Anda di halaman 1dari 14

SPANNING TREE PROTOCOL

(STP)

I. Tujuan Belajar
Setelah mempelajari materi dalam bab ini, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui dan memahami prinsip kerja STP.
2. Melakukan konfigurasi STP pada Switch Cisco.

II. Dasar Teori


Saat desain LAN memerlukan beberapa switch, umumnya network enginer
menyertakan segment LAN yang redundant diantara switch-switch tersebut. Tujuannya
sederhana, switchswitch berkemungkinan mengalami kegagalan beroperasi, atau ada
kemungkinan kabel terputus atau ter-unplug sehingga dengan adanya segment redundant ini,
layanan network masih bisa berjalan walaupun ada kendala diatas.
LAN dengan link yang redundant memungkinkan frame mengalami looping didalam
network tanpa henti. Frame yang looping ini menyebabkan gangguan performansi pada
network. Oleh karena itu, LAN memanfaatkan Spanning Tree Protocol (STP), yang
memungkinkan LAN tetap bisa menggunakan link redundant tanpa harus menanggung resiko
adanya frame yang looping dalam network.
Tanpa adanya Spanning Tree Protocol (STP), LAN dengan link yang redundant
mengakibatkan adanya frame yang looping tanpa henti didalam network. Dengan STP,
beberapa switch akan mem-block interface/port-nya agar port tersebut tidak bisa lagi
memforward frames keluar. STP akan menentukan port mana yang harus di block sehingga
hanya 1 link saja yang aktif dalam satu segment LAN. Hasilnya, frame tetap bisa ditransfer
antarkomputer tanpa menyebabkan gangguan akibat adanya frame yang looping tanpa henti di
dalam network.
1. Spanning Tree Protocol (IEEE 802.1d)
a) Kebutuhan adanya spanning tree
Problem utama yang bisa dihindari dengan adanya STP adalah broadcast
storms. Broadcast storms menyebabkan frame broadcasts (atau multicast atau unicast
yang destination addressnya belum diketahui oleh switch) terus berputar-putar
(looping) dalam network tanpa henti. Gambar berikut adalah contoh sederhana LAN
dengan link yang redundant.
Gambar 1. contoh sederhana LAN dengan link yang redundant.
Switch akan mem-flood frame broadcasts keluar melalui semua port/interface
dalam satu VLAN kecuali port/interface dimana frame tersebut diterima. Pada gambar
diatas, SW3 akan mem-forward frame dari Bob ke SW2; SW2 mem-forwardnya ke
SW1; SW1 mem-forwardnya kembali ke SW3; SW3 ke SW2 lagi, dan seterusnya dan
seterusnya. Problem lain yang bisa dihindari dengan STP adalah dalam satu network
yang memiliki link redundant, komputerkomputer yang aktif akan menerima kopi-an
dari frame yang samaberkali-kali.
b) Definisi IEEE 802.1d Spanning Tree Does
STP mencegah terjadinya looping dengan menempatkan setiap port switch pada
salah satu status : Forwarding atau Blocking. Interface dengan status forwarding
bertingkah normal, mem-forward dan menerima frame, sedangkan interface dengan
status blocking tidak memproses frame apapun kecuali pesan-pesan STP. Semua port
yang berada dalam statusforwarding disebut berada pada jalur spanning tree(topology
STP), sekumpulan portport forwarding membentuk jalur tunggal dimana frame
ditransfer antar-segment. Gambar berikut adalah LAN dengan link redundant yang
sudah memanfaatkan STP.
Gambar 2. LAN dengan link redundant yang sudah memanfaatkan STP.
Dengan begini, saat Bob mengirimkan frame broadcast, frame tidak mengalami
looping.
§ Bob mengirimkan frame ke SW3.
§ Kemudian SW3 mem-forward frame hanya ke SW1.
§ Karena port Gi0/2 dari SW3 berada pada status blocking. Kemudian, SW1 mem-
flood frame keluar melalui Fa0/11 dan Gi0/1.
§ SW2 mem-flood frame keluar melalui Fa0/12 danGi0/1.
§ Namun, SW3 akan mengabaikan frame yang dikirimkan oleh SW2, karena frame
tersebut masuk melalui port Gi0/2 dari switch SW3 yang berada pada status
blocking.
Dengan topology STP seperti pada gambar diatas, switch-switch tidak
mengaktifkan link antara SW2 dan SW3 untuk keperluan traffick dalam VLAN.
Namun, jika link antara SW1 dan SW3 mengalami kegagalan dalam beroperasi, maka
STP akan membuat port Gi0/2 pada SW3 menjadi forwarding sehingga link antara SW3
dan SW2 menjadi aktif dan frame tetap bisa ditransfer secara normal dalam VLAN.
2. Cara Kerja Spanning Tree
STP menggunakan 3 kriteria untuk meletakkan port pada status forwarding :
§ STP memilih root switch. STP menempatkan semua port aktif pada root switch dalam
status Forwarding.
§ Semua switch non-root menentukan salah satu port-nya sebagai port yang memiliki
ongkos (cost) paling kecil untuk mencapai root switch. Port tersebut yang kemudian
disebut sebagai root port (RP) switch tersebut akan ditempatkan pada status forwarding
oleh STP.
§ Dalam satu segment Ethernet yang sama mungkin saja ter-attach lebih dari satu switch.
Diantara switch-switch tersebut, switch dengan cost paling sedikit untuk mencapai root
