I. Latar Belakang
II. Dasar Hukum
III. Pengertian
IV. Ruang Lingkup dan Tujuan
V. Pengukuran dan Pengendalian Lingkungan Kerja
VI. Penerapan Higiene dan Sanitasi
VII.Personil K3
VIII.Pemeriksaan dan Pengujian
IX. Peninjauan Berkala
X. Pengawasan
XI. Sanksi
XII.Ketentuan Peralihan
XIII.Ketentuan Penutup
I. Latar belakang
◻ Internal
Iklim Kerja adalah hasil perpaduan antara suhu, NAB Iklim Kerja Indeks Suhu Basah
kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas
radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari Dan Bola (ISBB) Yang Diperkenankan
tubuh Tenaga Kerja sebagai akibat pekerjaannya
meliputi tekanan panas dan dingin.
Tekanan Dingin adalah pengeluaran panas akibat pajanan terus menerus terhadap dingin
yang mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menghasilkan panas sehingga mengakibatkan
hipotermia (suhu tubuh di bawah 36 derajat Celsius).
Standar Iklim Kerja Dingin (Cold Stress)
Pengendalian terhadap Iklim Kerja:
a. menghilangkan sumber panas atau sumber dingin dari Tempat Kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber panas atau
sumber dingin;
c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber panas atau sumber dingin;
d. menyediakan sistem ventilasi;
e. menyediakan air minum;
f. mengatur atau membatasi waktu pajanan terhadap sumber panas atau sumber
dingin;
g. penggunaan baju kerja yang sesuai;
h. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
i. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
KEBISINGAN (Ps.10)
1. Fan Noise
2. Jet Noise
3. Pipe Noise
4. Pump Noise
5. Furnace dan Burner Noise
6. Electrical Equipment Noise
7. Blower
8. Mesin dan Peralatan Kerja
Jenis-Jenis Kebisingan
3. Kebisingan Impulsive
- pukulan tukul, tembakan bedil atau meriam
- Fluktuasi SPL > 10 dB
Efek Pemaparan Kebisingan
◻ Gangguan Komunikasi
◻ Gangguan Kenyamanan
◻ Pergeseran Ambang Dengar Sementara atau
Temporary Thershold Shif (TTS), di tandai
oleh bunyi ringing pada akhir paparan.
◻ Noise Injured Hearing Loss (NIHL), terjadi
pada frekuensi 4000 Hz, lemudian dapat
menyebar pd frekuensi 1500 – 3500 Hz
◻ Gangguan paling serius ketulian
Pengendalian bahaya kebisingam dilakukan dengan melaksanakan program
pencegahan penurunan pendengaran antara lain:
a. menghilangkan sumber Kebisingan dari Tempat Kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang menimbulkan sumber
Kebisingan;
c. memasang pembatas, peredam suara, penutupan sebagian atau seluruh
alat;
d. mengatur atau membatasi pajanan Kebisingan atau pengaturan waktu
kerja;
e. menggunakan alat pelindung diri yang sesuai; dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
GETARAN (Ps.11)
- Pandangan kabur.
Efek jangka panjang :
- Kerusakan permanen pd tulang
persendian (osteoarthritis), kerusakan
tulang belakang permanen (disc prolaps),
bergesernya sendi yg menyebabkan rasa sakit
pd punggung bawah, dll.
-Efek pd sistim syaraf yg dapat menimbulkan
keluhan sakit kepala, gangguan tidur, lemah,
lelah, lesu.
-Gangguan fungsi reproduksi wanita
b. Vibrasi Setempat / Segmental (Hand Arm
Vibration)
- Umumnya terjadi pada tangan dan
lengan, biasanya merambat pada
tangan dan lengan dari peralatan.
- Frekuensi : 8 Hz – 1 KHz
- Mis : getaran pada pekerjaan yg
menggunakan mesin gergaji, bor atau
martil pneumatik.
HAND-ARM VIBRATION
Efek Pemaparan Getaran Tangan-Lengan
(Hand Arm Vibration)
Hari ke-21
Hari ke-5
ALAT PENGUKURAN RADIASI
MENGION
Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet) Nilai Ambang Batas Radiasi Ultra Ungu
Meliputi:
1. Bangunan Tempat Kerja
- halaman;
bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek; dan cukup luas untuk lalu lintas orang
dan barang
saluran air pembuangan pada halaman, maka saluran air harus tertutup dan
terbuat dari bahan yang cukup kuat serta air buangan harus mengalir dan
tidak boleh tergenang.
