Anda di halaman 1dari 3

PERSPEKTIF

dr. handito joewono

SNORR’KLING
ON
TECHNOLOGY
Pada awal tahun 2017 ini saya mendapat pengalaman-
pengalaman praktis terkait teknologi khususnya dalam
pembuatan produk yang lebih tipis. Diawali dengan peninjauan
ke pabrik baja yang mampu membuat lembaran besar dan
panjang dengan ketebalan puluhan sentimeter sampai hanya 2
milimeter, sementara kompetitornya yang relatif berskala lebih
besar ‘baru’ mampu membuat yang berketebalan paling tipis di
atas 5 mm. Tentu saja dibutuhkan teknologi termasuk mesin
dan kelengkapannya yang lebih presisi sehingga lembaran baja
berukuran besar bisa dibuat dengan relatif sangat tipis.

4 januari 2017
B
eberapa hari kemudian di Pada era bisnis Meskipun terinspirasi oleh
toko kacamata langganan, masa sekarang “snorkeling”, tetapi saya tidak

dibutuhkan pilihan
saya diyakinkan oleh sales bermaksud menulis tentang
consultant di sana bahwa lensa wisata yang menyenangkan
kacamata yang dipertipis dibuat produk yang tersebut. Karenanya, judul tulisan di
dari bahan yang sama dengan yang
lebih tebal tapi ditambahkan bahan
mensyaratkan atas ‘diplesetin’ menjadi “snorr’kling”
yang terdiri atas dua suku kata “snorr”
tambahan tertentu agar tidak ‘getas’ perlunya dan “kling”. Kata “snorr” berkesan
sehingga bisa lebih tahan lama, dan
penguasaan ‘internasional’ dari bahasa Inggris

teknologi
itulah “teknologi” dalam pembuatan atau Jerman, sementara “kling” lebih
lensa kaca mata. Untuk merek yang bernuansa lokal.
sama dengan ukuran lebih tipis bisa dalam rangka
dijual dengan harga jauh lebih mahal.
meningkatkan Di area perbatasan laut dalam dan
perairan dangkal tempat pemandu
Ternyata ‘cerita’ teknologi daya saing. snorkeling melabuhkan kapal, kita
“menipiskan” tidak hanya berlaku
untuk baja dan lensa kacamata, tetapi
Tidak bisa lagi bisa bergerak ke area indah yang
berkedalaman hanya beberapa
juga di tukang martabak di kompleks perusahaan ‘hanya’ ratus sentimeter tetapi sekaligus
rumah yang memberi harga martabak mengandalkan juga memberi kesempatan kita bisa
tipis lebih mahal dari martabak normal
karena ‘teknologi’ proses bikinnya teknologi yang bergerak ke area laut berkedalaman
puluhan dan bahkan ratusan meter
lebih rumit. dikembangkan oleh yang “hitam kelam” dan relatif sepi.

Aplikasi teknologi pada baja dan


pihak lain apalagi Sesekali terlihat ada ikan besar atau
kura-kura besar di laut dalam.
lensa kacamata dan ‘teknologi proses’ sekadar ‘mengekor’
martabak telah berhasil menaikkan
harga jual dan tentunya memberikan
kompetitor. Meskipun laut dalam dan perairan
dangkal punya makhluk hidup yang
keuntungan relatif lebih besar, padahal berbeda, tetapi keduanya merupakan
bahan baku yang digunakan jumlahnya Di antara Dua Pilihan satu habitat yang sama, setidaknya
berkurang. Teknologi terbukti efektif Judul tulisan di atas tentu terhubung menjadi satu kesatuan
untuk memberi nilai tambah dan terpengaruh oleh kegiatan menikmati karena air lautnya sama. Tidak ada
tentunya meningkatkan daya saing. keindahan laut “snorkeling”, apalagi batas yang membedakan keduanya.
tercipta sembari mengapung di Bisa jadi hanya ‘perasaan’ dan tujuan
Tentu saja ketersediaan pilihan permukaan laut berkedalaman ratusan yang hendak dicapai saja yang
teknologi lebih tinggi tidaklah meter setelah berhari-hari ber- membuat kita atau para ikan di laut
selalu menjadi pilihan produsen snorkeling di perairan Bunaken dan memilih salah satu dari perairan
atau konsumen. Tukang martabak Ternate pada akhir tahun sampai awal dangkal atau laut dalam.
menyediakan pilihan beragam ukuran tahun baru lalu. Pemandu snorkeling
ketipisan martabak dengan harga biasanya melabuhkan perahu atau Pada pengelolaan pasar,
berbeda-beda, demikian juga toko kapal di area perbatasan perairan ‘Snorr’Kling’ bisa dimaknakan sebagai
kacamata. Pada pabrik baja, pilihan dangkal dan laut dalam. Tentu saja segmen pasar yang musti kita pilih
tetap disediakan untuk ketebalan menikmati perairan dan dasar laut kalau kita ingin pemasaran berjalan
yang berbeda-beda, meskipun dengan snorkeling dilakukan di efektif dan efisien. Dalam pemilihan
kemampuan dan kualitas masing- perairan dangkal, kalau scuba diving pengembangan teknologi, kita bisa
masing pabrik tentunya berbeda. menyelamnya di laut dalam. memaknai ‘Snorr’Kling’ sebagai pilihan