switch disebut designated bridge, port milik designated bridge yang terhubung dengan
segment tadi dinamakan designated port (DP). Designated port juga berada dalam status
forwarding.
§ Semua port/interface selain port/interface diatas berada dalam status Blocking.
3. STP Bridge ID dan Hello BPDU
STP bridge ID (BID) adalah angka 8-byte yang unik untuk setiap switch. Bridge ID
terdiri dari2-byte priority dan 6-byte berikutnya adalah system ID, dimana system ID
berdasarkan pada MAC address bawaan tiap switch. Karena menggunakan MAC address
bawaan ini dapat dipastikan tiap switch akan memiliki Bridge ID yang unik.
STP mendefinisikan pesan yang disebut bridge protocol data units (BPDU), yang
digunakan oleh switch untuk bertukar informasi satu sama lain. Pesan paling utama adalah
Hello BPDU, berisiBridge ID dari switch pengirim.
4. Pemilihan Root Switch
Switch-switch akan memilih root switch berdasarkan Bridge ID dalam BPDU. Root
switch adalah switch dengan Bridge ID paling rendah. Kita ketahui bahwa 2-byte pertama dari
switch digunakan untuk priority, karena itu switch dengan priority paling rendah akan terpilih
menjadi root switch. Namun kadangkala, ada beberapa switch yang memiliki nilai priority yang
sama, untuk hal ini maka pemilihan root switch akan ditentukan berdasarkan 6-byte System ID
berikutnya yang berbasis pada MAC address, karena itu switch dengan bagian MAC address
paling rendah akan terpilih sebagai root switch.
5. Menentukan Root Port dari setiap switch
Selanjutnya dalam proses STP adalah, setiap non-root switch akan menentukan salah
satu port-nya sebagai satu-satunya root port miliknya. Root port dari sebuah switch adalah port
dimana dengan melalui port tersebut switch bisa mencapai root switch dengan cost paling kecil.
6. Menentukan Designated Port untuk setiap segment LAN
Designated port untuk setiap segment dalam LAN adalah switch port yang
mengirimkan paketHello ke segment LAN dengan cost terkecil. Ketika switch non-root
mengirimkan pesan Hello, maka switch non-root akan menyertakan nilai cost tersebut kedalam
pesan. Hasilnya, switch dengan cost terkecil untuk mencapai root switch menjadi DP dalam
segment tersebut.
7. Saat Terjadi Perubahan dalam network
Berikut adalah proses yang terjadi saat topology STP berjaln normal tanpa ada
perubahan:
1. Root switch membuat dan mengirimkan Hello BPDU dengan cost 0 keluar melalui
semua port/interfacenya yang aktif.
2. Switch non-root menerima Hello dari root port miliknya. Setelah mengubah isi dari
Hello menjadi Bridge ID dari switch pengirim, switch mem-forward Hello ke
designated port.
3. Langkah 1 dan 2 berulang terus sampai terjadi perubahan pada topology STP.
Ketika ada interface atau switch yang gagal beroperasi, maka topology STP akan
berubah; dengan kata lain terjadi STP convergence.
§ Interface yang tetap berada dalam status yang sama, maka tidak perlu ada perubahan.
§ Interface yang harus berubah dari forwarding menjadi blocking, maka switch akan
langsung merubahnya menjadi blocking.
§ Interface yang harus berubah dari blocking menjadi forwarding, maka switch pertama
kali akan mengubahnya menjadi listening, kemudian menjadi learning.Setelah itu
interface akan diletakkan pada status forwarding.
Saat terjadi STP Convergence, switch akan menentukan interface-interface mana yang
akan dirubah statusnya. Namun, perubahan status dari blocking menjadi forwarding tidak bisa
langsung dilakukan begitu saja, karena dapat menyebabkan frame looping temporarer. Untuk
mencegah terjadinya looping temporarer itu, STP harus merubah status port tersebut menjadi
2 status transisi terlebih dahulu sebelum merubahnya menjadi forwarding:
§ Listening: seperti halnya blocking, interface dalam keadaan listening tidak mem-
forward frame. (15 detik)
§ Learning: interface dalam status ini masih belum mem-forward frame, tapi switch
sudah mulai melakukan pemeriksaan MAC address dari frame-frame yang diterima
pada interface ini. (15 detik)
Switch akan menunggu 20 detik sebelum memutuskan untuk melakukan perubahan
status dari blocking menjadi forwarding, setelah itu butuh waktu 30 detik untuk transisi ke
Listening dan Learning terlebih dahulu. Karena itu total yang dibutuhkan agar suatu port
berubah dari blocking menjadi forwarding adalah 20+30=50 detik.
8. EtherChannel
EtherChannel mengkombinasikan beberapa segment parallel yang memiliki kecepatan
yang sama menjadi satu. Switch memperlakukan EtherChannel sebagai interface tunggal
berkenaan dengan proses memforward frame seperti halnya juga STP. Hasilnya, jika salah satu
link gagal, tapi salah satu link lain dalam EtherChannel masih beroperasi, maka STP tidak akan
terjadi.

