Anda di halaman 1dari 40

PT RBFOOD

MANUFAKTUR INDONESIA
Pedoman (Manual) Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
LATAR BELAKANG
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di suatu perusahaan
merupakan suatu persyaratan dimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 87 bahwa perusahaan wajib menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegrasi dengan Sistem Manajemen
Perusahaan.

Persyaratan tersebut merupakan termasuk dalam investasi perusahaan karena merupakan


sebuah kewajiban yang diatur dalam Undang-Undang Pemerintah Republik Indonesia.

Diharapkan melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja perusahaan dapat memiliki
lingkungan kerja yang sehat, aman, efisien dan produktif. Lebih dari itu penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat membantu pimpinan perusahaan untuk dapat
melaksanakan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang merupakan tuntutan
masyarakat global baik secara nasional maupun secara internasional.

SEKILAS PERUSAHAAN
[Profil PT RB FOOD MANUFAKTUR INDONESIA].

1.1 Identitas Perusahaan

Nama Perusahaan : PT. RB Food Manufaktur Indonesia

Bidang Usaha : Industri Tepung Campuran dan Adonan Tepung

Alamat Perusahaan : Jababeka IX A SFB Blok P-6B Kawasan Industri Jababeka

Desa Wangunharja, Kec. Cikarang Utara, Kab. Bekasi

No Telepon : (021) 89328567

No Fax :-

Email :-

Status Permodalan : PMA

Penanggung Jawab : Wanid Nakrumpa

Jabatan :

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 1 dari 27


1.2 Dafttar Perizinan

Tabel 1.1 Perizinan yang sudah dimiliki PT RB Food Manufaktur Indonesia


No Jenis Perizinan Nomor Izin Penerbit Izin
1 Akte Pendirian Perusahaan No.02 tanggal 01 Maret Notaris Yulia, S.H.
2018
2 Pengesahan Menkumham AHU-0011737.AH.01.01 Dirjen Administrasi
Tahun 2018 Hukum Umum
3 NPWP 84.460.513.9-071.000 Drijen Pajak
4 NIB 8120005871531 OSS
5 Komitmen Izin Usaha KBLI : 10614 OSS
6 Izin Prinsip PMA 875/1/PI-PB/PMA/2018 BKPM RI
7 IMB 503/131/A/DCK DPMPTSP
Sumber : PT RB Food Manufaktur Indonesia
1.3 Lokasi Kegiatan
Jalan : Jababeka IX A SFB Blok P-6B
Kawasan : Industri Jababeka 1
Desa : Wangunharja
Kecamatan : Cikarang Utara
Kabupaten : Bekasi
Provinsi : Jawa Barat
Koordinat S : 06°23’43,00”
Koordinat E : 107°20’13,03”

Arah Mata Angin

Lokasi Kegiatan

1.1 Gambar Lokasi Kegiatan PT RB Food Manufaktur Indonesia


AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 2 dari 27
RUANG LINGKUP

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja berlaku untuk seluruh lingkungan
perusahaan termasuk sub-sub operasional lainnya dan pihak lain yang memiliki ikatan kerja-sama
dengan perusahaan serta pihak-pihak lainnya yang melakukan aktivitas ataupun beroperasi di
wilayah PT RB FOOD MANUFAKTUR INDONESIA.

1.4 Deskrispsi Kegiatan


1.4.1 Penggunaan Lahan dan Bangunan

Luas Bangunan yang tersedia untuk kegiatan Industri Tepung Campuran dan Adonan
Tepung PT RB Food Manufaktur Indonesia adalah seluas + 1.380 m2 atas nama Elina
Herawati dan lahan tersebut disewakan kepada PT RB Food Manufaktur Indonesia yang
dimanfaatkan untuk kegiatan proses produksi dan sarana pendukung lainnya.

Tabel 1.2 Penggunaan Lahan dan Bangunan


Luas
No Jenis Bangunan Keterangan
m2 %
Lahan
1 Pabrik 699 15.27
Teras 2 0.11
2 Kantor
Lantai 1 133 3.06 Surat IMB No.
Teras 6 0.11 503/131/A/DCK
Lantai 2 133 2.48 tanggal 23
3 Jalan/Parkir 115 4.05 September 2003
4 Pagar Tembok 37 1.73
5 Pagar Tralis 23 0.69
6 Saluran air pasangan batu kali lebar 40 cm 21.50 0.86
Riol saluran air pasangan batu kali lebar 40 cm 64 11.49
Total Lahan 1.380 100
Sumber : PT RB Food Manufaktur Indonesia

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 3 dari 27


1.4.2 Jenis dan Kapasitas Produksi
Jenis dan kapasitas produksi kegiatan Industri Tepung Campuran dan Adonan Tepung
sesuai dengan Izin Prinsip Penanaman Modal Asing Nomor 4784/1/IP/PMA/2017 tanggal
22 November 2017 PT RB Food Manufaktur Indonesia disajikan sebagai berikut ;
Tabel 1.3 Jenis dan Kapasitas Produksi PT RB Food Manufaktur Indonesia
No Jenis Barang/Jasa KBLI Satuan Kapasitas Izin Ekspor Keterangan
Tepung Campuran dan
1 Adonan dalam bentuk Cair 10614 MT 165.52 - -
(Flavour)
Tepung Campuran dan
Adonan dalam bentuk
2 Powder (Breader, Batter, 10614 TON 4,309.92 - -
Predust, Tempura Flour,
Seasoning, Spices & Herb)
Sumber : PT RB Food Manufaktur Indonesia

1.4.3 Bahan Baku dan Bahan Penolong

Bahan baku dan penolong untuk produksi kegiatan Industri Tepung Campuran dan Adonan
Tepung PT RB Food Manufaktur Indonesia akan disimpan terlebih dahulu di gudang
penyimpanan sebelum digunakan. Secara lengkap daftar bahan baku dan bahan penolong
sebagai berikut ;

Tabel 1.4 Bahan Baku dan Bahan Penolong PT RB Food Manufaktur Indonesia
Cara Neraca Bahan (%)
No Nama Bahan Kapasitas per bulanBentuk Fisik Sifat Bahan Asal Bahan
Simpan Produk Sisa
Bahan Baku

1. Wheat Flour 250,000 Kg Bubuk Tidak Bahaya Impor, Lokal Gudang 98,8 0,2
2. Cornstrach 50,000 Kg Bubuk Tidak Bahaya Impor, Lokal Gudang 98,8 0,2
Bahan Penolong

3. Salt 1,200 Kg Serbuk Tidak Bahaya Impor, Lokal Gudang 98,8 0,2
4. Yeast 1,300 Kg Serbuk Tidak Bahaya Impor, Lokal Gudang 98,8 0,2
5. Sugar 1,000 Kg Serbuk Tidak Bahaya Impor, Lokal Gudang 99,9 0,1
6. Dextrose 30 Kg Serbuk Tidak Bahaya Impor, Lokal Gudang 99,9 0,1
7. Shortening 1,200 Kg Serbuk Tidak Bahaya Impor, Lokal Gudang 99,9 0,1
AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 4 dari 27
8. Palm Oil 1,000 Lt Cair Tidak Bahaya Impor, Lokal Gudang 99,9 0,1
9. Beard Improver 30 Kg Serbuk Tidak Bahaya Impor, Lokal Gudang 99,9 0,1
Sodium
10. 20 Kg Serbuk Tidak Bahaya Impor, Lokal Gudang 99,9 0,1
Bicarbonate

11. SAPP 20 Kg Serbuk Tidak Bahaya Impor, Lokal Gudang 99,9 0,1
12. Cool Water 171,000 Lt Cair Tidak Bahaya Impor, Lokal Gudang 99,9 0,1
Food Color
Turmeric
Paprika
13. Sunset 10 Kg Serbuk Tidak Bahaya Impor, Lokal Gudang 99,9 0,1
Yellow
Tartrazine
Caramel
Sumber : PT RB Food Manufaktur Indonesia

1.4.4 Jenis Peralatan Produksi

Tabel 1.5 Jenis Peralatan Produksi PT RB Food Manufaktur Indonesia


Jumlah Kondisi Energi Jenis Dampak/
No Peralatan Produksi Negara Pembuat
(Unit) (%) Penggerak Cemaran
1. Manual Oven 1 100 Thailand Listrik Bising
2. Bread Tipper 1 100 Thailand Listrik Bising
3. Tipper Conveyor 1 100 Thailand Listrik Bising
4. Roller Conveyor 1 100 Thailand Listrik Bising
5. Titanium Plate 700 100 Thailand Listrik Bising
6. Operation Board 1 100 Thailand Listrik Bising
7. Dough Mixer 150 2 100 Thailand Listrik Bising
8. Pneumatic Conveyor 1 100 Thailand Listrik Bising
9. Vibration Sifter 1 100 Thailand Listrik Bising
10. Screw Conveyor 1 100 Thailand Listrik Bising
11. Chiller Tank For God 2 100 Thailand Listrik Bising
12. Water Gauge 1 100 Thailand Listrik Bising
13. Belt Conveyor 1 100 Thailand Listrik Bising
14. Vibration Conveyor 1 100 Thailand Listrik Bising
15. Baking Cart 16 100 Thailand Listrik Bising
16. Cooling Rack 45 100 Thailand Listrik Bising
AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 5 dari 27
17. Daugh Box 16 100 Thailand Listrik Bising
18. PP Box 350 100 Thailand Listrik Bising
19. Crushing Machine 1 100 Thailand Listrik Bising
Fkuidized Bed Dryer
20. 1 100 Thailand Listrik Bising
Cap
Vibration Check Up
21. 1 100 Thailand Listrik Bising
Table
Sumber : PT RB Food Manufaktur Indonesia

