Anda di halaman 1dari 15

Refleksi Paskah di Tengah Pergumulan

Bangsa
“Ia mendahului kamu ke Galilea; Jangan Takut!” (Matius 28:7, 10)

Umat Kristiani di seluruh dunia, tidak lama lagi akan merayakan Paskah.
Paskah tahun ini yang jatuh pada, 9 April 2023, akan diperingati dan
dirayakan di tengah situasi dunia yang sedang diliputi oleh berbagai
pergumulan.

Tantangan berat yang dihadapi oleh umat manusia dewasa ini antara lain
adalah ancaman krisis ekonomi global berkaitan dengan perang di Eropa
antara Rusia dan Ukraina. Demikian juga bencana alam yang terjadi di
beberapa negara, seperti gempa bumi di Turki yang menewaskan ribuan
orang, banjir dan angin topan yang melanda negara-negara yang ada di Asia,
Eropa dan Amerika.

Di negara kita sendiri Indonesia, kita bersyukur karena bangsa kita sudah
pulih dari pandemi covid-19, sehingga aktivitas ekonomi mulai tumbuh.
Namun krisis global yang sedang melanda dunia, dampaknya juga terasa di
negara kita. Dalam kondisini ini kita juga akan menghadapi agenda nasional
lima tahunan, yaitu pesta demokrasi pemilihan Presiden dan Legislatif 2024,
yang sudah mulai terasa geliatnya saat ini, yang menimbulkan potensi
konflik, dan disintegrasi bila tidak disikapi dengan Arif dan bijaksana.
Sementara dibeberapa daerah juga terjadi bencana alam yang membuat
rakyat semakin menderita dan terpuruk.

Di tengah situasi itulah umat Kristiani akan merayakan Paskah. PGI dan KWI
telah menetapkan tema Paskah adalah: “Ia mendahului kamu ke Galilea;
Jangan Takut!” (Matius 28:7, 10)

Paskah adalah Peristiwa kebangkitan/kemenangan Kristus atas kuasa maut


(kuasa kegelapan). Peristiwa Paskah sesungguhnya membebaskan manusia
dari segala ketakutan, kekuatiran dan frustrasi, sebab maut sudah di
kalahkan oleh kebangkitan Kristus (I Kristus 15:55 dan 57).
Yesus yang bangkit dari kematian, memulihkan iman murid-murid-Nya.
Seperti kesaksian Injil Matius”: “Dan katakanlah kepada murid-murid-Nya
bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke
Galile”. Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangalah takut” (Matius 28:7 dan
10).

Dalam konteks itu, perayaan Paskah umat Kristiani memberikan kekuatan


dan harapan bagi umat manusia untuk bangkit dari keterpurukan dan
penderitaan. Sehingga kita memiliki optimisme menjalani hari-hari kedepan
bersama Kristus yang bangkit.

Gereja Kemah Injil Indonesia


Salam sejahtera dalam kasih Kristus,
Keluarga besar Gereja Kemah Injil Indonesia, perayaan Paskah tahun ini
sudah tinggal sebulan lagi. Memang kita tidak memiliki tradisi merayakan
Pra-Paskah atau “Lent” yaitu perayaan 40 hari menjelang Paskah yang
biasanya dimulai dengan perayaan Rabu Abu sampai memasuki hari ke-39
yaitu Sabtu Suci dan kemudian berpuncak di hari ke-40 pada Minggu Paskah
Kebangkitan. Meskipun demikian gereja patut menghayati pengorbanan
Yesus secara berkesinambungan dengan serangkaian refleksi dan ajakan
untuk memperbaiki diri dan komunitas di mana kita berada.
Tema Paskah GKII tahun 2023 adalah “Kebangkitan Kristus Memberikan
Hidup yang Penuh Pengharapan” (1 Petrus 1:3). Tema ini merefleksikan di
tengah perjalanan iman yang begitu sulit, kebangkitanNya memberikan
suatu harapan bahwa Dia memegang seluruh masa depan kehidupan
manusia dan semua alam semesta ciptaanNya. Berefleksi dari tema ini maka
ada beberapa pesan untuk mempersiapkan perayaan Paskah tahun ini:

