya ID
spanning tree. PVST+ dapat menembus
melintasi daerah MSTP.

E. Per-VLAN Spanning Tree Protocol / Rapid-


PVST+ (PVST+ / RPVST+)

PVST+ adalah salah satu spanning tree


milik Cisco. Dalam PVST+, VLAN masing-
masing akan memiliki spanning tree sendiri.
PVST+ memiliki waktu konvergensi yang sama
sebagai STP versi awal. Sejak konvergensi
waktu PVST+ adalah sub-optimal, Cisco Gambar 3. Looping pada jaringan
memasukkan fitur RSTP ke PVST+ yang STP mencegah terjadinya looping dengan
mereka sebut RPVST. Namun, RPVST+ masih menempatkan setiap port switch pada salah
mengiklan pada alamat multicast dan satu status, Forwarding atau Blocking. Interface
dicadangkan untuk semua VLAN kecuali VLAN dengan status forwarding bertingkah normal,
1. mem-forward dan menerima frame, sedangkan
interface dengan status blocking tidak
4. TUGAS UTAMA SPANNING TREE PROTOCOL memproses frame apapun kecuali pesan-pesan
(STP) STP. Semua port yang berada dalam status
Forwardning disebut berada pada jalur
1. Menghentikan terjadinya loo-loop network pada spanning tree (Topology STP), sekumpulan
network layer 2 (bridge atau switch). STP port-port forwarding membentuk jalur tunggal
secara terus menerus memonitor network untuk dimana frame ditransfer antar-segment.
menemukan semua link, memastikan bahwa Gambar berikut adalah LAN dengan link
tidak ada loop yang terjadi dengan cara redundant yang sudah memanfaatkan STP.
mematikan semua link yang redundant. STP
menggunakan algoritma yang disebut Spanning
Tree Algorithm (STA) untuk menciptakan
sebuah topologi database, kemudian mencari
dan menghancurkan link-link redundant.
Dengan menjalankan STP, frame-frame hanya
Penerapan Spanning Tree Protocol Untuk Mencegah
Terjadinya Looping Pada Frame Ethernet

10
EXPLORE – Volume 10 No 1 Tahun 2020 p-ISSN : 2087-894X
e-ISSN : 2656-615X

Gambar 5. Rancangan Topologi STP

Di topologi ini penulis menggunakan 1 switch


sebagai server dan 2 switch sebagai client.
Dimana yang bertindak sebagai server adalah S1,
sedangkan yang bertindak sebagai client adalah
S2 dan S3. Setelah menentukan switch yang
bertindak sebagai server ataupun client, langkah
berikutnya adalah melakukan konfigurasi VLAN
pada switch server S1.
Konfigurasi pada S1 yang bertindak sebagai
Server
Gambar 4. STP Mencegah terjadinya looping Pemberian nama switch sebagai S1:
Switch#conf t
Dengan begini, saat bob mengirimkan frame Switch(config)#hostname S1
broadcast, frame tidak mengalami looping. Bob
mengirimkan frame ke SW3 (Step 1), kemudian Konfigurasi S1 sebagai switch server :
SW3 mem-forward frame hanya ke SW1 (step S1(config)#vtp mode server
2), karena port Gi0/2 dari SW3 berada pada Device mode already VTP SERVER.
status blocking. Kemudian SW1 mem-flood S1(config)#vtp domain Erfan
frame keluar dari Fa0/11 dan Gi0/1 (step 3). Changing VTP domain name from NULL to Erfan
SW2 mem-flood frame keluar melalui Fa0/12 S1(config)#vtp password cisco
dan Gi0/1 (step 4). Namun SW3 akan Setting device VLAN database password to cisco
mengabaikan frame yang dikirimkan oleh SW2,
karena frame tersebut masuk melalui port Gi0/2 Pembuatan VLAN pada S1 :
dari switch SW3 yang berada pada status S1(config)#vlan 2
blocking. S1(config-vlan)#name Jogja
Dengan topologi STP seperti pada gambar S1(config-vlan)#exit
diatas, switch-switch tidak mengaktifkan link S1(config)#vlan 3
antara SW2 dan SW3 untuk keperluan traffic S1(config-vlan)#name Bantul
dalam VLAN. Namun jika link antara SW1 dan S1(config-vlan)#exit
SW3 mengalami kegagalan dalam beroperasi, S1(config)#vlan 4
maka STP akan membuat port Gi0/2 pada S1(config-vlan)#name G.Kidul
SW3 menjadi forwarding sehingga link antara S1(config-vlan)#exit
SW3 dan SW2 menjadi aktif dan frame tetap S1(config)#vlan 5
bisa ditransfer secara normal dalam VLAN. S1(config-vlan)#name Sleman
3. Menyediakan system jalur backup dan juga S1(config-vlan)#exit
mencegah loop yang tidak diinginkan pada S1(config)#vlan 6
jaringan yang memiliki beberapa jalur menuju S1(config-vlan)#name DIY
ke satu tujuan dari satu host. S1(config-vlan)#exit
S1(config)#^Z
5. CONTOH KONFIGURASI STP Note : Dalam topologi ini, VLAN 1 bertindak
Pada bagian ini penulis akan mencoba untuk sebagai default VLAN
membuat sebuah topologi yang menggunakan
VLAN dan juga STP. Berikut gambaran topologi yg Melihat tabel VLAN setelah VLAN dibuat:
akan penulis buat : S1#sh vlan

