Telah di setujui oleh Ketua Program Studi Teknik Mesin,untuk di jadikan sbagai
laporan kunjungan industi di PT PAL yang pelaksanaannya pada tanggal
12,Desember 2012.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan inayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
ini.Tak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada dosen yang mendampingi kami
dalam rangka melakukan kunjungan industri.
Yuniarto
ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... ii
BAB.1 ......................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 4
BAB 2 ......................................................................................................................................... 7
2.1 SEJARAH PT PAL .............................................................................................................. 7
2.1.1.PRODUK KAPAL NIAGA............................................................................................. 8
2.1.2.PRODUK KAPAL CEPAT KAPAL KHUSUS ................................................................... 9
2.1.3 Produksi Kapal Angkatan Laut.................................................................................. 9
2.1.4.Kapal Dagang ......................................................................................................... 10
2.1.5.PRODUK JASA HARKAN .......................................................................................... 11
2.2.1.PERMASALAHAN .................................................................................................... 12
2.2.2.GAMBARAN UMUM FUNGSI PENGELASAN PADA LAMBUNG KAPAL.................... 13
BAB III ...................................................................................................................................... 16
ISI............................................................................................................................................. 16
3.1. PROSEDUR PENGELASAN ............................................................................................. 16
3.1.1. LANGKAH- LANGKAH DAN PROSEDUR PENGELASAN ( WPS ) : ............................ 17
3.1.2.FAKTOR UTAMA YANG DI PERHITUNKAN DALAM PROSEDUR .............................. 17
PENGELASAN (WPS) : ...................................................................................................... 17
3.1.3. LANGKAH LANHKAH DAN MENGKUALIFIKASI PROSEDUR .................................... 18
PENGELASN (WPS) .......................................................................................................... 18
3.1.4 CACAT-CACAT PADA PENGELASAN. ...................................................................... 18
3.2 PERENCANAAN DAN PENGGUNAAN LAS DALAM KONTRUKSI ................................. 35
3.2.1. KLASIFIKASI BERDASARKAN JENIS SAMBUNGAN DAN ALUR ................................ 35
BAB IV...................................................................................................................................... 39
PENUTUP ................................................................................................................................. 39
4.1 KESIMPULAN ................................................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………….40
iii
BAB.1
4
Tapi setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang
lama, maka sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan
konstruksi-konsturksi las merupakan hal yang umum di semua negara di
dunia.
Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membantu
memperluas ruang lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar
ukuran bangunan konstruksi yang dapat dilas. Dengan kemajuan yang dicapai
sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting dalam masyarakat
industri modern.
Adapun Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi
meliputi :
- Perpipaan, konstruksi baja, bejana tekan, pipa pejal, lempengan logam
dan sejenisnya
Selain untuk pembuatan, proses pengelasan dapat juga dipergunakan
untuk merepair/menyempurnakan, misalnya untuk mengisi lubang-lubang
pada proses pengecoran. A dapun fungsi lainnya yaitu membuat lapisan las
pada perkakas mem-pertebal bagian-bagian yang sudah aus, dan macam -
macam reparasi lainnya.
5
1.3 PELAKSANAAN
Pelaksanaan KKL (Kunjungan Kerja Lapangan) di laksanakan pada
tanggal 12 Desember 2012 kemaren, pelaksanaan yang di mulai dari jam
08.00 WIB sampai dengan selesai sekitar jam 12.Acara pertama dimulai
dengan sesi diskusi pemaparan materi yang berisi tentang sejarah dan kegiatan
kegiatan yang ada di PT PAL dan di lanjutkan dengan Tanya jawab.
1.4 PESERTA
6
BAB 2
7
Lokasi Perusahaan di Ujung, Surabaya, dengan kegiatan utama
memproduksi kapal perang dan kapal niaga, memberikan jasa perbaikan dan
pemeliharaan kapal, serta rekayasa umum dengan spesifikasi tertentu
berdasarkan pesanan.
8
50.000 DWT, kapal container sampai dengan 1.600 TEUS, kapal tanker
sampai dengan 30,000 DWT, kapal penumpang sampai dengan 500 PAX.
