Tugas Crew TV hampir sama dengan Crew Film namun ada juga perbedaannya... lihat
aja dibawah....!
1.PRODUSER
Seorang yang mendisain sebuah produksi program acara sekaligus bertanggung jawab
terhadap teknis eksekusi produksi program tersebut dan bertugas untuk
mengintegrasikan unsur-unsur pendukung produksi dalam sebuah produksi program
acara televisi dan bertanggung jawab terhadap aspek teknis maupun estetis serta
mampu menterjemahkan sebuah gagasan / naskah / rundown sebuah program acara
ke dalam pelaksanaan produksi program siaran.
Syarat :
1. Memahami TYPE OF PROGRAM
2. Menguasai MANAJEMEN PRODUKSI
3. Mendalami SINEMATOGRAFI
4. Mendalami DRAMATURGI
5. Mampu menggunakan Peralatan Produksi dan dapat menterjemahkan gagasan
kedalam eksekusi sebuah program acara TV (mengabungkan hal teknis & seni)
Brain Strorming :
1. Membuat /menentukan detail konsep bersama-sama dengan Producer,
Creative.
2. Melakukan analisis script/scenario /rundown berdasarkan konsep/ ide
yang telah disepakati.
3. Menentukan peralatan pendukung teknis meliputi : Kamera, Lighting,
Audio dan perangkat teknis lainnya sesuai dengan konsep program
Koordinasi :
Eksekusi :
1. Membuat /menentukan bloking kamera
2. Melakukan supervisi terhadap penataan set panggung, lighting, kamera,
audio, switcher, CG etc.
3. Bersama-sama TD memastikan kesiapan perangkat teknis lainnya
4. Memandu jalannya Gladi Bersih bersama FD
5. Berkoordinasi dengan producer dan krabat kerja yang lain
6. Melakukan Briefing bersama seluruh crew pendukung acara mengenai
rundown acara SHOOTING PROGRAM ( Live / Taping ) Mengarahkan
produksi Program Acara
Evaluasi :
Bersama Produser dan crew pendukung teknis lainnya melakukan evaluasi
Editing :
Mengikuti proses editing program bila Dibutuhkan
BAHASA KOMANDO…
[i]STANDBY[/i]
Aba-aba untuk meminta kepada seluruh pendukung acara baik crew maupun
talent/presenter untuk bersiap-siap memulai acara/program.
Dapat juga berarti aba-aba untuk kameraman agar jangan merubah komposisi
gambar karena akan di ambil .
COUNTDOWN
Hitungan mundur untuk memberi aba-aba agar program di mulai tepat sesuai
waktu yang ditentukan.
Dapat juga berarti memberikan jeda waktu pada proses recording antara satu
adegan ke adegan berikutnya, untuk mempermudah pada proses editing
CUE / ACTION
Aba-aba untuk artis, talen, presenter atau performer yang lain untuk memulai
adegan atau aksinya sesuai dengan script/ naskah. Dalam produksi program
besar yang melibatkan banyak orang, komando dari Director diteruskan kepada
Floor Director
TAKE” / “ON”
Aba-aba untuk kameraman sebagai tanda gambarnya di ambil, biasanya
dilakukan untuk produksi program dengan multi kamera.
ROLLING / PLAY
Aba-aba kepada VTR operator untuk memulai pemutaran video tape, bisa juga
berlaku sebagai aba-aba untuk memulai perekaman.
Contoh : “… standby VTR… rolling, VTR….” Atau “ Stndby VTR …rolling record VTR…
3..2..1..”
CUT
Perintah untuk memotong adegan
BUNGKUS/ CLEAR
Komando sebagai isarat bahwa seluruh kegiatan produksi telah usah. Dapat juga
berarti proses pengambilan gambar pada satu scene telah usai atau
pengambilan gambar pada satu tempat telah usai, diteruskan ke tempat
berikutnya
• Moment yang dipilih untuk diganti dari satu shot ke shot lainnya. (cutting point).
• Bagaimana pergantian shot tersebut (cut,mix,dsb) dan kecepatan transisi.
• Order of shots (sequence) dan durasinya (cutting rhythm).
• Mempertahankan kualitas gambar yang baik dan kesinambungan audio.
