Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN ENTREPRENEURSHIP DAN PERBEDAAN ANTARA

PEKERJA DAN PENGUSAHA


Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Kewirausahaan
Dosen Pengampu :Miswan Ramdani, S.T, M.Pd

Disusun oleh:

Siti Asma Yanti (3.2020.1.0108)


Siti Sopiati (3.2020.1.0109)
PGMI Semester 7

INSTITUT MADANI NUSANTARA


Jl. Lio Balandongan Sirnagalih (Begeg) No. 74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang Telp/Fax.
(0266) 225464 Kota Sukabumi
www.staisukabumi.ac.id Email : stai.sukabumi@gmail.com
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah kewirausahaan ini dapat terselesaikan sebagaimana
mestinya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas untuk mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran PGMI. Adapun judul makalah ini adalah “(Perkembangan entrepreneurship dan
perbedaan antara pekerja dan pengusaha)”.
Kami menyadari di dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun,untuk perbaikan penulisan
makalah selanjutnya.
Akhirnya kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan
kontribusi positif bagi kita semua.

Sukabumi, 24 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Perkembangan entrepreneurship.........................................................2
B. Perbedaan pekerja dan pengusaha......................................................4
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.............................................................................................7
B. Saran...................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan yang terus-menerus dan dramatis memaksa para eksekutif untuk bias selalu
menyesuaikan tujuan perusahaan dengan kondisi yang ada dan se- fleksibel mungkin
dalam menghadapi pihak yang berkepentingan (stakeholder). Perusahaan tidak bisa
bersifat statis, yang artinya perusahaan harus mampu beradaptasi dan menyesuaikan diri
dengan kondisi pasar global. Perkembangan yang ada menuntut perusahaan untuk
berlaku lebih entrepreneurial dan perusahaan-perusahaan di seluruh dunia sudah
melakukannya, memasukkan entrepreneurship kedalam perusahaan.
Kebanyakan perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh dan yang bersifat inovatif
menunjukkan suatu jiwa (semangat) entrepreneurial, korporasi-korporasi berupaya untuk
mendorong para manajer mereka menjadi orang-orang yang berjiwa entrepreneur,
universitas-universitas sedang mengembangkan berbagai program entrepreneurship dan
para entrepreneur individual menimbulkan perubahan-perubahan dramatis dalam
masyarakat kita.
Dan seorang dalam menjalankan sebuah perusahaan yang besar tidak dapat di
kerjakan seorang diri. Dalam menjalankan perusahaannya, ia memerlukan bantuan orang-
orang yang bekerja padanya sebagai pekerja, ataupun orang yang berdiri sendiri dan
mempunyai perusahaan sendiri dan yang mempunyai perhubungan tetap ataupun tidak
tetap
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan entrepreneurship?
2. Apa perbedaan pekerja dan pengusaha?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan entrepreneurship
2. Untuk mengetahui perbedaan pekerja dan pengusaha

