Anda di halaman 1dari 52

Akad Pembiayaan al-Mudharabah (contoh akta dibawahtangan, koleksi

Raimond Flora Lamandasa, SH, MKn)

AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH


Nomor: .
BISMILAAHIRRAHMAANIRRAHIIM
“Hai orang-orang yang beriman, sempurnakanlah segala janji……..”
(Surat Al-Maaidah 5 : 1)
“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu makan harta sesama kamu dengan jalan
bathil, kecuali melalui perniagaan yang berlaku suka sama suka di antara kamu” (Surat
an-Nisaa’ 4 : 29)
“Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu”
(Surat al-Baqarah 2 : 198)
AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH ini dibuat dan ditandatangani pada hari ini, hari
...................
tanggal ............., bulan.........., tahun ........
Pukul ................ Wib
oleh dan antara pihak-pihak:
1. PT BANK SYARIAH ABC, di .................. yang dalam hal ini diwakili oleh .................
Selanjutnya disebut “BANK”.
2. ..................................................
..................................................
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama .........,
selanjutnya disebut “MUDHARIB” atau “NASABAH”.
Para pihak terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:
- Bahwa, dalam rangka menjalankan dan memperluas kegiatan usahanya, NASABAH
memerlukan sejumlah dana, dan untuk memenuhi hal tersebut NASABAH telah
mengajukan permohonan kepada BANK untuk menyediakan Pembiayaannya, yang dari
pendapatan/keuntungan usaha itu kelak akan dibagi di antara NASABAH dan BANK
berdasarkan prinsip bagi hasil (syirkah)
- Bahwa, terhadap permohonan NASABAH tersebut BANK telah menyatakan
persetujuannya, baik terhadap kegiatan usaha yang akan dijalankan NASABAH
maupun terhadap pembagian pendapatan/keuntungan berdasarkan prinsip bagi
hasilnya (Syirkah)
Selanjutnya kedua belah pihak sepakat menuangkan Akad ini dalam Akad Pembiayaan
Mudharabah (selanjutnya disebut “Akad”) dengan syarat-syarat serta ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
Pasal 1
DEFINISI
1. Mudharabah : Akad antara pihak pemilik modal (shahibul maal) dengan pengelola
(mudharib) untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan.

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


2. Syari’ah adalah : Hukum Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan ar-Ra’yu dan
mengatur segala hal yang mencakup bidang ‘ibadah mahdhah dan ‘ibadah muamalah.
3. Pembiayaan adalah : Pagu atau plafon dana yang disediakan BANK untuk digunakan
sebagai modal bagi NASABAH dalam menjalankan dan memperluas usahanya, sesuai
dengan permohonan yang diajukannya kepada BANK.
4. Bagi hasil atau Syirkah adalah:
Pembagian atas pendapatan/keuntungan antara NASABAH dan BANK yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara NASABAH dengan BANK.
5. Nisbah adalah : Bagian dari hasil pendapatan/ keuntungan yang menjadi hak
NASABAH dan BANK yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara NASABAH
dengan BANK.
6. Dokumen Jaminan adalah :
Segala macam dan bentuk surat bukti tentang kepemilikan atau hak-hak lainnya atas
barang yang dijadikan jaminan dan akta pengikatannya guna menjamin terlaksananya
kewajiban NASABAH terhadap BANK berdasarkan Akad ini.
7. Jangka Waktu Akad adalah :
Masa berlakunya Akad ini sesuai dengan yang ditentukan dalam Pasal 3 Akad ini.
8. Hari Kerja Bank adalah :
Hari Kerja Bank Indonesia
9. Pendapatan adalah : Seluruh penerimaan yang diperoleh dari hasil usaha yang
dijalankan oleh NASABAH dengan menggunakan modal yang disediakan oleh BANK
sesuai dengan Akad ini.
10. Keuntungan adalah: Pendapatan sebagaimana dimaksud dalam butir 8 Pasal 1
Akad ini dikurangi biaya-biaya sebelum dipotong pajak.
11. Pembukuan Pembiayaan adalah:
Pembukuan atas nama NASABAH pada BANK yang khusus mencatat seluruh transaksi
NASABAH sehubungan dengan Pembiayaan, yang merupakan bukti sah dan mengikat
NASABAH atas segala kewajiban pembayaran, sepanjang tidak dapat dibuktikan
sebaliknya dengan cara yang sah menurut hukum.
12. Cedera Janji adalah:
Peristiwa atau peristiwa-peristiwa sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 8 Akad ini
yang menyebabkan BANK dapat menghentikan seluruh atau sebahagian pembiayaan,
dan menagih dengan seketika dan sekaligus jumlah kewajiban NASABAH kepada
BANK sebelum Jangka Waktu Akad ini.
Pasal 2
PEMBIAYAAN DAN PENGGUNAANNYA
BANK berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menyediakan fasilitas
Pembiayaan kepada NASABAH sampai sejumlah Rp. ................
( .............. ) secara sekaligus atau bertahap sesuai dengan permintaan NASABAH yang
semata-mata akan dipergunakan untuk ...................................
sesuai dengan Rencana kerja yang disiapkan oleh NASABAH yang disetujui BANK,