1. Di tengah derasnya pemberitaan media sosial yang menawarkan berbagai gaya hidup,
kita dikejutkan oleh beberapa oknum yang mengaku dirinya orang percaya kepada
Yesus tapi berperilaku di luar batas kemanusiaan. Tindak kejahatan yang dilakukan
tidaklah menggambarkan nilai-nilai Kristiani. Itu semua disinyalir berakar dari gaya
hidup hedonis dan kemudian berujung kepada memamerkan kemewahan. Perilaku
seperti ini tentu berlawanan dengan rasa kepantasan dan keadilan di masyarakat
terutama berlawanan dengan Firman Tuhan yaitu agar kita memiliki cara hidup yang
baik (1 Pet 2:12). Gereja wajib mewartakan gaya hidup sederhana (ugahari),
menunjukkan praktik hidup sederhana, dan harta kekayaan yang dimiliki hendaknya
digunakan untuk berbuat baik kepada sesama, mulai dari jemaat sendiri dan
selanjutnya kepada sesama manusia (Gal 6:10).
2. Ada fenomena menarik dalam gereja kita di berbagai daerah seperti berkembangnya
industri sawit, batubara, dan hasil tambang lainnya. Jemaat merasa bersyukur atas
ekonomi mereka yang meningkat. Namun harus diingat jangan sampai hal ini menjadi
berkat yang semu karena hutan, sungai dan lingkungan baik flora maupun fauna telah
mengalami kerusakan yang serius. Ini perlu mendapatkan perhatian gereja agar ada
diskusi dan tindakan nyata dalam pelayanan gereja lokal untuk melihat pembangunan
secara holistik, di mana kemajuan dan kesejahteraan ekonomi tidak boleh
menghancurkan lingkungan yang merupakan pusat kehidupan manusia. Air sungai
yang tercemar, hutan yang hilang akan berdampak kepada kehidupan manusia di
mana akan lahir anak-anak stunting yaitu gangguan pertumbuhan pada anak dan
masalah kesehatan yang serius.
3. Sementara ada pembangunan yang membawa kesejahteraan bagi sebagian masyarakat
Indonesia, gereja kita harus menaruh perhatian kepada saudara kita di Nduga dan
Intan Jaya Papua di mana sampai hari ini ribuan dari mereka harus mengungsi ke
hutan, ke keluarga mereka yang ada di kota dan daerah lainnya. Mereka harus lari dari
kampung dan distrik mereka karena konflik yang berkepanjangan antara TNI dan
kelompok bersenjata. Gedung gereja telah menjadi sunyi dan hanya ditumbuhi
padang ilalang karena manusia sudah tercerai berai. Sekolah Alkitab mereka telah
rusak dan tidak ada lagi pembelajaran. Posisi mereka menjadi lebih sulit dan dilematis
karena mereka sebagai rakyat yang tidak bersalah dicurigai oleh kedua belah pihak
yang berkonflik. Gereja tidak boleh berhenti untuk terus mendoakan mereka yang
mengungsi dan yang mengalami ancaman nyawa setiap saat. Kondisi mereka sungguh
tragis dan menyedihkan. Upaya kemanusiaan wajib dilakukan sekecil apapun yang
dapat dilakukan untuk menolong mereka yang sudah kehilangan pengharapan.
4. Dalam organisasi yang sudah memasuki 95 tahun, gereja pasti ada yang mengalami
perselisihan dan konflik. Itu wajar tetapi yang menentukan adalah bagaimana kita
menyelesaikannya. Seharusnya kepemimpinan gereja dalam tiap aras
mempertunjukkan kepemimpinan Bapa yang memberikan pengharapan. Jangan
melakukan tindakan yang membuat jemaat terusir apalagi dengan sengaja mengusir
mereka yang tidak sependapat. Gereja patut mempertunjukkan kasih, kejujuran,
keadilan, dan semangat untuk melakukan rekonsiliasi dan pemulihan. Hidup Kristus
harus tercermin dalam setiap pelayanan kepemimpinan gereja.
5. Pengharapan itu terlihat dalam kehidupan gereja dan jemaat sehari-hari. Kita tidak
mungkin membiarkan pengharapan Kristus hanya sebatas di dalam tembok gereja.
Dunia sekitar harus merasakan dampaknya. Untuk itu gereja wajib keluar melakukan
kontak dengan komunitas dalam berbagai bidang. Sebagai contoh, gembala bersama
pelayan wajib secara rutin mengunjungi jemaatnya, membangun jejaring dengan
pemerintah dan lembaga lain, berbaur dengan lingkungan, serta menciptakan
persahabatan di kotanya. Kesibukan dalam gedung kantor gereja akan membuat
gereja semakin terasing dari komunitasnya. Membawa pengharapan Kristus kepada
dunia adalah panggilan utama gereja. Selamat mempersiapkan Paskah, kiranya kita
semakin giat dalam melayani Tuhan dan mewartakan pengharapan Kristus yang
bangkit kepada dunia. Jangan pernah berhenti berdoa, bekerja, dan berjejaring. Tuhan
menyertai pelayanan kita semua. Amin.

KUASA KEBANGKITAN

PENDAHULUAN

Mari kita membaca Firman Tuhan dari Matius 28:1-10.

Kebangkitan Tuhan Yesus adalah bukti bahwa Dia adalah Tuhan yang menggenapi janjiNya kepada kita
orang percaya. Di dalam Matius 16:21 Tuhan Yesus berkata bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan
menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu
dibunuh dan dibangkitkan pada hari yang ketiga.

Sekalipun peristiwa kebangkitan Tuhan Yesus ditolak oleh imam-imam kepala, dan mereka membayar
para penjaga untuk menutupi apa yang telah mereka saksikan namun itu tidak dapat menghalangi
perkataan Tuhan Yesus, bahwa Dia akan bangkit pada hari yang ketiga. Maria dan para murid adalah
saksi dari semuanya dan kita pun percaya bahwa Dia telah bangkit dari antara orang mati.