• Menggabungkan adegan yang diambil pada waktu dan tempat berbeda, apabila
adegan diambil dengan satu kamera.
Rundown biasanya disusun oleh produser dan didiskusikan dengan tim produksi.
Format pembuatan rundown tidak mutlak, sangat tergantung dari karakteristik
format acara televisi itu sendiri.
Rundown format berita misalnya agak sedikit berbeda dengan rundown untuk
acara berformat non drama (quiz, gameshow, music, variety show,magazine ,dll).
Rundown merupakan susunan isi cerita dari sebuah program acara yang dibatasi
oleh durasi (panjangnya item acara), segmentasi dan deskripsi atau bahasa
naskah.
Untuk acara berdurasi 30 menit biasanya dibagi menjadi empat segment, namun
beberapa acara berdurasi setengah jam ini juga kadang terbagi menjadi 3
segment. Sedangkan acara berdurasi 60 menit biasanya terbagi atas 5 atau 6
segment.
Selain kolom “Segment”, hal penting lainnya adalah “Description”. Di kolom ini
dijelaskan tentang apa saja isi dari setiap segment. Sedangkan jika ada catatan
penting lainnya, bisa dimasukan ke dalam kolom “Note” atau “Remark”
[b]6.AUDIOMAN[/b]
Audioman adalah petugas yang mengatur perimbangan suara dari berbagai
sumber,antara lain melakukan set up mikrofon, musik / backsound dan lain
sebagainya.
Seseorang yang dipekerjakan oleh satu atau lebih talent agency atau serikat pekerja
untuk mewakili keanggotaan mereka dalam berbegosiasi kontrak individual yang
termasuk gaji, kondisi kerja, dan keuntungan khusus yangtidak termasuk dalam
standard guilds atau kontrak serikat kerja. Orang ini diharapkan oleh para aktor/aktris
untuk mencarikan mereka pekerjaan dan membangun karir mereka
Art Departement :
Bagian artistik. Bertanggung jawab terhadap perancang set film. Seringkali bertanggung
jawab untuk keseluruhan desain priduksi. Tugasnya biasanya dilaksanakan dengan
kerjasama yang erat dengan sutradara dan cameraman
Asst. Director :
Seorang asisten sutradara film yang memperhatikan administrasi, hal yang penting
sehingga departemen produksi selalumengetahui perkembangan terbaru proses
pengambilan film. Ia bertanggung jawab akan kehadiran aktor/aktris pada saat dan
tempat yang tepat, dan juga untuk melaksanakan instruksi sutradara.
Art Director :
Asisten Produser :
Broadcaster :
Best Boy :
Boom Man :
Booth Man :
Camera Departement :
Bertanggung jawab untuk memperoleh dan merawat semua peralatan kamera yang
dibutuhkan untuk memfilmkan sebuah motion picture. Juga bertanggung jawab untuk
penanganan film, pengisian film, dan berhubungan dengan laboratorium pemrosesan.
Cameraman :
- Second Cameraman sering disebut sebagai asisten kameramen atau operator kamera,
bertindak sesuai instruksi dari kameramen utama dan melakukan penyesuaian pada
kamera atau mengoperasikan kamera selama syuting.
- First Assistant Cameramen sering disebut Kepala Asisten untuk pada operator kamera.
Seringkali bertanggung jawab untuk mengatur fokus kamera (untuk kamera film)
Cinematographer (Sinematografer) :
Penata Fotografi. Orang yang melaksanakan aspek teknis dari pencahayaan dan
fotografi adegan. Sinematografer yang kreatif juga akan membantu sutradara dalam
memilih sudut, penyusunan, dan rasa dari pencahayaan dan kamera.
Costume Designer :
Orang yang merancang dan memastikan produksi kostum secara sementara maupun
permanen untuk sebuah film.
Orang dalam set yang bertanggung jawab membantu para aktor/aktris dalam
mempelajari kalimat mereka selama pembuatan film. Mungkin juga membantu
pengaturan dialog saat
Director :
Orang yang mengontrol tindakan dan dialog di depan kamera dan bertanggung jawab
untuk merealisasikan apa yang dimaksud oleh naskah dan produser.