1.4.5 Penggunaan Energi

Tabel 1.6 Penggunaan Energi PT RB Food Manufaktur Indonesia


No Jenis Energi Kapasitas Pemakaian per Bulan Sumber
PT Cikarang
1. Listrik Listrik 800 KVA 5,250 KWH
Listrindo
Sumber : PT RB Food Manufaktur Indonesia

1.4.6 Penggunaan Bahan Bakar dan Pelumas

Tabel 1.7 Penggunaan Bahan Bakar dan Pelumas PT RB Food Manufaktur Indonesia
No Bahan Bakar Keperluan Pemakaian per Bulan Penanganan
Bekerjasama dengan Pihak Ke-3
1. Pelumas / Oil Mesin Produksi 5 Liter/bulan
yang berizin

Sumber : PT RB Food Manufaktur Indonesia

1.4.7 Waktu Operasional

Waktu operasional Kegiatan Industri Tepung Campuran dan Adonan Tepung PT RB Food
Manufaktur Indonesia adalah selama 7 jam kerja selama 6 hari kerja dengan terbagi menjadi
3 shift (Senin-Sabtu) :

Shift 1 : 06.00-14.00 WIB dengan istirahat pukul 10.30-11.30 WIB

Shift 2 : 14.00-22.00 WIB dengan istirahat pukul 18.30-19.30 WIB

Shift 3 : 22.00-06.00 WIB dengan istirahat pukul 01.30-02.30 WIB

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 6 dari 27


1.4.8 Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja Kegiatan Industri Tepung Campuran dan Adonan Tepung PT RB Food
Manufaktur Indonesia saat ini sebanyak 108 orang. Rincian sebagai berikut ;

Tabel 1.8 Jumlah Tenaga Kerja PT RB Food Manufaktur Indonesia


No Jabatan Jumlah
1.1 1. Manager 3
2. Accounting Supervisor 1
3. QA QC Supervisor 1
4. Production Supervisor 1
5. Maintenance Supervisor 1
6. HRD 1
7. HSE 1
8. IT 1
9. Purchasing Supervisor 1
10. Warehouse Supervisor 1
11. Staff 5
12. Production Leader 9
13. Admin 3
14. Operator 90

TOTAL 119
Sumber : PT RB Food Manufaktur Indonesia

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 7 dari 27


1.4.9 Jenis Alat Angkut dan Kendaraan

Tabel 1.9 Jenis Alat Angkut Kendaraan PT RB Food Manufaktur Indonesia


No Keperluan Jenis Kendaraan Volume Kendaraan/Waktu
1. Bahan Baku Material Truck 1-2 Trip / Hari
2. Hasil Produksi Truck 4-5 Trip / Hari
3. Karyawan Motor 2 / Hari, 50-80 / Hari
4. Limbah Truck 1-2 kali / minggu
Sumber : PT RB Food Manufaktur Indonesia

1.4.10 Penggunaan Air

Gambar 1.2 Neraca Penggunaan Air

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 8 dari 27


1.5 Proses Produksi

Tabel 1.10 Proses Produksi PT RB Food Manufaktur Indonesia


No Langkah-langkah Deskripsi Bahan Baku Alat Produksi Tipe Limbah
Karung
Tepung Terigu, Karung kertas,
1. Bahan Mentah - kertas, Karung
Tepung Jagung Karung plastik
plastik
Staf Produksi
mengayak tepung Benda Asing
Tepung Terigu,
2. Pengayakan terigu, tepung jagung Mesin Pengayak (Kutu, batu
Tepung Jagung
dengan ayakan ukuran dll)
40 mesh
Menimbang bahan baku
Tepung Terigu,
3. Penimbangan disesuaikan dengan Timbangan -
Tepung Jagung
proporsi
Tepung Terigu,
Campur semua bahan Tepung Jagung, Air Bekas
Mesin
4. Pencampuran baku adonan ke dalam Air, Minyak Cucian Mesin
Pencampur
mesin pencampur Palem, Garam, Pencampur
Gula dll
Potong serta aduk-aduk
Pemotongan / Mesin
5. adonan menggunakan Bahan Mentah -
Pengadonan Pengadon
mesin pengadon
Tempatkan adonan roti
Air Bekas cucian
6. Penempatan pada kotak Adonan Roti PP Box
PP Box
pemanggangan
Biarkan adonan
Air Bekas cucian
7. Pengembangan mengembang pada Adonan Roti PP Box
PP Box
ruangan hangat
Panggang adonan dalam
Asap / Uap
8. Pemanggangan jumlah waktu yang Adonan Roti Mesin Oven
Panas
diperlukan
Dinginkan sedikit
9. Pendinginan Roti Ruangan Sejuk -
sampai sekitar 25° C
Pangkas bagian roti
Kulit Roti
10. Pemangkasan yang terdapat cacat Roti Pisau
Gosong
seperti kerak hasil bakar
Masukan roti ke dalam Asap / Uap
11. Pencacahan Roti Mesin Pencacah
mesin pencacah Panas
Keringkan breadcrumb
dengan mesin Remah roti / Mesin Asap / Uap
12. Pengeringan
pengering terfluidasi breadcrumb Pengering Panas
(>140°C)
Kemas breadcrumb ke
dalam karung Remah roti / Karung kertas,
13. Pengemasan -
LLDPE/HDPE (dalam) breadcrumb Karung plastik
dan karung kertas (luar)
14. Detektor Mesin detector logam Remah roti / Mesin Detektor Benda Asing /
AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 9 dari 27
untuk menyaring
logam, benda asing
Logam dengna batas sensitifitas breadcrumb Logam Logam
Fe>2.0 mm/SUS304 3.0
mm/ Non Fe>4.00 mm
Simpan barang jadi Remah roti / Ruangan
15. Penyimpanan pada temperature breadcrumb Sejuk
ruangan
Lakukan proses Remah roti / Truck
16. Transportasi transportasi di breadcrumb
temperature ruangan
Sumber : PT RB Food Manufaktur Indonesia

Uraian Proses Produksi


 Berawal dari bahan mentah dari gudang penyimpanan diambil untuk selanjutnya di proses
pengayakan. Pada proses pengayakan ini, staff produksi mengayak bahan mentah seperti
tepung terigu ataupun tepung jagung menggunakan ayakan berukuran 40 mesh. Pada proses
pengayakan diharapkan benda asing seperti batu, kutu dll yang terdapat pada bahan mentah
tersebut dapat tersaring dan hilang.
 Setelah dilakukannya proses pengayakan, maka bahan mentah tersebut masuk pada proses
penimbangan dengan alat berupa timbangan yang dimaksudkan agar terciptanya proporsi
bahan mentah yang ideal. Kemudian setelah didapatkan porsi yang sesuai / diinginkan,
maka bahan mentah dimasukan ke dalam mesin pencampur (mixer) bersamaan dengan
bahan lain seperti air, minyak [alem, garam, gula dan sebagainya. Setelah selesai dengan
proses pencampuran (mixing) maka mesin pencampur dapat dicuci dalam jangka waktu 1
minggu sekali dan proses pencucian akan menimbulkan air bekas cucian mesin pencampur.
 Tahap selanjutnya adalah proses pengadonan bahan-bahan mentah yang dapat dilakukan
dengan mesin pengadon. Proses ini akan tercipta adonan roti, kemudian tahap berikutnya
adalah proses penempatan pada kotak pemanggangan (PP Box). Adonan roti tersebut
diletakkan pada ruangan dengan temperatur hangat agar adonan mengembang dengan baik.
Setelah proses ini semua selesai kotak pemanggangan dapat dicuci dengan jangka waktu 1
minggu sekali.
 Proses pemanggangan merupakan langkah selanjutnya, dimana adonan roti yang sudah
mengembang baik akan dimasukkan kedalam mesin pemanggang (Oven) agar matang
sempurna. Pada langkah ini, mesin pemanggang dapat menghasilkan uap panas / asap yang
akan mengalir keatap melalui cerobong. Setelah proses pemanggangan dalam waktu yang

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 10 dari 27


diperlukan selesai, maka proses pendinginan dimulai. Tahap ini roti yang sudah dikeluarkan
dari mesin pemanggang ditempatkan pada ruangan berudara sejuk sekitar + 25°C.
 Roti sudah dirasa cukup dingin atau berkutrang suhu panasnya, maka dapat dilakukan proses
pemangkasan roti dengan alat pisau roti. Pemangkasan pada roiti ditujukan agar dapat
memisahkan bagian roti yang baik dengan bagian roti yang gosong diakibatkan proses
pemanggangan sebelumnya.
 Semua tahapan akan menghasilkan produk roti yang sudah baik dan terbebas daro roti yang
gosong. Kemudian roti-roti tersebut diletakkan pada mesin pencacah yang termasuk dalam
proses pencacahan. Pencacahan dimaksudkan untuk mengubah bentuk roti utuh menjadi
remah roti (breadcrumb). Produk remah roti tersebut kemudian akan langsung menuju mesin
pengering (dryer) bersuhu + 140°C dalam tahap proses pengeringan. Mesin ini juga dapat
mengeluarkan asap / uap panas. Pengeringan remah roti bertujuan agar menghilangkan
kandungan air dalam remah roti tersebut sehingga benar-benar kering.
 Proses pengeringan selesai, maka remah roti (breadcrumb) dapat dimasukkan dan disiapkan
untuk proses pengemasan. Pengemasan remah roti menggunakan karung tipe LLDPE /
HDPE untuk kemasan dalam serta karung kertas untuk kemasan luar. Kemduian untuk
proses selanjutnya adalah memasukkan remah roti tersebut kedalam mesin detektor logam
dimana batas sensitifitas adanya Fe>2.0mm.SUS304 3.0mm/ nonFe 4.0 mm. Dengan
memasukkan produk remah roti yang sudah dikemas baik bertujuan untuk mendeteksi
apakah terdapat benda asing atau logam didalam kemasan tersebut.
 Setelah semua proses diatas dilalui, maka tahap selanjutnya adalah proses penyimpanan
barang jadi tersebut pada gudang bertemperatur udara ruangan. Jika sewaktu-waktu barang
terdapat permintaan untuk pengantaran (delivery) dari pelanggan maka akan dipersiapkan
proses pengantarannya.

