Anda di halaman 1dari 68

REVIEW KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
A. Latar Belakang;
B. Pengertian;

C.Tujuan
D. Dasar Hukum Lingkungan Kerja;
E. Objek Pengawasan Lingkungan Kerja;
F. Pengukuran dan Pengendalia n
Lingkungan Kerja.
A. LATAR BELAKANG

Lingkungan Kerja
Kegiatan industri yang mempergunakan
Instalasi, peralatan terus meningkat sejalan
dengan perkembangan pembangunan sehingga
berpotensi menimbulkan kebisingan, getaran,
iklim kerja, medan magnit untuk
menimbulkan bahaya bagi industri, tenaga
kerja, lingkungan maupun sumberdaya
lainnya.
B. PENGERTIAN

Lingkungan Kerja
 Pengawasan K3 Lingkungan Kerja adalah serangkain kegiatan
pengawasan dan semua tindakan yang dilakukan oleh
Inspektur K3 atau ahli K3 Umum yang kompeten atas
pemenuhan pelaksanaan peraturan perundang-undangan
atas objek pengawasan K3 Lingkungan Kerja .

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


B. PENGERTIAN

Lingkungan Kerja
 Lingkungan Kerja adalah
 aspek Higiene di Tempat Kerja yang di dalamnya mencakup faktor
fisika, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi yang keberadaannya di
Tempat Kerja dapat mempengaruhi keselamatan dan kesehatan
Tenaga Kerja.
• Batasan Lingk. Kerja
= Tempat Kerja
B. PENGERTIAN
 Lingkungan Kerja adalah  Lingkungan hidup adalah

kesatuan ruang dengan semua
aspek Higiene di Tempat Kerja
benda, daya, keadaan, dan
yang di dalamnya mencakup makhluk hidup, termasuk
faktor fisika, kimia, biologi, manusia dan perilakunya, yang
ergonomi dan psikologi yang mempengaruhi alam itu sendiri,
keberadaannya di Tempat Kerja kelangsungan perikehidupan,
dapat mempengaruhi dan kesejahteraan manusia
keselamatan dan kesehatan serta makhluk hidup lain. (ref
Tenaga Kerja. uu 32/2009)
• Batasan Lingk. Kerja
= Tempat Kerja

Lingkungan Kerja Lingkungan hidup


C. TUJUAN

mewujudkan Lingkungan Kerja yang aman, sehat,


dan nyaman dalam rangka mencegah kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


D. DASAR HUKUM.
.

Ps 86 & 87 UU No. 13 Th 2003 ttg Ketenagakerjaan


Perlindungan K3 dan penerapan SMK3

Ps 3, 9 UU No. 1 Th 1970
Syarat2 K3, Kewajiban Pengusaha

Peraturan Pelaksanaan
Norma Lingkungan Kerja, Ergonomi & Bahan Berbahaya

PEDOMAN, JUKLAK/JUKNIS :
Bidang Lingkungan Kerja & Bahan Berbahaya
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886

10
D. DASAR HUKUM

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


D. DASAR HUKUM

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


DASAR HUKUM

1. UU No. 3 Tahun 1969 ttg Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai
Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor;
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.08/MEN/2010
tentang Alat Pelindung Diri
3. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No.Per.05/Men/2018 tentang K3
lingkungan Kerja

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


DASAR HUKUM

1. PP No. 7 Tahun 1973 ttg Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan


dan Penggunaan Pestisida;
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No.: Per.03/MEN/1985 tentang
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pemakaian Asbes;
3. Permenaker No. 03/Men/1986 tentang Syarat-syarat K3 di Tempat
Yang Mengelola Pestisida;
4. Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.187/MEN/1999 tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya;
5. SE Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI
140/MEN/PPK-KK/II/2004 tentang Pemenuhan Kewajiban Syarat-
syarat Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri Kimia dengan
potensi bahaya besar ( Major Hazard Installation)

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


DASAR HUKUM

 Surat Keputusan Dirjen Binwasnaker No. Kep.104/DJPPK/IX/2006 tentang


Petunjuk Teknis Pelaksanaan K3 Pemakaian Bahan yang Mengandung
Asbes di Tempat Kerja;

 Surat Keputusan Dirjen Binwasnaker No. Kep. 113/DJPPK/IX/2006 tentang


Pedoman dan Pembinaan Teknis Petugas K3 Ruang Terbatas

 Surat Keputusan Dirjen PPK No. 84/2012 tentang Pedoman Penyusunan


Dokumen Pengendalian Bahaya Besar dan Menengah;

 Peraturan, Pedoman, Standar dan Kriteria lain yang terkait dengan


Lingkungan Kerja.