Rasul Paulus berkata bahwa jika Tuhan Yesus tidak dibangkitkan maka sia-sialah iman percaya kita.
Mengapa? Sebab dengan percaya akan kuasa kebangkitan Yesus Kristus maka kita percaya bahwa Dia
sanggup membangkitkan kita dan bahkan memberikan kepada kita kehidupan bahkan kehidupan yang
kekal.

Mari bersama-sama kita berjalan di dalam iman, kita memakai kuasa kebangkitan Yesus Kristus dan
menjadi umat pemenang. Haleluya!!

PEMBAHASAN

Hari ini kita akan diberkati tentang beberapa hal dari peristiwa kebangkitan Yesus Kristus:

1. Janji Tuhan atas Kuasa Kebangkitan Yesus Kristus

Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat
Ia berbaring. (Matius 28:6)

Apa yang dapat kita pelajari dari ayat ini adalah bahwa tidak ada satupun dari perkataan Tuhan atau
FirmanNya yang gugur. Jika Tuhan yang berjanji maka janjiNya itu adalah murni dan teruji. Bahwa bagi
Tuhan tidak ada yang mustahil.

Iblis akan memakai dunia dan kondisi sekitar kita, bahkan menyerang pikiran kita untuk mencoba
mengalihkan pandangan kita. Mereka mencoba menggoncang hati kita supaya kita lebih fokus kepada
mereka, bukan kepada Tuhan dan perkataanNya. Jadi penting bagi kita untuk mengingat peristiwa
kebangkitan Yesus Kristus di tengah tantangan dan permasalahan yang kita hadapi. Yaitu bahwa Tuhan
pasti menggenapi FirmanNya, janjiNya atas orang percaya.

Peganglah Firman Tuhan setiap hari, berjalanlah bersama dengan Firman Tuhan setiap hari. Memang
ada hal-hal tertentu dimana kita harus menunggu, menanti sehingga janjiNya atau perkataanNya
tergenapi. Itu sama dengan ketika Tuhan Yesus mati di kayu salib dan dikuburkan, pasti hati para murid
terguncang. Mungkin juga mereka menunggu dengan cemas tentang apa yang akan terjadi.

Dalam masa penantian itu, Maria dan temannya datang ke kubur Yesus kemudian mereka terkejut. Dan
mendengarkan malaikat berkata bahwa Dia yang mereka cari telah bangkit dari antara orang mati, dan
Yesus menggenapi janjiNya bahwa Dia bangkit pada hari ketiga.

Nantikanlah Tuhan, kuatkan dan teguhkanlah hati kita dan jangan takut. Percayalah kepada Tuhan
bahwa Dia mempunyai hari kebangkitan untuk kita, sebab bagi Tuhan tidak ada yang mustahil.

2. Kuasa kebangkitan Yesus bagi orang percaya

Di dunia ini ada begitu banyak pengajaran atau ritual yang menjanjikan suatu kuasa kepada para
pengikutnya. Bahkan mereka kadang rela melakukan apa saja demi mendapatkan kuasa tersebut. Tetapi
mereka tidak menyadari kalau kuasa yang diterima mempunyai dampak berbahaya kepada mereka, dan
itu yang kita sebut dengan kuasa kegelapan.

Bagaimana dengan kita orang percaya? Kuasa seperti apa yang Tuhan berikan untuk kita? Kabar yang
luar biasa untuk kita semua, bahwa Tuhan Yesus berkata Dia memberikan dan memenuhi setiap kita
dengan kuasa kebangkitanNya. Ingat sekali lagi, bahwa Dia pasti menggenapi perkataanNya atas kita.
Jadi kita pasti dapat mengalami kuasa itu.

Kuasa kebangkitan Yesus melenyapkan segala ketakutan kita. Di dalam Matius 28:10, Maka kata Yesus
kepada mereka: "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi
ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku."

Terkadang dalam hidup ini kita menghadapi keadaan yang dapat membuat kita takut. Kita takut dengan
kegagalan, kita takut dengan masa depan, kita takut dengan penyakit, dan ketakutan pada masalah-
masalah lainnya.

Tuhan Yesus mengerti bagaimana perasaan Maria dan teman-temannya, mereka ketakutan. Tuhan juga
mengerti dengan situasi yang tengah kita hadapi. Namun Dia berkata kepada kita untuk jangan takut.
Sebaliknya percaya bahwa kuasa Tuhan sanggup memberikan kepada kita kekuatan, kuasa itu sanggup
memberikan kepada kita keberanian dan kuasa itu sanggup menolong kita.

Kuasa kebangkitan itu akan diberikan Tuhan kepada kita melalui doa-doa kita, melalui pujian dan
penyembahan kita. Tetaplah bangun keintiman kepada Tuhan setiap hari, dan terimalah kuasa Roh
Kudus yang akan memenuhi kita.

PENUTUP
Kerinduan Bapa adalah melihat anak-anakNya diberkati baik secara rohani, jasmani, jiwani dan materi.
Bapa menghendaki juga kita menjadi anak-anakNya yang hidup di dalam kemenangan. Dan Bapa tahu
untuk semuanya itu maka Bapa memperlengkapi kita dengan kuasa dari tempat Maha tinggi, itulah
kuasa kebangkitan Yesus. Ini saatnya kita dipenuhi kuasa dan memakai kuasa kebangkitan Yesus.