1.6

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 11 dari 27


1.6 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Pelaksanaan K3 diterapkan secara bertahap dilingkungan pabrik dengan mengacu pada OHSAS
18001. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan instrument penting untuk
melindungi karyawan, perusahaan, lingkungan hidup perusahaan dan masyarakat sekitar
dari bahaya akabiat kecelakaan kerja. Penerapan K3 yang sudah diterapkan antara lain :
a. Alat Pengaman Diri (APD) berupa kacamata pelindung, topi / helm, sarung tangan, sepatu
keselamatan.
b. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) ditempatkan disetiap ruangan yang berpotensi bahaya
dan pemasangan hydrant di titik tertentu.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 12 dari 27


DASAR HUKUM DAN REFERENSI
1. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 5 Tahun 1996 tentang Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 4 Tahun 1987 tentang Panitia Pembina


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

4. Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

5. OHSAS 18001:2007 Occupational Health and Safety Management Systems.

ISTILAH DAN DEFINISI

Audit Proses sistematis, mandiri dan terdokumentasi untuk


memeriksa kesesuaian kinerja terhadap sistem yang telah dirancang
(ditetapkan).
Bahaya Semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi
menimbulkan Kecelakaan Kerja atau Penyakit Akibat Kerja (PAK)
atau kombinasi keduanya.
Catatan Dokumen yang menunjukkan pencapaian hasil ataupun
menyediakan bukti aktivitas kerja.
Dokumen Informasi dan media-media pendukungnya.
Hampir Celaka Insiden yang tidak menimbulkan cedera, penyakit ataupun
kematian.
Identifkasi Bahaya Proses untuk menemukan, mengenali dan mengetahui
adanya bahaya serta karakteristiknya.
Insiden Kejadian yang berkaitan dengan pekerjaan dimana dapat
terjadi cedera, penyakit, kematian ataupun kondisi darurat.
Kebijakan K3 Keseluruhan arah dan intensitas Perusahaan terkait Penerapan K3
yang disampaikan secara resmi oleh Pimpinan
Perusahaan.
Kecelakaan Kerja Insiden yang menimbulkan cedera, penyakit ataupun
kematian.
Keselamatan dan Semua kondisi dan faktor yang mempengaruhi atau dapat
Kesehatan Kerja (K3) mempengaruhi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan pekerja
lainnya (kontraktor), pemasok, tamu, pengunjung dan
orang lain di tempat kerja.
Ketidaksesuaian Tidak terpenuhinya sebuah persyaratan.
Kinerja K3 Hasil yang dapat diukur dari pengelolaan resiko K3.
Penilaian Resiko Proses evaluasi resiko yang ditimbulkan oleh bahaya, menghitung
ketersediaan adanya pengendalian dan
menentukan apakah suatu resiko dapat diterima.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 13 dari 27


Penyakit Akibat Kerja Gangguan kesehatan baik fisik maupun mental yang disebabkan
(PAK) atau diperparah oleh aktivitas kerja ataupun
kondisi yang berkaitan dengan pekerjaan.
Perbaikan Berkelanjutan Pengulangan proses peningkatan Sistem Manajemen K3
untuk mencapai Perbaikan Kinerja K3 secara keseluruhan searah
dengan Kebijakan K3.
Perusahaan PT RBFOOD MANUFAKTUR INDONESIA
Pihak Lain Perorangan atau kelompok baik dari dalam ataupun dari luar
tempat kerja yang berkaitan dengan atau dipergunakan oleh Kinerja
K3 Perusahaan.
Prosedur Cara spesifik untuk menangani sebuah aktivitas ataupun
proses.
Resiko Kombinasi dari tingkat keseringan terjadinya kejadian berbahaya
ataupun paparan bahaya dengan tingkat keparahan dari suatu
cedera atau penyakit yang dapat
disebabkan oleh paparan bahaya.
Resiko yang dapat Resiko yang sudah diredam ke tingkat yang dapat ditoleransi
diterima oleh Perusahaan berdasarkan peraturan resmi Perusahaan dan
Kebijakan K3 Perusahaan.
Sistem Manajemen K3 Bagian dari sistem manajemen perusahaan termasuk struktur
organisasi, perencanaan aktivitas, tanggung jawab, penerapan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dipergunakan untuk
mengembangkan dan menerapkan Kebijakan K3 Perusahaan
dan mengelola Resiko K3 Perusahaan.
Target K3 Cita-cita (sasaran) K3 yang akan dicapai Perusahaan.
Tempat Kerja Lokasi manapun dimana aktivitas kerja dilaksanakan di bawah
kendali Perusahaan.
Tindakan Tindakan untuk menghilangkan potensi penyebab
Pencegahan ketidaksesuaian serta kondisi tidak diinginkan lainnya.
Tindakan Perbaikan Tindakan untuk menghilangkan penyebab ketidaksesuaian
yang ditemukan ataupun kondisi lain yang tidak diinginkan.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 14 dari 27


SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KERJA
A. KEBIJAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Kebijakan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Safety and Health Policy

Kami, PT RB FOOD MANUFAKTUR INDONESIA adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
Industri Tepung Campuran & Adonan Tepung sangat mengutamakan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja yang
diperlukan bagi kepentingan bisnis dan sesuai dengan tujuan dan sasaran kami.
 Visi
Menjadi Perusahaan dengan Nihil Kecelakaan Kerja & Penyakit Akibat Kerja

 Misi
Meningkatkan perilaku dan budaya K3 demi tercapainya efektifitas dan produktifitas dalam
bekerja.

Untuk mencapai visi dan misi serta menunjang kinerja operasional yang bertanggung jawab dalam
mengelola Keselamatan dan Kesehatan Kerja di seluruh area dan aktifitasnya. Sebagai usaha mewujudkan
tekad tersebut, PT RB FOOD MANUFAKTUR INDONESIA berkomitmen untuk:

1. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tenaga Kerja dan orang lain (kontraktor, pemasok, pengunjung dan
tamu) di tempat kerja
2. Menaati peraturan perundangan serta norma-norma Keselamatan Kesehatan Kerja dan pengelolaan
lingkungan kerja.
3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, kerusakan property dan pencemaran
lingkungan
4. Meningkatkan keterampilan karyawan melalui pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Kebijakan ini berlaku untuk karyawan dan para pemangku kepentingan dilingkungan PT RB FOOD
MANUFAKTUR INDONESIA dan akan di dokumentasikan, dipelihara dan ditinjau secara berkala serta terbuka
untuk umum.

UTAMAKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Safety First

Bekasi,

Wanid Nakrumpa
Manager Factory

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 15 dari 27


B. PERENCANAAN

1. Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko

Identifikasi bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di


lingkungan Perusahaan. Identifikasi bahaya ditujukan pada segala sumber, situasi
maupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan cedera ataupun penyakit akibat kerja.

Identifikasi Bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional


Perusahaan di tempat kerja meliputi :

1. Aktivitas kerja rutin dan non-rutin.


2. Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor,
pemasok, pengunjung dan tamu.
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
4. Bahaya dari lingkungan luar tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan
dan kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan/material di tempat kerja baik yang
disediakan Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan Perusahaan.
6. Perubahan ataupun usulan perubahan dalam Perusahaan baik perubahan aktivitas
maupun bahan/material/mesin yang digunakan.
7. Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan sementara dan
dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.
8. Penerapan perundang-undangan, persyaratan dan peraturan yang berlaku.
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional,
struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia.

Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor bahaya sebagai


berikut :
1. Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).
2. Kimia (bahan/material/gas/uap/debu/cairan beracun, berbahaya, mudah
meledak/menyala/terbakar, korosif, penyebab iritasi, bertekanan, reaktif, radioaktif,
oksidator, penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan, dsb).
3. Fisik/Mekanik (infrastruktur, mesin/alat/perlengkapan/kendaraan/alat berat,
ketinggian, tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi,
kebisingan, getaran dan ventilasi).
4. Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta
ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
5. Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen,
lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 16 dari 27


Identifikasi bahaya meliputi sumber-sumber bahaya sebagai berikut :
1. Manusia.
2. Mesin / Peralatan.
3. Material / Bahan.
4. Metode.
5. Lingkungan Kerja.

Identifikasi bahaya meliputi jenis-jenis bahaya sebagai berikut :


1. Tindakan Tidak Aman.
2. Kondisi Tidak Aman.

Penilaian resiko menggunakan pendekatan metode matriks resiko yang relatif


sederhana serta mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi visual
di dalamnya.

Pengendalian resiko didasarkan pada hirarki sebagai berikut :


1. Eliminasi (menghilangkan bahaya).
2. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang
lebih aman).
3. Engineering / Perancangan(perancangan/perencanaan/modifikasi instalasi
sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area supaya menjadi aman)
4. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan
pengendalian visual di tempat kerja).
5. Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan
paparan bahaya/resiko tinggi).

Keseluruhan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko


didokumentasikan dan diperbarui sebagai acuan penerapan K3 di lingkungan
Perusahaan.

Dokumen Terkait : Prosedur Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko


K3.