Editor :
Editorial Departement :
Divisi dimana semua potongan film yang telah dihasilkan digabungkan sehingga
membentuk urutan yang koheren, kadang dengan bantuan asisten sutradara atau
produser.
Electric Departement :
Bertanggung jawab terhadap penjagaan dan penyediaan segala alat elektrik. (misalnya:
lampu, kabel, dan lain sebagainya) untuk kebutuhan film.
Engineering :
Sebutan dalam pengerjaan dan pembagian kerja dalam masalah teknis penyiaran
Film Loader :
Pengisi Film. Anggota tim kamera kadang adalah asisten kameramen yang mengisi film
yang belum diekspose ke dalam magazine dan mengeluarkan film yang telah diekspose
Floor Director :
Gaffer :
Green Departement :
Hairdresser :
Spesialis penata rambut untuk film. Seorang hairdresser mungkin bekerja dengan
penata rambut laki-laki maupun perempuan.
Hairdresser Departement :
Bertanggungjawab atas kebutuhan rambut asli maupun wig untuk para aktor dan aktris.
Key Grip :
Make-Up Departement :
bagian yang bertanggung jawab terhadap penampilan aktor/aktris agar sesuai dengan
kebutuhan skenario pada saat syuting.
Producer :
Sebutan ini untuk orang yang memproduksi sebuah film tetapi bukan dalam arti
membiayai atau menanamkan investasi dalam sebuah produksi. Tugas seorang
produser adalah memimpin seluruh tim produksi agar sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi dengan
anggaran yang telah disetujui oleh executive producer.
Production Departement :
Bagian yang menentukan batasan biaya dan menangani persiapan dan pelaksanaan
atas segala keperluan dalam sebuah produksi.
Production Assistant :
Bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi dilapangan selama proses produksi.
Production Manager :
Orang yang bertanggung jawab atas detail produksi dari awal sampai produksi itu
selesai.
Production Unit :
Terdiri dari sutradara, kru kamera, kru tata suara, bagian listrik dan semua orang yang
diperlukan dalam suatu produksi.
Prop Man :
Bertugas untuk memastikan bahwa properti ada ditempat yang seharusnya pada saat
dibutuhkan untuk suatu produksi.
Research Departement :
bagian riset yang terdiri dari orang-orang yang menilai otentisitas artikel, benda, kostum,
Bertanggungjawab atas publiitas dan pembuatan foto set serta lokasi. Dapat juga
digunakan pada kesempatan tertentu..
Transportation Departement :
Bertanggungjawab terhadap semua kendaraan yang digunakan oleh kru dan pemain
selama syuting berlangsung. Dalam hal ini termasuk antar dan jemput kru atau pemain.
VTR Man :
Orang yang mengoperasikan VTR (Video tape Recorder) selama proses pembuatan
acara televisi
Wardrobe Departement :
Berikut adalah langkah - langkah dalam pembuatan Film pendek, cuku mudah untuk
gali potensi kita.
1. Riset Awal!
Kita cari tahu dulu tentang latar belakang yang ingin kita buat film. Kalau serius, riset ini
harusnya sangat detail, tetapi kalau mau sederhana, kita bisa saja browsing dulu di
internet atau bertanya kepada teman atau orang yang sudah mengalaminya. Kita catat
data-data yang kita dapat tadi.
2. Siapkan Peralatan
Perlengkapan yang diperlukan adalah handycam atau kamera video apa pun beserta
baterai dan charger. Jangan lupa bawa juga mikrofon tambahan dan kabel ekstensinya,
tripod, dan yang paling penting, kaset-kaset kosong (bawa cadangan ya).
3. Riset Lapangan
Waktu sampai di tempat tujuan, kita harus melakukan riset lebih dalam dari riset awal
yang sudah kita lakukan di rumah. Cocokkan data yang didapat saat riset awal dengan
keadaan di lapangan.
Bagaimana caranya? Ya jalan, ngobrol, dan nongkrong! Santai dan berusaha akrab
dengan lingkungan yang akan kita filmkan.
Tentukan siapa saja yang mau diangkat sebagai tokoh dalam film. Biasanya, dari hasil
riset di lapangan, kita bisa mendapatkan sebuah ide yang lebih spesifik dan menarik
untuk diangkat dari ide awal kita di rumah. Misalnya, “Keseharian hidup badut di Dufan”.