Kerinduan Bapa selanjutnya adalah memakai kita anak-anakNya untuk menyalurkan kuasa kebangkitan
Yesus. Bagaimana caranya? Dengan terlibat di dalam pelayanan, dengan menjadi garam dan terang di
tengah-tengah lingkungan kita, mendoakan mereka yang sakit dan menolong mereka yang dalam
kesusahan. Jadi pakai kuasa itu dan bagikan kuasa itu. Amin.

Ketakutan yang Diubahkan


(Matius 28:1-10)
Oleh Pdt Dr JR Sipayung (Dosen STT Abdi Sabda,Medan)

Kristus sudah bangkit. Haleluya. Inilah kabar baik atau berita


sukacita bagi setiap orang percaya sepanjang masa. Syukur kepada
Allah yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus
Kristus, Tuhan kita. Berita suka cita, kabar baik ini bukan hanya
untuk Yesus, tetapi kabar baik bagi dunia, kabar baik umat percaya
dan kabar baik bagi kita di manapun kita berada.
Ternyata kematian bukan akhir kehidupan Yesus. Demikian juga
hidup kita tidak berakhir di kematian. Ada kehidupan dan ada
kebangkitan bagi orang percaya. Firman Tuhan tegas menyebut
“Barang Siapa yang percaya kepada Kristus, Ia akan hidup
walaupun ia sudah mati” (bnd. Yoh 11:25).
Berita kebangkitan Yesus Kristus pertama sekali disaksikan oleh
perempuan yaitu yang bernama Maria Magdalena, dan Maria yang
lain (ay.1). Dalam Injil Markus disebut ada tiga orang perempuan
yang pergi ke kubur Yesus yaitu: Maria Magdalena, Maria Ibu
Yakobus dan Salome (Mrk 16:1). Merekalah menjadi saksi pertama
tentang kabar baik itu. Sekalipun dalam kultur budaya di zaman itu,
status dan kesaksian kaum perempuan sangat direndahkan /
diragukan. Namun Yesus mentransformasi budaya, Yesus
menghargai dan memberdayakan semua baik laki-laki dan
perempuan.
Dalam ayat 5 ini disebut : mereka yang pergi ke kubur itu berada
dalam posisi ketakutan. Hal ini nyata dengan ungkapan: “Janganlah
kamu takut”. Sama halnya seperti penjaga-penjaga kuburan itu
gentar ketakutan bahkan menjadi seperti orang mati (bnd. ay.4).
Bisa saja mereka takut karena “gempa bumi yang terjadi” atau
“karena batu penutup kubur Yesus sudah digulingkan” . Namun
ketakutan yang mendasar ialah, karena Yesus yang sudah disalibkan
dan dikuburkan di tempat itu, tidak berada lagi di situ. Malaikat
yang hadir itu menegaskan : “Ia tidak di sini, sebab Ia telah bangkit,
sama seperti yang telah dikatakan-Nya (ay. 6).
Ketakutan dan merasa takut, sering menghantui hidup manusia.
Misalnya kita takut terhadap roh-roh halus (hantu), takut tidak lulus
ujian, takut tidak cukup biaya untuk kebutuhan keluarga, takut dan
kecewa akan penyakit-penyakit silih berganti, bahkan saat ini
banyak orang di dunia ini takut sekali dengan Covid 19 atau virus
corona. Sehingga kita dianjurkan tinggal di rumah saja (stay at
home). Sebagaimana ibu-ibu yang pergi ke kubur Yesus ketika itu,
mereka mengalami ketakutan, kita juga saat ini mengalami
ketakutan, sekalipun konteks situasinya berbeda, namun suasananya
sama saja yaitu sama-sama ketakutan.
Firman Tuhan menyapa kita semua : “Janganlah kamu takut” (ay.5).
Di dalam Alkitab perkataan “janganlah takut” disebut sebanyak 365
kali. Misalnya kepada Yusuf diteguhkan untuk janganlah kau takut
mengambil Maria sebagai istrimu sebab anak yang di dalam
kandungannya adalah dari Roh Kudus (Mat 1:20), di tempat lain
disebut: “Janganlah kamu takut karena kamu lebih berharga dari
pada banyak burung pipit” (Mat 10:31). Dan juga di ayat ini
janganlah kamu takut ( ay.5). Semua ini meneguhkan kita agar tegar
sekalipun dalam masa-masa sukar. Bila firman Tuhan menyebut
janganlah takut 365 kali maka setiap pagi ternyata kita disapa dan