Gambar 3. LAN dengan Etherchannel.


EtherChannel juga menyediakan bandwidth yang lebih banyak. Trunk-trunk pada
EtherChannel berada pada status forwarding semua atau blocking semua, karena STP
memperlakukan semua trunk pada EtherChannel sebagai 1 trunk. Saat EtherChannel
berada pada status forwarding, maka switch akan melakukan load-balance (membagi rata)
traffik pada semua trunk, sehingga bandwidth yang tersedia jadi lebih banyak.
9. PortFast
PortFast memungkinkan switch untuk menempatkan sebuah interface kedalam status
forwarding secara langsung tanpa harus menunggu 50 detik. Tetapi, hanya port yang
diketahuitidak akan dihubungkan dengan switch yang lain yang bisa dijalankan fitur PortFast.
10. Perbedaan Topologi VLAN yang Menerapkan STP dengan yang Tidak Menerapkan
STP
Pada gambar topologi VLAN yang menggunakan 4 catalyst diatas jalur yang
menguhubungkan antara switch 2 switch 3 terputus sehingga secara otomatis keduanya tidak
dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Gambar 5. Topologi VLAN Menggunakan 4
Catalyst dengan STP menunjukkan beberapa jalur yang menghubungkan antar VLAN pada
kondisi blocking, sehingga tidak dapat meneruskan frame yang dikirim. Tetapi dengan
diterapkannya STP masalah itu dapat teratasi karena STP menyediakan jalur back up sehingga
frame tetap akan diteruskan ketujuan melalui jalur back up yang telah disediakan.
Gambar 4. Topologi VLAN Menggunakan 4 Catalyst tanpa STP.

Gambar 5. Topologi VLAN Menggunakan 4 Catalyst dengan STP.


III. Percobaan
a) Percobaan 1
1. Buatlah topologi jaringan seperti pada gambar berikut:

2. Hubungkan 2 Switch menggunakan 2 Link.


3. Cek indikator status LED pada interface dari 2 koneksi link pada Switch.

Dari contoh gambar diatas bisa kita lihat bahwa Switch Cisco akan secara otomatis
menjalankan fitur STP ketika terdapat Link Redudancy antar Switch.
4. Lakukan pengecekan status spanning tree protocol dengan menggunakan perintah:
Switch#show spanning-tree
Contoh hasil pengecekan pada Switch0:
Berdasarkan pengecekan status STP, Interface fa0/2 di Switch0 mengalami Blocking, dan
Interface Fa0/1 menjadi Forward.