januari 2017 5
untuk mengembangkan teknologi
yang canggih atau yang lebih
sederhana.

Snorr Technology berupa


kebijakan pengembangan teknologi
dengan ‘membeli’ dari pengembang
mancanegara kelihatan lebih keren,
apalagi sudah dikembangkan lebih Bahkan pada banyak kasus Tentu saja kita tidak
matang di negara asalnya, meskipun berkaitan dengan penerapan hanya perlu ‘ikut arus’ dan
bisa jadi akan membebani perusahaan disruptive technology yang telah mengembangkan teknologi digital.
di jangka panjang saat meng-up- memporakporandakan aturan main Kita wajib mengembangkan dan
grade ke versi lebih baru. Pada dalam kompetisi seperti sekarang mengimplementasi teknologi
pemilihan kebijakan Kling Technology terjadi di dunia retail dan jasa lainnya, penyediaan bahan baku, proses
yang berorientasi optimasi boleh dikatakan perusahaan tidak lagi produksi, kemasan dan penyimpanan
sumberdaya mandiri relatif lebih ‘melayani konsumen’ tetapi ‘mengatur yang efektif untuk meningkatkan daya
‘lentur’ dalam pengembangan bisnis konsumen’. Pada situasi seperti ini, saing dan tidak lekang oleh waktu.
di masa mendatang. “teknologi” sudah menggantikan Kesemuanya merupakan pilihan-
“customer insight”. pilihan yang perlu dipertimbangkan
Neo Competition Strategy untuk membangun daya saing
Setelah belasan tahun lalu Tentu saja pengembangan dan berkelanjutan dan dinikmati. Hanya
mengenalkan “7n1 Competition aplikasi teknologi tidak hanya berupa saja pilihan-pilihan tersebut bukanlah
Strategy”, pada awal tahun 2017 “teknologi digital”, yang kini juga ‘bener-bener pilihan’ yang bisa
ini saya melakukan koreksi konsep semakin ‘biasa’ dan semakin menjadi dipilih atau tidak dipilih, seperti
strategi tersebut menjadi “Neo 7n1 general enabler pada banyak industri. yang saya alami sambil mengapung
Competition Strategy”, yang salah Para start-up business yang terlalu di atas permukaan air laut, yang
satu perubahan fundamentalnya memfokuskan pada teknologi digital membolehkan saya ber-snorkeling
adalah menggantikan Customer semakin banyak yang ‘kelimpungan’ atau melamun. Pilihan lain adalah tidak
Insight Strategy dengan Technology tidak mampu tampil dalam kompetisi. melanjutkan ‘kompetisi’ dengan naik
Development Strategy. Bukannya Dengan kesadaran ingin meningkatkan ke atas kapal dan ‘pulang kampung’.
tidak menganggap penting peranan daya saing para perusahaan start
pemahaman mendalam atas up berbasis teknologi, saya ikut
konsumen yang dilakukan melalui mendirikan Asosiasi Tech Start-
Customer Insight Strategy, tetapi Up Indonesia, yang diharapkan
hal tersebut sudah menjadi ‘enabler’ bisa berkontribusi tidak hanya
yang wajib dan terintegrasi dengan untuk membesarkan para start-up
pelaksanaan bisnis masa kini. Tanpa business tetapi juga membangun
customer insight tidak mungkin ekosistem industri berbasis teknologi
lagi kita bisa berkompetisi dengan di Indonesia. Kita tidak bisa lagi
para pesaing, tetapi sekaligus juga menghindar dari technology trap,
customer insight tidak lagi cukup yang di bisnis akan menjadikan kita Dr. HANDITO JOEWONO
untuk menjadikan kita menang berada pada posisi ‘harus maju’ bila Chief Strategy Consultant ARRBEY
bersaing. tidak ingin tertinggal. handito.joewono@gmail.com
handito@arrbey.com
www.arrbey.com

6 januari 2017

Anda mungkin juga menyukai