Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
Rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tercurah Kepada
Rasulullah SAW beserta keluarganya. Penulis makalah ini bertujuan untuk memberi
pengetahuan kepada pembaca. Dalam penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberi
pengetahuan kepada pembaca. Dalam penyusun makalah ini,
saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih Jauh dari kesempurnaan karena
pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu,kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi Terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk
masa akan datang.
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Memahami system saraf dan penginderaan
1.2.2 Memahami anatomi sel saraf dan penginderaan
1.2.3 Memahami fungsi saraf dan penginderaan
1.2.4 Mengetahui kelainan pada system penginderaan
1.2.5 Memahami gejala – gejala kognitif pada manusia
BAB II
PEMBAHASAN
1. SISTEM SARAF
Sistem saraf adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling beraturan antara satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan,
dan mengontrol interaksi antara individu dan lingkungan sekitarnya. Untuk menanggapi
rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak
sebagai reseptor adalah organ indera.
Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut
penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang
dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung membentuk suatu
jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel
Setiap neuron memiliki sebuah badan sel yang berisi nucleus yang di dalamnya terdapat
kromosom (DNA) serta bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel berfungsi untuk
menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat
inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel
merupakan kumpulan retikulum endoplasma tempat transportasi sintesis protein.
Nucleus berada di dalam badan sel, yang berisi kromosom dari sel saraf. Nucleus berfungsi
untuk mengtur segala kegiatan yang dilakukan oleh sel saraf.
Akson (Neurit)
Akson merupakan prosesus yang menghantarkan impuls dari badan sel ke tombol terminal
(sitoplasma) dan jumlahnya biasanya satu. Di dalam neurit terdapat benang-benang halus yang
disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak
mengandung zat lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin
tersebut dibungkus oleh sel-sel sachwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat
menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin sebelah
luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian neurit ada yang tidak
dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan nodus ranvier dan berfungsi
mempercepat jalannya rangsangan.
Dendrite
Dendrit merupakan prosesus yang menghantarkan impuls menujubadan sel dan jumlahnya
biasanya banyak.
Di antara neuron-neuron terdapat sel glia (neuroglia) yang merupakan sel-sel pendukung
(supporting cells) untuk keefektifan kerja neuron. Sel glia ini dapat membantu neuron melekat
pada tempatnya dan memberinya nutrisi. Macam-macam sel glia yaitu :
dengan membran neuron yang lain. Membran pada tombol terminal dikenal sebagai membran
presinaps, sedangkan membran pada neorron penerima dikenal sebagai membran postsinaps.
Kedua membran tersebut dipisahkan oleh suatu celah sinaps (synaptic cleft) yang lebarnya ±
200-300 angstrom. Ujung presinaps mempunyai 2 struktur dalam yang berguna untuk penerus
rangsang atau penghambat sinaps, yaitu kantong sinaps (synaptic vesicle) dan mitokondria.
Sebagian besar ujung presinaps bersifat mudah dirangsang (excitatory) dan akan mensekresi
suatu bahan yang merangsang neuron postsinaps, sedangkan yang lainnya bersifat mudah
dihambat (inhibitory) dan akan mensekresi suatu bahan yang dapat menghambat neuron.
Kantong sinaps mengandung bahan transmitter (neurotransmiter) yang bila dilepaskan ke dalam
celah sinaps dapat merangsang atau menghambat neuron tergantung reseptor pada membran
neuron. Mitokondria akan menyediakan ATP yang dibutuhkan untuk mensintesa bahan-bahan
transmitter baru
1. Konduksi Aksonal
Penjalaran impuls saraf terjadi di sepanjang axon. Jika axon terkena rangsangan pada
pusatnya, axon itu akan mengeluarkan impuls kesalah satu arah, yaitu menuju badan sel atau
menjauhi badan sel. Gerakan impuls saraf ini bersifat elektrokimiawi. Selaput tipis yang
menghubungkan protoplasma sel daya tembusnya tidak sama terhadap berbagai jenis muatanion
listrik yang biasanya mengapung dalam protoplasma dan cairan sekeliling sel. Dalam keadaan
istirahat, selaput sel mengeluarkan muatan ion sodium positif (Na+) dan memberi jalan masuk
ion potassium (K+) serta klorida(Cl-). Akibatnya terdapat kekuatan listrik lemah, atau perbedaan
voltase di seberang selaput. Di bagian dalam sel saraf lebih negatif daripada di bagian luar.