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


yang dilampirkan pada dan karenanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan
dari Akad ini.
Pasal 3
JANGKA WAKTU
Pembiayaan yang dimaksud dalam Akad ini berlangsung untuk jangka waktu ......
(...........) bulan terhitung sejak tanggal Akad ini ditandatangani, serta berakhir pada
tanggal ....... bulan ........ Tahun ...
Pasal 4
PENARIKAN PEMBIAYAAN
Dengan tetap memperhatikan dan menaati ketentuan-ketentuan tentang pembatasan
penyediaan dana yang ditetapkan oleh yang berwenang, BANK berjanji dan dengan ini
mengikatkan diri untuk mengizinkan NASABAH menarik Pembiayaan, setelah
NASABAH memenuhi seluruh prasyarat sebagai berikut :
- Menyerahkan kepada BANK Permohonan Realisasi Pembiayaan yang berisi rincian
barang yang akan dibiayai dengan fasilitas Pembiayaan, serta tanggal dan kepada
siapa pembayaran tersebut harus dilakukan. Surat Permohonan tersebut harus sudah
diterima oleh BANK selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja Bank dari saat pencairan
harus dilaksanakan.
- Menyerahkan kepada BANK seluruh dokumen NASABAH, termasuk dan tidak
terbatas pada dokumen-dokumen jaminan yang berkaitan dengan Akad ini.
- Bukti-bukti tentang kepemilikan atau hak lain atas barang jaminan, serta akta-akta
pengikatan jaminannya.
- Terhadap setiap penarikan sebagian atau seluruh Pembiayaan, NASABAH
berkewajiban membuat dan menandatangani Tanda Bukti Penerimaan uangnya, dan
menyerahkannya kepada BANK.
Sebagai bukti telah diserahkannya setiap surat, dokumen, bukti kepemilikan atas
jaminan, dan/atau akta dimaksud oleh NASABAH kepada BANK, BANK berkewajiban
untuk menerbitkan dan menyerahkan Tanda Bukti Penerimaannya kepada NASABAH.
Pasal 5
KESEPAKATAN BAGI HASIL
- NASABAH dan BANK sepakat, dan dengan ini mengikatkan diri satu terhadap yang
lain, bahwa Nisbah dari masing-masing pihak adalah :
..... % (......persen) dari pendapatan/keuntungan untuk NASABAH;
..... % (......persen) dari pendapatan/keuntungan untuk BANK
- NASABAH dan BANK juga sepakat, dan dengan ini saling mengikatkan diri satu
terhadap yang lain, bahwa pelaksanaan Bagi Hasil (Syirkah) akan dilakukan pada tiap-
tiap ..................
- BANK berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menanggung kerugian yang
timbul dalam pelaksanaan Akad ini, kecuali apabila kerugian tersebut terjadi karena
ketidakjujuran dan/atau kelalaian NASABAH sebagaimana yang diatur dalam Pasal 11,
dan/atau pelanggaran yang dilakukan NASABAH atas syarat-syarat sebagaimana

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


diatur dalam Pasal 12 Akad ini.
- BANK baru akan menerima dan mengakui terjadinya kerugian tersebut, apabila BANK
telah menerima dan menilai kembali segala perhitungan yang dibuat dan disampaikan
oleh NASABAH kepada BANK, dan BANK telah menyerahkan hasil penilaiannya
tersebut secara tertulis kepada NASABAH.
- NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri, untuk menyerahkan perhitungan
usaha yang dibiayai dengan fasilitas Pembiayaan berdasarkan Akad ini, secara periodik
pada tiap-tiap bulan, selambat-lambatnya pada hari ke ........ bulan berikutnya.
- BANK berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk melakukan penilaian kembali
atas perhitungan usaha yang diajukan oleh NASABAH, selambat-lambatnya pada hari
ke ........ sesudah BANK menerima perhitungan usaha tersebut yang disertai data dan
bukti-bukti lengkap dari NASABAH.
- Apabila sampai hari ke ........., BANK tidak menyerahkan kembali hasil penilaian
tersebut kepada NASABAH, maka BANK dianggap secara sah telah menerima dan
mengakui perhitungan yang dibuat oleh NASABAH.
- NASABAH dan BANK berjanji dan dengan ini saling mengikatkan diri satu terhadap
yang lain, bahwa BANK hanya akan menanggung segala kerugian, maksimum sebesar
pembiayaan yang diberikan kepada NASABAH tersebut pada Pasal 2.
Pasal 6
PEMBAYARAN KEMBALI
NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk mengembalikan kepada
BANK, seluruh jumlah pembiayaan pokok dan bagian pendapatan/keuntungan yang
menjadi hak BANK sampai lunas sesuai dengan Nisbah sebagaimana ditetapkan pada
Pasal 5 Akad ini, menurut jadwal pembayaran sebagaimana ditetapkan pada lampiran
yang dilekatkan pada dan karenanya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dari
Akad ini.
Setiap pembayaran kembali oleh NASABAH kepada BANK atas pembiayaan yang
diberikan oleh BANK dilakukan di kantor BANK atau di tempat lain yang ditunjuk BANK,
atau dilakukan melalui rekening yang dibuka oleh dan atas nama NASABAH di BANK.
- Dalam hal pembayaran dilakukan melalui rekening NASABAH di BANK, maka dengan
ini NASABAH memberi kuasa yang tidak dapat berakhir karena sebab-sebab yang
ditentukan dalam pasal 1813 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata kepada BANK,
untuk mendebet rekening NASABAH guna membayar/melunasi kewajiban NASABAH
kepada BANK.
- Apabila NASABAH membayar kembali atau melunasi pembiayaan yang diberikan oleh
BANK lebih awal dari waktu yang diperjanjikan, maka tidak berarti pembayaran tersebut
akan menghapuskan atau mengurangi bagian dari pendapatan/keuntungan yang
menjadi hak BANK sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Akad ini.
Pasal 7
BIAYA, POTONGAN, DAN PAJAK
- NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menanggung segala biaya