Kemudian, buatlah alur cerita kasar dari ide tersebut. Misalnya, tugas-tugas si badut di
Dufan dan tempat-tempat wajib yang harus didatangi si badut.
5. Buatlah Sinopsis
Cerita singkat tentang seperti apa film yang kita buat ini. Dari sinopsis kita bisa
menentukan siapa saja yang harus kita wawancara, daftar pertanyaan untuk setiap
wawancara, dan daftar gambar-gambar (footage) yang dibutuhkan di luar wawancara.
Dari hasil riset, kita sudah tahu di mana saja dan kapan saja orang-orang yang ingin kita
wawancara berada. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan untuk pengambilan
gambar. Yang pertama, datangi dan minta izin mereka untuk melakukan wawancara.
Ingat, jangan sekali-kali merekam wawancara tanpa izin! Tidak etis dan bisa bikin
mereka tidak suka.
Keempat, buat suasana wawancara sesantai mungkin, bertanyalah seperti kita sedang
mengobrol biasa. Sebab, keberadaan kamera video bisa membuat orang gugup, jaim,
dan tidak bisa menjawab jujur.
Kelima, gunakan tripod bila wawancara berlangsung cukup lama dan tidak dilakukan
sambil bergerak. Keenam, Selesaikan semua wawancara dari daftar orang yang sudah
kita buat. Setelah itu rekam semua gambar yang sudah kita tulis dalam daftar footage
kita. Kalau kita masih punya waktu dan kaset cadangan, kita boleh kok merekam
gambar-gambar tambahan lain yang mungkin nanti bisa berguna saat tahap editing.
Ketujuh, setelah semua selesai direkam. Periksa lagi semua daftar yang kita punya.
Baca lagi sinopsis awal kita. Apa semua sudah cukup. Jangan sampai ada yang terlupa.
Sesuaikan hasil catatan dengan hasil wawancara yang sudah kita buat. Masih
sesuaikah? Harus diubahkah? Ke arah mana harus dikembangkan?
Hal ini sangat mungkin terjadi karena hasil wawancara bisa banget menghasilkan data-
data yang lebih banyak dan mungkin berbeda dari apa yang sudah kita siapkan
sebelumnya. Enggak masalah kok. Perbaiki dan buat sinopsis baru yang bisa disusun
dari hasil rekaman yang sudah kita tonton berulang kali.
Setelah selesai, barulah sinopsis final ini bisa jadi panduan untuk mulai mengedit.
8. Mengedit Film
Mulai capture hasil rekaman yang sudah kita pilih sebelumnya ke dalam komputer
menggunakan program editing yang biasa kita pakai. Setelah itu susun film kita
berdasarkan sinopsis final yang sudah kita buat sebelumnya.
Masukkan footage-footage yang kita sudah rekam. Buat alur semenarik mungkin,
jangan terlalu banyak wawancara yang bisa membosankan. Idealnya, panjang film 8-12
menit.
Tambahkan musik latar yang sesuai, jangan pakai musik orang sembarangan ya! Sebisa
mungkin buat musik sendiri atau minta teman yang pandai membuat musik untuk
membuatkan musik untuk film ini
Masukkan opening title (pilih judul yang catchy dan bisa menggambarkan keseluruhan
film), tambahkan credit title, mixing suara, wrap! Jadikan DVD biar bisa ditonton
beramai-ramai
Definisi
1) Berdasarkan Format
• Analog
• Digital
2) Berdasarkan Media Rekam
• Betamax
• VHS
• 8mm
• VHS-C
• DV(Digital Video)
• Mini DV
• Betacam
• Memori stick
• Mini Disc
Semua alat yang akan digunakan harus benar – benar dikuasai supaya
meminimalisasikan kesalahan pengambilan gambar nantinya.
Rekaman video yang layak dinikmati harus memenuhi kaidah – kaidah sebagai berikut:
Rekaman Video yang Selesai dan Layak Tonton Sebuah karya videografi yang selesai
dan siap ditonton umumnya melewati tahap-tahap berikut ini:
1. Pra Produksi : Proses perencanaan dan persiapan produksi sesuai dengan kebutuhan,
tujuan dan khalayak sasaran yang dituju. Meliputi persiapan fasilitas dan teknik
produksi, mekanisme operasional dan desain kreatif ( riset, penulisan outline,
skenario, storyboard, dsb.).