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang
Penerapan SMK3

7.2.2. Pengukuran lingkungan kerjameliputi faktor fisik,


kimia, biologi, ergonomi dan psikologi.
7.2.3. Pengukuran lingkungan kerja dilakukan oleh petugas
atau pihak yang berkompeten dan berwenang dari dalam
dan/atau luar perusahaan.
7.3.2. Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas atau
pihak yang berkompeten dari dalam dan/ atau luar
perusahaan.

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


Peraturan Menteri Tenaga
Kerja
No.PER.05/MEN/2018
tentang K3 LINGKUNGAN
KERJA

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


E. OBJEK PENGAWASAN
NORMA K3 LINGKUNGAN KERJA

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


E. OBJEK PENGAWASAN
NORMA K3 LINGKUNGAN KERJA

 Faktor Fisika adalah faktor yang dapat


mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja yang
bersifat fisika, disebabkan oleh penggunaan
mesin, peralatan, bahan dan kondisi
lingkungan di sekitar Tempat Kerja yang dapat
menyebabkan gangguan dan penyakit akibat
kerja pada Tenaga Kerja
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Objek Pengawasan K3 Lingkungan
Kerja.

Kebisingan

PENCAHAYAAN
FAKTOR Getaran
FISIK
Gelombang Mikro
PASAL
8,9,10,11,12 Radiasi Sinar UV
,13,14,15,16
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Medan Magnet
,17,18
Objek Pengawasan K3 Lingkungan
Kerja.

 Faktor Kimia adalah faktor yang dapat


mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja yang
bersifat kimiawi, disebabkan oleh penggunaan
bahan kimia dan turunannya di Tempat Kerja
yang dapat menyebabkan penyakit pada
Tenaga Kerja, meliputi kontaminan kimia

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


Objek Pengawasan K3 Lingkungan
Kerja.

GAS

UAP
FAKTOR PARTIKULAT
KIMIA

PASAL 20 SD 21
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Objek Pengawasan K3 Lingkungan
Kerja.

 Faktor Biologi adalah


faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas
Tenaga Kerja yang bersifat biologi, disebabkan
oleh makhluk hidup meliputi hewan,
tumbuhan dan produknya serta
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit akibat kerja.
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Objek Pengawasan K3 Lingkungan
Kerja.

HEWAN

TUMBUHAN
FAKTOR MIKRO ORGANISMA
BIOLOGI

PASAL 22 ayat 1 sd 8
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Objek Pengawasan K3 Lingkungan
Kerja.

 Faktor Ergonomi adalah faktor yang dapat


mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja,
disebabkan oleh ketidaksesuaian antara
fasilitas kerja yang meliputi cara kerja, posisi
kerja, alat kerja, dan beban angkat
terhadap Tenaga Kerja.

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


Objek Pengawasan K3 Lingkungan
Kerja.

CARA KERJA

POSISI KERJA
FAKTOR ALAT KERJA
ERGONOMI
BEBAN ANGKAT

PASAL 23 ayat 1 sd 5
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Objek Pengawasan K3 Lingkungan
Kerja.

 Faktor Psikologi adalah faktor yang


mempengaruhi aktivitas Tenaga Kerja,
disebabkan oleh hubungan antar personal di
Tempat Kerja, peran dan tanggung jawab
terhadap pekerjaan.

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


Objek Pengawasan K3 Lingkungan
Kerja.

HUBUNGAN ANTAR
PERSONIL

FAKTOR
PERAN DAN TANGGUNG
PSIKOLOGI
JAWAB TERHADAP
PEKERJAAN
PASAL 24 ayat 1 sd 6
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Objek Pengawasan K3 Lingkungan
Kerja.

BANGUNAN TEMPAT
KERJA

FAKTOR FASILITAS KEBERSIHAN


HIGIENE DAN
SANITASI KEBUTUHAN UDARA

TATA LAKSANA
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886 KERUMAH TANGGAAN
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No.PER.05/MEN/2018 tentang K3 LINGKUNGAN
KERJA
Pengusaha/Pengurus WAJIB Tujuan
Tempat Kerja (Ps 2) (Ps. 4)
Apakah Terdapat Sumber Bahaya Syarat K3 Lingkungan Kerja (Ps.3)
Lingkungan Kerja Berupa, mewujudkan Lingkungan Kerja
1.Pengendalian Faktor Fisika dan
FAKTOR: Faktor Kimia agar berada di bawah yang aman, sehat, dan nyaman
1.FISIKA; NAB;
2.KIMIA; dalam rangka mencegah
2.Pengendalian Faktor Biologi,
3.BIOLOGI; Faktor Ergonomi, dan Faktor kecelakaan kerja dan penyakit
4.ERGONOMI; Psikologi Kerja agar memenuhi
5.PSIKOLOGI akibat kerja.
standar;
3.Penyediaan fasilitas Kebersihan
dan sarana Higiene di Tempat Kerja
yang bersih dan sehat; dan
4.Penyediaan personil K3 yang
memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 di bidang
Lingkungan Kerja