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


yang diperlukan berkenaan dengan pelaksanaan Akad ini, termasuk jasa Notaris dan
jasa lainnya, sepanjang hal itu diberitahukan BANK kepada NASABAH sebelum
ditandatanganinya Akad ini, dan NASABAH menyatakan persetujuannya.
- Setiap pembayaran kembali/pelunasan NASABAH sehubungan dengan Akad ini dan
Akad lainnya yang mengikat NASABAH dan BANK, dilakukan oleh NASABAH kepada
BANK tanpa potongan, pungutan, pajak dan/atau biaya-biaya lainnya, kecuali jika
potongan tersebut diharuskan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
- NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri, bahwa terhadap setiap potongan
yang diharuskan oleh perundang-undangan yang berlaku, akan dilakukan
pembayarannya oleh NASABAH melalui BANK.
Pasal 8
JAMINAN
Untuk menjamin tertibnya pembayaran kembali/pelunasan Pembiayaan tepat pada
waktu dan jumlah yang telah disepakati kedua belah pihak berdasarkan Akad ini, maka
NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menyerahkan jaminan dan
membuat pengikatan jaminan kepada BANK sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Akad ini.
Jenis barang jaminan yang diserahkan adalah berupa :
-
-
-
-
-
-
-
-
Pasal 9
KEWAJIBAN NASABAH
Sehubungan dengan penyediaan pembiayaan oleh BANK berdasarkan Akad ini,
NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk :
- mengembalikan seluruh jumlah pokok Pembiayaan berikut bagian dari
pendapatan/keuntungan BANK sesuai dengan Nisbah pada saat jatuh tempo
sebagaimana ditetapkan pada Lampiran yang diletakkan pada dan karenanya menjadi
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Akad ini.
- memberitahukan secara tertulis kepada BANK dalam hal terjadinya perubahan yang
menyangkut NASABAH maupun usahanya.
- melakukan pembayaran atas semua tagihan dari Pihak Ketiga dan setiap penerimaan
tagihan dari Pihak Ketiga disalurkan melalui rekening NASABAH di BANK.
membebaskan seluruh harta kekayaan milik NASABAH dari beban penjaminan
terhadap pihak lain, kecuali penjaminan bagi kepentingan BANK berdasarkan Akad ini.

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


- mengelola dan menyelenggarakan pembukuan Pembiayaan secara jujur dan benar
dengan iktikad baik dalam pembukuan tersendiri.
- menyerahkan kepada BANK perhitungan usahanya secara bulanan yang difasilitasi
pembiayaannya berdasarkan Akad ini, selambatnya tanggal ……… bulan berikutnya.
menyerahkan kepada BANK setiap dokumen, bahan-bahan dan/atau keterangan-
keterangan yang diminta BANK kepada NASABAH.
- menjalankan usahanya menurut ketentuan-ketentuan, atau tidak menyimpang atau
bertentangan dengan prinsip-prinsip Syari’ah.
Pasal 10
PERNYATAAN PENGAKUAN NASABAH
NASABAH dengan ini menyatakan pengakuan dengan sebenar-benarnya, menjamin
dan karenanya mengikatkan diri kepada BANK, bahwa :
- NASABAH adalah Perorangan/Badan Usaha yang tunduk pada hukum Negara
Republik Indonesia;
- pada saat ditandatanganinya Akad ini, NASABAH tidak dalam keadaan berselisih,
bersengketa, gugat-menggugat di muka atau di luar lembaga peradilan atau arbitrase,
berutang kepada pihak lain, diselidik atau dituntut oleh pihak yang berwajib baik pada
saat ini atau pun dalam masa penundaan, yang dapat mempengaruhi asset, keadaan
keuangan, dan/atau mengganggu jalannya usaha NASABAH;
- NASABAH memiliki semua perijinan yang berlaku untuk menjalankan usahanya;
- orang-orang yang bertindak untuk dan atas nama serta mewakili dan/atau yang diberi
kuasa oleh NASABAH adalah sah dan berwewenang, serta tidak dalam tekanan atau
paksaan dari pihak mana pun;
- NASABAH mengijinkan Bank pada saat ini dan untuk masa-masa selama
berlangsungnya Akad, untuk memasuki tempat usaha dan tempat-tempat lainnya yang
berkaitan dengan usaha NASABAH, mengadakan pemeriksaan terhdap pembukuan,
catatan-catatan, transaksi, dan/atau kegiatan lainnya yang berkaitan dengan usaha
berdasarkan Akad ini, baik langsung maupun tidak langsung.
Pasal 11
CEDERA JANJI
Menyimpang dari ketentuan dalam Pasal 3 Akad ini, BANK berhak untuk
menuntut/menagih pembayaran dari NASABAH dan/atau siapa pun juga yang
memperoleh hak darinya, atas sebagian atau seluruh jumlah kewajiban NASABAH
kepada BANK berdasarkan Akad ini, untuk dibayar dengan seketika dan sekaligus,
tanpa diperlukan adanya surat pemberitahuan, surat teguran, atau surat lainnya,
apabila terjadi salah satu hal atau peristiwa tersebut di bawah ini:
- NASABAH tidak melaksanakan pembayaran atas kewajibannya kepada BANK sesuai
dengan saat yang ditetapkan dalam Pasal 5 dan/atau Pasal 3 Akad ini;
- dokumen, surat-surat bukti kepemilikan atau hak lainnya atau barang-barang yang
dijadikan jaminan, dan/atau pernyataan pengakuan sebagaimana tersebut pada Pasal
10 Akad ini ternyata palsu atau tidak benar isinya, dan/atau NASABAH melakukan

