1
Sabila Larasati dan 2Yudha Nurdian
1
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Jember, Indonesia
2
Fakultas Kedokteran, Universitas Jember, Indonesia
Email: sabilalarasati22@gmail.com
Inti Sari
Ketika bayi lahir, berat otaknya kurang lebih 350 gram; pada umur tiga bulan 500 gram;
satu tahun kurang lebih 700 gram; dua tahun 900 gram dan lima tahun 1100 gram. Berat otak
dewasa kurang lebih 1300 gram. Tampak pertumbuhan otak yang sangat cepat pada dua tahun
pertama. Dalam masa dua tahun ini, dilaporkan neuron-neuron masih ada yang dapat membelah
diri, tetapi setelah umur dua tahun, sel otak tidak dapat melakukan mitosis lagi. Pertumbuhan otak
setelah umur dua tahun, terjadi karena pertumbuhan percabangan neuronnya yang menjadi
semakin rimbun, membuat hubungan-hubungan dengan neuronneuron lain dan pembentukan
simpai mielin yang meliputi akson. Sel-sel saraf otak yang mendapat rangsang, hidup terus dan
membentuk cabang-cabang baru, sel-sel saraf otak yang tidak mendapat rangsangan, akan mati
atau menggersang. Hal ini berarti, cabang-cabangnya akan putus hubungan dengan cabang-cabang
saraf lain dan melisut. Pada bayi, perlu mendapat rangsangan pendengaran bunyi dan bahasa untuk
merangsang perkembangan pusat bahasa dalam otaknya.
Neuroplastisiticity
Plastisitak otak atau neuroplastisitas diartikan sebagai kemampuan otak untuk berubah,
melakukan remodeling, dan reorganisasi dengan tujuan untuk mengembangkan kemampuan yang
lebih baik untuk beradaptasi terhadap situasi-situasi baru. Terdapat stigma pada dunia sains
maupun kesehatan dimana neuroplastisitas atau plastisitas tidak dapat terjadi pada orang dewasa
yang bukan dalam masa pertumbuhan. Neuroplastisitas dapat terjadi secara structural maupun
funsional.
Pada neuroplastisitas struktural, plastisitas sinaptik mengacu pada perubahan kekuatan
antara neuron (sinapsis), titik pertemuan kimia atau listrik antara sel-sel otak. Pada plastisitas
sinaptik tidak hanya terjadi perubahan pada sinaps, tetapi dapat mencakup banyak proses spesifik
seperti perubahan jangka panjang dalam jumlah reseptor untuk neurotransmiter tertentu, atau
perubahan di mana beberapa protein disintesis lebih banyak di dalam sel. Sinaptogenesis mengacu
pada pembentukan dan pemasangan sinapsis atau kelompok sinapsis ke dalam sirkuit saraf.
Plastisitas struktural, normal terjadi pada neuron janin selama masa perkembangan otak
dan disebut plastisitas perkembangan, termasuk neurogenesis dan migrasi neuron. Migrasi neuron
adalah proses di mana neuron melakukan perjalanan dari 'tempat lahir' mereka di zona ventrikel
atau subventrikular janin, dan menuju posisi akhir mereka di korteks. Selama perkembangan, area
otak menjadi lebih khusus untuk melakukan tugas-tugas tertentu seperti memproses sinyal pada
daerah sekitarnya melalui reseptor sensorik. Misalnya, di daerah lobus oksipital, dimana pada
lapisan keempat cortex hyperthropies digunakan untuk menerima sinyal dari jalur visual.
Neurogenesis adalah pembentukan neuron baru, yang terjadi selama perkembangan otak,
namun dalam dekade terakhir neurogenesis ditemukan di otak orang dewasa. Di sisi lain, kematian
neuron terjadi sepanjang hidup, karena adanya kerusakan otak atau kematian sel yang deprogram
atau biasa diebut apoptosis. Bentuk lain dari neuroplastisitas struktural termasuk perubahan
kepadatan grey matter atau white matter yang dapat divisualisasikan oleh resonansi magnetik.
