Anda di halaman 1dari 5

Materi Tes Seleksi PPPK 2023

Berikut materi tes Seleksi PPPK 2023.

1. Materi tes kompetensi teknis


Tes kompetensi teknis bertujuan untuk menilai penguasaan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap atau perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan
yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan.

Jumlah soal pada tes kompetensi teknis adalah 90 butir soal. Bobot nilai untuk jawaban
benar di tes kompetensi teknis kebutuhan khusus adalah paling rendah satu, paling
tinggi lima, dan soal tidak terjawab bernilai nol.

Sementara untuk tes kompetensi teknis kebutuhan umum, bobot nilai jawaban benar
adalah lima dan jawaban salah atau tidak terjawab bernilai nol.

Nilai kumulatif paling tinggi untuk tes kompetensi teknis adalah 450. Sementara untuk
nilai ambang batas tes kompetensi teknis beragam sesuai jabatan masing-masing yang
dapat dilihat di lampiran Keputusan KemenPAN-RB.

2. Materi tes kompetensi manajerial


Tes kompetensi manajerial bertujuan untuk menilai komitmen, kemampuan, dan
perilaku individu dalam berorganisasi yang dapat diamati dan diukur melalui kompetensi
sebagai berikut.

Integritas.
Kerja sama.
Komunikasi.
Orientasi pada hasil.
Pelayanan publik.
Pengembangan diri dan orang lain.
Mengelola perubahan.
Pengambilan keputusan.

Jumlah soal pada tes kompetensi manajerial adalah 25 butir soal. Bobot nilai untuk
jawaban benar di tes kompetensi manajerial adalah paling rendah satu, paling tinggi
empat, dan soal tidak terjawab bernilai nol.

Nilai kumulatif paling tinggi untuk tes kompetensi manajerial dan sosial kultural adalah
180. Sementara untuk nilai ambang batas tes kompetensi manajerial dan sosial kultural
adalah 117.

3. Materi tes kompetensi sosial kultural


Tes kompetensi sosial kultural bertujuan untuk menilai pengetahuan dan sikap terkait
pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk.

Dalam hal ini keberagaman agama, suku, budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai-nilai, moral, emosi, dan prinsip yang harus dipenuhi setiap pemegang
jabatan.

Tujuannya agar memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi, dan jabatan
dalam peran pemangku jabatan sebagai perekat bangsa yang memiliki kepekaan
terhadap keberagaman, kemampuan berhubungan sosial, kepekaan terhadap
pentingnya kesatuan, dan empati.

Jumlah soal pada tes kompetensi sosial kultural adalah 20 butir soal. Bobot nilai untuk
jawaban benar di tes kompetensi sosial kultural adalah paling rendah satu, paling tinggi
empat, dan soal tidak terjawab bernilai nol.

Nilai kumulatif paling tinggi untuk tes kompetensi manajerial dan sosial kultural adalah
180. Sementara untuk nilai ambang batas tes kompetensi manajerial dan sosial kultural
adalah 117.

4. Materi wawancara
Wawancara bertujuan untuk menggali informasi non-kognitif dalam rangka menilai
integritas dan moralitas yang meliputi aspek kejujuran, komitmen, keadilan, etika, dan
kepatuhan.

Jumlah soal pada wawancara adalah 10 butir soal. Bobot nilai untuk jawaban benar di
wawancara adalah paling rendah satu, paling tinggi empat, dan soal tidak terjawab
bernilai nol.

Nilai kumulatif paling tinggi untuk wawancara adalah 40. Sementara untuk nilai ambang
batas wawancara adalah 24.

Perlu diketahui, pelamar Seleksi PPPK 2023 untuk kebutuhan khusus dinyatakan lulus
jika berperingkat terbaik pada lowongan kebutuhan jabatan yang dilamar.

Sedangkan pelamar Seleksi PPPK 2023 untuk kebutuhan umum dinyatakan lulus jika
memenuhi nilai ambang batas dan berperingkat terbaik pada lowongan kebutuhan
jabatan yang dilamar.

Itulah penjelasan mengenai materi tes Seleksi PPPK 2023. Semoga bermanfaat.

Pada umumnya penilaian memiliki prinsip sebagai berikut.

 Keeping track, yaitu harus mampu menelusuri dan melacak kemajuan siswa
sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah ditetapkan.
 Checking up, yaitu harus mampu mengecek ketercapaian kemampuan peserta
didik dalam proses pembelajaran.
 Finding out, yaitu penilaian harus mampu mencari dan menemukan serta
mendeteksi kesalahan – kesalahan yang menyebabkan terjadi kelemahan dalam
proses pembelajaran.
 Summing up, yaitu penilaian harus mampu menyimpulkan apakah peserta didik
telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum (Santoso dalam Basuki
& Hariyanto, 2015).