Berdasarkan pengecekan status STP, pada Switch1 dipilih menjadi Root Bridge yang
ditandai dengan “This Bridge is Root”. Hal ini karena Switch1 memiliki MAC-Address
yang lebih rendah dibanding Switch0. Switch1 yang berstatus sebagai Root Bridge maka
semua Portnya Forward.
Jika digambarkan jenis Port di setiap Interface Switch, seperti gambar berikut:

b) Percobaan 2
1. Mengganti Root Bridge pada STP ke Switch0, sehingga port yang blocking akan berada
pada Switch1.
2. Masih menggunakan topologi yang sama dengan percobaan 1. Untuk mengubah Root
Bridge bisa menggunakan 2 cara yaitu: Priority dan Bandwidth.
3. Seperti yang diketahui bahwa switch dengan priority terkecil akan menjadi Root Bridge.
Maka dari itu kita akan mengubah priority di Switch0 menjadi lebih kecil dari Switch1.
Untuk mengubah Priority gunakan perintah berikut:
Switch(config)#spanning-tree vlan 1 priority 0
Yang perlu diperhatikan bahwa priority hanya bisa menggunakan kelipatan 4096, misal :
0, 4096, 8192, ....61440. Selain itu maka tidak bisa.
Perlu diketahui bahwa nilai priority yang kita konfigurasikan akan otomatis ditambah 1
sehingga jika kita konfigurasi nilai 4096 maka pada informasi spanning tree akan berubah
menjadi 4097.
4. Selanjutnya cek kembali status Spanning Tree pada masing-masing Switch.
Maka status Blok Port dan Root Bridge akan berpindah.
Pada Switch0, akan berubah menjadi Root Bridge dan semua port nya akan menjadi
Forward (Designated). Kemudian pada Switch1, tidak lagi menjadi Root Bridge , dan salah
satu port nya akan Blocking.
5. Topologinya pun akan berubah seperti gambar dibawah. Port yang berwarna oranye
berubah menjadi di sebelah kanan dan di Interface Fa0/2.

6. Selanjutnya memindahkan port Blocking pada Switch1 ke Interface Fa0/1. Caranya adalah
dengan mengubah bandwidth dari Link tersebut. Semakin besar bandwidth nya maka link
tersebut semakin diutamakan. Default nya adalah 100 Mbps. Jadi kita akan mengecilkan
Speed interface Fa0/1 menjadi 10 Mbps agar bandwith port nya lebih rendah dari interface
Fa0/2. Berikut caranya:
Switch(config)#interface fa0/1
Switch(config-if)#speed 10
Switch(config-if)#exit
7. Selanjutnya cek kembali status Spanning Tree pada Switch1. Sekarang port yang diblok
berubah ke Fa0/1.

8. Topologinya juga berubah port yang warnanya oranye akan menjadi diatas atau di Fa0/1.
c) Percobaan 3
1. Buatlah topologi jaringan seperti pada gambar berikut:

2. Atur port pengguna pada S1 dan S2 dalam mode akses.


S1(config)#interface fa0/3
S1(config-if)#switchport mode access
S1(config-if)#exit

S2(config)#interface range fa0/6, fa0/11, fa0/18


S2(config-if-range)#switchport mode access
S2(config-if-range)#exit

3. Aktifkan port trunk pada S1, S2, dan S3.


S1(config)#interface range fa0/1, fa0/2
S1(config-if-range)#switchport mode trunk
S1(config-if-range)#exit

S2(config)#interface range fa0/1, fa0/2


S2(config-if-range)#switchport mode trunk
S2(config-if-range)#exit

S3(config)#interface range fa0/1, fa0/2


S3(config-if-range)#switchport mode trunk
S3(config-if-range)#exit
4. Periksa konfigurasi default 802.1D STP pada masing-masing Switch dengan
menggunakan perintah:
Switch#show spanning-tree
5. Catat Switch yang dijadikan sebagai Root Bridge dan status Port dari masing-masing
interface pada koneksi antar Switch.
6. Lakukan shutdown pada salah satu port/interface atau putus jalur pada salah satu interface
koneksi antar switch pada root bridge untuk mensimulasikan link yang rusak.
Perhatikan respon terhadap perubahan topologi di 802.1D STP.
7. Periksa konfigurasi default 802.1D STP pada masing-masing Switch dengan
menggunakan perintah:
Switch#show spanning-tree

Anda mungkin juga menyukai