Anda di halaman 1dari 2

LITERASI DIGITAL

Rabu, 15 November 2023


2023

Kihajar Dewantara adalah Pahlawan Pendidikan

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889.


Berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta, ia lahir
dengan nama asli Raden Mas Soewardi Soeryaningrat.
Sebagai keturunanningrat, Soewardi kecil berkesempatan
menempuh pendidikan bersama anak-anak bangsa Eropa di
Hindia Belanda. Bagaimana ia kelak membuat marah penjajah
dan menjadi pahlawan pendidikan?

Ki Hajar Dewantara, Pahlawan Pendidikan Sekolah dan Mencari Ilmu


Ki Hajar Dewantara kecil sekolah di sekolah dasar untuk orang Eropa, Eurepeesche Lagere
School (ELS). Ia lalu melanjutkan pendidikan ke STOVIA, sekolah dokter bumiputera pada 1905.
Karena kerap sakit, ia tidak menamatkan sekolah tingginya. Sejumlah sumber lain mendapati
pemerintah Belanda-lah yang memutus beasiswa pendidikannya pada 1910. Kendati demikian, ia
gemar mencari ilmu di berbagai tempat, seperti dikutip dari Kumpulan Pahlawan Indonesia
Terlengkap oleh Minarwati.
Ki Hajar Dewantara belajar beragam hal baru dari menggeluti profesi sebagai wartawan. Salah
satu surat kabar yang pernah menjadi tempatnya berkarya yaitu Sedyotomo, Midden Java, De Express,
Oetoesan Hindia, Kaoem Muoeda, Tjahaja Timur, dan Poesara. Tulisannya dinilai sangat
komunikatif, tajam, dan patriotik, sehingga mampu membangkitkan semangat anti penjajahan.

Ia juga aktif di organisasi Budi Utomo untuk menggugah kesadaran masyarakat agar bersatu
mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Pada 25 Desember 1912, ia juga membentuk Indische Partij,
partai politik nasionalisme pertama bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo untuk
mewujudkankemerdekaan.
Membuat Marah Belanda
Peresmian Indische Partij ditolak pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jenderal
Idenburg karena dianggap dapat membangkitkan nasionalisme dan penentangan atas penjajahan. Ki
Hajar Dewantara dan tokoh Indische Partij lalu membuat Komite Bumiputra pada 1913.
Komite ini bertujuan untuk mengkritik pemerintah Belanda yang menggunakan uang dan sumber
daya wilayah jajahannya untuk mengadakan perayaan-perayaan. Salah satunya yaitu saat pemerintah
Belanda hendak merayakan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis.
Kritik tersebut dituangkan Ki Hajar Dewantara detik.com/tag/ki-hajar-dewantara dalam surat kabar
De Express milik Douwes Dekker, seperti dikutip dari Ensiklopedia Pahlawan Indonesia dari Masa
ke Masa oleh Tim Grasindo. Kutipan tulisan Ki Hajar Dewantara berjudul Als Ik Eens Nederlader
Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) itu yakni sebagai berikut:
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di
negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja
tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana
perayaan itu.” Kritik tersebut membuat marah pemerintah Belanda sehingga Ki Hajar Dewantara
LITERASI DIGITAL
Rabu, 15 November 2023
2023

diasingkan ke Pulau Bangka. Tulisan Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo yang diniatkan
untuk membantunya juga dianggap Belanda sebagai tulisan menghasut rakyat, sehingga keduanya
juga diasingkan. Douwes Dekker dibuang ke Kupang, sementara dr. Cipto Mangunkusumo ke Pulau
Banda. Suatu hari, mereka mengajukan usul pada Belanda agar bisa dibuang ke negeri Belanda agar
dapat belajar banyak hal, alih-alih di tempat terpencil tersebut. Akhirnya pada Agustus 1913,
permintaan mereka dikabulkan.
MendirikanTaman Siswa

Kesempatan diasingkan ke Belanda dimanfaatkan Ki Hajar Dewantara sebaik-baiknya untuk


mendalami masalah pendidikan dan pengajaran di sana, sampai memperoleh Europeeshe Akte, ijazah
pendidikan bergengsi di Belanda. Ia kembali ke tanah air pada 1918 dan fokus membangun
pendidikan sebagai bagian alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan bercorak nasional bersama teman-
temannya yang bernama Perguruan Nasional Taman siswa (Nationaal Onderwijs Instituut Taman
siswa). Perguruan ini menekankan pendidikan dengan rasa kebangsaan pada siswa. Para siswa
ditanamkan rasa mencintai bangsa dan tanah air untuk berjuang memperoleh kemerdekaan. Ia juga
tetap aktif menulis dengan teman pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya
yang mencapai ratusan buah tersebut menjadi dasar-dasar pendidikan nasional bangsa Indonesia.
Setelah kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara sempat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan
Kebudayaan yang pertama. Ia juga meraih gelar doktor Honoris Causa dari Universitas Gadjah Mada
pada 1957. Dua tahun kemudian, sang pahlawan pendidikan Indonesia wafat pada 28 April 1959 di
Yogyakarta, dan dimakamkan di sana.
Untuk kelas 7, 8 dan 9

1. Siapa nama lain dari Ki Hajar Dewantara ?


2. Mengapa Ki Hajar Dewantara menjadi tokoh sejarah ?
3. Sebutkan empat karakter yang patut dicontoh dari Ki Hajar Dewantara ?
4. Apa semboyan Ki Hajar Dewantara ?
5. Kapan Ki Hajar Dewantara lahir dan wafat ?

Koordinator : Yunita Rahmah, S.Pd


Kontributor : Urip Harini, S.Pd

Redaksi : Aditya Inggar Pranata, S.Pd

Anda mungkin juga menyukai