Prinsip penilaian pendidikan di Indonesia dijelaskan dalam Peraturan Menteri


Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan.
Prinsip tersebut dijelaskan sebagai berikut.

1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan


yang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan perlu disusun melalui
prosedur sebagaimana dijelaskan dalam panduan agar memiliki bukti kesahihan
dan keandalan.
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas
tanpa dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Oleh karena itu, dalam rangka
meningkatkan objektivitas penilaian, pendidik menggunakan rubrik atau
pedoman dalam memberikan penilaian terhadap jawaban peserta didik atas
butir soal uraian dan tes praktik atau kinerja.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya,
adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Faktor-faktor tersebut tidak
relevan di dalam penilaian sehingga perlu dihindari agar tidak berpengaruh
terhadap hasil penilaian.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen
kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar
untuk memperbaiki proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh peserta
didik. Jika hasil penilaian menunjukkan banyak peserta didik yang gagal,
sementara instrumen yang digunakan sudah memenuhi persyaratan secara
kualitatif, berarti proses pembelajaran kurang baik. Dalam hal demikian,
pendidik harus memperbaiki rencana dan pelaksanaan pembelajarannya.
5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu,
pendidik menginformasikan prosedur dan kriteria penilaian kepada peserta
didik. Selain itu, pihak yang berkepentingan dapat mengakses prosedur dan
kriteria penilaian serta dasar penilaian yang digunakan.
6. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu, penilaian
bukan semata-mata untuk menilai prestasi peserta didik melainkan harus
mencakup semua aspek hasil belajar untuk tujuan pembimbingan dan
pembinaan.
7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku. Oleh karena itu, penilaian dirancang dan
dilakukan dengan mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan.
Dalam penilaian kelas, misalnya, guru mata pelajaran matematika menyiapkan
rencana penilaian bersamaan dengan menyusun silabus dan RPP.
8. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan. Oleh karena itu, instrumen penilaian disusun
dengan merujuk pada kompetensi (KI L, KI, dan KD). Selain itu, pengambilan
keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian yang telah ditetapkan
9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan dengan
mengikuti prinsip-prinsip keilmuan dalam penilaian dan keputusan yang diambil
memiliki dasar yang objektif.

Perubahan kurikulum pendidikan di Indonesia berpengaruh pada perkembangan prinsip


penilaian pendidikan. Oleh karena itu prinsip penilaian dijelaskan lebih lanjut dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2013 tentang standar penilaian pendidikan.

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor
subjektivitas penilai.
2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu
dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun ekternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Selain itu, prinsip penilaian tersebut juga didukung dengan pendekatan penilaian yaitu
dengan menggunakan penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian
pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM
merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan
dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya
dukung, dan karakteristik peserta didik.

Model pembelajaran portofolio merupakan suatu proses pembelajaran dalam


mempelajari suatu materi tertentu dari awal sampai akhir, dan hasil pekerjaan siswa
tersebut dikumpulkan atau didokumentasikan kemudian disimpan menjadi satu.

Model pembelajaran saintifik atau scientific approach adalah suatu model


pembelajaran yang dirancang untuk siswa agar dapat menerapkan langkah-langkah
ilmiah, seperti mengobservasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan data, menganalisis, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikannya
dalam memecahkan suatu permasalahan.

Model pembelajaran penyingkapan/penemuan (Discovery/Inquiry Learning)


adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya
sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.

Pembelajaran otentik (authentic learning) adalah sebuah


pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik menggali, mendiskusikan,
dan membangun secara bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan, yang
melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan peserta didik.

Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan


antara materi yang diajarkanya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari.

Model-Model Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka memberikan keleluasan kepada pendidik untuk merancang


pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik dan kondisi lingkungan belajar.
Pembelajaran yang diharapkan sesuai dengan hasil diagnostik yang dilakukan di awal
pembelajaran. Ada banyak model pembelajaran dikenal dalam dunia pendidikan. Buku
ini membahas model-model pembelajaran yang paling banyak diterapkan dalam kelas
dan cocok untuk digunakan dalam menerapkan Kurikulum Merdeka. Model-model
pembelajaran tersebut antara lain:
 Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
 Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry Based Learning)
 Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
 Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning).

Pengenalan dan pemahaman akan konsep dasar dari masing-masing model


pembelajaran akan menentukan pemilihan model pembelajaran yang tepat.

Audience adalah peserta didik

Behavior merupakan tingkah laku atau perilaku atau aktivitas suatu proses

Condition: persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat
tercapai.

Degree juga merupakan tingkat penampilan yang dapat diterima oleh siswa setelah
melalui rangkaian sajian proses pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai