Pasal 18
PENUTUP
- Apabila ada hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Akad ini, maka
NASABAH dan BANK akan mengaturnya bersama secara musyawarah untuk mufakat
dalam suatu Addendum.
- Tiap Addendum dari Akad ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
Akad ini.
- Surat Akad ini dibuat dan ditandatangani oleh NASABAH dan BANK di atas kertas
yang bermaterai cukup dalam rangkap 2 (dua) yang masing-masing berlaku sebagai
aslinya bagi kepentingan masing-masing pihak.
Diposkan oleh Raimond Flora Lamandasa pada hari Kamis, Oktober 02, 2008 Label: akta
dibawahtangan
1 komentar:
Anonim mengatakan...
saya Budi Arta Aris, berada di Padang, saat ini sedang mengambil S2 program
Kenotariatan UGM kelas Padang. saat ini saya dalam proses persiapan
pembuatan thesis yang mengangkat tema pembiayaan mudharabah. saya
sangat tertarik dengan tulisan anda mengenai pembiayaan mudharabah dan
profil anda, mengingat kita juga 1 almamater (tetntu pak raimond lebih senior dari
pada saya).
wassalam.
budiarta.aris@yahoo.com
2009 April 6 11:42
Poskan Komentar
my slide...
FATWA
DEWAN SYARI'AH NASIONAL
NO: 04/DSN-MUI/IV/2000
Tentang
MURABAHAH
Menimbang :
Mengingat :
Memperhatikan :
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : FATWA TENTANG MURABAHAH
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’ah Islam.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak
bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank.
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 26 Dzulhijjah 1420 H / 1 April 2000 M
Menimbang:
a. bahwa perbankan syariah harus senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat baik
dari aspek finansial maupun kesesuaian terhadap prinsip syariah yang menjadi dasar
operasinya;
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3790);
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia ini dengan:
1. Bank adalah Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah.
2. Prinsip Syariah adalah prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 13 Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998;
3. Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan qabul
(penerimaan) antara Bank dengan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban masing-
masing pihak sesuai dengan prinsip Syariah;
4. Wadi’ah adalah penitipan dana atau barang dari pemilik dana atau barang pada
penyimpan dana atau barang dengan kewajiban pihak yang menerima titipan untuk
mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu.
5. Mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada
pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing)
atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
6. Musyarakah adalah penanaman dana dari pemilik dana/modal untuk
mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan
kerugian ditanggung semua pemilik dana/ modal berdasarkan bagian dana/ modal
masing-masing.
7. Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan
margin keuntungan yang disepakati.
8. Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat
tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
9. Istishna' adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai
dengan kesepakatan.
10. Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah
mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau
imbalan jasa;
Pasal 2
(1) Dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana Bank wajib
membuat Akad sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini.
(2) Dalam Akad sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditegaskan jenis
transaksi syariah yang digunakan.
(3) Transaksi syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh mengandung
unsur gharar, maysir, riba, zalim, risywah, barang haram dan maksiat.
BAB II
PERSYARATAN AKAD PENGHIMPUNAN
DAN PENYALURAN DANA
Bagian Pertama
Penghimpunan Dana
Pasal 3
Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro atau tabungan berdasarkan
Wadi'ah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai
pemilik dana titipan;
b. dana titipan disetor penuh kepada Bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal;
c. dana titipan dapat diambil setiap saat;
d. tidak diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah;
e. Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah.
Pasal 4
Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro berdasarkan Mudharabah
berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan Bank bertindak
sebagai pengelola dana (mudharib);
b. Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya melakukan Akad
Mudharabah dengan pihak lain;
c. modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang, serta dinyatakan jumlah
nominalnya;
d. nasabah wajib memelihara saldo giro minimum yang ditetapkan oleh Bank dan
tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka penutupan rekening;
e. pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam Akad pembukaan rekening.
f. pemberian keuntungan untuk nasabah didasarkan pada saldo terendah setiap
akhir bulan laporan.
g. Bank menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan
yang menjadi haknya; dan
BAB III
PENYELESAIAN SENGKETA BANK
DAN NASABAH
Pasal 20
(1) Dalam hal salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana
diperjanjikan dalam Akad atau jika terjadi perselisihan di antara Bank dan Nasabah
maka upaya penyelesaian dilakukan melalui musyawarah;
(2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencapai
kesepakatan, maka penyelesaian lebih lanjut dapat dilakukan melalui alternatif
penyelesaian sengketa atau badan arbitrase Syariah;
BAB IV
SANKSI
Pasal 21
(1) Bank yang tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 19
Peraturan Bank Indonesia ini dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 berupa:
a. teguran tertulis;
b. penurunan tingkat kesehatan; dan atau
c. penggantian pengurus.