Sementara itu produk yang telah dikembangkan antara lain kapal container
sampai dengan 2.600 TEUS, kapal Chemical Tanker sampai dengan 30,000
DWT, kapal LPG Carrier sampai dengan 5.500 DWT
9
Kapal Patroli Cepat 57 meter NAV
Kapal Cepat Rudal 60 meter[1][2]
Kapal Patroli Cepat 15 Meter
PAL Landing Platform Dock 125m
PAL Motor Yacht 28 meter
2.1.4.Kapal Dagang
10
Selain itu, menangani jasa perawatan dan perbaikan kapal serta
proyek non-kapal (komponen pembangkit dan industri migas).
.
Selain itu jasa yang disediakan adalah annual/ special survey dan
overhaul bagi kapal niaga dan kapal perang, pemeliharaan dan perbaikan
elektronika dan senjata serta overhaul kapal selam. Peluang pasar untuk
kategori pelayanan jasa seperti ini berasal dari TNI - AL, swasta,
pemerintah serta kapal-kapal yang singgah dan berlabuh di Surabaya,
dengan jumlah yang mencapai 6.800 kapal per tahun
11
2.1.6.REKAYASA UMUM
2.2.1.PERMASALAHAN
12
merupakan langkah awal atau preventif yang harus dilakukan agar terhindar
dari pengkaratan dan kerusakan lebih lanjut. Pengkaratan ini dapat timbul
selama proses produksi lambung kapal, yang mengalami berbagai macam
perlakuan antara lain pemotongan, pembengkokan dan pengelasan.
13
posisinya, dan harus diperhatikan cara menggerakkan elektroda sehingga tidak
menimbulkan cacat las seperti takik las, lubang halus dan penembusan yang
tidak sempurna dimana hal-hal ini biasa terjadi pada proses pengerjaan
pembuatan kapal di PT.Industri Kapal Indonesia sehingga terjadi pengerjaan
ulang (rework) dan akibatnya akan menambah biaya (cost) pembangunan
suatu kapal baru. Kualitas sambungan las sangat tergantung pada ketrampilan
juru las yang melakukan, jadi Biro Klasifikasi sekarang ini biasanya meminta
persyaratan atau kualifikasi tertentu untuk juru las yang akan melaksanakan
pengerjaan las untuk kapal. Olehkarena itu mengetahui faktor-faktor yang
berperan dalam pengelasan untuk penciptaan kualitas produk menjadi penting
14
diterima oleh Badan Klasifikasi dan pemilik kapal. Teknologi Las Kapal
merupakan metode penyambungan baja pada kapal dengan mengikuti
standar yang berlaku untuk pembangunan kapal.
Plat baja
Tipikal produk baja adalah plat baja. Plat baja diklasifikasikan
berdasarkan pemakaiannya oleh Standar Industri Jepang (JIS). Juga
diklasifikasikan sesuai dengan ketebalannya menjadi plat tebal (25 mm atau
lebih), plat (3 mm sampai dengan kurang dari 25 mm) dan plat tipis (kurang
dari 3 mm).
15
BAB III
ISI
1. Essential Variable.
Suatu variabel yang bila diubah akan berpengaruh pada mechanical
properties hasil pengelasan.
2. Supplement Essential Variable.
Suatu variabel yang bila diubah akan berpengaruh pada Nilai Impact hasil
pengelasan.
16
3. Non Essential Variable.
Suatu variabel bila diubah tidak akan mempengaruhi nilai impact dan
mechanical properties hasil pengelasan.
17
d. Design sambungan dan beban.
e. Mechanical properties yang diinginkan.
f. Lingkungan verja (enviroment work) pada equipment tersebut.
g. Kemampuan welter.
h. Safety.
18
Cacat las/defect weld adalah suatu keadaan yang mengakibatkan
turunnya kualitas dari hasil lasan. Kualitas hasil las-an yang dimaksud adalah
berupa turunnya kekuatan dibandingkan kekuatan bahan dasar base metal atau
tidak baiknya performa/tampilan dari suatu hasil las. atau dapat juga berupa
terlalu tingginya kekuatan hasil las-an sehingga tidak sesuai dengan tuntutan
kekuatan suatu konstruksi.
Terjadinya cacat las ini akan mengakibatkan banyak hal yang tidak
diinginkan dan mengarah pada turunnya tingkat keselamatan kerja, baik
keselamatan alat, pekerja/user/operator, lingkungan dan
perusahaan/industri/instansi. Di samping itu juga secara ekonomi akan
mengakibatkan melonjaknya biaya produksi dan pada gilirannya
industri/perusahaan/instansi tersebut mengalami kerugian atau penurunan
laba.