Sedangkan pada neuroplastisitas fungsional tergantung pada dua proses dasar, yaitu
pembelajaran dan memori. Hal tersebut juga mewakili jenis khusus plastisitas saraf dan sinaptik,
berdasarkan pada jenis plastisitas sinaptik tertentu yang menyebabkan perubahan permanen dalam
efektivitas sinaptik. Selama belajar dan ingatan, perubahan permanen terjadi dalam hubungan
sinaptik antara neuron karena penyesuaian struktural atau proses biokimia intraseluler. Peristiwa
mental mengaktifkan kaskade molekul saraf besar, termasuk faktor regulasi yang mengacu pada
DNA dan RNA. Penelitian tentang perubahan jangka panjang dalam sinaps mempertimbangkan
berbagai jenis memori berdasarkan mekanisme yang berbeda. Di dalam korteks, reseptor glutamat
melakukan peran kunci, karena glutamat merupakan neurotransmitter yang paling penting. Jika
terdapat beberapa impuls dari neuron tetangga, dalam waktu yang sangat singkat akan terjadi
aktivasi dari reseptor metabotropik glutamate atau neurotransmitter metabotropic glutamate
(NMDA). Hal ini memungkinkan masuknya kalsium yang berpartisipasi dalam sintesis protein,
dan secara permanen mengubah neuron pascasinaps.
Neurobehaviour
Neurobehaviour adalah koordinasi antara fungsi luhur dengan perilaku manusia. Dimana
fungsi luhur merupakan fungsi yang memungkinkan manusia dapat memenuhi kebutuhan jasmani
dan rohani sesuai dengan nilai moral yang berlaku. Otak yang menyebabkan manusia
berkomunikasi satu sama lain melalui bicara, menulis, dan gerak isyarat. Yang dimaksud dengan
fungsi luhur yaitu, fungsi bahasa, fungsi persepsi, fungsi memori, fungsi emosi, fungsi kognitif.
Sistem Saraf Pusat (SSP) terdiri atas otak dan medula spinalis. SSP menerima asupan
sensori melalui serabut sensori (dendrite) di dalam saraf spinal dan saraf kranial lalu mengirimkan
impuls-impuls motorik melalui akson-akson dalam saraf yang sama. SSP juga mengandung
sejumlah besar neuron-neuron yang secara keseluruhan saling memengaruhi. Neuron-neuron ini
disebut neuron internunsial, atau interneuron, dan dapat berada di dalam otak dan medulla atau
menghubungkan satu dengan lainnya. Masing-masing dari tujuh bagian otak utama serta medula
spinalis akan dibahas dengan singkat berikut ini.
a. Korteks
Korteks diduga untuk menjalankan semua fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi seperti
penilaian, bahasa, memori (daya ingat), kreativitas, dan berpikir abstrak. Selain itu, juga berfungsi
dalam persepsi, penempatan, dan interpretasi semua sensasi, serta mengatur semua gerak disadari
(voluntary) dan terutama aktivitas motorik diskrit Beberapa area serebum bekerja bersama-sama
untuk menghasilkan suatu fungsi koordinasi manusia contohnya dalam proses berkomunikasi.
Komunikasi verbal tergantung pada kemampuan untuk menginterpretasi ucapan dan untuk
menerjemahkan pikiran ke dalam bentuk ucapan. Ide-ide biasanya dikomunikasikan antara orang-
orang baik melalui pembicaraan atau bahasa tulisan. Dengan bahasa lisan asupan informasi sensori
terjadi melalui korteks auditorius utama. Pada daerah asosiasi auditori, suara ditafsirkan sebagai
kata dan kata sebagai kalimat. Kalimat ini kemudian diinterpretasikan oleh area integratif umum
dari korteks serebri sebagai pikiran.