2. Peraturan Perundang-Undangan dan Persyaratan Lain

Perusahaan menjamin kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan dan


persyaratan lain dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja secara menyeluruh. Peraturan perundang-undangan dapat berupa undang-
undang yang dikeluarkan oleh pemerintah, keputusan menteri ataupun pejabat terkait
mengenai peraturan K3 di perusahaan, perizinan yang diwajibkan maupun peraturan-
peraturan lainnya yang dikeluarkan oleh instansi resmi pemerintah. Sedangkan
persyaratan lain dapat berupa persyaratan kontrak & kerjasama, maupun
perjanjian-perjanjian lainnya dengan pihak ke tiga.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 17 dari 27


Perusahaan menjamin peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain dapat
dengan mudah diidentifikasi, dievaluasi kesesuaiannya, diakses dan merupakan
peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya yang terbaru dan absah
berlaku.

Perusahaan menjamin peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya sesuai


dengan sektor bisnis yang dijalankan, aktivitas operasional perusahaan, produk, proses,
fasilitas, peralatan/mesin, bahan/material, tenaga kerja dan lokasi perusahaan.

Perusahaan menginformasikan dan mengomunikasikan kepada seluruh pihak yang


berhubungan dengan penerapan K3 di Perusahaan (termasuk tenaga kerja,
kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu) mengenai peraturan perundangan-
undangan dan persyaratan lain yang digunakan oleh Perusahaan dalam menerapkan K3
di lingkungan Perusahaan.

Dokumen Terkait : Prosedur Identifikasi Peraturan Perundang-Undangan dan


Persyaratan K3.

3. Target dan Program-Program K3

Perusahaan menetapkan target dan program-program K3 berdasarkan kebijakan K3


yang ditetapkan, hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko serta
identifikasi peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang diperlukan
guna penerapan K3 di lingkungan Perusahaan.

Target dan program-program K3 Perusahaan memperhatikan faktor-faktor sebagai


berikut :

1. Teknologi yang digunakan.


2. Finansial/Keuangan.
3. Persyaratan Bisnis/Usaha dan Operasional.
4. Tinjauan Pihak Lain yang berhubungan dengan Perusahaan.

Berikut ialah Target dan Program-Program K3 Perusahaan :

No Target Program Jadwal Kewenangan


1. Kecelakaan Nihil Pemantauan Lingkungan Kerja (seperti Staff K3
Kebisingan, pencahayaan, iklim kerja,
kimia dll)

Pemantauan rutin dan Pengendalian Staff K3


bahaya pada
alat/mesin/instalasi/bahan/material
berbahaya

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 18 dari 27


Pengendalian pekerjaan Staff K3
bahaya/resiko tinggi dengan izin
kerja khusus
Pengendalian bahaya secara visual Staff K3
di tempat kerja (tanda, label,
rambu dan poster)
Menyediakan sarana dan Staff K3
prasarana K3 termasuk Alat
Pelindung Diri (APD)
2. Tidak Ada Penyakit Melaksanakan kerjasama dengan rumah Staff K3
Akibat Kerja sakit terdekat sebagai rujukan
penanganan kecelakan kerja ataupun
keadan darurat di tempat kerja
Menyediakan tempat kerja dan Staff K3
sarana tempat kerja yang nyaman
bagi tenaga kerja
Menyediakan fasilitas pelayanan Staff K3
kesehatan bagi Tenaga Kerja (P3K)
3. Meningkatkan dan Membentuk Panitia Pembina Staff K3
memelihara kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K3 Perusahaan (P2K3) sesuai perundang-undangan
yang berlaku untuk mendukung
berjalannya penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Melaksanakan audit internal Staff K3
Sistem Manajemen Keselamatan
Kerja minimal setiap satu tahun
sekali ataupun jika ada kondisi
yang memerlukan tindakan audit
Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja baik secata
internal maupun eksternal
4. Pembinaan Memberi pelatihan K3 sesuai Staff K3
Pengetahuan dan dengan resiko pekerjaan Tenaga
Kesadaran K3 seluruh
Tenaga Kerja Kerja
Menyediakan pelatihan Staff K3
kompetensi sesuai dengan
keahlian yang berkaitan dengan
syarat-syarat K3 di tempat kerja

Program-program K3 didokumentasikan dan ditinjau setiap semester serta


disesuaikan sesuai kebutuhan untuk mencapai Target K3.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 19 dari 27


C. PENERAPAN

1. Sumber Daya, Peran, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab.

Perusahaan membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)


guna menjalankan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta
penerapan-penerapan teknisnya di lingkungan Perusahaan.
KETUA
Factory Manager
Wanid Nakrumpa

SEKRETARIS
Staff K3
Rishamdi Saputra

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


Kabag Produksi Kabag QA & QC Kabag Teknisi Kabag IT Kabag Warehouse Kabag Purchasing Kabag Accounting Kabag HRD &
GA
Sinta Harfiyanti Deri Andayani Sumono Luthfi Nur Hakim Andrie Virman S Elsiana Arian Trilast P
Felicia Ertavenni P

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


Ass pv Produksi Document Control Ass Mekanik R&D PPIC Pengiriman produk Finance
Wulan Warniti Mulyadi Hannairne Rosita Imam Faozi Hertauli Rennie Aprianty

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan definisi dari badan
pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah kerjasama antara pengusaha dan
tenaga kerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian & partisipasi
efektif dalam penerapan K3 di lingkungan Perusahaan

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 20 dari 27


Susunan P2K3

Tugas Panitian Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja ialah memberikan saran
dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada Direktur
(Pengusaha/Pengurus) mengenai masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
lingkungan Perusahaan.

Fungsi Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain :


1. Menghimpun & mengolah data mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
di tempat kerja.
2. Membantu menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja mengenai :
 Berbagai faktor bahaya di tempat kerja yang dapat menimbulkan gangguan K3
termasuk bahaya kebakaran dan peledakan serta cara menanggulanginya.
 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja.
 Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
 Cara dan sikap yang benar dan aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
3. Membantu Pengusaha/Pengurus dalam :
 Mengevaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja.
 Menentukan tindakan perbaikan dengan alternatif terbaik.
 Mengembangkan sistem pengendalian bahaya terhadap Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
 Mengevaluasi penyebab timbulnya kecelakaan, penyakit akibat kerja
(PAK) serta mengambil langkah-langkah yang diperlukan.
 Mengembangkan penyuluhan dan penelitian di bidang keselamatan kerja,
higiene perusahaan, kesehatan kerja dan ergonomi.
 Melaksanakan pemantauan terhadap gizi kerja dan menyelenggarakan
makanan di perusahaan.
 Memeriksa kelengkapan peralatan keselamatan kerja.
 Mengembangkan pelayanan kesehatan tenaga kerja.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 21 dari 27


 Mengembangkan laboratorium Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
melakukan pemeriksaan laboratorium dan melaksanakan interpretasi hasil
pemeriksaan.
 Menyelenggarakan administrasi keselamatan kerja, higiene perusahaan dan
kesehatan kerja.
4. Membantu pimpinan perusahaan (Manajemen Puncak) dalam menyusun
kebijaksanaan manajemen dan pedoman kerja dalam rangka upaya meningkatkan
keselamatan kerja, higiene perusahaan, kesehatan kerja, ergonomi dan gizi kerja.
Peran dan Wewenang P2K3
Peran Wewenang
Ketua 1. Memimpin semua rapat pleno P2K3 ataupun menunjuk
anggota untuk memimpin rapat pleno P2K3.
2. Menentukan langkah dan kebijakan demi tercapainya
pelaksanaan program-program P2K3.
3. Mempertanggung-jawabkan pelaksanaan K3 di Perusahaan
ke Dinas/Instansi terkait melalui Pimpinan Perusahaan.
4. Mempertanggung-jawabkan program-program kerja P2K3 dan
pelaksanaannya kepada Direksi.
5. Mengawasi dan mengevaluasi program-program K3 di
Perusahaan.

Sekretaris 1. Membuat undangan dan notulen rapat P2K3.


2. Mengelola administrasi surat-surat P2K3.
3. Melaksanakan pencatatan rekaman-rekaman K3.
4. Memberikan bantuan/saran yang diperlukan oleh seksi- seksi
demi suksesnya program-program K3.
5. Membuat laporan ke Dinas/Instansi terkait mengenai hal- hal
yang bersangkutan dengan kondisi dan tindakan
bahaya di tempat kerja.
Anggota 1. Melaksanakan program-program kerja yang telah
ditetakan sesuai dengan seksi masing-masing.
2. Melaporkan kepada Ketua atas kegiatan yang telah
dilaksanakan.

2. Kelayakan, Pelatihan dan Pengetahuan.

Perusahaan menjamin kelayakan seluruh personil yang dibutuhkan untuk


melaksanakan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja layak
dan berkompeten untuk melaksanakan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di lingkungan Perusahaan berdasarkan latar belakang, keahlian,
pelatihan dan pengalaman personil masing-masing.

Perusahaan melaksanakan identifikasi kebutuhan-kebutuhan pelatihan untuk


seluruh personil di bawah kendali Perusahaan berdasarkan kompetensi,

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 22 dari 27


keahlian dan resiko bahaya terkait jabatan dan jenis pekerjaan guna menjamin
pelaksanaan dan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
secara baik di lingkungan Perusahaan.

Perusahaan menjamin seluruh personil di bawah kendali Perusahaan mengetahui


tanggung-jawab dan petunjuk-petunjuk penerapan (pelaksanaan) K3 di lingkungan
Perusahaan melalui fasilitas, pelatihan, sarana dan prasarana lain yang disiapkan
Perusahaan guna berlangsungnya penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja secara baik di tempat kerja.

Pimpinan Perusahaan bertanggung-jawab penuh terhadap penerapan Sistem


Manajemen Keselamatan Kerja di tempat kerja.

Dokumen Terkait : Prosedur Identifikasi Kebutuhan Pelatihan K3.