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


perbuatan yang melanggar atau bertentangan dengan salah satu hal yang ditentukan
dalam Pasal 9 dan/atau Pasal 12 Akad ini;
- sebahagian atau seluruh harta kekayaan NASABAH disita oleh pengadilan atau pihak
yang berwajib;
- NASABAH berkelakuan sebagai pemboros, pemabuk, ditaruh di bawah pengampuan,
dalam keadaan insolvensi, dinyatakan pailit, atau dilikuidasi;
Pasal 12
PELANGGARAN
NASABAH dianggap telah melanggar syarat-syarat Akad ini bila terbukti NASABAH
melakukan salah satu dari perbuatan-perbuatan atau lebih sebagai berikut:
- menggunakan pembiayaan yang diberikan BANK di luar tujuan atau rencana kerja
yang telah mendapatkan persetujuan tertulis dari BANK;
- melakukan pengalihan usahanya dengan cara apa pun, termasuk dan tidak terbatas
pada melakukan penggabungan, konsolidasi, dan/atau akuisisi dengan pihak lain.
- menjalankan usahanya tidak sesuai dengan ketentuan teknis yang diharuskan oleh
BANK;
- melakukan pendaftaran untuk memohon dinyatakan pailit oleh pengadilan;
- lalai tidak memenuhi kewajibannya terhadap pihak lain;
- menolak atau menghalang-halangi BANK dalam melakukan pengawasan dan/atau
pemeriksaan sebagaimana diatur dalam Pasal 13 Akad ini.
Pasal 13
PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN
Atas kesepakatan kedua pihak, BANK atau Kuasanya dapat untuk melakukan
pengawasan dan pemeriksaan atas pembukuan dan jalannya pengelolaan usaha yang
mendapat fasilitas pembiayaan dari BANK berdasarkan Akad ini, serta hal-hal lain yang
berkaitan langsung atau tidak langsung dengannya, termasuk dan tidak terbatas pada
membuat photo copynya.
Pasal 14
ASURANSI
NASABAH berjanji dan dengan ini mengikatkan diri untuk menutup asuransi berdasar
Syari’ah atas bebannya terhadap seluruh barang yang menjadi jaminan atas
Pembiayaan berdasar Akad ini, pada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh BANK,
dengan menunjuk dan menetapkan BANK sebagai pihak yang berhak menerima
pembayaran claim asuransi tersebut (bankers claus)
Pasal 15
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
- Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam memahami atau menafsirkan bagian-
bagian dari isi, atau terjadi perselisihan dalam melaksanakan Perjanjian ini, maka
NASABAH dan BANK akan berusaha untuk menyelesaikannya secara musyawarah
untuk mufakat.
- Apabila usaha menyelesaikan perbedaan pendapat atau perselisihan melalui

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


musyawarah untuk mufakat tidak menghasilkan keputusan yang disepakati oleh kedua
belah pihak, maka dengan ini NASABAH dan BANK sepakat untuk menunjuk dan
menetapkan serta memberi kuasa kepada BADAN ARBITRASE MUAMALAT
INDONESIA (BAMUI) untuk memberikan putusannya, menurut tata cara dan prosedur
berarbitrase yang ditetapkan oleh dan berlaku di badan tersebut.
- Putusan BADAN ARBITRASE MUAMALAT INDONESIA (BAMUI) bersifat final dan
mengikat.
Pasal 16
LAIN-LAIN
......................................................
......................................................
......................................................
......................................................
......................................................
......................................................
Pasal 17
PEMBERITAHUAN
Setiap pemberitahuan dan komunikasi sehubungan dengan Akad ini dianggap telah
disampaikan secara baik dan sah, apabila dikirim dengan surat tercatat atau
disampaikan secara pribadi dengan tanda terima ke alamat di bawah ini :
NASABAH :
Alamat:
B A N K : PT BANK SYARIAH ABC
Alamat:

Pasal 18
PENUTUP
- Apabila ada hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Akad ini, maka
NASABAH dan BANK akan mengaturnya bersama secara musyawarah untuk mufakat
dalam suatu Addendum.
- Tiap Addendum dari Akad ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
Akad ini.
- Surat Akad ini dibuat dan ditandatangani oleh NASABAH dan BANK di atas kertas
yang bermaterai cukup dalam rangkap 2 (dua) yang masing-masing berlaku sebagai
aslinya bagi kepentingan masing-masing pihak.
Diposkan oleh Raimond Flora Lamandasa pada hari Kamis, Oktober 02, 2008 Label: akta
dibawahtangan

1 komentar:
Anonim mengatakan...

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Salam hormat Pak Raimond.

saya Budi Arta Aris, berada di Padang, saat ini sedang mengambil S2 program
Kenotariatan UGM kelas Padang. saat ini saya dalam proses persiapan
pembuatan thesis yang mengangkat tema pembiayaan mudharabah. saya
sangat tertarik dengan tulisan anda mengenai pembiayaan mudharabah dan
profil anda, mengingat kita juga 1 almamater (tetntu pak raimond lebih senior dari
pada saya).

dengan ini, saya bermaksud menanyakan ulasan mengenai resiko pembiayaan


mudharabah (studi kasus pada Bank Pemerintah), untuk dapat saya jadikan
salah satu literatur dalm tulisan saya. jika ada literatur dari bapak sangatlah
membantu.

sekian disampaikan. diucapkan terima kasih.

wassalam.
budiarta.aris@yahoo.com
2009 April 6 11:42

Poskan Komentar

Link ke posting ini


Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Halaman Muka

Langgan: Poskan Komentar (Atom)

my slide...

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


http://www.mui.or.id/mui_in/product_2/fatwa.php?id=11

FATWA
DEWAN SYARI'AH NASIONAL
NO: 04/DSN-MUI/IV/2000
Tentang
MURABAHAH

Menimbang :
Mengingat :
Memperhatikan :
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : FATWA TENTANG MURABAHAH

Pertama : Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari’ah:

1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’ah Islam.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya.
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan
pembelian ini harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan
harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus
memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang
diperlukan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka
waktu tertentu yang telah disepakati.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak
bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank.

Kedua : Ketentuan Murabahah kepada Nasabah:

1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau


aset kepada bank.

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset
yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus
menerima (membeli)nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya,
karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak
harus membuat kontrak jual beli.
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang
muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus
dibayar dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank,
bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif dari uang muka,
maka

a. jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal


membayar sisa harga.
b. jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar
kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang
muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

Ketiga : Jaminan dalam Murabahah:

1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.


