2156 7009 1 PB
2156 7009 1 PB
php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 341-349
Abstract
This study aims to analyze the effect of accountability and transparency on muzakki's interest in paying zakat. The
population in this study are people who pay zakat in BAZNAS, Sragen Regency. The sample in this study produced
100 respondents. The sample selection technique used purposive sampling and then used the Slovin formula. The
data analysis method in this study uses multiple linear regression. The results of this study indicate that partially
the accountability variable that affects the interest in paying zakat, then partially the transparency variable does
not have a significant effect on the interest of muzakki to pay zakat. Simultaneously, the variables of accountability
and transparency have an effect on the interest in paying zakat.
Saran sitasi: Kabib, N., Umar, A. U., Fitriani, A., Lorenza, L., Lutfi, M. T., & Mustofa. (2021). Pengaruh
Akuntabilitas dan Transparansi Terhadap Minat Muzakki Membayar Zakat di BAZNAS Sragen. Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam, 7(01), 341-349. doi: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i1.2156
DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i1.2156
1. PENDAHULUAN 12
10,07
Indonesia merupakan negara dengan jumlah 10 9,2
8,1
penduduk keempat terbesar di Dunia sekaligus 8 6,8
6,2
menjadi negara muslim terbesar di Dunia. Dimana 6 5 4,9
87,18% masyarakatnya adalah muslim (BPS, 2020). 3,7
4 2,9
Potensi muslim yang besar ini seharusnya berbanding 2,2
2
besar pula dengan potensi zakat. Namun pada
0
kenyataannya realisasi zakat di Indonesia masih 2015 2016 2017 2018 2019
rendah (Istiqomah & Asrori, 2019). Salah satu dari
Pengumpulan ZIS Penyaluran ZIS
rukun islam adalah zakat sehingga hukumnya adalah
wajib. Atas dasar hal tersebut, setiap muslim yang Sumber : Data diolah, 2020
mampu diwajibkan untuk membayar zakat sesuai Grafik 1. Pengumpulan dan penyaluran ZIS (dalam
ketetapan yang berlaku dalam syariah Islam. Zakat triliun)
merupakan salah satu ibadah pokok dalam Islam yang Berdasarkan data grafik 1 meskipun terdapat
dapat menjadi tool dan menjadi pilar guna kenaikan di setiap tahunnya meliputi pengumpulan
menegakkan keadilan dalam kehidupan sosial dan bisa dan penyaluran dana ZIS oleh BAZNAS dan LAZ.
meningkatkan kesejahteraan umat (Rahman, 2015). Namun demikian angka tersebut masih jauh dengan
Pengelolaan zakat yang baik berguna untuk potensi zakat di Indonesia pada tahun 2020 yang
memajukan kesejahteraan yang dapat dirasakan oleh ditarget mencapai 230 triliun, namun nyatanya dana
seluruh masyarakat. Zakat yang dikelola dengan yang terkumpul baru 8 triliun atau setara 3,5% dari
maksimal juga mendorong program pembangunan potensi (Lokadata.com, 2020). Hal ini yang
berkelanjutan atau Sustainable Development Goals menjadikan masalah dalam pengumpulan atau
(Amymie, 2019). kesadaran masyarakat Indonesia pada masa sekarang.
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 342
Kesenjangan antara dana yang terkumpul dengan dana tersebut (Basri, 2015). Hingga masa sekarang
yang disalurkan tersebut menandakan bahwa adanya masyarakat memilih dan menggunakan model
masalah dalam marketing dan peruntukannya terkait penyaluran zakat secara door to door maupun
dengan kepercayaan masyarakat terhadap Lembaga tradisional dengan memilih masjid, dengan dalih
pengelola zakat selama ini (Nurhasanah & Suryani, bahwa hal tersebut dekat rumah yang lebih didasari
2018). Hal ini juga didukung oleh Lubis (2014) yang kepraktisan dan kedekatan lokasi (Harahap, 2019).