Rounded indication atau cacat bulat adalah merupakan cacat las yang
diperbolehkan apabila dimensi / ukuran panjang kumpulan cacat masih berada
pada cacat maksimum sesuai kriteria penerimaan yang dipakai, misal : liang-
liang renik (porosity)
19
Linear indication atau cacat memanjang adalah cacat yang tidak
diperbolehkan sama sekali (retak, penembusan kurang, peleburan kurang).
), penyebab cacat lasan dapat dibagi menjadi beberapa faktor antara lain :
1. Kurang mendukungnya lokasi pengerjaan
2. Kesalahan operator
3. Kesalahan teknik pengelasan
4. Kesalahan material
20
Berikut adalah macam-macam cacat las :
Undercut
Oleh karena itu setiap proses pengelasan harus diikuti rangkaian pemeriksaan
seperti :
1. Penetrant Test
Suatu metode NDT yang cepat dan handal untuk mendeteksi cacat pada
permukaan yang terbuka dari suatu hasil pengelasan yang terbuat dari material
yang nonporous dan yang mempunyai cacat yang terlalu kecil untuk dapat
dideteksi dengan pemeriksaan visual yang biasa.
21
Langkah – langkah melakukan uji penetran yaitu :
1. Daerah yang di las hingga Heat Effectif Zone dibersihkan terlebih
dahulu menggunakan sikat kawat.
2 . Setelahnya dibersihkan menggunakan cairan cleaner
Cairan penetran dilapiskan didaerah tersebut dan didiamkan selama 10
– 15 menit. Hal ini bertujuan agar cairan penetran menempel di
tempat-tempat terjadinya cacat las.
3. Cairan penetran dihilangkan dari dari daerah tersebut.
4. Kemudian absorber disemprotkan ke daerah yang telah dibersihkan
tadi
5. Apabila terlihat cairan merah artinya ada cacat las seperti porositas
dan undercutting didaerah tersebut
6. Untuk menghilangkan hal ini dilakukan penggerindaan jika
porositasnya tipis. Namun apabila porositas yang terjadi dalam, harus
dilakukan pengelasan ulang.
Dalam pengaplikasian NDT jenis ini, yang paling penting bagi seorang
Inspector adalah kejelian dalam membedakan indikasi antara murni
cacat las dan indikasi palsu. Hal ini karena proses pembersihan pra
pelaksanaan test sangat vital bagi test penetran, apabila pembersihan tidak
sempurna akan muncul indikasi palsu. Gambar C di bawah merupakan
indikasi tipuan cacat las.
22
Gambar c. Contoh Indikasi Palsu pada Penetran Test
2. Ultrasonic Test
Inspeksi Ultrasonik merupakan suatu metode NDT yang sangat
sensitif untuk menginspeksi hasil pengelasan yang terbuat dari metal,
non metal, dan non magnetik. Dengan metoda ultrasonik ini, dapat
diketahui estimasi letak dan ukuran cacat yang kecil walaupun hanya
satu sisi permukaan hasil pengelasan yang dapat diakses serta mampu
mendeteksi cacat internal, cacat di permukaan, dan menentukan
karaktersitik perekatan (bond characteristic), juga untuk mengukur
ketebalan dan lebar korosi. Kesusksesan dari inspeksi ultrasonik
sangat tergantung pada kondisi permukaan subjek, ukuran butir dan
arah butir, dan impedansi magnetik.
Prosedur pelaksanaan ultrasonic test :
a. Melakukan penggerindaan pada daerah yang akan diuji
b. Persiapan peralatan, melakukan pengaturan pada alat ultrasonic
c. Membasahi bagian las-lasan yang akan diamati dengan ultra gel.
d. Mengarahkan bagian prop dari alat ultasonic ke sasaran yang
akan diamati.
e. Mengamati tampilan pada layar apakah terdapat gelombang yang
terindikasi sebagai cacat las.
23
f. Menandai dengan steel marker apabila terdapat cacat las.
3. Radiographic Test
Inspeksi Radiographic merupakan suatu metode NDT yang
sangat sensitif untuk menginspeksi hasil pengelasan. Metoda
Radiographic ini dapat untuk menemukan cacat pada material dengan
menggunakan sinar X dan sinar gamma. Prinsipnya, sinar X
dipancarkan menembus material yang diperiksa. Saat menembus
objek, sebagian sinar akan diserap sehingga intensitasnya berkurang.