3. Komunikasi, Partisipasi dan Konsultasi.

3.1. Komunikasi

Guna menjamin penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja, maka Perusahaan menyusun sistem komunikasi untuk mendukung
pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang baik di
tempat kerja. Komunikasi meliputi komunikasi internal antar bagian maupun
sesama bagian dalam struktur organisasi Perusahaan maupun komunikasi
eksternal dengan pihak lain seperti kontraktor, pemasok, pengunjung, tamu dan
masyarakat luas maupun pihak ke tiga yang bekerja-sama dengan Perushaaan
yang berkaitan dengan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

Komunikasi dapat melalui beragam media, cara dan teknologi yang secara efektif
dapat menyampaikan pesan kepada semua pihak yang perlu mendapat
informasi berkaitan dengan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

Informasi-informasi yang termasuk dalam komunikasi internal antara lain


:

1. Komitmen Perusahaan terhadap Penerapan K3 di tempat kerja.


2. Program-program yang berkaitan dengan Penerapan K3 di tempat kerja.
3. Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko K3 di tempat kerja.
4. Prosedur kerja, instruksi kerja, diagram alur proses kerja serta
material/bahan/alat/mesin yang digunakan dalam proses kerja.
5. Tujuan K3 dan aktivitas peningkatan berkelanjutan lainnya.
6. Hasil-hasil investigasi kecelakaan kerja.
7. Perkembangan aktivitas pengendalian bahaya di tempat kerja.
8. Perubahan-perubahan manajemen Perusahaan yang mempengaruhi
penerapan K3 di tempat kerja, dsb.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 23 dari 27


Informasi-informasi terkait komunikasi eksternal dengan kontraktor antara lain :
1. Sistem Manajemen K3 kontraktor individual.
2. Peraturan dan persyaratan komunikasi kontraktor.
3. Kinerja K3 kontraktor.
4. Daftar kontraktor lain di tempat kerja.
5. Hasil pemeriksaan dan pemantauan.
6. Tanggap Darurat.
7. Hasil investigasi kecelakaan, ketidaksesuaian dan tindakan perbaikan dan
tindakan pencegahan.
8. Persyaratan komunikasi harian, dsb.
Informasi-informasi terkait komunikasi eksternal dengan
pengunjung/tamu antara lain :
1. Persyaratan-persyaratan K3 untuk tamu.
2. Prosedur evakuasi darurat.
3. Aturan lalu lintas di tempat kerja.
4. Aturan akses tempat kerja dan pengawalan.
5. APD (Alat Pelindung Diri) yang digunakan di tempat kerja.
Perusahaan juga mengatur komunikasi eksternal dengan pihak ke tiga terkait
informasi yang diterima oleh Perusahaan maupun informasi yang diberikan oleh
Perusahaan untuk pihak ke tiga. Perusahan menjamin konsistensi dan relevansi
informasi yang diberikan sesuai dengan Sistem Manajemen K3 Perusahaan
termasuk informasi mengenai operasional K3 dan tanggap darurat Perusahaan.
Dokumen Terkait : Prosedur Komunikasi K3.

3.2. Partisipasi dan Konsultasi.

Perusahaan mengikutsertakan seluruh personil di bawah kendali Perusahaan


untuk berperan aktif dalam partisipasi dan konsultasi mengenai penerapan K3 di
tempat kerja. Partisipasi/konsultasi personil dapat dilakukan secara berkelompok
maupun individu. Partisipasi secara kelompok dapat dilaksanakan melalui rapat
(pertemuan) yang dijadwalkan secara rutin maupun non-rutin oleh Perusahaan
atau Manajemen Representatif penerapan K3 di tempat kerja. Sedangkan
partisipasi/konsultasi secara individu dapat dilaksanakan melalui menghubungi
langsung Manajemen Representatif penerapan K3 di tempat kerja untuk
dikonsultasikan ke Manajemen Atas atau dapat dilaksanakan melalui media lain
yang disiapkan oleh Perusahaan. Partisipasi/konsultasi secara individu juga dapat
dilaksanakan melalui rapat (pertemuan). Partisipasi/konsultasi juga melibatkan
pihak luar (pengunjung, tamu, kontraktor dan pemasok) maupun pihak ke tiga
yang bekerja sama dengan Perusahaan.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 24 dari 27


Partisipasi/konsultasi personil dapat meliputi hal-hal antara lain sebagai berikut :
1. Konsultasi mengenai pilihan dalam pengendalian bahaya di tempat kerja.
2. Rekomendasi peningkatan kinerja K3.
3. Konsultasi mengenai perubahan-perubahan yang dapat mempengaruhi
penerapan K3 di tempat kerja yang dapat menimbulkan bahaya baru atau
bahaya tidak biasa lainnya.
Partisipasi/konsultasi dengan pihak luar meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Bahaya-bahaya baru atau bahaya tidak biasa lainnya di tempat kerja.
2. Perubahan manajemen (perubahan pengendalian, operasi,
material/bahan/alat/mesin, tanggap darurat, peraturan dan persyaratan
lainnya).
3. Bahaya-bahaya lain yang dapat mempengaruhi wilayah sekitar Perusahaan
maupun yang bersumber dari wilayah sekitar Perusahaan.
Dokumen Terkait : Prosedur Partisipasi dan Konsultasi K3.

4. Dokumentasi.

Sistem dokumentasi dalam Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja meliputi antara lain :
Tingkat Dokumen Jenis Dokumen
Dokumen Tingkat I Panduan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja termasuk di dalamnya ialah Kebijakan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja serta Sasaran dan Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dokumen Tingkat II Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dokumen Tingkat III Instruksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dokumen Tingkat IV Form, Laporan, Catatan dan Rekaman K3.
Dokumen Tingkat V Pengumuman, Surat Menyurat dan Sejenisnya.
Dokumen Tingkat VI Peraturan Perundang-Undangan dan Persyaratan K3
Lainnya dari Pemerintah dan Lembaga Standarisasi
Penerapan K3.
Dokumen Tingkat VII Perizinan-perizinan resmi K3 (Izin Penggunaan Mesin,
Alat, Bahan, Operator, Kalibrasi, dsj).
Dokumen Tingkat VIII Hasil Pengujian dan Pengukuran K3 dari Pihak Luar.
Dokumen Tingkat IX Dokumen Internal (Denah, Proses, Daftar Mesin/Alat,
Daftar Bahan B3) berkaitan dengan penerapan K3).
Dokumen Tingkat X Kontrak Kerja dan Kerjasama terkait K3.
Dokumen Tingkat XI Laporan Kontraktor dan Pihak Ke-III Lainnya .
Dokumen Tingkat XII Hasil Audit/Pemeriksaan dari Pihak Luar.

Media dokumentasi dapat berupa media kertas (cetak), digital (foto dan file program
komputer), dokumentasi online maupun media-media lain yang relevan dengan
teknologi yang digunakan manajemen Perusahaan.
Semua sistem dokumentasi dikendalikan (diatur dan didistribusikan/diidentifikasi) oleh
Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 25 dari 27


5. Pengendalian Dokumen.

Seluruh dokumentasi dan informasi yang digunakan dalam penerapan Sistem


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja perlu diidentifikasi dan
dikendalikan. Pengendalian dokumentasi termasuk di dalamnya ialah mengenai tata
cara persetujuan dokumen, penerbitan, penyimpanan dan pemusnahan dokumen.

Seluruh dokumen dan dokumentasi akan tersedia saat diperlukan dalam kondisi
operasional rutin maupun non-rutin termasuk saat keadaan darurat. Seluruh
dokumentasi akan dimuat dalam sebuah daftar dokumen resmi yang dikelola oleh
Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja termasuk informasi-
informasi mengenai wewenang persetujuan dokumen, penerbitan, penyebaran,
revisi, lokasi, penyimpanan dan pemusnahan dokumen.
Dokumen Terkait : Prosedur Dokumentasi K3.