UMUM
Sejalan dengan perkembangan pesat industri perbankan syariah dimungkinkan pula
adanya berbagai penafsiran dalam penyusunan Akad produk dan jasa bank syariah
yang dapat menimbulkan iklim usaha yang kurang kondusif bagi bank syariah dan
ketidak pastian bagi para pihak terkait dan stakeholders lainnya. Dengan demikian
diperlukan pengaturan Akad penghimpunan dan penyaluran dana bank syariah
dalam rangka memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah. Dengan
adanya ketentuan tentang Akad penghimpunan dan penyaluran dana bank syariah
akan memberikan manfaat kepada semua pihak yang berkepentingan yang pada
gilirannya akan mewujudkan pengelolaan bank syariah yang sehat. Selain itu,
kejelasan Akad akan membantu operasional bank sehingga menjadi lebih efisien
dan meningkatkan kepastian hukum para pihak termasuk bagi pengawas dan auditor
bank syariah. Ketentuan persyaratan minimum Akad ini disusun berpedoman
kepada fatwa yang diterbitkan oleh Dewan Syariah Nasional dengan memberikan
penjelasan lebih rinci aspek teknis perbankan guna menyediakan landasan hukum
yang cukup memadai bagi para pihak yang berkepentingan. Ketentuan persyaratan
minimum Akad ini mengikuti proses yang berkesinambungan (evolving process)
dengan memperhatikan perubahan dan perkembangan kondisi regulasi dan sistem
perundangan yang berlaku Prinsip-prinsip umum yang diatur dalam ketentuan
persyaratan minimum Akad ini meliputi antara lain prinsip transparansi produk dan
jasa dalam upaya mewujudkan bank syariah yang penuh integritas dan amanah, asas
keberlakuan secara universal sehingga bank syariah dapat dimanfaatkan oleh
seluruh lapisan masyarakat, dan pengutamaan penyelesaian sengketa antara bank
dan nasabah secara musyawarah, memenuhi rasa keadilan dan efisiensi biaya dalam
penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa atau arbitrase
syariah.
TENTANG
JENIS BARANG DAN JASA YANG TIDAK DIKENAKAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
Menimbang :
bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 4A Undang-undang Nomor 8 Tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun
2000, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Jenis Barang dan Jasa Yang Tidak
Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai;
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan
Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3264)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor
18 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 128,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3986);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG JENIS BARANG DAN JASA YANG
TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI.
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Jenis barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b adalah:
a. beras;
b. gabah;
c. jagung;
d. sagu;
e. kedelai; dan
f. garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium.
Pasal 4
Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf c meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, tidak termasuk makanan dan minuman
yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.
Pasal 5
Jenis jasa di bidang pelayanan kesehatan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a meliputi:
a. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;
b. Jasa dokter hewan;
c. Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan fisioterapi;
d. Jasa kebidanan dan dukun bayi;
e. Jasa paramedis dan perawat; dan
*38414 f. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan sanatorium.
Pasal 7
Jenis jasa di bidang pelayanan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
meliputi:
a. Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo;
b. Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial;
c. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
d. Jasa Lembaga Rehabilitasi kecuali yang bersifat komersial;
e. Jasa pemakaman termasuk krematorium; dan
f. Jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.
Pasal 8
Jenis jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d meliputi:
a. Jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 kecuali jasa penyediaan
tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (perjanjian), serta anjak
piutang;
b. Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi; dan
c. Jasa Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi.
Pasal 9
Jenis jasa di bidang keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e meliputi:
a. Jasa pelayanan rumah ibadah;
b. Jasa pemberian khotbah atau dakwah; dan
c. Jasa lainnya di bidang keagamaan.
Pasal 10
Jenis jasa di bidang pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f meliputi:
Pasal 11
Jenis jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g termasuk jasa di bidang kesenian yang
tidak bersifat komersial seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan
secara cuma-cuma.
Pasal 12
Jenis jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf h adalah jasa penyiaran radio atau televisi yang dilakukan oleh instansi
Pemerintah atau swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang
bertujuan komersial.