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No.PER.05/MEN/2018 tentang K3 LINGKUNGAN
KERJA
Pengusaha/Pengurus WAJIB (Ps 2)

Syarat K3 Lingkungan Kerja (Ps.3)


1.Pengendalian Faktor Fisika dan Faktor Kimia agar berada di bawah
NAB;
2.Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi
Kerja agar memenuhi standar;
3.Penyediaan fasilitas Kebersihan dan sarana Higiene di Tempat Kerja
yang bersih dan sehat; dan
4.Penyediaan personil K3 yang memiliki kompetensi dan
kewenangan K3 di bidang Lingkungan Kerja

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.05/MEN/2018 tentang K3 LINGKUNGAN
KERJA

Faktor Fisika
 Faktor Fisika adalah faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas Tenaga Kerja yang bersifat fisika, disebabkan oleh
penggunaan mesin, peralatan, bahan dan kondisi lingkungan di
sekitar Tempat Kerja yang dapat menyebabkan gangguan dan
penyakit akibat kerja pada Tenaga Kerja, meliputi
Kebisingan, Getaran, radiasi gelombang mikro, Radiasi Ultra
Ungu (Ultra Violet), iklim kerja , radiasi Medan Magnet
Statis, tekanan udara dan Pencahayaan

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.05/MEN/2018 tentang K3 LINGKUNGAN
KERJA

Pelaksanaan syarat-syarat K3 Lingkungan Kerja dilakukan melalui kegiatan:


1. pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja yang meliputi
 fisika;

 kimia;

 biologi;

 ergonomi; dan

 psikologi

2. penerapan Higiene dan Sanitasi meliputi:


 Bangunan Tempat Kerja;

 fasilitas Kebersihan;

 kebutuhan udara; dan

 tata laksana kerumahtanggaan.


ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA
(Ps.6)

1. Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan untuk mengetahui


tingkat pajanan:
 Faktor Fisika,
 Faktor Kimia,

 Faktor Biologi,

 Faktor Ergonomi, dan

 Faktor Psikologi

terhadap Tenaga Kerja.


2. Pengukuran Lingkungan Kerja dilakukan sesuai dengan
metoda uji yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia.
3. Metoda uji lainnya sesuai dengan standar yang telah
divalidasi oleh lembaga yang berwenang.
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
PENGUKURAN DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA
(Ps.7)

4. Pengendalian Lingkungan Kerja dilakukan


sesuai hirarki pengendalian meliputi upaya:
eliminasi;
substitusi;
rekayasa teknis;
administratif; dan/atau
penggunaan alat pelindung diri.
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
PRINSIP DASAR PENERAPAN LK yg HI

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


FAKTOR
FISIK
Kebisingan

PENCAHAYAAN
Getaran
Gelombang Mikro
Radiasi Sinar UV
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Medan Magnet
KEBISINGAN
Kebisingan
adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang
bersumber dari alat-alat proses produksi
dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


Kebisingan
adalah semua suara yang tidak dikehendaki
yang bersumber dari alat-alat proses produksi
dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat
tertentu dapat menimbulkan gangguan
pendengaran.

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


 NILAI AMBANG BATAS ADALAH STANDAR FAKTOR
BAHAYA DI TEMPAT KERJA SEBAGAI
KADAR/INTENSITAS RATA RATA TERTIMBANG WAKTU /
TIME WEIGHTED AVERAGE ) YANG DITERIMA TENAGA
KERJA TANPA MENGKIBATKAN PENYAKIT ATAU
GANNGUAN KESEHATAN DALAM PEKERJAAN SEHARI
HARI UNTUK WAKTU TIDAK MELEBIHI 8 JAM/HARI ATAU
40 JAM SEMINGGU