2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.

Keempat : Hutang dalam Murabahah:

1. Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi murabahah tidak


ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga
atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan
keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya
kepada bank.
2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak
wajib segera melunasi seluruh angsurannya.
3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus
menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat
pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan.

Kelima : Penundaan Pembayaran dalam Murabahah:

1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian


hutangnya.

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu
pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui
Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.

Keenam : Bangkrut dalam Murabahah:


Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank
harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau
berdasarkan kesepakatan.

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 26 Dzulhijjah 1420 H / 1 April 2000 M

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


PERATURAN BANK INDONESIA
NOMOR: 7/46/PBI/2005
TENTANG
AKAD PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA BAGI BANK
YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN
PRINSIP SYARIAH
GUBERNUR BANK INDONESIA,

Menimbang:
a. bahwa perbankan syariah harus senantiasa menjaga kepercayaan masyarakat baik
dari aspek finansial maupun kesesuaian terhadap prinsip syariah yang menjadi dasar
operasinya;

b. bahwa setiap pelaku dalam industri perbankan syariah, termasuk pengelola


bank/pemilik dana/pengguna dana, serta otoritas pengawas harus memiliki
kesamaan cara pandang terhadap Akad-Akad produk penghimpunan dan
penyaluran dana bank syariah;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b


dipandang perlu untuk menetapkan ketentuan tentang Akad enghimpunan dan
penyaluran dana bagi bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah dalam Peraturan Bank Indonesia;

Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3790);

2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3843) sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang Nomor 3Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4357);

MEMUTUSKAN:

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Menetapkan:
PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG AKAD
PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA BAGI
BANK YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA
BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Yang dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia ini dengan:
1. Bank adalah Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah.
2. Prinsip Syariah adalah prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
angka 13 Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998;
3. Akad adalah perjanjian tertulis yang memuat ijab (penawaran) dan qabul
(penerimaan) antara Bank dengan pihak lain yang berisi hak dan kewajiban masing-
masing pihak sesuai dengan prinsip Syariah;
4. Wadi’ah adalah penitipan dana atau barang dari pemilik dana atau barang pada
penyimpan dana atau barang dengan kewajiban pihak yang menerima titipan untuk
mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu.
5. Mudharabah adalah penanaman dana dari pemilik dana (shahibul maal) kepada
pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing)
atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak
berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.
6. Musyarakah adalah penanaman dana dari pemilik dana/modal untuk
mencampurkan dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan
kerugian ditanggung semua pemilik dana/ modal berdasarkan bagian dana/ modal
masing-masing.
7. Murabahah adalah jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan
margin keuntungan yang disepakati.
8. Salam adalah jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat
tertentu dan pembayaran tunai terlebih dahulu secara penuh.
9. Istishna' adalah jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai
dengan kesepakatan.
10. Ijarah adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah
mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau
imbalan jasa;

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


11. Qardh adalah pinjam meminjam dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak
peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus atau cicilan dalam
jangka waktu tertentu.

Pasal 2
(1) Dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana Bank wajib
membuat Akad sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia ini.
(2) Dalam Akad sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib ditegaskan jenis
transaksi syariah yang digunakan.
(3) Transaksi syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh mengandung
unsur gharar, maysir, riba, zalim, risywah, barang haram dan maksiat.

BAB II
PERSYARATAN AKAD PENGHIMPUNAN
DAN PENYALURAN DANA
Bagian Pertama
Penghimpunan Dana

Pasal 3
Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro atau tabungan berdasarkan
Wadi'ah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. Bank bertindak sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai
pemilik dana titipan;
b. dana titipan disetor penuh kepada Bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal;
c. dana titipan dapat diambil setiap saat;
d. tidak diperbolehkan menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah;
e. Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah.

Pasal 4
Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk giro berdasarkan Mudharabah
berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan Bank bertindak
sebagai pengelola dana (mudharib);
b. Bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya melakukan Akad
Mudharabah dengan pihak lain;
c. modal harus dalam bentuk tunai dan bukan piutang, serta dinyatakan jumlah
nominalnya;
d. nasabah wajib memelihara saldo giro minimum yang ditetapkan oleh Bank dan
tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka penutupan rekening;
e. pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam Akad pembukaan rekening.
f. pemberian keuntungan untuk nasabah didasarkan pada saldo terendah setiap
akhir bulan laporan.
g. Bank menutup biaya operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan
yang menjadi haknya; dan

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


h. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
Pasal 5
Dalam kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan atau deposito
berdasarkan Mudharabah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut :
a. Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah bertindak sebagai pemilik
dana;
b. dana disetor penuh kepada Bank dan dinyatakan dalam jumlah nominal;
c. pembagian keuntungan dari pengelolaaan dana investasi dinyatakan dalam
bentuk nisbah;
d. pada Akad tabungan berdasarkan Mudharabah, nasabah wajib menginvestasikan
minimum dana tertentu yang jumlahnya ditetapkan oleh Bank
dan tidak dapat ditarik oleh nasabah kecuali dalam rangka penutupan rekening;
e. nasabah tidak diperbolehkan menarik dana di luar kesepakatan;
f. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan atau deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya;
g. Bank tidak diperbolehkan mengurangi bagian keuntungan nasabah tanpa
persetujuan nasabah yang bersangkutan; dan
h. Bank tidak menjamin dana nasabah, kecuali diatur berbeda dalam perundang-
undangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Penyaluran Dana
Paragraf 1
Penyaluran Dana Berdasarkan Mudharabah dan Musyarakah
Pasal 6
Dalam kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan
Mudharabah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. Bank bertindak sebagai shahibul maal yang menyediakan dana secara penuh,
dan nasabah bertindak sebagai mudharib yang mengelola dana dalam kegiatan
usaha;
b. jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah;
c. Bank tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha nasabah tetapi memiliki hak dalam
pengawasan dan pembinaan usaha nasabah;
d. pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan/atau barang;
e. dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai harus dinyatakan jumlahnya;
f. dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang, maka barang yang
diserahkan harus dinilai berdasarkan harga perolehan atau harga pasar wajar;
g. pembagian keuntungan dari pengelolaaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah
yang disepakati;
h. Bank menanggung seluruh risiko kerugian usaha yang dibiayai kecuali jika
nasabah melakukan kecurangan, lalai, atau menyalahi perjanjian yang
mengakibatkan kerugian usaha;
i. nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu
investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak dan tidak berlaku surut;