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Entrepreneurship
Entrepreneurship atau yang biasa disebut dengan nama kewirausahaan korporasi
sudah dikenal dan di aplikasikan baik oleh perusahaan public maupun perusahaan swasta
di seluruh dunia, berkembang mulai dari Amerika Serikat, Eropa, Afrika hingga Asia.
Konsep dasar dari Entrepreneurship sendiri adalah menciptakan iklim Entrepreneurship
didalam perusahaan dengan cara mendorong proses inovasi kepada para karyawan.
Dimana karyawan didorong untuk menciptakan sebuah ide bisnis baru untuk perusahaan
yang bias berupa produk dan jasa baru dengan memanfaatkan sumber daya yang sudah
ada atau membuat sebuah produk dan jasa yang benar-benar baru untuk perusahaan.
Semua ini bisa tercapai dengan mendobrak pola piker tradisional yang sudah ada,
dengan memunculkan dan menciptakan gagasan "think, outside the box" di dalam
perusahaan. Drucker (1985) menyatakan bahwa sari pati dari nenterpreneurship adalah
inovasi. Maka tidak heran bila semua ini berjuang kepada proses penciptaan atau inovasi.
Gagasan tentang konsep kewirausahaan korporsi muncul dan berkembang pada tahun
1985, ketika Gifford Pinchot menyarankan dan memberi petunjuk kepada individu untuk
bias melahirkan dan membembangkan ide agar biasa diubah menjadi suatu bisnis usaha.1
1. Kewirausahaan sebelum abad pertengahan
Pada masa ini, wirausaha adalah contractor, yaitu pemborong/orang yang
melakukan kesepakatan kerja atas sejumlah pekerjaan yang ditentukan sebelumnya
dengan kompensasinya, yaitu sejumlah uang dengan segala risiko yang ditanggung
oleh penerima kontrak. Oleh sebab itu, wirausaha di masa ini disebut risk taker
(pengambil risiko) atas sebuah kesepakatan.
Karakteristik kewirausahaan pada masa ini mengandung tiga hal pokok, yaitu
sebagai berikut.
a. Bersifat kesepakatan kerja dengan uang sebagai kompensasinya.

1
Dhewanto Wawan, Interpreneurship: Kewirausahaan Korprosi (Bandung: Rekayasa Sains, 2013).

2
b. Ada unsur risk taker (pengambilan risiko) karena situasi dan kondisi juga belum
diketahui sebelumnya. Pada saat itu, tempat, keadaan, cara menuju ke suatu
tempat, dan transportasi bersifat baru dan belum diketahui oleh pengambil risiko.
c. Hasilnya dijual ke pihak yang menyepakati kontrak. Jadi ada unsur untung bila
hasilnya besar dan rugi bila hasilnya tidak sesuai serta ada unsur spekulasi di
dalamnya.
2. Kewirausahaan pada abad pertengahan (sebelum abad 17)
Abad pertengahan merupakan era agro (pertanian massal). Pada masa ini,
wirausaha adalah orang yang mampu mengendalikan, mengatur, dan mengoptimalkan
sumber daya dalam sebuah proyek yang dikuasai untuk mendapatkan suatu imbalan
tertentu dalam konsep produksi. Sebelum abad pertengahan belum ada konsep
produksi sedangkan pada abad pertengahan sudah ada konsep produksi. Inilah yang
membedakan kewirausahaan pada abad pertengahan dengan masa sebelumnya.
3. Kewirausahaan pada abad/era industry
James Watt telah merubah era pertanian ke era industri dengan ditemukannya
mesin uap di Inggris. Wirausaha (entrepreneur) lain, yaitu Alexander Graham Bell,
selain karyanya dalam teknologi komunikasi (telepon), ia juga menyumbangkan
kemajuan penting dalam teknologi penerbangan dan hidrofoil. Kewirausahaan
semakin berkembang setelah ditemukannya pesawat terbang oleh Wright bersaudara.
Dalam era industri, wirausaha adalah orang yang berani mengambil risiko (risk
taker) dan walaupun tidak punya modal uang (capital) tetap berani melakukan
kesepakatan untuk mengerjakan proyek-proyek tertentu dengan memberdayakan
semua sumber dayanya, bekerja sama dengan para pemilik modal. Hal inilah yang
membedakan kewirausahaan pada era industri dengan abad pertengahan, yaitu pada
aspek startegi dalam penyediaan modal. Pada masa ini, kewirausahaan disebut juga
join venture capital di mana salah satu pihak sebagai intelectual capital (penyumbang
ide/gagasan/pikiran) dan pihak lainnya sebagai equity capital (penyandang dana).2
4. Kewirausahaan pada abad 19 dan 20