2. Produksi : Proses pengambilan gambar di lapangan (shooting).
3. Pasca Produksi : Proses penyuntingan di ruang editing, memadukan hasil rekaman
video dengan berbagai elemen audio visual lainnya.
4. Presentasi : Menyajikan hasil penyuntingan (editing) dalam format siap tonton (kaset,
VCD, DVD, dsb.)
5. Distribusi : Penyebarluasan karya videografi (screening,
penjualan, broadcasting, webcasting, dsb.).
Teknik Kamera : Pengambilan Gambar
Establingshing Shot (ES)
1.
Pengambilan gambar/shooting yang di ambil dari jarak yang sangat jauh atau dari
“pandangan mata burung”, biasanya untuk membangun pengetahuan dimana lokasi
kejadian.
Long Shot (LS)
Shooting dilakukan dari jarak jauh, tetapi tidak sejauh establish shot.digunakan untuk
penekanan terhadap lingkungan sekitar atau setting dalam scene.
Medium Shot (MS)
Shooting untuk membuat frame actor. Biasanya dilakukan dari pinggang ke atas.
Medium shot (MS) bias digunakan untuk membuat focus terhadap 2 orang actor yang
saling berhadapan dan beinteraksi,missalnya: debat, berpelukan dan sebagainya.
Over Tehe Shoulder Shot (OS)
Shooting Untuk mengambil gambar actor melalui pundak actor yang lain,digunakan
ketika para actor saling bertatapan muka satu sama lain.contoh salah satu actor
berbicara kepada actor yang lain sedangkan yang lain mendengarkan.
Close-Up (CU)
Shoting diambil dari jarak dekat. Biasanya focus kepada wajah,digunakan untuk
memperlihatkan ekspresi wajah/mimic dari actor. Memperhatikan detail objek,atau
untuk mengarahkan audience pada suatu elemen yang dipentingkan.
Tips Merekam Video Dengan Sempurna
Jika memungkinkan, selalu pergunakanlah manual focus.
1. Atur white balance pada setiap perpindahan lokasi atau pergantian sumber
pencahayaan.
2. Jika melakukan pengambilan gambar di luar ruangan (outdoor shooting), posisikan
matahari di belakang anda. Begitu juga sumber pencahayaan lainnya.
3. Gunakan tripod atau alat bantu lainnya.
4. Dalam kondisi rekaman tanpa alat bantu (handhelds), pegang dan kendalikan kamera
video Anda sedemikian rupa agar hasil rekaman tetap stabil (andaikan sebagai
secangkir kopi panas).
5. Gunakan zooming hanya untuk menata komposisi ambilan gambar. Hindari
penggunaannya pada saat merekam (rolling), kecuali jika ada maksud untuk tujuan
tertentu atau memang disengaja karena hasil rekaman akan diproses lebih lanjut
(editing).
6. Shoot to edit. Pastikan untuk memproses lebih lanjut setiap hasil rekaman Anda
(editing). Untuk itu, rekaman video harus diciptakan dan dipersiapkan sedemikian rupa
agar siap untuk diproses lebih lanjut (variasi dan kelengkapan gambar, durasi
setiap shot, menghindari fasilitas kamera yang tidak diperlukan, dsb.)
7. Jaga durasi setiap shot. Jangan terlalu panjang dan monoton (tanpa variasi), namun
juga jangan terlalu pendek. Minimal antara 8 hingga 10 detik. Tidak ada batas maksimal
karena tergantung action yang direkam. Namun sebaik sudah mulai merekam 3 hingga
5 detik sebelum action berlangsung. Berikan durasi yang sama
setelahaction berlangsung.
8. Jaga setiap shot dalam kondisi steady tanpa pergerakan kamera, setidaknya selama 10
detik. Jika suatu shotakan berisi pergerakan kamera, berikan awalan dan akhiran dalam
kondisi steady dengan durasi setidaknya 3 hingga 5 detik.