menyatakan bahwa salah satu faktor keengganan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
masyarakat membayar zakat pada Badan Amil Zakat (PSAK) No. 109 yang dibuat oleh Ikatan Akuntan
adalah kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap Indonesia (IAI) menjelaskan bahwa organisasi
BAZIS/LAZ. pengelola zakat diinginkan dapat menyajikan laporan
Menurut survei oleh PIRAC (2007) pada tahun keuangan sesuai dengan peraturan tersebut. Penerapan
2007 menemukan bahwa 55% masyarakathmuslim standar PSAK 109 dimulai pasca 2008, yang
sadar dan mengakui diri sebagai muzakki. Jumlah ini sebelumnya masih merujuk pada PSAK 45 mengenai
meningkat dibandingkan pada tahun 2004 yang pelaporan keuangan organisasi nirlaba. Zakat
berkisar 49,8% artinya terjadi peningkatan sebesr merupakan salah satu bentuk transaksi syariah dalam
5,2%. Peningkatan tingkat kesadaran ini telihat dari domain sosial jadi perlu peraturan sendiri terhadap
kepatuhan muzakki untuk menunaikan zakat. Dari perlakuan akuntansi nya yang bersifat standar
sebagian responden yaitu 95,5% mengaku bahwa sebagaimana dalam transaksi komersial lainnya
dirinya adalah muzakki dan menunaikan kewajiban seperti mudharabah, musyarakah, murahabah, salam,
berzakat. Namun menurut PIRAC (2007) menemukan ijarah, istishna, dan lainnya. Oleh karena itu,
bahwa masyarakat memiliki kepercayaan yang rendah diperlukan Lembaga-lembaga zakat yang dikelola
terhadap Lembaga Pengelola Zakat. Hal ini dengan manajemen yang baik.
dibuktikan masyarakat yang sudah menyalurkan Tantangan kedepan mengenai pengelolaan zakat
zakatnya pada BAZ dan LAZ masing-masing hanya adalah bagaimana meningkatkan koordinasi antara
sebesar 6% dan 1,2%. Masyakarat (59%) cenderung lembaga zakat di Indonesia. Sehingga dana zakat
memilih menyalurkan zakatnya kepada masjid di dapat dikelola dengan baik. Organisasi Pengelola
sekitar rumah dan zakat melalui Lembaga menurun. Zakat akan mencapai optimalisasi penghimpunan
Berdasarkan implementasi zakat di masyarakat zakat dengan baik apabila Organisasi Pengelola Zakat
muslim Indonesia tampaknya masih ada celah antara dapat menepis keraguan para muzakki mengenai
harapan dan kenyataan; mayoritas orang Indonesia profesionalitas Organisasi Pengelola Zakat dalam
beragama Islam - dengan potensi dana zakat yang menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi.
besar - namun kenyataannya dana zakat terkumpul Uraian diatas dapat dilihat bahwa rasa ragu-ragu
secara nasional melalui lembaga zakat jauh dari apa terhadap Organisasi Pengelola Zakat menyebabkan
yang diharapkan. Di Indonesia, agen penagihan dan muzakki cenderung memilih untuk menghitung dan
penyaluran dana zakat (yang telah diatur dalam mendistribusikan zakatnya sendiri kepada mustahik.
peraturan perundang-undangan) telah dibuat tetapi Adapun faktor-faktor yang diketahui mampu
tidak ada perangkat hukum yang dapat memaksa umat menyebabkan rasa kurang percaya muzakki kepada
Islam untuk membayar zakat. Berdasarkan hal Organisasi Pengelola Zakat adalah akuntabilitas dan
tersebut, kesadaran dalam membayar zakat akan transparansi yang dilakukan oleh pengelolaaan zakat.
dipengaruhi oleh pemahaman masyarakat tentang Hal ini diungkapkan oleh Hasrina, Yusri, & Sy (2019)
zakat (Widiyanto, 2017). Dalam implementasinya yang mengatakan bahwa akuntabilitas dan transparasi
muzakki merasa sudah mengeluarkan zakat kepada dapat memengaruhi signfikan terhadap kepercayaan
mustahik sesunggguhnya, namun kenyataannya hanya muzakki. Penelitian oleh Amalia & Widiastuti (2019)
didasarkan karena kedekatan emosi belaka. Misal di dan Yuliafitri & Khoiriyah (2016) menemukan bahwa
distribusikan kepada sanak saudaranya sendiri, yang akuntabilitas memengaruhi secara positif dan
menurut dirinya kerabatnya itu dalam kategori signifikan terhadap minat muzakki membayar zakat.
mustahik, padahal jika diperhatikan dengan seksama Sedangkan Penelitian oleh Amelia & Murtani (2020)
masih banyak orang-orang yang lebih berhak untuk mengemukakan hal yang berbeda bahwa akuntabilitas
menerimanya seperti lebih miskin, lebih fakir dan memengaruhi positif namun tidak signifikan terhadap
lebih menderita dibandingkan dengan kerabatnya minat muzakki membayar zakat.