Area integratif umum juga mengembangkan pikiran untuk dikomunikasikan. Huruf-huruf
yang dilihat oleh mata diasosiasikan sebagai kata, pikiran, dan kalimat pada area asosiasi visual,
juga diintegrasikan ke dalam bentuk pikiran pada area ini. Melaksanaan yang berhubungan dengan
region fasial dari area sensori somecthelic, area integratif umum melakukan serangkaian impuls,
yang masing-masing menggambarkan suku kata atau kata, kemudian mentransmisikannya ke area
motorik sekunder yang mengendalikan laring dan mulut. Pusat bicara, selain mengontrol aktivitas
motorik laring dan mulut, mengirimkan impuls-impuls ke pusat pernapasan dari korteks motoric
sekunder untuk memberikan pola pernapasan saat proses bicara.
b. Bangsal Ganglia
Fungsi bangsal ganglia dalam kerja samanya dengan bagian-bagian otak yang lebih rendah
dalam memberikan sirkuit untuk gerakan tubuh sadar dan di bawah sadar. Basal ganglia ini
memberikan 1) latar belakang tonus otot yang penting untuk gerakan sadar yang mempunyai ciri
tersendiri, 2) kehalusan dan koordinasi fungsi-fungsi antagonis otot, dan 3) dasar gerakan berirama
bawah sadar otomatis yang terlibat dalam pemeliharaan keseimbangan dan berjalan. Lesi pada
basal ganglia ini akan menyebabkan berbagai abnormalitas seperti chorea, hemibalismus, dan
penyakit Parkinson.
c. Serebelum
Serebelum menerima “sampel” dari semua asupan impuls sensori somestetik asenden
maupun impuls motorik desenden. Manfaat dari penghubung ini memungkinkan serebelum untuk
mempertemukan kehendak stimulus motorik (sebelum mereka mencapai otot) dengan data sensori
aktual. Hal ini akan menjamin pertemuan yang optimal untuk “tujuan” motorik sadar dengan
aktivitas motorik aktual, dengan jeda untuk mengubah pesan motorik pada kasus penyimpangan.
Serebelum mengirimkan pesannya sendiri ke basal ganglia dan korteks, juga ke bagian batang otak
untuk melakukan tiga dasar fungsi bawah sadar. Fungsi serebelum adalah 1) menghasilkan
kehalusan, keseimbangan, keharmonisan, dan koordinasi gerak otot rangka; 2) mempertahankan
keseimbangan tubuh; serta 3) mengontrol postur tubuh tanpa kejang atau gerakan tanpa
kompensasi atau tanda bergoyang-goyang. Penyakit serebelum dapat menimbulkan gejala-gejala
tertentu terutama gangguan cara berjalan, keseimbangan ataksia (terlalu stabil dan kurang stabil
dalam berjalan), dan tremor.
d. Serebrum
Masing-masing dari kedua hemisfer serebri (kiri dan kanan) mempunyai lapisan korteks
yang menutupi permukaan otak. Lapisan kortikal ini terbuat dari beberapa jenis neuron tak
bermielin yang berbeda dan sel-sel glia dalam enam lapisan berbeda sesuai jenis dan fungsi selnya.
Hemisfer kanan dan kiri dihubungkan oleh serabut saraf yang disebut korpus kalosum. Masing-
masing hemisfer memiliki empat lobus, di mana secara umum terletak di bawah masing-masing
tulang tengkorak berikut: frontal, parietal, temporal, dan oksipital. Untuk sebagian besar, masing-
masing hemisfer mempersarafi sisi kontralateral tubuh (serabut-serabut bersilangan dalam SSP).