diteguhkan untuk tidak takut dalam menjalani hari hari kehidupan,
sebab ada janji Tuhan meneguhkan dan menyertai umat-Nya.
Kristus sudah bangkit dari antara orang mati. Dan Ia mendahului
kamu ke Galilea, di sana kamu akan melihat Dia. Kebangkitan
Tuhan Yesus ternyata berkuasa menaklukkan segala kuasa-kuasa
dunia, kuasa kematian, bahkan kuasa ketakutan itu sendiri. Kristus
sudah bangkit. Inilah fakta dan dorongan bahwa kemenangan dan
suka cita menjadi milik umat percaya.
“Dia akan mendahului kamu ke Galilea. Di sana kamu akan melihat
Dia”. (ay. 7)
Sebenarnya sebelum Yesus bangkit Ia sudah menyampaikan bahwa
sesudah Dia bangkit, Dia akan mendahului mereka ke Galilea (Mat
26:32). Mengapa ke Galilea? Karena Galilea, adalah tempat
kediaman Yesus, tempat Ia bertumbuh dan dibesarkan. Bahkan
Galilea adalah “wilayah bangsa-bangsa lain, bangsa yang diam
dalam kegelapan” (Mat 4:12-17, bnd. Yes 8:23). Mereka butuh
kabar baik. Karena itu Yesus mendahului mereka ke Galilea.
Artinya peristiwa kebangkitan akan diwartakan kepada keluarga,
kepada masyarakat / bangsa-bangsa lain, yang belum percaya
kepada Yesus. Dengan Yesus mendahului mereka hendak memberi
suka cita dan peneguhan bagi mereka dan bagi banyak orang
khususnya yang belum percaya bahwa Kristus sudah bangkit dari
kematian. Dia mendahului kita, mendahului dalam perjalanan kita,
bahkan mendahului kematian dan kebangkitan kita. Sukacita inilah
yang menjadi peneguhan luar biasa dan kabar baik bagi setiap umat.
Inilah sukacita yang perlu kita bagi kepada keluarga dan sesama
umat lainnya.
Yesus mendahului segala perjalanan dan situasi yang kita hadapi.
Yesus ada di depan menyambut dan meneguhkan kita sehingga kita
kuat, tegar menghadapi suasana sukar yang sedang kita hadapi saat
ini.
Dalam ayat 8 disebutkan ibu-ibu yang sudah melihat, mendengar,
menyaksikan kubur kosong itu mereka pergi sekalipun masih dalam
keadaaan takut, tetapi sudah penuh dengan suka cita yang besar dan
cepat-cepat membagi kabar baik ini bagi murid-murid Yesus.
Yesus yang berjanji akan mendahului mereka ke Yerusalem,
ternyata terbukti. Yesus menjumpai mereka di Galilea dan berkata:
“Salam bagimu” (ay.9). Kata “salam bagimu”, sebenarnya
terjemahan aslinya adalah: “Berbahagialah kamu”. Kata berbahagia
atau bergembira, inilah hidup orang yang bertemu dengan Yesus.
Seperti orang Majus yang melihat bintang Timur yang mendahului
mereka dan ketika mereka melihat bintang itu : “Sangat
bersukacitalah mereka” (Mat 2:10).
Inilah peneguhan dan suka cita kita, Kristus sudah bangkit dari
kematian. Dia mendahului segala perjalanan dan situasi hidup kita
hingga saat ini. Mari perlihatkan dan bagikan kabar suka cita ini
sehingga banyak orang melihat dan percaya kepada-Nya. Saat ini
ada kekuatiran melanda dunia yaitu munculnya wabah Covid 19.
Dalam keadaan ini, kita disegarkan Kristus yang sudah bangkit
menyapa kita janganlah kamu takut, sekalipun untuk sementara
harus stay at home, tinggal di rumah untuk memutuskan penyebaran
virus corona yang ada, namun iman dan percaya kita kepada Tuhan
mengubahkan ketakutan kita. Berbahagialah kita yang mengimani
Yesus yang sudah bangkit itu. Mari kita rayakan dan bagikan kabar
baik ini dalam kehidupan setiap harinya, sehingga banyak orang
melihat dan percaya bahwa Dia sudah bangkit, Dia hidup, Dia
mendahului kita dalam setiap perjalanan dan masa depan kita.
Bahkan Ia menyertai dan memberkati kita senantiasa. Kristus
mengubahkan ketakutan kita menjadi sukacita. Haleluya. Amen. (c)