Keadaan demikian disebut potensi istirahat (resting potential). Jika axon terkena rangsangan,
kekuatan elektrik di seberang selaput berkurang tepat pada waktu adanya rangsang. Jika
pengurangan potensi itu cukup besar, daya tembus selaput sel mengalami perubahan sehingga
ion sodium memasuki sel, proses ini disebut depolarisasi, dan sekarang bagian luar selaput sel
menjadi lebih negatif dibanding dengan bagian luar sel. Fenomena ini disebut potensial
aksi(action potential) sebagai lawan dari potensi istirahat.
1. Transmisi Sinaptik
Hubungan sinaps antar neuron merupakan hal yang sangat penting karena di sanalah sel saraf
mengantar isyarat sebuah neuron dilepaskan atau dibakar, ketika stimulus menyentuhnya melalui
banyak axon yang melampaui tahap gerbang tertentu. Aksi potensial pada neuron mengikuti
asas“semuanya atau tidak sama sekali” (all or none). Terbakar atau tidaknya neuron itu
tergantung pada potensi bertahap yang ada dalam dendrit dan badan sel. Potensi bertahap itu
digerakan oleh rangsangan dari neuron di seberang sinaps, dan ukuran potensi itu berubah
mengikuti jumlah dan jenis kegiatan yang masuk. Ketika jumlah potensi bertahap menjadi cukup
besar, depolarisasi yang memadai dikeluarkan untuk menggerakan aksi potensial yang bersifat
“all or none”, sehingga informasi dapat dihantarkan. Misalnya neuron yang menanggapi
peregangan otot akan terbakar dalam ukuran yang sesuai dengan jumlah peregangan, makin
panjangperegangan makin banyak neuron yang terbakar.
Susunan saraf manusia tersusun dari system saraf pusat dan system saraf tepi. System saraf pusat
terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan system saraf tepi terdiri atas system
saraf somatik dan system saraf otonom.
System Saraf Pusat :
Otak
a. Batang otak
b. Otak kecil
c. Otak besar
d. Medulla spinalis
1. Saraf somatik :
a. Saraf cranial
b. Saraf spinal
c. Saraf otonom
Struktur hirarki otak manusia dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
Para ilmuwan terutama kaum evolusionis mempercayai bahwa otak manusia merupakan produk
evolusi yang tak terhitung lamanya, sehingga ke-3 tingkatan otak di atas diidentikkan
berdasarkan tahapan evolusinya sebagai otak ‘reptil’ untuk batang otak, otak ‘mamalia’ untuk
sistem limbik, dan otak ‘primata’ untuk korteks.
Otak terletak di dalam tengkorak. Secara anatomis terdiri dari otak besar (cerebrum), otak kecil
(cerebellum), dan batag otak. Batang otak terletak di ujung atas medulla spinalis dan terdiri dari
medulla oblongata, pons, otak tengah, thalamus, dan hipotalamus.
Otak besar merupakan pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Berpikir, berbicara, melihat,
bergerak, mengingat, dan mendengar termasuk kegiatan tubuh yang disadari.
Otak kecil (Cerebellum)
Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak besar. Otak kecil
berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan kerja otot ketika
seseorang akan melakukan kegiatan.
Batang otak
Batang otak tersusun dari medula oblangata, pons, dan otak tengah. Batang otak terletak di depan
otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung antara otak besar dan otak kecil.