VLAN Name Status Ports


---- ------------------------------
1 default active Fa0/1, Fa0/2, Fa0/3, Fa0/4
Fa0/5, Fa0/6, Fa0/7, Fa0/8
Fa0/9, Fa0/10, Fa0/11, Fa0/12
Fa0/13, Fa0/14, Fa0/15, Fa0/16
Fa0/17, Fa0/18, Fa0/19, Fa0/20
Fa0/21, Fa0/22, Fa0/23, Fa0/24
2 Jogja active
3 Bantul active
4 G.Kidul active
5 Sleman active
Penerapan Spanning Tree Protocol Untuk Mencegah
Terjadinya Looping Pada Frame Ethernet

11
EXPLORE – Volume 10 No 1 Tahun 2020 p-ISSN : 2087-894X
e-ISSN : 2656-615X

6 DIY active S2(config)#vtp password cisco


1002 fddi-default active Setting device VLAN database password to cisco
1003 token-ring-default active
1004 fddinet-default active Pembuatan VLAN pada S2 tidak perlu dilakukan
1005 trnet-default active lagi, karena telah dilakukan pada server (S1),
hanya saja kita perlu men-set sebagai switchport
VLAN Type SAID MTU Parent RingNo BridgeNo trunk native vlan 1 pada intervace –intervace yang
Stp BrdgMode Trans1 Trans2 berhubungan dengan S1 dan S3 :
---- ----- ---------- ----- ------ S2(config)#interface range fa0/1-4
1 enet 100001 1500 - - - - - 0 0 S2(config-if-range)#switchport mode trunk
2 enet 100002 1500 - - - - - 0 0 S2(config-if-range)#switchport trunk native vlan 1
3 enet 100003 1500 - - - - - 0 0 S2(config-if-range)#^Z
4 enet 100004 1500 - - - - - 0 0
5 enet 100005 1500 - - - - - 0 0 Pembagian Vlan pada S2 :
6 enet 100006 1500 - - - - - 0 0 S2(config)#interface fa0/5
1002 enet 101002 1500 - - - - - 0 0 S2(config-if)#switchport mode access
1003 enet 101003 1500 - - - - - 0 0 S2(config-if)#switchport access vlan 2
1004 enet 101004 1500 - - - - - 0 0 S2(config-if)#exit
1005 enet 101005 1500 - - - - - 0 S2(config)#interface fa0/6
S2(config-if)#switchport mode access
Konfigurasi Fa0/1 sampai Fa0/4 sebagai S2(config-if)#switchport access vlan 3
switchport trunk native vlan 1 : S2(config-if)#exit
S1(config)#interface range fa0/1-4 S2(config)#interface fa0/7
S1(config-if-range)#switchport mode trunk S2(config-if)#switchport mode access
S1(config-if-range)#switchport trunk native vlan 1 S2(config-if)#switchport access vlan 4
S1(config-if-range)#^Z S2(config-if)#exit
S2(config)#interface fa0/8
Pembagian Vlan : S2(config-if)#switchport mode access
S1(config)#interface fa0/5 S2(config-if)#switchport access vlan 5
S1(config-if)#switchport mode access S2(config-if)#exit
S1(config-if)#switchport access vlan 2 S2(config)#^Z
S1(config-if)#exit
S1(config)#interface fa0/6 Untuk konfigurasi pada switch S3 yang bertindak
S1(config-if)#switchport mode access sebagai client tinggal mengulangi konfigurasi di
S1(config-if)#switchport access vlan 3 S3dengan konfigurasi yang telah kita lakukan pada
S1(config-if)#exit S2.
S1(config)#interface fa0/7 Penambahan sebuah Router (R1) pada S1 :
S1(config-if)#switchport mode access Router(config)#hostname R1
S1(config-if)#switchport access vlan 4 R1(config)#interface fa0/0
S1(config-if)#exit R1(config-if)#ip address 192.168.1.1
S1(config)#interface fa0/8 255.255.255.0
S1(config-if)#switchport mode access R1(config-if)#no shutdown
S1(config-if)#switchport access vlan 5
S1(config-if)#exit Konfigurasi di R1 agar antar Vlan dapat saling
S1(config)#interface fa0/22 berhubungan :
S1(config-if)#switchport mode access R1(config)#interface fa0/0.2
S1(config-if)#switchport access vlan 6 R1(config-subif)#encapsulation dot1Q 2
S1(config-if)#^Z R1(config-subif)#ip address 192.168.2.10
255.255.255.0
Konfigurasi pada switch S2 sebagai client: R1(config-subif)#exit
Pemberian nama pada switch sebagai S2 : R1(config)#interface fa0/0.3
Switch#conf t R1(config-subif)#encapsulation dot1Q 3
Switch(config)#hostname S2 R1(config-subif)#ip address 192.168.3.10
255.255.255.0
Konfigurasi S2 sebagai switch client : R1(config-subif)#exit
S2(config)#vtp mode client R1(config)#interface fa0/0.4
Setting device to VTP CLIENT mode. R1(config-subif)#encapsulation dot1Q 4
S2(config)#vtp domain Erfan R1(config-subif)#ip address 192.168.4.10
Domain name already set to Erfan. 255.255.255.0
Penerapan Spanning Tree Protocol Untuk Mencegah
Terjadinya Looping Pada Frame Ethernet