Pembacaan Alkitab : Matius 28:1-10


Teks Khotbah Ketua BPMS GMIM Pdt. Dr. Hein Arina
untuk Ibadah Perayaan Paskah Yesus Kristus Pertama
Minggu, 12 April 2020
Terpujilah Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja, Juruselamat dan Tuhan Dunia yang
telah
menghentar gereja-gereja-Nya bahkan dunia ini untuk senantiasa hidup mengasihi Tuhan,
untuk
selalu hidup mengandalkan Tuhan. Di hari Paskah yang pertama ini kita sungguh berbahagia
karena
kita telah diampuni, telah ditebus dan dianugerahkan jaminan untuk memperoleh kehidupan
keselamatan yang kekal. Saya dalam iman seorang Hamba Tuhan sungguh meyakini bahwa di
perayaan Paskah ini kita semua diperlengkapi, kita semua dibentuk, kita semua dimampukan
untuk
menjalani hari-hari hidup ini yang memiliki banyak tantangan, banyak masalah, banyak godaan
dan
cobaan. Tapi dalam ketaatan kepada Yesus Kristus, telah ditebus dan dianugerahkan jaminan
untuk
memperoleh kehidupan keselamatan yang kekal.
Saya dalam iman sebagai seorang hamba Tuhan, sungguh meyakini bahwa di perayaan
Paskah ini
kita semua diperlengkapi, kita semua dibentuk, kita semua dimampukan untuk menjalani hari-
hari
hidup ini yang memiliki banyak tantangan, banyak masalah, banyak godaan dan cobaan. Tapi
dalam
ketaatan kepada Yesus Kristus kita akan dimampukan untuk senantiasa hidup mengandalkan
Tuhan.
Saudara-saudara dihari-hari terakhir ini, kita mengerjakan banyak pekerjaan. Gereja pun
melaksanakan pelayanannya dengan berbagai tantangan yang sangat berat. Kita terus
melaksanakan tugas-tugas panggilan Gerejawi : Bersekutu, Bersaksi dan Melayani. Kita terus
berupaya untuk melaksakan tugas - tugas diakonia melalui meningkatkan kualitas pelayanan
pendidikan, baik dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi. Kita pun berusaha semaksimal
mungkin untuk meningkatan kualitas pelayanan kesehatan baik klinik maupun rumah-rumah
sakit.
Kita pun hari-hari terakhir ini berupaya untuk menolong, menopang, mendukung terutama
marginalized people, menolong masyarakat yang tidak mampu, yang sulit akibat dari pada
dampak
COVID-19 ini. Saya mengajak di Paskah ini tentu dari kekurangan kita, dari keterbatasan kita,
dari
ketidak mampuan kita, dari kecemasan kita, dari ketakukan kita, saya sebagai Pendeta,
sebagai
Hamba Tuhan mengajak untuk senantiasa berpaut pada Tuhan Yesus yang telah mati dan
bangkit.
Yang telah menebus dosa kita dan yang telah menganugerahkan jaminan hidup yang kekal.
Dalam pembacaan ini kita melihat bagaimana penulis Injil Matius ini memberikan emphasizing
(penekanan) bahkan berulang-ulang tentang Yesus yang bangkit dari antara orang mati. Dan
bagaimana supaya berita itu betul-betul menjadi berita yang dapat mengubah banyak orang.
Kalau
kita perhatikan dari pembacaan ini ketika orang-orang terutama perempuan-perempuan datang
di
kubur pagi-pagi bertemu dengan malaikat yang duduk di atas batu yang telah terguling dari
kubur itu.
Tidak hanya mengajak para perempuan ini untuk melihat tempat Yesus dibaringkan.
Dalam ayatnya yang keenam: “Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang
telah
dikatakan-Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring.” Tapi ada tugas yang lebih daripada yang
ditunjukkan oleh malaikat kepada para perempuan yang datang di kubur pada waktu itu. Yaitu
ayat
yang ketujuh, ini tugas, ini amanat, ini perintah : pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya.
2
Dan malaikat memberikan kepada perempuan-perempuan itu contents (isi) yang harus
diberitakan,
isi yang harus disampaikan kepada murid-murid. Apa isinya? Isi yang harus disampaikan, berita
yang
harus disampaikan oleh para perempuan ini ialah Yesus telah bangkit dari antara orang mati.
Itu
isi.Yesus telah bangkit dari antara orang mati itu harus menjadi esensi, menjadi core, menjadi
inti
pemberitaan atau inti penyampaian yang harus disampaikan oleh perempuan ini kepada para
murid
dan banyak orang.
Ayat 8 (delapan), mereka segera pergi dari kubur itu, ada ketakutan tapi juga ada sukacita yang
besar dan karena itu mereka berlari cepat-cepat supaya berita yang disampaikan oleh malaikat
ini
langsung didengar dan diterima dan mengubah kehidupan bagi mereka yang menerima dan
mendengarkan berita itu. Ketika mereka bertemu dengan Tuhan Yesus pun, Yesus
menyampaikan
kepada mereka: “pergi”, dalam ayat yang ke-10: “pergi”. Saya baca ayat 10: ”Maka kata Yesus
kepada mereka : Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara – saudara-Ku, supaya
mereka
pergi ke Galilea, dan disanalah mereka akan melihat Aku.”
Saudara-saudara, apa yang akan kita katakan kepada dunia saat ini?. Apa yang kita akan
beritakan
kepada dunia saat ini yang sementara menghadapi wabah yang betul-betul telah