Fungsi dari batang otak adalah mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut
jantung, suhu tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari.
1. Medulla Spinalis
Medulla spinalis disebut dengan sumsum tulang belakang dan terletak di dalam ruas-ruas tulang
belakan, yaitu tulang leher sampai dengan tulang pinggang yang kedua. Medulla spinalis
berfungsi sebagai pusat gerak refleks dan menghantarkan impuls dari organ ke otak dan dari otak
ke organ tubuh
Sistem saraf tepi merupakan system saraf yang menghubungkan semua bagian tubuh dengan
system saraf pusat
System saraf somatic merupakan system saraf yang kerjanya berlangsung secara sadar oleh otak.
System saraf somatic dibedakan menjadi dua, yaitu :
Saraf Kranialis
Saraf yang lengsung keluar dari otak disebut juga saraf otak, dan jumlahnya ada 12 pasang.
Saraf Spinal
Merupakan saraf yang keluar dari medulla spinalis dan merupakan persatuan kelompok serabut
dari dua akar spinal. Akar dorsal membawa serabut sensorik, akar ventral membawa serabut
motorik.
Saraf Otonom
Saraf yang mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang tidak disadari. Jaringan dan organ
tubuh diatur oleh system saraf otonom adalah pembuluh darah dan jantung. System saraf
otoonom terdiri dari system saraf simpatik dan system saraf parasimpatik
System saraf parasimpaatik disebut juga system saraf karnioskral. Susunan saraf parasimpatik
berupa jaringan-jaringan yang terhubung dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh
Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia. Gerakan diatur
oleh pusat gerakan yang terdapat di otak., diantaranya yaitu area motorik di korteks, ganglia
basalis, dan cerebellum. Jaras untuk sistem motorik ada 2 yaitu : traktus piramidal dan
ekstrapiramidal.
Traktus piramidal merupakan jaras motorik utama yang pusatnya di girus presentralis (area 4
Broadmann), yang disebut juga korteks motorik primer.
Selain traktus piramidal, jaras sistem motorik ada juga yang melalui traktus ekstrapiramidal
(system ekstrapiramidal).
1. Sistem Motorik
1. Sistem Retikuler
Seluruh daerah perpanjangan batang otak yaitu medulla, pons, dan mesensefalon merupakan
daerah yang mengandung kumpulan neuron-neuron yang tersebar dan dikenal sebagai formasio
retikularis. Perangsanan listrik secara tersebar pada daerah mesensefalon dan pontile formasio
retikularis dapat menimbulkan aktivitas yang segera dan jelas pada korteks cerebri dan bahkan
dapat membangunkan binatang yang sedang tidur. Seluruh sistem ini disebut sistem aktivasi
retikuler. Sistem ini berhubungan dengan proses aktivasi otak sehingga dapat menimbulkan
keadaan siaga (waspada) ataupun sebaliknya menimbulkan keadaan tidur (Guyton, 1994).
1. SISTEM PENGLIHATAN
1. Anatomi Mata
Kornea bagian depan bola mata yang terletak di depan iris.Kornea merupakan jaringan
yang jernih atau transparan yang berfungsi sebagai media refraksi.
Pupil bagian mata yang bulat merupakan celah tempat masuknya sinar ke dalam bola
mata. Ukurannya dapat berubah-ubah untuk mengatur jumlah sinar yang masuk. Bila
keadaan gelap maka pupil melebar (midrisis) supaya sinar yang masuk banyak. Bila
keadaan terang maka pupil mengecil (miosis) supaya sinar yang masuk sedikit.
Iris adalah suatu dinding pemisah antara bilik mata depan dengan bilik mata belakang.
Iris banyak mengandung pembuluh darah dan pigmen sehingga berwarna. Pada iris
terdapat 2 otot, yaitu muskulus dilatator pupillae dan muskulus sphincter pupillae.