- gedung, meliputi dinding dan langit-langit, atap; dan lantai.
◻ gedung dalam kondisi:
terpelihara dan bersih;
kuat dan kokoh strukturnya; dan
cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling sedikit 2 (dua)
meter persegi per orang.
Dinding dan langit-langit harus:
◉ kering atau tidak lembab;
◉dicat dan/atau mudah dibersihkan;
◉dilakukan pengecatan ulang paling sedikit 5 (lima) tahun
sekali; dan
◉dibersihkan paling sedikit 1 (satu) kali setahun.
Lantai harus:
◻ terbuat dari bahan yang keras, tahan air, dan tahan dari
bahan kimia yang merusak;
◻ datar, tidak licin, dan mudah dibersihkan; dan
◻ dibersihkan secara teratur.
Atap harus:
- mampu memberikan perlindungan dari panas matahari dan hujan;
dan
- tidak bocor, tidak berlubang, dan tidak berjamur
Bangunan Bawah Tanah harus
◻ mempunyai struktur yang kuat;
◻ mempunyai sistem ventilasi udara;
◻ mempunyai sumber Pencahayaan;
◻ mempunyai saluran pembuangan air yang mengalir dengan baik; dan
◻ bersih dan terawat dengan baik.
◻ Dalam hal bangunan bawah tanah merupakan ruang terbatas, penerapan Higiene
dan Sanitasi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Fasilitas Kebersihan meliputi: Toilet harus:
◻ Toilet dan kelengkapannya; ◻ bersih dan tidak menimbulkan bau;
◻ loker dan ruang ganti pakaian; ◻ tidak ada lalat, nyamuk, atau serangga yang lainnya;
◻ tempat sampah; dan ◻ tersedia saluran pembuangan air yang mengalir
◻ peralatan Kebersihan.
dengan baik;
◻ tersedia air bersih;
◻ dilengkapi dengan pintu;
◻ memiliki penerangan yang cukup;
◻ memiliki sirkulasi udara yang baik;
◻ dibersihkan setiap hari secara periodik; dan
◻ dapat digunakan selama jam kerja.
Ratio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja
dalam satu waktu kerja
❑untuk 1-15 orang = 1 (satu) jamban;
◻ untuk 16-30 orang = 2 (dua) jamban;
◻ untuk 31-45 orang = 3 (tiga) jamban;
◻ Untuk 46 -60 orang = 4 (empat) jamban;
◻ untuk 61 - 80 orang = 5 (lima) jamban;
◻ untuk 81 -100 orang = 6 (enam) jamban; dan
◻ setiap penambahan 40 orang ditambahkan 1 (satu) jamban.
◻ Jika Toilet laki-laki menyediakan fasilitas peturasan, jumlah jamban
tidak boleh kurang dari 2/3 (dua pertiga) jumlah jamban yang
dipersyaratkan
Ratio kebutuhan jamban dengan jumlah Tenaga Kerja area
konstruksi atau Tempat Kerja sementara
◻ untuk 1-19 orang = 1 (satu) jamban;
◻ untuk 20 -199 orang = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap 40
(empat puluh) orang;
◻ untuk 200 orang atau lebih = 1 (satu) jamban dan 1 (satu) peturasan untuk setiap
50 (lima puluh) orang.
Ukuran Toilet
Ruang Toilet paling sedikit berukuran:
panjang 80 cm, lebar 155 cm, tinggi 220 cm lebar pintu 70 cm.
Ruang Toilet untuk penyandang disabilitas harus
memenuhi persyaratan:
Kewajiban Personil K3
◉ mematuhi peraturan perundang-undangan dan standar yang telah
ditetapkan;
◉ melaporkan pada atasan langsung mengenai kondisi pelaksanaan
pengukuran, pengendalian lingkungan kerja, dan penerapan Higiene
Sanitasi;
◉ bertanggungjawab atas hasil pelaksanaan pengukuran, pengendalian
lingkungan kerja, dan penerapan Higiene Sanitasi di Tempat Kerja;
◉ membantu Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3 Lingkungan Kerja
dalam melaksanakan pemeriksaaan dan Pengujian K3 Lingkungan
Kerja; dan
◉ melaksanakan kode etik profesi.
VIII. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN (Ps.58-68)
Pengawasan pelaksanaan
K3 Lingkungan Kerja dilaksanakan oleh
Pengawas Ketenagakerjaan
Spesialis K3 Lingkungan Kerja
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
XI. Sanksi (Ps. 71)