Intensitas akhir kemudaian direkam pada film yang sensitif. Jika ada
cacat pada material maka intensitas yang terekam pada film tentu akan
bervariasi. Hasil rekaman pada film ini lah yang akan memeprlihatkan
bagian material yang mengalami cacat.
4. Vacuum Test
Vacuum test merupakan salah satu cara untuk menguji hasil
pengelasan. Dengan vacuum test ini dapat diketahui ada tidak
tidaknya kebocoran pada hasil pengelasan. Vacuum test dilakukan
pada hasil pengelasan yang hanya satu sisi pengelasan yang dapat
dilihat dan umumnya digunakan sebagai tempat yang berfungsi
sebagai fluida strorage tank.
24
Gambar 5 d. Permukaan Las Dilumuri Air Sabun
c. Permukaan las yang sudah dilumuri sabun ditutup dengan
menggunakan Inspeksion Box.
d. Mesin vacuum dihidupkan dengan tekanan berkisar antara 262
– 400 m Hg.
25
5. Leak Test
Leak test merupakan salah satu jenis pengujian las yang digunakan untuk
mengetahui ada tidak nya kebocoran pada hasil lasan. Pengujian jenis ini
hanya bisa dilakukan untuk bidang lasan yang kedua sisi nya dapat
diamati.
1. Retak panas adalah retak yang terjadi pada suhu diatas 500oC. Retak
panas dibagi menjadi dua kelas yaitu :
2. Retak karena pembebasan tegangan pada daerah pengaruh panas yang
terjadi pada suhu 500oC - 700oC
3. Retak yang terjadi pada suhu diatas 900oC yang terjadi pada peristiwa
pembekuan logam las. Retak panas sering teriadi pada logam las
karena pembekuan, biasanya berbentuk kawah dan retak memanjang.
Retak panas ini terjadi karena pembebasan tegangan pada daerah kaki
didalam daerah pengaruh panas.
26
Retak ini biasanya terjadi pada waktu logam mendingin setelah
pembekuan dan terjadi karena adanya tegangan yang timbul, yang
disebabkan oleh penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun
pada suhu dibawah suhu pembekuan.
Retak dingin adalah retak yang terjadi pada daerah las pada
suhu kurang lebih 300oC. Retak dingin didaerah HAZ biasanya terjadi
antara beberapa menit sampai 48 jam sesudah pengelasan. Retak
dingin ini disebabkan oleh :.
1. Struktur daerah pangaruh Panas.
2. Tegangan.
3. Hidrogen difusi didaerah las.
Voids (porositas)
Porositas merupakan cacat las berupa lubang-lubang halus atau
pori-pori yang biasanya terbentuk di dalam logam las akibat
terperangkapnya gas yang terjadi ketika proses pengelasan. Disamping
itu, porositas dapat pula terbentuk akibat kekurangan logam cair
27
karena penyusutan ketika logam membeku. Porositas seperti itu
disebut: shrinkage porosity.
Inklusi
Cacat ini disebabkan oleh pengotor (inklusi) baik berupa
produk karena reaksi gas atau berupa unsur-unsur dari luar, seperti:
terak, oksida, logam wolfram atau lainnya. Cacat ini biasanya terjadi
pada daerah bagian logam las (weld metal).
2. Kurangnya Penetrasi
Cacat jenis ini terjadi bila logam las tidak menembus mencapai
sampai ke dasar dari sambungan.
28
Bentuk Yang Tidak Sempurna
Jenis cacat ini memberikan geometri sambungan las yang tidak
baik (tidak sempurna) seperti: undercut, underfill, overlap, excessive
reinforcement dan lain-lain. Morfologi geometri dari cacat ini biasanya
bervariasi. Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau konstruksi
yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang kekuatan
konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan.
29
- Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik.
- Busur las yang terlalu panjang.
Keropos
Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam
pengelasan. Keropos ini bila didiamkan, lama kelamaan akan menebar yang di
ikuti dengan perkaratan atau korosi pada konstruksi sehingga kontruksi
menjadi rapuh karena korosi tadi.
Cacat ini memang kelihatannya sepele akan tetapi dampak yang ditimbulkan
oleh cacat ini cukup membahayakan juga. Penyebab keropos ini yakni :
- Busur pendek.
- Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
- Kurang waktu pengisian.
- Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja.
- Kesalahan memilih jenis elektroda.
30
1.Penanggulangan Retak Las
Dalam menghindari terjadinya retakan las pada daerah panas, atau usaha
penaggulanganya supaya tidak terjadi retak pada las antara lain :
- Mendinginkan perlahan-lahan setelah dilas.