Lensa lensa mata merupaka lensa cembung yang jernih, terletak di belakang pupil, dan
posisinya tergantung pada zonula zinii yang berpangkal pada corpus siliaris.
1. Retina retina merupakan membran yang tipis, halus, tidak berwarna dan tembus pandang.
Pada retina terdapat sel-sel reseptor (fotoreseptor) yaitu sel kerucut dan sel batang. Sel
kerucut berfungsi dalam penglihatan terang dan penglihatan warna. Sel batang berfungsi
pada penglihatan redup atau gelap.
Selain organ-organ tersebut di atas, sistem penglihatan juga dipengaruhi oleh gerakan bola mata
yang diatur oleh otot-otot penggerak bola mata, yaitu :
1. Fisiologi Penglihatan
Proses melihat terjadi karena adanya cahaya yang menyinari objek tertentu sebagai stimulusnya.
Cahaya yang dapat ditangkap oleh mata manusia (visible light) adalah cahaya dalam spektrum
elektromagnetik yang memilikipanjang gelombang sekitar 380 – 760 nm.
Bila mata melihat sebuah objek maka cahaya akan masuk melalui kornea, kemudian melewati
celah pupil pada iris yang akan mengatur banyaknya sinar yang masuk, lalu melewati lensa yang
dapat memipih dan mencembung sehingga sinar dapat difokuskan ke bintik kuning yang berada
pada retina. Setelah sampai di retina cahaya tadi diteruskan sebagai impuls saraf oleh N. II (N.
optikus) menuju ke otak di lobus oksipitalis, yaitu ke korteks penglihatan primer sehingga benda
tadi dapat dilihat, dan korteks penglihatan sekunder atau korteks asosiasi penglihatan sehingga
benda tadi dapat dipahami.
Gangguan presepsi visual dapat terjadi karena kerusakan otak di lobus oksipitalis, terutama area
penglihatan asosiasi . Gangguan tersebut diantaranya :
Agnosia visual asosiatif, yaitu ketidakmampuan untuk memahami objek yang dilihatmeskipun
visusnya normal.
1. SISTEM PENDENGARAN
1. Anatomi Telinga
Sistem pendengaran berhubungan dengan organ telinga, dan yang menjadi stimulusnya adalah
suara atau bunyi. Telinga secaragaris besar dibagi menjadi telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam.
Telinga tengah
Dipisahkan dengan CAE oleh membrane timpani, dengan telinga dalam oleh dinding lateral
labirin dan dengan pharing oleh tuba eustachius.
1. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya suara atau energi bunyi oleh daun telinga
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara melewati saluran telinga luar. Kemudian
gelombang tersebut menggetarkan membaran timpani yang diteruskan ke telinga tengah melalui
tulang-tulang pendengaran (malleus, incus, stapes) yang akan mengamplifikasi getaran. Energi
getar yang telah diamplifikasi ini diteruskan ke stapes yang menggerakan tingkap lonjong (oval
window) sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak, lalu getaran diteruskan melalui
membran Reissner yang mendorong endolimfe dalam kokhlea, sehingga akan menimbulkan
gerak relatif antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang
mekanik yang menyebabkan sel-sel rambut di organ corti bergerak sehingga terjadi pelepasan
ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga menstimulasi lepasnya neurotransmitter (glutamat) ke dalam sinapsis yang akan
menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius ( N.VIII komponen cochlearis), kemudian
impuls saraf diteruskan ke korteks pendengaran primer dan asosiasi (area 41 dan 42) di lobus
temporalis.