memporakporandakan kehidupan masyarakat, ekonomi, nilai-nilai dan budaya. What is the
content? Apa isi
yang akan kita sampaikan?
Sebagai seorang Pendeta, sebagai seorang Hamba Tuhan, saya mau sampaikan kepada
seluruh
lapisan masyarakat, terutama pada Penatua, Syamas, Guru Agama dan Pendeta dalam
lingkungan
pelayanan GMIM, katakanlah kepada masyarakat, katakanlah kepada dunia: “Yesus telah
bangkit
dari antara orang mati, dan kebangkitan-Nya telah membawa pembebasan, telah membawa
keselamatan yang kekal”.
Kita harus ada konsistensi untuk mengatakan kepada masyarakat tentang kebangkitan Yesus.
Tapi
juga kita harus ada konsistensi untuk mengatakan kepada masyarakat tentang keadaan,
tentang
kondisi saat ini, supaya masyarakat kita dalam merayakan Paskah ini betul-betul memiliki
tanggung
jawab teologis, tanggung jawab Gerejawi, tanggung jawab sosial.
Saya tahu perayaan Paskah kali ini sangat jauh berbeda dengan apa yang kita alami tahun
yang
baru lewat. Kita melaksanakan perayaan Paskah di rumah-rumah kita masing-masing.
Walaupun
demikian saya beberapa hari terakhir ini mengunjungi beberapa tempat di tanah Minahasa ini,
saya
melihat bagaimana semangat warga Gereja, masyarakat, saya melihat bagaimana semangat
kepercayaan yang luar biasa dari para Pelayan Khusus: Syamas, Penatua, Guru Agama dan
Pendeta. Mereka tetap berupaya untuk melaksanakan panggilan Gerejawi, merayakan Paskah
ini
dengan sukacita dengan berbagai ornamen Paskah yang mereka sampaikan, yang mereka
buat.
Walaupun secara ekonomi kita mengalami kesulitan yang besar. Tapi saya melihat bagaimana
kehidupan warga Gereja mau berkorban, berupaya untuk merayakan Paskah ini dengan
berdiakonia,
membantu orang-orang yang susah, membantu orang-orang yang telah mengalami PHK
(Pemutusan
Hubungan Kerja), kehilangan pekerjaan. Melayani orang-orang yang dirumahkan tanpa ada
pembayaran gaji. Melayani para ojek, para sopir baik mikrolet maupun taksi, truk. Melayani
kelompok
masyarakat yang memiliki profesi sebagai peternak baik ayam, ikan, babi maupun usaha-usaha
lain,
yang betul-betul mengalami kemerosotan yang sangat besar karena rumah makan tutup, kalau
pun
buka pengunjungnya sedikit, hotel pun demikian, supermarket, ini sungguh-sungguh saya
katakan
suatu kesulitan yang besar.
3
Tapi di tengah-tengah suasana yang sangat sulit ini, saya menyaksikan bagaimana warga
Gereja
tetap menjalankan tugas panggilan untuk pergi, pergi, pergi untuk mengatakan kepada dunia
bahwa
Yesus betul-betul bangkit dari antara orang mati. Dan saya menyaksikan bagaimana kehidupan
dari
masyarakat ini, dari para Pelayan Khusus ini betul-betul mereka dalam menyampaikan berita
tentang
Yesus yang bangkit ini harus melawan suatu atmosfir, suatu suasana masyarakat yang ada
kecemasan dan ada ketakutan. Tapi saya meyakini bahwa sebagaimana substansi, esensi, inti
perayaan Paskah yaitu Yesus menang atas kuasa maut, memberikan kepada manusia dan
dunia ini
suatu pengharapan dan kepastian. Walaupun tantangannya tetap kita lihat dalam kehidupan
masyarakat. Ada sebagian masyarakat di dalamnya warga Gereja yang belum memberikan
perhatian
kepada masalah ini, belum sungguh-sungguh menjaga jarak dengan menggunakan berbagai
argumentasi, berbagai alasan, terutama menggunakan theological reasons (alasan-alasan
teologi),
bahwa sebagai orang percaya apapun yang akan dialami, apapun yang akan dihadapi
termasuk di
dalamnya jaga jarak, alasan teologi dipakai untuk mengabaikan terapi atau penyembuhan
COVID ini,
salah satu yang paling luar biasa adalah physical distancing (menjaga jarak) secara disiplin.
Banyak kali kita menggunakan untuk menolak jaga jarak ini, untuk mengabaikan jaga jarak ini
menggunakan alasan-alasan doktrinal, dogma, ajaran kita seperti ini, harus ke Gereja karena di
Gereja memiliki atau ibadah di Gereja memiliki nilai lebih dibandingkan di rumah. Ini alasan
doktrinal.
Padahal refleksi iman kita ialah ketika ambil bagian pada upaya memutus mata rantai
penyebaran
COVID ini, seharusnya kita menggunakan doktrin ini, alasan ini, untuk menjadi suatu kekuatan
bagi
kita dalam berupaya untuk menciptakan masyarakat kita secepatnya kembali dalam kehidupan
yang
normal. Boleh bergereja lagi. Banyak kali kita menggunakan alasan tradisi. Tradisi seringkali
menghalangi kita, menghambat kita, untuk hidup disiplin menjaga jarak ini. Tinggal di rumah,
(sekali
lagi) tinggal di rumah, merayakan Paskah di rumah sama sekali tidak akan mengurangi, tidak
akan
memperkecil, mempersempit perayaan kita. Tapi justru saya mau katakan, dengan merayakan
di
rumah kita menikmati suatu suasana yang biasa kita dengar home sweet home. Bagaimana