- Menggunakan elektroda yang betul, dalam hal ini sedapat mungkin
menggunakan elektroda dengan fluk yang mempunyai kadar hydrogen
rendah.
- Sebelum mengelas, pada daerah sekitar kampuh harus dibersihkan dari
air, karat, debu, minyak dan zat organik yang dapat menjadi sunrber
hidrogen.
- Mengadakan pemanasan pendahuluan sebelum memulai pengelasan,
dengan cara ini retak las dapat terhindarkan
- Membebaskan kampuh dari kekakuan.
31
- Mengurangi kecepatan mengelas.
- Menyetel arus yang tepat.
- Mempertahankan panjang busur nyala yang tepat.
- Menggunakan ukuran elektroda yang benar.
- Menyetel posisi elektroda, sehingga gaya busur nyala akan menahan
cairan pengelasan.
- Mengupayakan ayunan elektroda dengan teratur.
32
banyak dan dengan sendirinya perubahan bentuk juga dapat dikurangi.
Pengurangan bahan las dapat dilakukan dengan mengurangi panjang las,
memilih bentuk kampuh yang sesuai, memotongplat yang akan dilas dan
merakitnya dengan teliti.
7. Menentukan urutan pengeiasan yang tepat.
Perubahan bentuk pada umumnya dapat dihindari dengan ururan
pengelasan yang sesuai. Dalam menghindari perubahan bentuk dapat
dilakukan dengan mengelas dengan meloncatloncat. Bila perubahan
bentuk ini terjadi, untuk meluruskannya kembali diperlukan waktu dan
kerja yang cukup banyak. Adapun cara untuk mengatasi perubahan
bentuk tadi adalah sebagai berikut :
- Pengelasan sedikit mungkin.
Pengelasan yang berlebihan akan menimbulkan penkerutan
yang bertambah besar
- Dudukan benda yang hendak dilas sedikit dimiringkan keluar,
sehingga rigi-rigi las akan menariknya kepada kedudukan yang
didinginkan.
- Melakukan pengelasan yang bergantian pada setiap sisi dan
membuat urutan rigi-rigi yang menimbulkan gaya-gaya
penyusutan yang saling meniadakan.
33
Disini pelebaran celah tidak boleh asal melebar, akan tetapi masih dalam
jangkauan kemampuan las. Ini dimaksudkan agar bila nanti
setelahpengelasan mengalami pengerutan celah yang mengalami
pelebaran tadi.
3. Memasang pasak untuk mempertahankan lebar celah.
Pasak ini berguna untuk menjaga lebar celah pada benda kerja yang juga
disebut dengan plat pengikat. Jadi bila setelah pengelasan kondisi kerja
tetap pada posisi semula karena telah diikat oleh pasak tadi.
34
4. Pembersihan alur dari debu, karat, dan minyak.
Perlu diketahui bahwa perakitan konstruksi dimulai dari tengah menuju kesisi.
Sedangkan untuk pengelasan antar plat kulit dan rangka geladak atas urutan-
nya adalah las tumpul dan kemudian barulah las tumpang. Pengelasan dalam
reparasi/perbaikan kapal harus diperhatikan hal-hal berikut:
1. Menentukan se-teliti mungkin besarnya bagian yang rusak.
2. Memperhatikan lingkungan kerja, misalnya dalam memindahkan tabung
gas yang mudah terbakar.
3. Memasang pengaman bila pengelasan dilakukan ditempat yang tinggi.
4. Mempersiapkan tenaga listrik yang diperlukan.
5. Dalam penggantian plat harus disiapkan lubang batas dan harus
menentukan urutan pengelasan.
1. Sambungan las dasar : sambungan las dalam kontruksi baja pada dasarnya
Di bagi dalam sambungan tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan
sambungan tumpang. Sebagai perkembngan sambungan dasar tersebut
terjadi sambungan silang, sambungan dengan penguat sambungan sisi.
3. Sambungan bentuk T dan silang : pada kedua sambungan ini secara garis
besar dibagi menjadi dua jenis yaitu jenis las dengan alur dan jenis las
sudut. Hal – hal yang dijelaskan untuk sambungan tumpul diatas juga
35
berlaku untuk sambungan jenis ini. Dalam pelaksanaan pengelasan
mungkin ada bagian yang menghalangi dan hal ini dapat diatasi dengan
memperbesar sudut alur.