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


j. nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara berjenjang (tiering) yang besarnya
berbeda-beda berdasarkan kesepakatan pada awal Akad;
k. pembagian keuntungan dilakukan dengan menggunakan metode bagi untung dan
rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing);
l. pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha dari mudharib sesuai dengan
laporan hasil usaha dari usaha mudharib;
m. dalam hal nasabah ikut menyertakan modal dalam kegiatan usaha yang dibiayai
Bank, maka berlaku ketentuan;
(i) nasabah bertindak sebagai mitra usaha dan mudharib;
(ii) atas keuntungan yang dihasilkan dari kegiatan usaha yang dibiayai tersebut,
maka nasabah mengambil bagian keuntungan dari porsi modalnya, sisa keuntungan
dibagi sesuai kesepakatan antara Bank dan nasabah;
n. pengembalian pembiayaan dilakukan pada akhir periode Akad untuk pembiayaan
dengan jangka waktu sampai dengan satu tahun atau dilakukan secara angsuran
berdasarkan aliran kas masuk (cash in flow) usaha nasabah;
o. Bank dapat meminta jaminan atau agunan untuk mengantisipasi risiko apabila
nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana dimuat dalam Akad karena
kelalaian dan/atau kecurangan.
Pasal 7
Dalam kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan
Mudharabah muqayyadah (restricted investment) berlaku persyaratan paling kurang
sebagai berikut:
a. Bank bertindak sebagai agen penyalur dana investor (channelling agent)kepada
nasabah yang bertindak sebagai pengelola dana untuk kegiatan usaha dengan
persyaratan dan jenis kegiatan usaha yang ditentukan oleh investor;
b. jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara investor, nasabah dan Bank;
c. Bank tidak ikut serta dalam pengelolaan usaha nasabah tetapi memiliki hak dalam
pengawasan dan pembinaan usaha nasabah;
d. pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan/atau barang;
e. dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang, maka barang yang
diserahkan harus dinilai dengan harga perolehan atau harga pasar;
f. Bank sebagai agen penyaluran dana dapat menerima fee (imbalan) yang
perhitungannya diserahkan kepada kesepakatan para pihak;
g. pembagian keuntungan dari pengelolaaan dana investasi dinyatakan dalam
bentuk nisbah yang disepakati antara investor dan nasabah;
h. Bank sebagai agen penyaluran dana milik investor tidak menanggung risiko
kerugian usaha yang dibiayai; dan
i. investor sebagai pemilik dana Mudharabah muqayyadah menanggung seluruh
risiko kerugian kegiatan usaha kecuali jika nasabah melakukan kecurangan, lalai,
atau menyalahi perjanjian yang mengakibatkan kerugian usaha.
Pasal 8
Dalam kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan
Musyarakah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut :

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


a. Bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan
bersama-sama menyediakan dana dan/atau barang untuk membiayai suatu kegiatan
usaha tertentu;
b. nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan Bank sebagai mitra usaha dapat
ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tugas dan wewenang yang
disepakati;
c. Bank berdasarkan kesepakatan dengan nasabah dapat menunjuk nasabah untuk
mengelola usaha;
d. pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan/atau barang;
e. dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang, maka barang yang
diserahkan harus dinilai secara tunai berdasarkan kesepakatan;
f. jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan pembagian keuntungan
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Bank dan nasabah;
g. biaya operasional dibebankan pada modal bersama sesuai kesepakatan; h.
pembagian keuntungan dari pengelolaan dana dinyatakan dalam bentuk nisbah yang
disepakati;
i. Bank dan nasabah menanggung kerugian secara proporsional menurut porsi
modal masing-masing, kecuali jika terjadi kecurangan, lalai, atau menyalahi
perjanjian dari salah satu pihak;
j. nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu
investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak dan tidak berlaku surut;
k. nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara berjenjang (tiering) yang besarnya
berbeda-beda berdasarkan kesepakatan pada awal Akad;
l. pembagian keuntungan dapat dilakukan dengan metode bagi untung atau rugi
(profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing);
m. pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha sesuai dengan laporan keuangan
nasabah;
n. pengembalian pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode Akad atau
dilakukan secara angsuran berdasarkan aliran kas masuk (cash in flow) usaha;dan
o. Bank dapat meminta jaminan atau agunan untuk mengantisipasi risiko apabila
nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana dimuat dalam Akad karena
kelalaian dan atau kecurangan.
Paragraf 2
Penyaluran Dana Berdasarkan Murabahah, Salam dan Istishna’
Pasal 9
(1) Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan Murabahah
berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut :
a. Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian jual beli barang.
b. jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada Bank ditentukan
ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah;
c. Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah
disepakati kualifikasinya;
d. dalam hal Bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk membeli barang,
maka Akad Murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi
milik Bank;