2
Winardi, Entrepreneur Dan Intrepreneurship (Jakarta: Kencana, 2003).

3
Pada masa ini, wirausaha adalah orang yang mempunyai pengalaman. keahlian,
dan kemampuan untuk mengorganisasikan sebuah usaha, baik dari awal atau yang
sudah berjalan untuk tujuan pribadi, yaitu kemakmuran.
Pada abad 20 terdapat unsur kemampuan dan keberanian menanggung semua
risiko baik modal, waktu, dan nama baik yang tidak ada di era sebelumnya. Di era
industri bersifat modal gabungan (venture capital) tetapi di abad 20 belum tentu
demikian. Kewirausahaan dapat dilakukan sendiri/individu atau bersifat kerja sama
(partnership).
5. Kewirausahaan pada abad 21
Pada abad 21, kewirausahaan sudah lebih dari sekedar mengorganisasi, karena
dapat terdiri dari pencipta (creator), pemodal (invetor), dan pelaku inovasi (inovator).
Pada masa ini, kreativitas wirausaha menjadi tulang punggung sebuah bisnis.
Dengan demikian, dapat diuraikan dengan rinci bahwa kewirausahaan merupakan
ilmu yang menggabungkan sumber daya yang dimiliki seperti pengalaman hidup,
latar belakang pendidikan, jaringan pertemanan (network), informasi yang diterima,
kejadian-kejadian setiap hari, dan dana baik itu berupa uang atau aset untuk dikelola
dengan segala risiko yang diperhitungkan dengan matang oleh manajer risiko (risk
manager), yang digunakan sebagai modal dalam berkreasi dan berinovasi serta
menciptakan perubahan dan produk yang dapat berguna bagi dirinya dan masa
depannya.

B. Perbedaan Pekerja dan Pengusaha


Pengertian
Pekerja adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan dan mendapatkan upah atau
imbalan lain. Pekerjaan secara umum di definisikan sebagai sebuah kegiatan aktif yang
dilakukan oleh manusia. Istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang
menghasilkan sebuah karya yang bernilai imbalan dalam bentuk uang atau bentuk
lainnya.3
Sedangkan pengusaha adalah innovator yang mampu memanfaatkan dan mengubah
kesempatan menjadi ide yang dapat dijual atau dipasarkan, memberikan nilai tambah

3
Soepono, “Kewirausahaan dalam masyarakat,” 2017, 11–33.

4
dengan memanfaatkan upaya, waktu, biaya atau kecakapan dengan tujuan mendapat
keuntungan” (Machfoedz, 2002, p. 1).4
Perbedaan Pekerja dan Pengusaha5
1. Pengusaha menghasilkan produk, pekerja membuat produk
Ini sudah jelas. bahwa pengusaha selalu ingin berinovasi dalam menciptakan ide
dari setiap produk-produk tertentu. Sementara pekerja justru yang membuat produk
itu sendiri sendiri.
2. Pengusaha berharap perkembangan modal, pekerja berharap upah
Para pengusaha tidak terlalu terburu-buru untuk bisa gajian bulanan seperti
pekerja, yang penting ada peningkatan keuntungan yang terjadi dari waktu ke waktu.
Sehingga keuntungan itu bisa diakumulasikan kembali menjadi modal untuk
memperbesar usahanya.
3. Pengusaha tertarik pada peluang dibalik risiko, pekerja selalu menghindari risiko
Risiko adalah duri di balik emas yang bertebaran dijalanan. Jadi pengusaha
memiliki pemikiran untuk bisa mengambil emas itu dengan berbagai cara. sementara
pekerja memilih untuk diam tanpa tindakan alias selalu dalam pasrah.
4. Pengusaha banyak saingan, pekerja jauh lebih banyak saingan
Pengusaha itu memiliki sikap dan pemikiran yang terus menerus bergerak,
sementara pekerja selalu diam dalam ide dan tindakannya. Tapi kebanyakan orang
justru pengin diam dalam ide-idenya tersebut. Maka dari itu, lebih banyak pekerja
dibandingkan pengusaha di dunia ini, sehingga persaingan pekerja semakin tinggi.
5. Pengusaha selalu membangun relasi, pekerja selalu ingin sendiri
Pengusaha tidak bisa menggantungkan dirinya sendiri. Mereka tetap dibilang
mandiri, tapi mereka butuh rekan, mitra dan pengusaha lain untuk mengembangkan
usahanya. Sementara pekerja selalu ingin bekerja sendiri sehingga hasil yang didapat
dari perusahaan lebih besar dan kesempatan di PHK jauh lebih minim.
6. Pengusaha tidak takut gagal, pekerja takut gagal
Saat pengusaha berbuat kesalahan lalu usahanya bangkrut, mereka akan berdiri
dan membangun usaha yang lebih baik karena telah belajar dari pengalaman