menciptakan suasana rumah, kehidupan hubungan antara keluarga, suami, istri dengan anak-
anak
ini betul-betul being united (dipersatukan) dalam satu persekutuan yang utuh untuk merayakan
Paskah ini, untuk merayakan sesuatu yang utuh dalam rangka kita menghayati pengharapan
dan
kepastian atas kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Kebangkitan Yesus Kristus
dari
antara orang mati sungguh mengatasi ketakutan kita, kecemasan kita.
Kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, membebaskan kita dari kuasa dosa, dari
kuasa
maut. Dan karena itu saya mengajak berdasarkan firman Tuhan ini, bagi masyarakat, bagi
warga
Gereja GMIM: pergi, sampaikanlah berita itu. Dan saat ini kita pergi dalam pengertian ialah
(apa?),
dari rumah kita belajar, dari rumah kita bekerja, dari rumah kita beribadah. Dan dengan
dukungan
teknologi yang begitu luar biasa, yang begitu sophisticated (canggih), yang begitu modern, yang
begitu maju, kita boleh melaksanakan tugas kerja dan pelayanan dari rumah.
Karena itu saya mengajak juga para Pendeta dalam perayaan Paskah ini, biarlah kiranya dari
rumah
atau melalui pengeras suara atau toa-toa yang ada kita menyampaikan berita tentang
kebangkitan
Yesus yang telah membawa manusia dan dunia ini untuk memiliki jaminan hidup yang kekal.
Saudara-saudara, saya juga mengajak seluruh lapisan masyarakat baik tokok-tokoh agama,
tokohtokoh masyarakat dan Pemerintah dalam perayaan Paskah ini kiranya kita mau rela
berkorban
makan bersama dengan istri, dengan suami dan anak-anak di rumah. Menjauhkan diri dari
kumpulan
4
banyak orang, apakah di kategorial BIPRA (Bapak, Ibu, Pemuda, Remaja, Anak) ataupun di
kolomkolom dan jemaat.
Saya sungguh dalam kerendahan hati sebagai seorang Hamba Tuhan sekali lagi mengajak:
nikmatilah kasih karunia Tuhan, nikmatilah keselamatan yang dianugerahkan oleh Tuhan Yesus
melalui kebangkitan-Nya dari antara orang mati ini, bersama dengan istri dan anak-anak seisi
rumah,
being home sweet home.
Seisi rumah menjadi suatu suasana rumah yang ada kesejahteraan, yang ada peaceful (damai
sejahtera), yang ada joyful (sukacita), yang ada happiness (kebahagiaan) dalam perayaan
paskah
ini. Saya sangat meyakini dengan disiplin, dengan berupaya seperti ini kita akan mempercepat
harapan kita, sukacita kita, untuk dapat kembali lagi hidup secara normal, baik di kategorial
BIPRA, di
kolom-kolom maupun Jemaat dan Wilayah dan Sinode. Bahkan boleh bersama lagi dengan
seluruh
masyarakat, kita menikmati suasana yang normal.
Saya tahu menggunakan masker ini (pemimpin ibadah menunjukan masker), ini bukan suatu
hal
yang biasa bagi kita. Cuci tangan biasa kita lakukan sebelum makan, tapi saat ini walaupun
tidak
makan kita berusaha harus cuci tangan. Saya tahu di Paskah biasanya kita saling jabat tangan,
saling berpelukan, dan saat ini secara tegas semua kita diingatkan untuk kiranya menahan diri.
Saat
ini pun orang keluar rumah lengkap dengan berbagai tools atau alat bantu seperti handsanitizer
untuk dapat membersihkan tangan.
Biarlah kiranya suasana yang tidak biasa yang kita hadapi saat ini, kita berupaya sedemikian
rupa
untuk ada ketaatan supaya perayaan Paskah ini, sekali lagi tidak akan mengurangi
kebahagiaan kita,
tidak akan mengurangi sukacita kita ketika kita merayakannya di rumah. Para Pendeta pun,
para
Penatua Syamas pun dan Guru Agama pada hari-hari terakhir ini saya tahu mengalami banyak
kesulitan karena biasanya harus pagi bangun melayani orang-orang yang berhari ulang tahun
baik
lahir maupun perkawinan, ibadah kolom, berbagai program pelayanan. Serah terima pelayanan
Ketua BPMJ, BPMW, maupun Pendeta Jemaat, Guru Agama, semuanya bukan dibatal tapi
ditunda,
dalam rangka kita sebagai Gereja ambil bagian bersama dengan masyarakat, bersama dengan
Pemerintah, bersama dengan TNI-POLRI, kita berupaya sedemikian rupa. Dan karena itu saya
mau
katakan sebagai seorang Pendeta, isi berita yang kita harus sampaikan yaitu Yesus yang telah
bangkit dari antara orang mati. Dan implikasi-implikasi dari pada inti berita ini akan berdampak
pada
perilaku kita, cara hidup kita, gaya hidup kita, termasuk upaya kita bersama-sama dengan
semua
lapisan masyarakat untuk kiranya dalam pertolongan, dalam pemeliharaan, dalam perlindungan
Tuhan, kita ambil bagian untuk mempercepat memutus mata rantai penyebaran COVID-19 ini.
Tuhan kiranya menolong senantiasa bagi kita semua. Tuhan kiranya dalam kasih sayang-Nya
yang
tidak terbatas akan memberikan kepada kita di Paskah ini suatu sukacita yang besar sambil
meyakini
bahwa situasi ini, tantangan ini, dalam iman akan dipulihkan oleh Tuhan.
Tuhan Yesus menolong kita semua dari sekarang ini sampai selama-lamanya. Amin.

Anda mungkin juga menyukai