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


e. Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka atau urbun saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang oleh nasabah;
f. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan agunan tambahan selain barang
yang dibiayai Bank;
g. kesepakatan marjin harus ditentukan satu kali pada awal Akad dan tidak berubah
selama periode Akad;
h. Angsuran pembiayaan selama periode Akad harus dilakukan secara proporsional.
(2) Dalam hal Bank meminta nasabah untuk membayar uang muka atau urbun
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e maka berlaku ketentuan sebagai
berikut :
a. dalam hal uang muka, jika nasabah menolak untuk membeli barang setelah
membayar uang muka, maka biaya riil Bank harus dibayar dari uang muka tersebut
dan bank harus mengembalikan kelebihan uang muka kepada nasabah. Namun jika
nilai uang muka kurang dari nilai kerugian yang harus ditanggung oleh Bank, maka
Bank dapat meminta lagi pembayaran sisa kerugiannya kepada nasabah;
b. dalam hal urbun, jika nasabah batal membeli barang, maka urbun yang telah
dibayarkan nasabah menjadi milik Bank maksimal sebesar kerugian yang
ditanggung oleh Bank akibat pembatalan tersebut, dan jika urbun tidak mencukupi,
nasabah wajib melunasi kekurangannya.
Pasal 10
(1) Dalam pembiayaan Murabahah Bank dapat memberikan potongan dari total
kewajiban pembayaran hanya kepada nasabah yang telah melakukan kewajiban
pembayaran cicilannya dengan tepat waktu dan/atau nasabah yang mengalami
penurunan kemampuan pembayaran.
(2) Besar potongan Murabahah kepada nasabah tidak boleh diperjanjikan dalam
Akad dan diserahkan kepada kebijakan Bank.
Pasal 11
(1) Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan Salam berlaku
persyaratan paling kurang sebagai berikut:
a. Bank membeli barang dari nasabah dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka
waktu, tempat, dan harga yang disepakati;
b. pembayaran harga oleh Bank kepada nasabah harus dilakukan secara penuh pada
saat Akad disepakati;
c. pembayaran oleh Bank kepada nasabah tidak boleh dalam bentuk pembebasan
kewajiban nasabah kepada Bank ;
d. alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya sesuai dengan kesepakatan;
e. Bank sebagai pembeli tidak boleh menjual barang yang belum diterima;
f. dalam rangka meyakinkan bahwa penjual dapat menyerahkan barang sesuai
kesepakatan maka Bank dapat meminta jaminan pihak ketiga sesuai ketentuan yang
berlaku; dan
g. Bank hanya dapat memperoleh keuntungan atau kerugian pada saat barang yang
dibeli Bank telah dijual kepada pihak lain, kecuali terdapat perubahan harga pasar
terhadap harga perolehan, sebelum barang dijual kepada pihak lain.
(2) Dalam hal seluruh atau sebagian barang tidak tersedia sesuai dengan waktu
penyerahan, kualitas atau jumlahnya sebagaimana kesepakatan maka Bank
memiliki pilihan untuk :

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


a. membatalkan (mem-fasakh-kan) Akad dan meminta pengembalian dana hak
Bank;
b. menunggu penyerahan barang tersedia; atau
c. meminta kepada nasabah untuk mengganti dengan barang lainnya yang sejenis
atau tidak sejenis sepanjang nilai pasarnya sama dengan barang pesanan semula;
(3) dalam hal nasabah menyerahkan barang kepada Bank dengan kualitas yang
lebih tinggi maka nasabah tidak boleh meminta tambahan harga, kecuali terdapat
kesepakatan antara Bank dengan nasabah;
(4) dalam hal nasabah menyerahkan barang kepada Bank dengan kualitas yang
lebih rendah dan Bank dengan sukarela menerimanya, maka tidak boleh menuntut
pengurangan harga (discount).
Pasal 12
(1) Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan Salam paralel
berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut :
a. Bank sebagai pembeli dalam Akad Salam dapat membuat Akad Salam paralel
dengan pihak lainnya dimana Bank bertindak sebagai penjual;
b. kewajiban dan hak dalam kedua Akad Salam tersebut harus terpisah;
c. Pelaksanaan kewajiban salah satu Akad Salam tidak boleh tergantung pada Akad
Salam lainnya;
d. Bank yang bertindak sebagai penjual dalam Akad Salam paralel harus memenuhi
kewajibannya kepada pihak lainnya apabila nasabah dalam Akad Salam tidak
memenuhi Akad Salam;
e. Bank menjual barang kepada nasabah pemesan dengan spesifikasi, kualitas,
jumlah, jangka waktu, tempat, dan harga yang disepakati;
f. pembayaran harga oleh nasabah kepada Bank dilakukan secara penuh pada saat
Akad disepakati;
g. dalam hal pembayaran harga oleh nasabah kepada Bank dilakukan secara
angsuran maka wajib dilakukan dengan Akad Murabahah;
h. pembayaran oleh nasabah kepada Bank tidak boleh dalam bentuk pembebasan
kewajiban Bank kepada nasabah;
i. alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya sesuai dengan kesepakatan;
j. nasabah sebagai pembeli tidak boleh menjual barang yang belum diterima;
k. dalam rangka meyakinkan Bank dapat menyerahkan barang sesuai kesepakatan,
maka nasabah dapat meminta jaminan pihak ketiga sesuai ketentuan yang berlaku.
(2) Dalam hal seluruh atau sebagian barang tidak tersedia sesuai dengan waktu
penyerahan, kualitas atau jumlahnya sebagaimana kesepakatan maka nasabah
memiliki pilihan untuk:
a. membatalkan (mem-fasakh-kan) Akad dan meminta pengembalian dana hak
nasabah;
b. menunggu penyerahan barang tersedia; atau
c. meminta kepada Bank untuk mengganti dengan barang lainnya yang sejenis atau
tidak sejenis sepanjang nilai pasarnya sama dengan barang pesanan semula;
(3) Dalam hal Bank menyerahkan barang kepada nasabah dengan kualitas yang
lebih tinggi maka Bank tidak boleh meminta tambahan harga, kecuali terdapat
kesepakatan antara Bank dengan nasabah;
(4) Dalam hal Bank menyerahkan barang kepada nasabah dengan kualitas yang