6. Pengendalian Operasi.

Setelah seluruh bahaya K3 di tempat kerja telah diidentifikasi dan dipahami,


Perusahaan menerapkan pengendalian operasi yang diperlukan untuk mengelola
resiko-resiko terkait bahaya-bahaya K3 di tempat kerja serta untuk memenuhi
peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya terkait dengan penerapan
K3 di tempat kerja.
Keseluruhan pengendalian operasi bertujuan untuk mengelola resiko-resiko K3 untuk
memenuhi Kebijakan K3 Perusahaan.
Prioritas pengendalian operasi ditujukan pada pilihan pengendalian yang memiliki
tingkat kehandalan yang paling tinggi selaras dengan hierarki pengendalian
resiko/bahaya K3 di tempat kerja.
Pengendalian operasi akan diterapkan dan dievaluasi secara bersamaan untuk
mengetahui tingkat keefektifan dari pengendalian operasi serta terintegrasi
(tergabung) dengan keseluruhan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Perusahaan.
Beberapa pengendalian operasional K3 Perusahaan mencakup antara lain :
1. Umum :
a. Perawatan dan perbaikan fasilitas/mesin/alat rutin.
b. Kebersihan dan perawatan tempat kerja.
c. Pengaturan lalu lintas manusia/barang, dsb.
d. Pemasokan dan Perawatan Fasilitas Kerja/Fasilitas Umum.
e. Perawatan suhu lingkungan kerja.
f. Perawatan sistem ventilasi dan sistem instalasi listrik.
g. Perawatan sarana tanggap darurat.
h. Kebijakan terkait dinas luar, intimidasi, pelecehan, penggunaan obat- obatan
dan alkohol.
i. Program-program kesehatan dan pengobatan umum.
j. Program pelatihan dan pengembangan pengetahuan.
k. Pengendalian akses tempat kerja.
2. Pekerjaan Bahaya Tinggi :
AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 26 dari 27
a. Penggunaan prosedur, instruksi kerja dan cara kerja aman.
b. Penggunaan peralatan/mesin yang tepat.
c. Sertifikasi pelatihan tenaga kerja keahlian khusus.
d. Penggunaan izin kerja.
e. Prosedur pengendalian akses keluar masuk tenaga kerja di tempat kerja bahaya
tinggi.
f. Pengendalian untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
3. Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) :
a. Pembatasan area-area penggunaan bahan berbahaya dan beracun (B3) di
tempat kerja.
b. Pengamanan pemasokan dan pengendalian akses keluar masuk
penyimpanan bahan berbahaya dan beracun (B3).
c. Barikade sumber radiasi.
d. Isolasi pencemaran biologis.
e. Pengetahuan penggunaan dan ketersediaan perlengkapan darurat.
4. Pembelian Barang, Peralatan dan Jasa :
a. Menyusun persyaratan pembelian barang, peralatan dan jasa.
b. Komunikasi persyaratan pembelian barang kepada pemasok.
c. Persyaratan transportasi/pengiriman bahan berbahaya dan beracun (B3).
d. Seleksi dan penilaian pemasok.
e. Pemeriksaan penerimaan barang/peralatan/jasa.
5. Kontraktor :
a. Kriteria pemilihan kontraktor.
b. Komunikasi persyaratan kepada kontraktor.
c. Evaluasi dan penilaian kinerja K3 berkala.
6. Tamu, Pengunjung dan Pihak Luar :
a. Pengendalian akses masuk.
b. Pengetahuan dan kemampuan mengenai izin penggunaan
peralatan/perlengkapan/mesin/material di tempat kerja.
c. Penyediaan pelatihan/induksi yang diperlukan.
d. Pengendalian administratif rambu dan tanda bahaya di tempat kerja.
e. Cara pemantauan perilaku dan pengawasan aktivitas di tempat kerja.
Penetapan kriteria pengendalian operasi K3 Perusahaan mencakup beberapa hal
sebagai berikut :
1. Pekerjaan Bahaya Tinggi :
a. Penggunaan peralatan/perlengkapan yang telah ditentukan beserta
prosedur/instuksi kerja penggunaannya.
b. Persyaratan kompetensi keahlian.
c. Petunjuk individu mengenai penilaian resiko terhadap kejadian yang
muncul tiba-tiba dalam pekerjaan.
2. Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) :
a. Daftar bahan berbahaya dan beracun (B3) yang disetujui.
b. Penentuan Nilai Ambang Batas (NAB).
c. Penentuan Nilai Ambang Kuantitas (NAK).

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 27 dari 27


d. Penentuan lokasi dan kondisi penyimpanan.
3. Area Kerja Bahaya Tinggi :
a. Penentuan APD (Alat Pelindung Diri).
b. Penentuan persyaratan masuk.
c. Penentuan persyaratan kondisi kesehatan/kebugaran.
4. Kontraktor :
a. Persyaratan kriteria kinerja K3.
b. Persyaratan pelatihan maupun kompetensi keahlian terhadap personel di
bawah kendali kontraktor.
c. Persyaratan pemeriksaan peralatan/perlengkapan/bahan/material
kontraktor.
5. Tamu, Pengunjung dan Pihak Luar :
a. Pengendalian dan pembatasan akses masuk dan akses keluar tempat kerja.
b. Persyaratan APD (Alat Pelindung Diri).
c. Induksi K3.
d. Persyaratan tanggap darurat.
Pengendalian operasi K3 dipelihara dan ditinjau berkala untuk menilai keefektifan
pengendalian operasi K3 dan disesuaikan seperlunya apabila terdapat perubahan
manajemen Perusahaan.

7. Persiapan Tanggap Darurat.

Yang dimaksud keadaan (situasi/kondisi) darurat ialah situasi sulit yang tidak
diinginkan yang memerlukan penanganan segera untuk mencegah terjadinya kefatalan.
Perusahaan mengidentifikasi potensi keadaan darurat Perusahan sebagai berikut :
1. Kebakaran yang tidak dapat diatasi dalam waktu singkat oleh Unit Pemadam
Kebakaran Perusahaan.
2. Peledakan spontan pada tangki, bin, silo dan sejenisnya.
3. Kebocoran gas/material/bahan skala besar yang tidak dapat segera diatasi dalam
waktu singkat.
4. Bencana Alam (banjir, angin ribut, gempa bumi, gunung meletus, dsb) di
lingkungan Perusahaan.
5. Terorisme (Ancaman bom, perampokan, dsb).
6. Demonstrasi/huru-hara/unjuk rasa di lingkungan Perusahaan.
7. Kecelakaan/keracunan massal (skala besar/ keparahan tinggi).
8. Wabah penyakit menular.
9. Pemadaman listrik secara mendadak.
10. Kegagalan fungsi mesin/peralatan bahaya tinggi.
11. Kecelakaan lalu lintas massal (skala besar / keparahan tinggi).
Perusahan menyediakan sarana-prasarana dan fasilitas-fasilitas keadaan darurat di
tempat kerja seperti jalur evakuasi, sarana pemadam api, tempat aman berkumpul
keadaan darurat serta sarana-sarana keselamatan lain yang diperlukan untuk
menanggulangi keadaan darurat Perusahaan.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 28 dari 27


Perusahaan membentuk unit kerja khusus dalam manajemen perusahaan yang memiliki
tugas khusus untuk menanggulangi keadaan darurat perusahaan. Unit kerja tersebut
ialah Unit Tanggap Darurat Perusahaan. Di bawah ialah susunan Unit Tanggap Darurat
Perusahaan.
Susunan Unit Tanggap Darurat
KETUA
Kabag HRD & GA

` SEKRETARIS

KOORDINATO
R

Kasi HRD & GA

Pemadam Kebakaran
Evakuasi Masing-masing P3K Logistik Transportasi
Hidran Shift Shift
Ketua A ReguShift B Shift C Shift
Kabag Admin Masing-masing Admin GA Bagian Admin GA Bagian
Keamanan D
Bagian Logistik Kendaraan
Nozzle
Selang I
Selang II
Kran

Komunikasi Internal
Komunikasi Eksternal Keamanan
HR Control
Kabag HRD & GA Kepala Keamanan

Tugas dan fungsi Unit Tanggap Darurat Perusahaan antara lain :


1. Melaksanakan penanggulangan keadaan darurat Perusahaan sesuai dengan
fungsi masing-masing anggota.
2. Melaksanakan pelatihan/simulasi/pengujian rutin secara bersama-sama seluruh
tenaga kerja di tempat kerja dalam menanggulangi keadaan darurat
Perusahaan.
3. Melaksanakan pertemuan rutin maupun non-rutin untuk meningkatkan kinerja
Unit Tanggap Darurat Perusahaan.
Peran, Wewenang dan Tanggung Jawab Unit Tanggap Darurat Perusahaan :
Peran Wewenang dan Tanggung Jawab
Ketua 1. Menentukan dan memutuskan Kebijakan Tanggap Darurat Perusahaan
2. Mengajukan anggaran dana yang berkaitan dengan sarana dan
prasarana tanggap darurat Perusahaan.
3. Mengundang partisipasi seluruh karyawan untuk melangsungkan latihan
tanggap darurat di lingkungan Perusahaan.
4. Menjadwalkan pertemuan rutin maupun nonrutin Unit Tanggap
Darurat.
5. Menyusun perencanaan pemulihan keadaan darurat perusahaan.
Sekretaris 1. Membuat laporan kinerja Unit Tanggap Darurat.
2. Melakukan pemantauan kebutuhan dan perawatan sarana dan
prasarana tanggap darurat Perusahaan.
3. Melaksanakan kerja sama dengan pihak terkait yang berkaitan dengan
tanggap darurat Perusahaan.
Koordinator 1. Mengoordinasi kinerja semua regu Unit Tanggap Darurat.
Regu 1. Melangsungkan pemadaman kebakaran menggunakan semua sarana pemadam api
Pemadam di lingkungan Perusahaan secara aman, selamat dan
Kebakaran
efektif.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 29 dari 27


2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana pemadam api di
lingkungan Perusahaan kepada Koordinator,
Sekretaris maupun Ketua Unit Tanggap Darurat.
Regu 1. Memimpin prosedur evakuasi secara aman, selamat dan cepat.
Evakuasi
2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana evakuasi
di lingkungan Perusahaan kepada Koordinator, Sekretaris maupun Ketua
Unit Tanggap Darurat.
3. Melaporkan adanya korban tertinggal, terjebak ataupun teruka kepada
Regu P3K, Koordinator maupun Sekretaris Unit Tanggap Darurat.
Regu P3K 1. Melaksanakan tindakan P3K.
2. Melaporkan segala kekurangan/kerusakan sarana dan prasarana P3K di
lingkungan Perusahaan kepada Koordinator, Sekretaris maupun Ketua Unit
Tanggap Darurat.
3. Melaporkan kepada Koordinator ataupun Sekretaris Unit Tanggap
Darurat bilamana terdapat korban yang memerlukan tindakan medis lanjut
pihak ke tiga di luar Perusahaan.
Logistik 1. Mengakomodasi kebutuhan umum tanggap darurat (makanan,
minuman, pakaian, selimut, pakaian, dsb).
Transportasi 1. Mengakomodasi sarana transportasi darurat dari dalam/luar
lingkungan Perusahaan.
Komunikasi 1. Memantau perkembangan penanganan kondisi darurat dan
Internal menjembatani komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat.
2. Memastikan alur komunikasi antar regu Unit Tanggap Darurat dapat
dilangsungkan secara baik dan lancar.
Komunikasi 1. Memantau seluruh informasi internal dan mengakomodasi
Eksternal informasi/pemberitaan untuk pihak luar.
2. Menghubungi pihak eksternal terkait untuk kepentingan tanggap
darurat (Kepolisian/Warga).
Keamanan 1. Melaksanakan tindakan keamanan internal maupun eksternal selama
berlangsungnya tanggap darurat Perusahaan.