Suatu perkecualian yang jelas adalah area broka. Area korteks ini membantu semua fungsi motorik
bicara dan terletak pada area posterolateral lobus frontalis kiri pada semua orang yang tidak kidal
dan banyak pada orang kidal. Apabila terjadi kerusakan area ini pada orang dewasa akan
menyebabkan afasia motorik.
e. Diensefalon
Pada bagian bawah serebrum terdapat bagian otak yang lain yaitu diensefalon. Thalamus
berfungsi sebagai pusat pemancar sensorik dan motorik. Thalamus memancarkan impuls-impuls
sensori, termasuk dari penglihatan dan pendengaran, ke korteks serebri. Selain itu, juga berfungsi
dalam kesadaran kasar dari sensasi tertentu, yang terbanyak adalah nyeri. Lokalisasi diskrit dan
segala bentuk persepsi yang lebih halus merupakan fungsi kortikal, namun sebagian kecil dari
kesadaran terjadi pada thalamus dan juga area midbrain. Thalamus memiliki traktus serabut dari
sistem pengaktivasi retikular (RAS) yang berfungsi dalam kesadaran fisik sempurna, kesadaran
mental, dan kemungkinan beberapa aspek perhatian. Hipotalamus adalah tempat interaksi
neuronendokrin. Pada bagian ini berbagai substansi neurosekretori dibentuk hormon-hormon yang
sebelumnya dihubungkan pada hipofisis posterior (antidiuretik horman (ADH) dan oksitosin) dan
yang merangsang atau yang menghambat sekresi hormon-hormon hipofisis anterior.
Area otak ini juga mengandung pusat-pusat untuk mengoordinasi perangsangan
parasimpatik dan simpati, pengaturan Asuhu tubuh, pengaturan nafsu makan, pengaturan
keseimbangan air oleh ADH danpengaturan aktivitas irama psikobiologi tertentu (seperti: tidur).
Neuroscience
Neuroscience berfokus pada otak dan dampaknya pada perilaku dan fungsi kognitif, atau
bagaimana orang berpikir. Neuroscience secara etimologi adalah ilmu neural (neural science) yang
mempelajari system saraf, terutama mempelajari neuron dan sel syaraf dengan pendekatan
multidisipliner. Secara terminologi, Neuroscience merupakan bidang ilmu yang mengkhususkan
pada studi saintifik terhadap sistem saraf. Neuroscience juga dapat disebut sebagai ilmu yang
mempelajari otak dan seluruh fungsi fungsi saraf.
Bidang ilmu saraf yang rumit, multidisiplin, dan berkembang pesat melihat struktur dan
fungsi otak manusia dan sistem saraf. Penelitian neuroscience mengacu pada biologi seluler dan
molekuler, anatomi dan fisiologi, perilaku dan kognisi manusia, dan disiplin ilmu lain, untuk
memberikan informasi tentang cara otak bekerja pada level yang sebelumnya tidak dikenali. Kita
memiliki seratus miliar neuron, atau sel-sel otak, dengan hampir seperempat miliar koneksi di
antara mereka, dan peneliti belum sepenuhnya memahami satu sel pun.
Penutup
Referensi
Apriani, Tutu April. 2011. Sistem Neurobehavior. Malang. Salemba Medika
Daulay, Nurussakinah. 2017. Struktur Otak dan Keberfungsiannya pada Anak dengan Gangguan
Spektrum Autis: Kajian Neuropsikologi. Yogyakarta.Jurnal Buletin Psikologi 25:1. 11-
25.
Demarin, Vida., Morovic, Sandra., Bene, Raphael. 2014. Neuroplasticity. Croatia. Journal
Periodicum Biologorum 116:2. 209-211.
Kushartanti, BM Wara.2010. Perkembangan Aplikasi Neuroscience dalam Pembelajaran di TK.
Yogyakarta. Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
Nordqvist, Christian. 2018. What is Neuroscience. Brighton. Medical News Today.
Teter, Bruce. Ashford, Wesson. 2002. Neuroplasticity in Alzheimer’s Disease. Los Angeles.
Journal of Neuroscience Research 70: 402–437