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


NAB ( NILAI AMBANG BATAS)
 Kegunaan NAB.
 NAB ini akan digunakan sebagai pedoman ( rekomendasi ) pada praktek
higiene perusahaan dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja
sebagai upaya pencegahan dampaknya terhadap kesehatan .
NAB juga digunakan untuk :
1. Sebagai standar untuk perbandingan.
2. Sebagai pedoman untuk perencanaan proses produksi dan perencanaan
teknologi pengendalian bahaya lingkungan kerja.
3. Menentukan pengendalian bahan proses produksi terhadap bahan yang
lebih beracun dengan bahan yang kurang beracun,
4. Membantu menentukan diagnosa gangguan kesehatan, timbulnya
penyakit2 dan hambatan2 effisien kerja akibat faktor kimiawi.
PENGERTIAN

 Kebisingan :
Suara yang tidak dikehendaki yang bersumber
dari mesin /alat-alat proses produksi yang
pada tingkat tertentu dapat menimbulkan
gangguan (Depnaker, 1999)

 Nilai Ambang Dengar :


Adalah suara yg paling lemah yg masih dpt
didengar telinga manusia
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Jenis-Jenis Kebisingan
1. Kebisingan kontinu (tunak)
- Contoh : kipas angin, dapur pijar
- Fluktuasi SPL < 3 dB
SPL = Sound Presure Limit (kebisingan ).

2. Kebisingan terputus-putus (intermitten,


fluktuatif)
- Contoh : lalu lintas, suara pesawat
terbang di bandara
- Fluktuasi SPL 3 s/d 10 dB
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Lanjutan

3. Kebisingan Impulsive
- pukulan tukul, tembakan bedil atau
meriam
- Fluktuasi SPL > 10 dB

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


KEBISINGAN

 NAB Kebisingan :

angka dB yang dianggap aman untuk sebagian


besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau
40 jam/minggu

 Alat Ukur yang digunakan :

Sound Level Meter


ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
SOUND
LEVEL
METER

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


NOISE DOSIMETER
(Alat Pengukuran Kebisingan Personal)

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


NORMA KEBISINGAN
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.05/MEN/2018 tentang K3
LINGKUNGAN KERJA

Pasal 10.
1. Pengukuran dan pengendalian kebisingan harus
dilakukan pada tempat kerja yang memiliki sumber
bahaya kebisingan dari operasi peralatan.kerja.
2. Tempat kerja yang memiliki sumber bahaya
kebisingan merupakan tempat kerja yang terdapat
sumber kebisingan terus menerus, terputus putus,
impulsif dan impulsif berulang.
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
NORMA KEBISINGAN
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.05/MEN/2018 tentang K3
LINGKUNGAN KERJA

Pasal 10.
3. Jika hasil Pengukuran tempat kerja melebihi NAB harus
dilakukan pengendalian.
4. Pengendalian dilakukan dengan melaksanakan program
pencegahan penurunan pendengaran dengan :
a. Menghilangkan sumber kebisingan dari tempat kerja,
b. Menggantikan alat, bahan, dan proses kerja yang
menimbulkan sumber kebisingan,
c. Memasanga pembatasan, peredam suara, penutupan
sebagian atau seluruh alat,
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
NORMA KEBISINGAN
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER.05/MEN/2018 tentang K3
LINGKUNGAN KERJA

Pasal 10.
4. Pengendalian dilakukan dengan melaksanakan program
pencegahan penurunan pendengaran dengan :
a. Menghilangkan sumber kebisingan dari tempat kerja,
b. Menggantikan alat, bahan, dan proses kerja yang
menimbulkan sumber kebisingan,
c. Memasanga pembatasan, peredam suara, penutupan
sebagian atau seluruh alat,
d. Mengatur atau pembatasi pajanan kebsingan atau
pengaturan waktu kerja,
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886

e. Menggunakan alat pelindung diri dan atau.


NORMA KEBISINGAN
Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No.PER.05/MEN/2018 tentang K3
LINGKUNGAN KERJA

NAB kebisingan sebesar 85 dB


Kebisingan yang melampaui NAB, waktu
pemajanannya sebagai berikut :
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
KEBISINGAN (Ps.10)

Kebisingan Nilai Ambang Batas Kebisingan

adalah semua suara yang tidak


dikehendaki yang bersumber
dari alat-alat proses produksi
dan/atau alat-alat kerja yang
pada tingkat tertentu dapat
menimbulkan gangguan
pendengaran.