Pelatihan (simulasi dan pengujian) penanganan keadaan darurat dilaksanakan minimal


satu kali dalam satu tahun mencakup simulasi pemadaman kebakaran serta simulasi
evakuasi darurat di tempat kerja.
Persiapan tanggap darurat dipelihara dan dinilai keefektifannya secara berkala serta
apabila terdapat perubahan manajemen Perusahaan.
Dokumen Terkait : Prosedur Tanggap Darurat K3.

D. PEMERIKSAAN

1. Pengukuran dan Pemantauan Kinerja K3.

Perusahaan membangun metode sistematis untuk pengukuran dan pemantauan kinerja


K3 secara teratur sebagai satu kesatuan bagian dari keseluruhan sistem manajemen
Perusahaan. Pemantauan melibatkan pengumpulan informasi-informasi berkaitan
dengan bahaya K3, berbagai macam pengukuran dan penelitian berkaitan dengan
resiko K3, jam lembur tenaga kerja serta penggunaan
peralatan/mesin/perlengkapan/bahan/material beserta cara-cara penggunaannya di
tempat kerja. Pengukuran kinerja K3

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 30 dari 27


dapat berupa pengukuran kualitatif maupun pengukuran kuantitatif kinerja K3 di
tempat kerja.
Pengukuran dan Pemantauan bertujuan antara lain untuk :
1. Melacak perkembangan dari pertemuan-pertemuan K3, pemenuhan Target K3 dan
peningkatan berkelanjutan.
2. Memantau pemenuhan peraturan perundang-undangan dan peraturan lainnya
berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.
3. Memantau kejadian-kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
4. Menyediakan data untuk evalusai keefektifan pengendalian operasi K3 atau untuk
mengevaluasi perlunya modifikasi pengendalian ataupun pengenalan pilihan
pengendalian baru.
5. Menyediakan data untuk mengukur kinerja K3 Perusahaan baik secara proaktif
maupun secara reaktif.
6. Menyediakan data untuk mengevaluasi Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan.
7. Menyediakan data untuk menilai kompetensi personil K3.
Perusahaan mendelegasikan tugas pemantauan dan pengukuran kinerja K3 kepada
Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja termasuk anggota-
anggota di bawah kewenangan Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Hasil dari pemantauan dan pengukuran kinerja K3 dianalisa dan digunakan untuk
mengidentifikasi tingkat kesuksesan kinerja K3 ataupun kebutuhan perlunya tindakan
perbaikan ataupun tindakan-tindakan peningkatan kinerja K3 lainnya.
Pengukuran kinerja K3 menggunakan metode pengukuran proaktif dan metode
pengukuran reaktif di tempat kerja. Prioritas pengukuran kinerja K3 menggunakan
metode pengukuran proaktif dengan tujuan untuk mendorong peningkatan kinerja K3
dan mengurangi kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja.
Termasuk dalam pengukuran proaktif kinerja K3 antara lain :
1. Penilaian kesesuaian dengan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang
berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.
2. Keefektifan hasil inspeksi dan pemantauan kondisi bahaya di tempat kerja.
3. Penilaian keefektifan pelatihan K3.
4. Pemantauan Budaya K3 seluruh personil di bawah kendali Perusahaan.
5. Survey tingkat kepuasan tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
6. Keefektifan hasil audit internal dan audit eksternal Sistem Manajemen K3.
7. Jadwal penyelesaian rekomendasi-rekomendasi penerapan K3 di tempat kerja.
8. Penerapan program-program K3.
9. Tingkat keefektifan partisipasi tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat
kerja.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 31 dari 27


10. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di tempat kerja.
11. Penilaian aktivitas kerja yang berkaitan dengan resiko K3 Perusahaan.
Termasuk dalam pengukuran reaktif kinerja K3 antara lain :
1. Pemantauan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
2. Tingkat keseringan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
3. Tingkat hilangnya jam kerja akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(PAK).
4. Tuntutan tindakan pemenuhan dari pemerintah.
5. Tuntutan tindakan pemenuhan dari pihak ke tiga yang berhubungan dengan
Perusahaan berkaitan dengan hal K3.
Perusahaan menyediakan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan
pemantauan dan pengukuran kinerja K3 seperti alat pengukur tingkat kebisingan,
pencahayaan, gas beracun dan alat-alat lainnya sesuai dengan aktivitas operasi
perusahaan yang berkaitan dengan K3.
Perusahaan juga menggunakan komputer dan program-program komputer sebagai
alat untuk menganalisa hasil pemantauan dan pengukuran kinerja K3 di tempat kerja.
Keseluruhan alat-alat yang digunakan dalam pemantauan dan pengukuran kinerja
K3 dikalibrasi secara berkala dan disesuaikan pengaturan nilai besaran satuannya
sesuai dengan standar nilai besaran satuan yang berlaku baik internasional maupun
secara lokal.
Perusahaan tidak menggunakan alat-alat yang tidak dikalibrasi dengan tepat ataupun
yang sudah mengalami kerusakan untuk melaksanakan pemantauan dan pengukuran
kinerja K3 di tempat kerja.
Kalibrasi dan perawatan alat ukur pemantauan dan pengukuran kinerja K3
dilaksanakan oleh personil ahli terhadap pelaksanaan kalibrasi dan perawatan alat-alat
ukur yang digunakan.
Dokumen Terkait : Prosedur Pengukuran dan Pemantauan Kinerja K3.

2. Penilaian Kesesuaian.
Perusahaan secara berkala menilai kesesuaian penerapan K3 di tempat kerja dengan
peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berkaitan dengan
penerapan K3 di tempat kerja sebagai bentuk komimen terhadap Kebijakan K3
Perusahaan untuk memenuhi semua peraturan perundang- undangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan resiko-resiko K3 Perusahaan.
Penilaian kesesuaian penerapan K3 dengan peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lain yang berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja dilaksanakan
oleh personil ahli baik dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 32 dari 27


Penilaian kesesuaian dapat merujuk pada satu peraturan perundang- undangan dan
persyaratan lainnya ataupun beberapa peraturan perundangan dan persyaratan lainnya
sekaligus.
Jadwal pelaksaan penilaian kesesuaian dapat dipengaruhi oleh kesesuaian
penerapan K3 sebelumnya ataupun persyaratan tertentu dari peraturan perundang-
undangan dan peraturan lainnya.
Pelaksanaan penilaian kesesuaian dapat digabungkan (diintegrasikan) dengan aktivitas-
aktivitas penilaian lainnya seperti audit manajemen perusahaan, audit manajemen
lingkungan maupun pemeriksaan QC.
Seluruh hasil penilaian kesesuaian didokumentasikan dan dipelihara oleh Sekretaris
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dokumen Terkait : Prosedur Penilaian Kesesuaian Peraturan Perundang- undangan dan
Persyaratan Lain terkait K3.

3. Investigasi Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan


Pencegahan.
3.1. Investigasi Insiden.
Perusahaan melaksanakan investigasi insiden untuk mencegah terulangnya
kembali kejadian insiden di kemudain hari serta untuk mengidentifikasi peluang
untuk peningkatan K3 di tempat kerja.
Investigasi kecelakaan dilaksanakan dengan pendekatan metode untuk
menyelidiki akar penyebab terjadinya suatu insiden. Sekretaris Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja berkewajiban untuk melaksanakan
investigasi insiden sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh pimpinan
perusahaan (Manajemen Puncak ataupun Direktur) menggunakan
pendekatan/metode yang diketahui untuk mengetahui akar penyebab terjadinya
suatu insiden.
Seluruh hasil insiden didokumentasikan (termasuk gambar, foto, video serta
media lain yang berkaitan dengan terjadinya inside) dan dipelihara oleh Sekretaris
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Hasil investigasi insiden dikomunikasikan kepada seluruh personil
Perusahaan menyangkut tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan yang
diperlukan (dibutuhkan) di tempat kerja menjadi tempat kerja yang lebih aman
bagi semua personil Perusahaan.
Dokumen Terkait : Prosedur Investigasi Insiden Kerja.

3.2. Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan.


Perusahaan melaksanakan identifikasi terhadap potensi-potensi
ketidaksesuaian ataupun adanya ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 33 dari 27


pencegahan untuk menjamin keefektifan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di tempat kerja.
Permasalahan-permasalahan yang dapat menimbulkan ketidaksesuaian antara lain
:
1. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
a. Kesalahan Pimpinan Perusahaan (Direktur) dalam membangun
komitmen Kebijakan K3.
b. Kesalahan dalam membangun Target K3.
c. Kesalahan dalam menentukan peran, wewenang, tanggung-jawab, fungsi
dan kecakapan personil yang dibutuhkan untuk menerapkan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan.
d. Kesalahan dalam menilai kesesuaian dengan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya secara berkala.
e. Kesalahan dalam menyesuaikan kebutuhan pelatihan personil di
tempat kerja.
f. Dokumentasi yang kadaluarsa dan yang tidak valid.
g. Kesalahan dalam menjalankan komunikasi.
2. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat kerja.
a. Kesalahan dalam menerapkan program-program K3 yang telah
direncanakan untuk tujuan peningkatan kinerja K3.
b. Kesalahan dalam konsistensi tujuan peningkatan kinerja K3.
c. Kesalahan dalam memenuhi peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lain yang berkaitan dengan resiko K3.
d. Kesalahan dalam laporan insiden.
e. Kesalahan penerapan tindakan perbaikan menurut jadwal yang
ditentukan.
f. Tidak terdapatnya tindakan terhadap tetap tingginya tingkat kejadian
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
g. Penyimpangan prosedur K3.
h. Penggunaan bahan/material/alat/proses baru tanpa
melaksanakan penilaian resiko K3 terlebih dahulu.
Pertimbangan dalam menyusun tindakan perbaikan dan pencegahan dapat
memperhatikan hasil-hasil sebagai berikut :
1. Pelatihan (simulasi/pengujian) prosedur tanggap darurat.
2. Investigasi insiden.
3. Audit internal dan audit eksternal.
4. Penilaian kesesuaian peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan resiko K3 secara berkala.
5. Pemantauan kinerja K3.
6. Aktivitas perawatan dan perbaikan fasilitas/alat/mesin kerja.
7. Partisipasi dan konsultasi tenaga kerja di tempat kerja.
8. Penilaian lain-lain.
Perusahaan juga menjamin bahwa :

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 34 dari 27


1. Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan disusun melalui penilaian
resiko K3 terlebih dahulu sebelum penerapan perubahan- perubahan
pengendalian/bahan/manajemen/alat/mesin, dsb.
2. Penerapan keseluruhan tindakan perbaikan dan pencegahan.
3. Pendokumentasian dan komunikasi hasil-hasil tindakan perbaikan dan
pencegahan.
4. Adanya tindak lanjut untuk meninjau keefektifan terhadap tindakan perbaikan
dan tindakan pencegahan yang daimbil.
Dokumen Terkait : Prosedur Identifikasi Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan
dan Tindakan Pencegahan.