12
EXPLORE – Volume 10 No 1 Tahun 2020 p-ISSN : 2087-894X
e-ISSN : 2656-615X

R1(config-subif)#exit menghancurkan link-link redundant. Dengan


R1(config)#interface fa0/0.5 menjalankan STP, frame-frame hanya akan
R1(config-subif)#encapsulation dot1Q 5 diteruskan pada link-link utama yang dipilih oleh
R1(config-subif)#ip address 192.168.5.10 STP.
255.255.255.0 4) Tanpa adanya STP, pada frame Ethernet akan
R1(config-subif)#exit terjadi loop untuk periode tak terbatas di dalam
R1(config)#interface fa0/0.6 waktu jaringan dengan link berlebihan secara
R1(config-subif)#encapsulation dot1Q 6 fisik. Untuk mencegah loop pada frame Ethernet,
R1(config-subif)#ip address 192.168.6.10 STP memblok beberapa port dari frame Ethernet
255.255.255.0 sehingga hanya satu jalur yang aktif ada di
R1(config-subif)#exit antara setiap pasang segmen LAN (collision
domain). Hasil STP adalah loop frame Ethernet
Mengaktifkan dan memberi IP pada interface fa0/1 tidak terbatas yang membuat LAN dapat
di R1: digunakan. Satu hal yang perlu diperhatikan
R1(config)#interface fa0/0.6 adalah bahwa Redundant link tidak untuk
R1(config-subif)#interface fa0/1 keseimbangan beban, karena hanya satu link
R1(config-if)#ip address 192.168.10.1 aktif.
255.255.255.0
R1(config-if)#no sh DAFTAR PUSTAKA

Men-set interface yang berhubungan dengan R1 [1] Cisco System, Inc. (2007), CCNA Exploration 4.0:
pada switch S1 sebagai member dari VLAN 5: LAN Switching and Wireless, Cisco System, Inc.,
S1(config)#interface fa0/24 Chapter 3: “VLANs”.
S1(config-if)#switchport mode access
S1(config-if)#switchport access vlan 5 [2] Cisco System, Inc. (2007), CCNA Exploration 4.0:
S1(config-if)#^Z LAN Switching and Wireless, Cisco System, Inc.,
Chapter 4: “STP”.
Konfigurasi selesai, sekarang kita dapat
[3] Sofana, Iwan (2010), Cisco CCNA & Jaringan
melakukan akses antar PC yang berbeda VLAN,
Komputer, Penerbit Informatika.
selanjutnya terserah kita mengembangkan topologi
tersebut, seperti menambahkan Access Point dan [4] Hucaby, David (2010), CCNP Switch 642-813
sebagainya. Official Certification Guide, Chapter 4: “VLANs
and Trunks”
6. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dalam pembahasan [5] Sincoskie, W. D., Cotton, C. J (1998). Extended
masalah Spanning Tree Protocol pada makalah ini Bridge Algorithms for Large Network, IEEE
adalah sebagai berikut : Network Journal January
1) Spanning Tree Protocol merupakan layanan
yang memungkinkan LAN switch dan LAN bridge [6] Hucaby, David (2010), CCNP Switch 642-813
terinterkoneksi secara berlebih dengan cara Official Certification Guide, Chapter 7:
menyediakan mekanisme untuk mencegah loop “Traditional Spanning Tree Protocol”
yang tidak diinginkan dalam jaringan yang terjadi
pada bridge. [7] Cisco System, Inc. (2006), Understanding and
2) Cara kerja Spanning Tree Protocol adalah Tuning Spanning Tree Protocol Timers,
menggunakan algoritma spanning tree yang Document ID: 19120
secara otomatis menemukan topologi jaringan
dan membentuk suatu jaringan tunggal yang [8] Quigley, J Colin (2011), “An Investigation into
optimal melalui suatu bridge jaringan dengan Spanning Tree Protocol 802.1D and Covergence
menugasi fungsi-fungsi yang ada pada setiap Performance”, Honours Final Project Report.
bridge.
3) Menghentikan terjadinya loo-loop network pada
network layer 2 (bridge atau switch). STP secara
terus menerus memonitor network untuk
menemukan semua link, memastikan bahwa
tidak ada loop yang terjadi dengan cara
mematikan semua link yang redundant. STP
menggunakan algoritma yang disebut Spanning
Tree Algorithm (STA) untuk menciptakan sebuah
topologi database, kemudian mencari dan
Penerapan Spanning Tree Protocol Untuk Mencegah
Terjadinya Looping Pada Frame Ethernet

13

Anda mungkin juga menyukai