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


Potensi Bahaya Kebisingan

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


Formula Menghitung Waktu Pajan

Te= waktu pemajanan


SPL = Sound Presure Limit (kebisingan)

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


EAR PLUG

EAR MUFF
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Contoh Kasus
Kebisingan perusahaan A setelah dilakukan
pemeriksaan oleh PJK3/Balai Hyperkes adalah
94 dB dari suara genset yang dekat dengan ruang
produksi.

 Apakah melebihi NAB?


NAB = 85 dB < 94 dB (melebihi NAB)

Berapa maksimum pemajanannya?


94 dB = 1 jam (maks)

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Contoh Kasus
 Setelah dilakukan Engineering Control (hierarki ke
I), berupa pemasangan muffler tambahan dan
isolasi dinding ruang genset kebisingan jadi 90
dB.

Dengan hierarki ke II (Administrasi Control)


berupa rotasi kerja.

Waktu pemajanan untuk 90 dB = 2,52 jam


ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Contoh Kasus

Perusahaan berkeberatan.

 Hierarki ke III, memakai ear muff atau ear plug ?

Dengan menggunakan ear plug dapat mereduksi kebisingan antara


7,5 – 15 dB.

90 dB – 7,5 dB = 82,5 dB (sudah dibawah NAB)

Ear muff dapat meredam kebisingan hingga 30 dB

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


Pengukuran Kebisingan Secara Personal

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


Efek Pemaparan Kebisingan

 Gangguan Komunikasi
 Gangguan Kenyamanan
 Pergeseran Ambang Dengar Sementara
atau Temporary Thershold Shif (TTS), di
tandai oleh bunyi ringing pada akhir paparan.
 NoiseInjured Hearing Loss (NIHL), terjadi
pada frekuensi 4000 Hz, lemudian dapat
menyebar pd frekuensi 1500 – 3500 Hz
 Gangguan paling serius ketulian
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
AUDIOGRAM NIHL
0
500 1000 2000 3000 4000 6000

-10

-20

-30

-40

-50

-60
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886

5 to 9 years 15 to 19 years 25 to 29 years 35 to 39 years


Jenis Pemeriksaan dan/atau Pengujian :
1. Pertama untuk mengidentifikasi potensi bahaya Lingkungan Kerja
di Tempat Kerja
meliputi:
 area kerja dengan pajanan Faktor Fisika, Faktor Kimia, Faktor
Biologi, Faktor Ergonomi, dan Faktor Psikologi;
 KUDR; dan

 Sarana dan fasilitas Sanitasi.

2. Berkala dilakukan secara eksternal paling sedikit 1 (satu) tahun


sekali atau sesuai dengan penilaian risiko atau ketentuan peraturan
perundang-undangan, meliputi sda.
3. Ulang dilakukan apabila hasil Pemeriksaan dan/atau Pengujian
sebelumnya baik secara internal maupun eksternal terdapat
keraguan.
4. Khusus dilakukan setelah kecelakaan kerja atau laporan dugaan
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886

tingkat pajanan di atas NAB


Dilakukan secara:
 internal untuk mengukur besaran pajanan sesuai dengan
risiko Lingkungan Kerja dan tidak menggugurkan
kewajiban Tempat Kerja untuk melakukan pengukuran
dengan pihak eksternal
dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja
( Ahli muda,ahli madya dan ahli utama Lingkungan Kerja

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886


eksternal :
1. Unit Pelaksana Teknis Pengawasan
Ketenagakerjaan (Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis K3 Lingkungan Kerja)
2. Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja beserta Unit Pelaksana Teknis Bidang K3
(Penguji K3)
3. Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yang
membidangi pelayanan Pengujian K3(Penguji
K3)
4. lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk oleh
Menteri (Ahli K3 Lingkungan Kerja)
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
Mekanisme

Laporan Riksa Uji SUKET Riksa Uji


memenuhi Berkala
Syarat K3:
YA
Pelaksana Riksa Uji:
Pengawas
Ketenagakerjaan Sp
≤ NAB
K3 LK pada UPT
UPT atau L1, u/ Perusahaan;
Wasnaker;
Wasnaker memenuhi L2, u/ UPT Wasnaker;
standar L3, u/ Ditjen PPK dan K3
Penguji K3 pada
Direktorat Bina K3
beserta UPT K3 dan
UPTD Bidang K3; SUKET Riksa Uji
TIDAK
TIDAK Ulang
AK3 Lingkungan Kerja Memenuhi dan/atau
pada PJK3 Riksa Uji Syarat K3: STIKER
LK
Perusahaan
ir. rahman dewanto /0812 0824 0886
yang meminta
Stiker

ir. rahman dewanto /0812 0824 0886

Anda mungkin juga menyukai