4. Pengendalian Catatan, Rekaman dan Laporan.


Seluruh catatan, rekaman dan laporan K3 dipelihara untuk menunjukkan
keefektifan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perusahaan dan pengelolaan resiko-resiko K3 di tempat kerja.
Pengendalian catatan, rekaman dan laporan K3 mencakup antara lain :
1. Laporan penilaian penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan dan
persyaratan lainnya yang berkaitan dengan resiko K3 di tempat kerja.
2. Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko.
3. Laporan pemantauan kinerja K3.
4. Laporan perawatan dan kalibrasi alat-alat pengukuran kinerja K3.
5. Laporan tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan.
6. Laporan inspeksi K3.
7. Laporan pelatihan dan kompetensi K3 tenaga kerja.
8. Laporan audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
9. Laporan partisipasi dan konsultasi tenaga kerja.
10. Laporan insiden.
11. Laporan tindak lanjut insiden.
12. Laporan pertemuan K3.
13. Laporan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja.
14. Laporan perawatan APD (Alat Pelindung Diri).
15. Laporan pelatihan (simulasi/pengujian) tanggap darurat.
16. Laporan Tinjauan Manajemen.
Pengendalian catatan, rekaman dan laporan K3 dilaksanakan oleh Sekretaris Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dokumen Terkait : Prosedur Pengendalian Catatan, Rekaman dan Laporan K3.

5. Audit Internal
Audit digunakan untuk untuk meninjau dan menilai kinerja dan efektivitas Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan. Audit internal
dilaksanakan oleh Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk
mengetahui dimana Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah
diterapkan dan dipelihara secara tepat.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 35 dari 27


Pelaksanaan audit didasarkan pada hasil penilaian resiko dari aktivitas operasional
perusahaan dan hasil audit (audit-audit) sebelumnnya. Hasil penilaian resiko juga
menjadi dasar dalam menentukan frekuensi pelaksanaan audit internal pada sebagian
aktivitas operasional perusahaan, area ataupun suatu fungsi atau bagian mana saja yang
memerlukan perhatian manajemen Peusahaan terkait resiko K3 dan Kebijakan K3
Perusahaan.
Pelaksanaan audit internal mencakup seluruh area dan aktivitas dalam ruang
lingkup penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perusahaan. Frekuensi dan cakupan audit internal juga berkaitan dengan kegagalan
penerapan beberapa elemen dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, ketersedian data kinerja penerapan sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, hasil tinjauan manajemen dan perubahan-perubahan dalam
manajemen Perusahaan. Pelaksanaan audit internal secara umum dilaksanakan
minimal satu kali dalam kurun waktu satu tahun dari audit internal sebelumnya.
Audit tambahan dapat dilaksanakan apabila terdapat kondisi-kondisi sebagaimana hal-
hal berikut :
1. Terdapatnya perubahan pada penilaian bahaya/resiko K3 Perusahaan.
2. Terdapat indikasi penyimpangan dari hasil audit sebelumnya.
3. Adanya insiden tingkat keparahan tinggi dan peningkatan tingkat kejadian
insiden.
4. Kondisi-kondisi lain yang memerlukan audit internal tambahan.
Pelaksanaan audit internal didasarkan pada kegiatan-kegiatan berikut, antara lain :
1. Pembukaan audit.
a. Menentukan tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit.
b. Pemilihan auditor dan timnya untuk tujuan objektivitas dan kenetralan audit.
c. Menentukan metode audit.
d. Konfirmasi jadwal audit dengan peserta audit ataupun pihak lain yang menjadi
bagian dari audit.
2. Pemilihan petugas auditor.
a. Auditor harus independen, objektif dan netral.
b. Auditor tidak diperkenankan melaksanakan audit terhadap
pekerjaan/tugasnya sendiri.
c. Auditor harus mengerti benar tugasnya dan berkompeten melaksanakan
audit.
d. Auditor harus mengerti mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Perusahaan.
e. Auditor harus mengerti mengenai peraturan perundang-undangan dan
peraturan lainnya yang berkaitan dengan Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Kerja di tempat kerja.
f. Auditor harus memiliki pengetahuan mengenai kriteria audit beserta
aktivitas-aktivitas di dalamnya untuk dapat menilai kinerja K3 dan
menentukan kekurangan-kekurangan di dalamnya.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 36 dari 27


3. Meninjau dokumen dan persiapan audit.
a. Dokumen yang ditinjau meliputi :
 Struktur Organisasi dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
 Kebijakan K3 Perusahaan.
 Target dan Program-Program K3.
 Prosedur audit internal Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Perusahaan.
 Prosedur dan Instruksi Kerja K3.
 Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian resiko K3.
 Daftar peraturan perundang-undangan dan peraturan lain yang
berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.
 Laporan insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan.
b. Persiapan audit internal meliputi hal-hal sebagai berikut antara lain :
 Tujuan audit.
 Kriteria audit.
 Metodologi audit.
 Cakupan maupun lokasi/area audit.
 Jadwal audit.
 Peran dan tanggung jawab peserta/anggota audit internal.
4. Pelaksanaan audit.
a. Tata cara berkomunikasi dalam audit internal.
b. Pengumpulan dan verifikasi informasi.
c. Menyusun temuan audit dan kesimpulannya.
d. Mengomunikasikan kepada peserta audit mengenai :
 Rencana pelaksanaan audit.
 Perkembangan pelaksanaan audit.
 Permasalahan-permasalahan dalam audit.
 Kesimpulan pelaksanaan audit.
5. Persiapan dan komunikasi laporan audit.
a. Tujuan dan cakupan audit.
b. Informasi mengenai perencanaan audit (anggota audit internal, jadwal audit
internal serta area-area/lokasi-lokasi audit internal)
c. Identifikasi referensi dokumen dan kriteria audit lainnya yang digunakan pada
pelaksanaan audit internal.
d. Detail temuan ketidaksesuaian.
e. Keterangan-keterangan lain yang berkaitan dengan Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Kerja Perusahaan :
 Konfirmasi penyusunan perencanaan penerapan K3 di tempat kerja.
 Penerapan dan pemeliharaan.
 Pencapaian Kebijakan dan Target K3 Perusahaan.
f. Komunikasi kepada semua pihak mengenai hasil audit internal termasuk
kepada pihak ke tiga yang berhubungan dengan Perusahaan untuk dapat
mengetahui tindakan perbaikan yang diperlukan.
6. Penutupan audit dan tindak lanjut audit.
a. Menyusun pemantauan tindak lanjut audit internal.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 37 dari 27


b. Penyusunan jadwal penyelesaian tindak lanjut audit internal.
Dokumen Terkait : Prosedur Audit Internal K3.

E. TINJAUAN MANAJEMEN

Tinjauan Manajemen fokus terhadap keseluruhan kinerja Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut
:
1. Kesesuaian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap
operasional dan aktivitas Perusahaan.
2. Kecukupan pemenuhan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja terhadap Kebijakan K3 Perusahaan.
3. Keefektifan penyelesaian tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan serta hasil-
hasil lain yang dicita-citakan.
Tinjauan Manajemen dilaksanakan oleh Pimpinan Perusahaan (Direktur) dan dilaksanakan
secara berkala, secara umum minimal 1 tahun sekali untuk meninjau penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan.
Hal-hal yang dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan Tinjauan Manajemen antara lain :
1. Laporan keadaan darurat (termasuk kejadian serta
pelatihan/simulasi/pengujian tanggap darurat).
2. Survey kepuasan tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
3. Statistik insiden kerja (termasuk kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja).
4. Hasil-hasil inspeksi.
5. Hasil dan rekomendasi pemantauan dan pengukuran kinerja K3 di tempat kerja.
6. Kinerja K3 kontraktor.
7. Kinerja K3 pemasok.
8. Informasi perubahan peraturan perundang-undangan dan peraturan lain yang berkaitan
dengan penerapan K3 di tempat kerja.

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 38 dari 27


PENUTUP
Demikian Panduan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Ahli K3 umum
disusun sebagai petunjuk dalam pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja di PT. Ahli K3 umum dan akan terus diperbarui demi efektivitas pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan Kerja di PT. Ahli K3 umum

Bekasi,

Wanid Nakrumpa
Factory Manager

AK3U/SMK3/M-001 Rev 0 08 February 2023 Halaman 39 dari 27

Anda mungkin juga menyukai