Pasal 13
Jenis jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf i adalah jasa angkutan umum di darat, di laut, di danau, dan di sungai yang
dilakukan oleh Pemerintah atau swasta.
Pasal 14
Jenis jasa di bidang tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf j meliputi:
a. Jasa tenaga kerja;
b. Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang Pengusaha penyedia tenaga kerja tidak
bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan
c. Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja.
Pasal 15
Jenis jasa di bidang perhotelan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf k meliputi:
a. Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu
yang menginap; dan
b. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel.
Pasal 16
Jenis jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan
Pasal 17
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur
dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Pasal 18
*38416 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Desember 2000
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ABDURRAHMAN WAHID
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DJOHAN EFFENDI
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 144 TAHUN 2000
TENTANG
UMUM
Sesuai dengan prinsip Pajak Pertambahan Nilai sebagai pajak konsumsi di dalam Daerah
Pabean, pengenaan Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya meliputi seluruh penyerahan
barang dan jasa. Namun demikian, berdasarkan pertimbangan sosial, ekonomi dan
budaya dipandang perlu untuk tidak mengenakan Pajak Pertambahan Nilai terhadap
barang dan atau jasa tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendorong kegiatan
ekonomi dan stabilitas sosial.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam Peraturan Pemerintah ini ditentukan jenis barang
dan jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Tidak termasuk dalam pengertian gas bumi adalah gas *38417 bumi
yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat seperti elpiji.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Termasuk dalam pengertian jasa di bidang pelayanan kesehatan medik adalah jasa
pengobatan alternatif, psikolog dan paranormal.
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Jasa angkutan umum di darat dan di air tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai,
sedangkan jasa angkutan udara dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Namun
demikian jasa angkutan udara luar negeri tidak dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai, karena penyerahan jasa tersebut dilakukan di luar Daerah Pabean.
Termasuk dalam pengertian jasa angkutan udara luar negeri adalah jasa angkutan
udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa
angkutan udara luar negeri tersebut.
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
1 Karakteristik
2
3 6. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau
4 tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan,
5 penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan
6 dari pembeli.
7
8 7. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat
9 mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang
10 yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat
11 pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset
12 murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah
13 pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum
14 diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut
15 menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.
16
17 8. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai
18 atau tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang
19 dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli
20 tetapi pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran atau
21 sekaligus pada waktu tertentu.
22
23 9. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga
24 yang berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum
25 akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut telah
26 disepakati maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang
27 digunakan.
28
29 10. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga
30 jual, sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika
31 penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah maka
32 potongan itu merupakan hak pembeli. Sedangkan diskon yang
33 diterima setelah akad murabahah disepakati maka sesuai
34 dengan yang diatur dalam akad, dan jika tidak diatur dalam
35 akad maka potongan tersebut adalah hak penjual.
36
37 11. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara
38 lain, meliputi:
1 KETENTUAN TRANSISI
2
3 39.Pernyataan ini berlaku secara prospektif untuk
4 transaksi murabahah yang terjadi setelah tanggal efektif.
5 Untuk meningkatkan daya banding laporan keuangan
6 maka entitas dianjurkan menerapkan Pernyataan ini
7 secara retrospektif.
8
9
10 TANGGAL EFEKTIF
11
12 40.Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan
13 penyajian laporan keuangan lembaga keuangan syariah
14 yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008.
15
16
17 PENARIKAN
18
19 41. Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi
20 Perbankan Syariah, yang berhubungan dengan pengakuan,
21 pengukuran, penyajian dan pengungkapan murabahah.
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
EXPOSURE DRAFT
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
AKUNTANSI MURABAHAH
IKATANAKUNTANINDONESIA
ED No.
102 EXPOSURE DRAFT
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
AK UNT
AKUNT ANSI
UNTANSI
MURABAHAH
Diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
Jl. Sindanglaya No. 1 Menteng, Jakarta Pusat 10310
Telp. (021) 319 04232
Fax. (021) 724 5078
Homepage: www.iaiglobal.or.id
Email: iai-info@iaiglobal.or.id
DAFTAR ISI
Paragraf
PENDAHULUAN ........................................................... 01 - 17
Tujuan ................................................................................ 01
Ruang Lingkup ................................................................... 02 - 04
Definisi ............................................................................... 05
Karakteristik ...................................................................... 06 - 17
PENYAJIAN .................................................................... 36 – 37
PENGUNGKAPAN ........................................................ 38
PENARIKAN .................................................................. 41