4
“2. LANDASAN TEORI 2.1. Pengusaha Atau Wirausahawan (Entrepreneur) 2.1.1. Pengertian Pengusaha Atau
Wirausahawan (Entrepreneur),” 2005, 5–26.
5
Winardi, Entrepreneur Dan Intrepreneurship.

5
kegagalan sebelumnya. Sementara pekerja sangat takut pada kesalahan dan
kegagalan. Karena jika mereka di PHK, mereka tidak akan ada harapan lagi.
7. Pengusaha selalu berusaha meningkatkan kualitas, pekerja cenderung memperbaiki
kelemahannya.
Pekerja selalu menjalankan setiap hal demi menutupi kelemahan mereka sendiri.
Sementara pengusaha justru lebih mengarah ke peningkatan kualitas diri mereka
sendiri, sehingga secara tidak langsung akan membuat kelemahan- kelamahan
tersebut hilang.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Entrepreneurship atau yang biasa disebut dengan nama kewirausahaan korporasi
sudah dikenal dan di aplikasikan baik oleh perusahaan public maupun perusahaan
swasta di seluruh dunia, berkembang mulai dari Amerika Serikat, Eropa, Afrika
hingga Asia. Perkembangan entrepreneurship : Kewirausahaan sebelum abad
pertengahan, Kewirausahaan pada abad pertengahan (sebelum abad 17),
Kewirausahaan pada abad/era industry, Kewirausahaan pada abad 19 dan 20,
Kewirausahaan pada abad 2.
Konsep dasar dari Entrepreneurship sendiri adalah menciptakan iklim
Entrepreneurship didalam perusahaan dengan cara mendorong proses inovasi kepada
para karyawan. Beberapa perbedaan antara pengusaha dengan pekerja :
- Pengusaha menghasilkan produk, pekerja membuat produk
- Pengusaha berharap perkembangan modal, pekerja berharap upah
- Pengusaha tertarik pada peluang dibalik risiko, pekerja selalu menghindari risiko
- Pengusaha banyak saingan, pekerja jauh lebih banyak saingan Pengusaha selalu
membangun relasi, pekerja selalu ingin sendiri
- Pengusaha tidak takut gagal, pekerja takut gagal
- Pengusaha selalu berusaha meningkatkan kualitas, pekerja cenderung
memperbaiki kelemahannya.
B. Saran
Kami menyadari akan kekurangan dalam makalah ini, untuk itu para pembaca
dapat lebih menggali lagi sumber-sumber lainnya untuk guna penyempurnaan kearah
yang lebih baik lagi. Jadi kami harap kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca untuk kami lebih baik dan sempurna lagi dalam pembuatan makalah
selanjutnya.

7
DAFTAR PUSTAKA
Petra, Universitas . “2. LANDASAN TEORI 2.1. Pengusaha Atau Wirausahawan (Entrepreneur)
2.1.1. Pengertian Pengusaha Atau Wirausahawan (Entrepreneur),” 2005, 5–26.
Soepono. “Kewirausahaan Pada Masyarakat,” 2017, 11–33.
Wawan, Dhewanto. Interpreneurship: Kewirausahaan Korprosi. Bandung: Rekayasa Sains,
2013.
Winardi. Entrepreneur Dan Intrepreneurship. Jakarta: Kencana, 2003.

Anda mungkin juga menyukai