1. Gangguan Pendengaran
Kelainan telinga dapat menyebabkan gangguan pendengaran berupa ketulian. Tuli dibagi
atas tuli konduktif, tuli saraf (sensorineural), dan tuli campuran. Tuli konduktif terjadi
karena gangguan hantaran suara yang disebabkan oleh kelainan di teling luar atau telinga
tengah, seperti : atresia lubang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna, osteoma
lubang telinga, otitis media, sumbatan tuba eustachius, dislokasi tulang pendengaran. Tuli
sensorineural (saraf) terjadi karena kelainan di cochlea (teling dalam), N. VIII, atau di pusat
pendengaran. Penyebabnya seperti : labirintitis, obat-obatan tertentu, trauma kepala, trauma
akustik dan pajanan bising, tumor cerebellum, cedera otak, dan kelainan otak lainnya.
1. SISTEM PENCIUMAN
1. Anatomi dan Fisiologi Hidung
Sistem penghidu atau penciuman berhubungan dengan organ hidung, dan persarafan yang
mengatur fungsi penciuman adalah nervus olfaktorius (N. I) yang merupakan saraf sensoris.
Reseptor untuk menangkap rangsang bau-bauan adalah sel-sel olfaktorius yang merupakan
sel saraf bipolar dan berada di mukosa olfaktorius (bagian atas rongga hidung). Serabut
aferen neuron ini bersinaps di bulbus olfaktorius dan dari sini keluar serabut yang
menghubungkan bulbus olfaktorius dengan otak yang disebut traktus olfaktorius. Setelah
sampai di otak, sinyal olfaktori memiliki beberapa target yaitu :
korteks penciuman primer dan asosiasi di lobus temporalis: untuk membedakan bau,
persepsi, dan memori yang berkaitandengan bau-bauan
sistem limbik (amigdala, septum): untuk mengaktifkan emosi dan perilaku yang berkaitan
dengan bau-bauan
hipotalamus: untuk pengatur hasrat (drives), pengatur makan dan respon otonom dalam
fungsi digestif
formatio retikularis : untuk pengatur atensi dan membuat orang terjaga
Rasa penciuman dapat menguat atau meningkat pada keadaan lapar, dan melemah atau
menurun pada keadaan pilek, usia lanjut, dan perokok. Kemampuan untuk menghidu
(penciuman/pembauan) yang normal disebut normosmia.
Gangguan fungsi penciuman dapat disebabkan oleh gangguan saraf olfaktorius maupun
penyakit hidung lokal. Kerusakan saraf ini dapat menyebabkan hilangnya penciuman
(anosmia), atau berkurangnya penciuman (hiposmia). Selain gangguan di atas, terdapat
beberapa gangguanlain yang berhubungan dengan fungsi penciuman, yaitu:
1. SISTEM PENGECAPAN
1. Anatomi dan Fisiologi Lidah
Pengecapan adalah fungsi utama dari taste budyang ada di dalam rongga mulut, dan organ
yang berhubungan dengan indera pengecap adalah lidah. Indera pengecap berkaitan dengan
selera makan. Rasa makanan diterima oleh sel reseptor (sel pengecap) yang terutama terletak
di lidah. Lidah terletak pada dasar mulut dan memiliki 2 kelompok otot yaitu :
Papillae sirkumvalata; jenis papillae terbesar dan terletak di bagian belakng lidah,
berfungsi untuk rasa pengecapan
Papilae fungiformis; menyebar pada permukaan ujung dan sisi depan lidah, berbentuk
seper jamur
Papillae filiformis (foliata); jenis papillae terbanyak dan menyebar pada hampir seluruh
bagian permukaan lidah terutama permukaan lateral lidah, lebih berfungsi untuk
menerima rasa sentuh.
1. Pengertian Kognisi
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari psikis dan tingkah laku manusia atau
ilmu yang mempelajari gejala jiwa manusia. Tujuannya adalah agar dapat memperlakukan
manusia secara lebih tepat Gejala psikologi dapat diperhatikan melalui
tingkahlaku/perilaku yang ditampilkan.Ada beberapa bentuk gejala jiwa manusia yang
mendasar yang banyak muncul dalam bidang pendidikan. Diantaranya
adalah gejala kognisi. Pengertian kognisi secara etimologi berasal dari bahasa latin
“cognoscere”
yang artinya mengetahui. Kognisi dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap
pengetahuan atau kemampuan untuk memperoleh pengetahuan.