6. Sambungan sisi : Dibagi dalam sambungan las dengan alur dan sambungan
las ujung. Untuk jenis pertama pada pelatnya harus dibuat alur sedangkan
pada jenis kedua pengelasannya dilakukan pada ujung pelat tanpa ada alur.
7. Sambungan dengan pelat penguat : Sambungan ini dibagi menjadi dua jenis
yaitu sambungan dengan pelat penguat tunggal dan dengan pelat penguat
ganda.
1. Kelas dari baja : Bja yang digunakan dalam perkapalan adalah baja
berbentuk pelat dan baja kontruksi penampang L, I, atau T, baja cord an
baja tempa juga digunakan misalnya untuk bagian – bagian dari butiran.
36
tersebut. Misalnya untuk geladak yang menerima beban muatan harus
dibuat dari pelat baja kelas C, D, atau E dengan kekuatttan tarik yang
tinggi.
.
• Proses pengelasan yang digunakan : Di samping dengan menggunakan
cara pengelasan yang biasa dilakukan dengan bahan las biasa, dilakukan
juga cara pengelasan tangan dan pengelasan gaya berat yang menggunakan
bahan las khusus untuk sambungan tertentu agar mendapat efisiensi
pengelasan yang lebih baik.
.
• Bahan Las :Kelas – kelas dari bahan las untuk pembangunan kapal besar
juga ditentukan oleh biro klasifikasi. Kelas bahan las yang dihubungkan
dengan pelat baja yang akan dilas. Dalam hal pembangunan kapal ukuran
menengah dan kecil dapat digunakan persyaratan bahan las yang lebih
37
rendah kecuali untuk bagian – bagian yang penting dimana klasifikasi
tersebut harus dipenuhi.
.
• Cara Pengelasan : Dalam mengelas kotak untuk lambung kapal,
biasanya dilakukan dengan langkah – langkah berikut :
a. Pemeriksaan ukuran alur
38
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Secara umum cacat las dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Rounded indication atau cacat bulat
2. Merupakan cacat las yang diperbolehkan apabila dimensi / ukuran panjang
kumpulan cacat masih berada pada cacat maksimum sesuai kriteria
penerimaan yang dipakai Rounded indication atau cacat bulat
merupakan cacat las yang diperbolehkan apabila dimensi / ukuran panjang
kumpulan cacat masih berada pada cacat maksimum sesuai kriteria
penerimaan yang dipakai, misal : liang-liang renik (porosity) Linear
indication atau cacat memanjang adalah cacat yang tidak diperbolehkan
sama sekali (retak, penembusan kurang, peleburan kurang).
39
e. Membandingkan hasil PQR dengan parameter yang ada di WPS untuk
menjamin bahwa range dan parameter yang tercantum pada WPS tercover
pada
PQR.
Cara pengelasan konstruksi lambung kapal
1. Pemeriksaan ukuran alur
2. Pemilihan bahan las yang tepat
3. Penentuan ukuran pengelasan
4. Pembersihan alur dari debu, karat, dan minyak.
Perlu diketahui bahwa perakitan konstruksi dimulai dari tengah menuju kesisi.
Sedangkan untuk pengelasan antar plat kulit dan rangka geladak atas urutan-
nya adalah las tumpul dan kemudian barulah las tumpang. Pengelasan dalam
reparasi/perbaikan kapal harus diperhatikan hal-hal berikut:
1. Menentukan se-teliti mungkin besarnya bagian yang rusak.
2. Memperhatikan lingkungan kerja, misalnya dalam memindahkan tabung
gas yang mudah terbakar.
3. Memasang pengaman bila pengelasan dilakukan ditempat yang tinggi.
4. Mempersiapkan tenaga listrik yang diperlukan.
5. Dalam penggantian plat harus disiapkan lubang batas dan harus
menentukan urutan pengelasan.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. British Association For Commercial And Industrial Education, 2.1967. Arc
Welding,Insruction Sheets, London.
2. Fakultas Teknik Kelautan. 1978. Diklat Perlengkapan Kapal A dan B. ITS:
Surabaya.
3. Frank R. Scell, Bill Matlock. 1979. Industrial Welding Procedures, Van Nostrand
Reinhold Co, New York.
4. Josepeh W. Giachino, William Weeks. 1976, Welding Skillsand Practice,
American Technical Society, Chicago.
5. Raymond Sacks.1960. Theory and Practice Of Arr Welding, Van Norstand Co,
Inc
41
42