Kognisi secara terminologi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang
didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Jadi gejala kognisi adalah
gejala bagaimana cara manusia memberi arti pada rangsangan. Psikologi kognitif
didefinisikan sebagai studi tentang kognisi. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai
kognisi maka berkembanglah psikologi kognitif yang menyelidiki tentang proses berpikir
manusia. Psikologi kognitif telah berkembang melalui beberapa fase dalam sejarah
singkatnya. Gejala kognisi dapat dipahami sebagai gejala kognitif, yang sebagaimana
dijelaskan oleh Stenberg dikutip oleh Mafruhah, psikologi kognitif adalah sebuah bidang
studi tentang bagaimana manusia memahami, belajar, mengingat dan berfikir tentang
suatu informasi. Sedangkan suryani mendefinisikan psikologi kognitif yaitu berkaitan
dengan bagaimana kita memperoleh informasi mengenai dunia, bagaimana informasi
tersebut direpresentasikan dan ditransformasikan sebagai pengetahuan, bagaimana
informasi disimpan dan bagaimana pula pengetahuan tersebut digunakan untuk
mengarahkan perhatian dan perilaku organisme.
2. Gejala Kognisi
Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencerminkan
pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak
dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat
diamati. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kognisi maka berkembanglah
psikologi kognitif yang menyelidiki tentang proses berpikir manusia. Gejala-gejala
kognisi meliputi :
d. Berpikir (thinking) Berpikir adalah suatu proses dialektis. Artinya, selama kita
berpikir,pikiran kita mengadakan tanya jawab dengan pikiran kita, untuk dapat
meletakkan hubungan-hubungan antara ketahuan kita itu, dengan tepat. Pertanyaan
itulah yang memberi arah kepada pikiran kita. Di dalam berpikir, kita menggunakan
alat, alat itu ialah akal. Hasil pemikiran itu kadang terlahirkan dengan bahasa. Adapun
yang disebut intelegensi ialah, suatu kemampuan jiwa kita untuk dapat menyesuaikan
diri dengan situasi baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir.
PENUTUP
KESIMPULAN
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari psikis dan tingkah laku manusia atau ilmu yang
mempelajari gejala jiwa manusia. Tujuannya adalah agar dapat memperlakukan manusia
secara lebih tepat Gejala psikologi dapat diperhatikan melalui tingkahlaku/perilaku yang
ditampilkan. Ada beberapa bentuk gejala jiwa manusia yang mendasar yang banyak muncul
dalam bidang pendidikan. Diantaranya adalah gejala kognisi.
Sistem saraf adalah suatu jalinan jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling beraturan antara satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan, dan
mengontrol interaksi antara individu dan lingkungan sekitarnya. Untuk menanggapi
rangsangan.
Pengertian kognisi secara etimologi berasal dari bahasa latin “cognoscere” yang artinya
mengetahui. Kognisi dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau
kemampuan untuk memperoleh pengetahuan. Kognisi secara terminologi adalah kepercayaan
seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau
sesuatu.
Jadi gejala kognisi adalah gejala bagaimana cara manusia memberi arti pada rangsangan.
Psikologi kognitif didefinisikan sebagai studi tentang kognisiUntuk mengetahui lebih lanjut
mengenai kognisi maka berkembanglah psikologi kognitif yang menyelidiki tentang proses
berpikir manusia.
Psikologi kognitif telah berkembang melalui beberapa fase dalam sejarah singkatnya
Gejala kognisi dapat dipahami sebagai gejala kognitif, yang sebagaimana dijelaskan oleh
Stenberg dikutip oleh Mafruhah, psikologi kognitif adalah sebuah bidang studi tentang
bagaimana manusia memahami, belajar, mengingat dan berfikir tentang suatu informasi.