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


lebih rendah dan nasabah dengan sukarela menerimanya, maka tidak boleh
menuntut pengurangan harga (discount).
Pasal 13
(1) Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan
Istishna'berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut :
a. Bank menjual barang kepada nasabah dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka
waktu, tempat, dan harga yang disepakati;
b. pembayaran oleh nasabah kepada Bank tidak boleh dalam bentuk pembebasan
hutang nasabah kepada Bank;
c. alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya sesuai dengan kesepakatan;
d. pembayaran oleh nasabah selaku pembeli kepada Bank dilakukan secara bertahap
atau sesuai kesepakatan;
(2) Dalam hal seluruh atau sebagian barang tidak tersedia sesuai dengan waktu
penyerahan, kualitas atau jumlahnya sebagaimana kesepakatan maka nasabah
memiliki pilihan untuk:
a. membatalkan (mem-fasakh-kan) Akad dan meminta pengembalian dana kepada
Bank;
b. menunggu penyerahan barang tersedia; atau
c. meminta kepada Bank untuk mengganti dengan barang lainnya yang sejenis atau
tidak sejenis sepanjang nilai pasarnya sama dengan barang pesanan semula;
(3) Dalam hal Bank menyerahkan barang kepada nasabah dengan kualitas yang
lebih tinggi maka Bank tidak boleh meminta tambahan harga, kecuali terdapat
kesepakatan antara nasabah dengan Bank;
(4) Dalam hal Bank menyerahkan barang kepada nasabah dengan kualitas yang
lebih rendah dan nasabah dengan sukarela menerimanya, maka nasabah tidak boleh
menuntut pengurangan harga (discount).
Pasal 14
(1) Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan Istishna'
paralel berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut :
a. Bank sebagai penjual dalam Akad Istishna’ dapat membuat Akad Istishna'
paralel dengan pihak lainnya dimana Bank bertindak sebagai pembeli;
b. kewajiban dan hak dalam kedua Akad Istishna’ tersebut harus terpisah;
c. pelaksanaan kewajiban salah satu Akad Istishna’ tidak boleh tergantung pada
Akad Istishna’ paralel atau sebaliknya;
d. dalam hal Bank yang bertindak sebagai pembeli dalam Akad paralel harus
memenuhi kewajibannya kepada pihak lainnya apabila nasabah dalam Akad
Istishna’ tidak memenuhi Akad Istishna’;
e. Dalam hal pembayaran dilakukan secara angsuran, harus dilakukan secara
proporsional.
(2) Ketentuan Istishna’ berlaku pula pada Istishna’ Paralel sebagai berikut :
a. Bank membeli barang dari nasabah dengan spesifikasi, kualitas, jumlah, jangka
waktu, tempat, dan harga yang disepakati;
b. pembayaran oleh Bank kepada nasabah tidak boleh dalam bentuk pembebasan
hutang nasabah kepada Bank;
c. alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya sesuai dengan kesepakatan;
d. pembayaran oleh Bank selaku pembeli kepada nasabah dilakukan secara

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


bertahap atau sesuai kesepakatan;
e. dalam hal nasabah menyerahkan barang kepada Bank dengan kualitas yang lebih
tinggi maka nasabah tidak boleh meminta tambahan harga;
f. dalam hal nasabah menyerahkan barang kepada Bank dengan kualitas yang lebih
rendah dan Bank dengan sukarela menerimanya, maka Bank tidak boleh menuntut
pengurangan harga (discount).
Paragraf 3
Penyaluran dana berdasarkan Akad Ijarah, Ijarah muntahiya bitamlik
dan Qardh
Pasal 15
Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan Ijarah untuk
transaksi sewa menyewa berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut :
a. Bank dapat membiayai pengadaan objek sewa berupa barang yang telah dimiliki
Bank atau barang yang diperoleh dengan menyewa dari pihak lain untuk
kepentingan nasabah berdasarkan kesepakatan;
b. objek dan manfaat barang sewa harus dapat dinilai dan diidentifikasi secara
spesifik dan dinyatakan dengan jelas termasuk pembayaran sewa dan jangka
waktunya;
c. Bank wajib menyediakan barang sewa, menjamin pemenuhan kualitas maupun
kuantitas barang sewa serta ketepatan waktu penyediaan barang
sewa sesuai kesepakatan;
d. Bank wajib menanggung biaya pemeliharaan barang/aset sewa yang sifatnya
materiil dan struktural sesuai kesepakatan;
e. Bank dapat mewakilkan kepada nasabah untuk mencarikan barang yang akan
disewa oleh nasabah;
f. nasabah wajib membayar sewa secara tunai, menjaga keutuhan barang sewa, dan
menanggung biaya pemeliharaan barang sewa sesuai dengan kesepakatan;
g. nasabah tidak bertanggungjawab atas kerusakan barang sewa yang terjadi bukan
karena pelanggaran perjanjian atau kelalaian nasabah ;
Pasal 16
(1) Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk Pembiayaan berdasarkan Ijarah
muntahiya bittamlik (IMBT) berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut :
a. IMBT harus disepakati ketika Akad Ijarah ditandatangani dan
kesepakatan tersebut wajib dituangkan dalam Akad Ijarah dimaksud;
b. pelaksanaan IMBT hanya dapat dilakukan setelah Akad Ijarah dipenuhi;
c. Bank wajib mengalihkan kepemilikan barang sewa kepada nasabah berdasarkan
hibah, pada akhir periode perjanjian sewa;
d. pengalihan kepemilikan barang sewa kepada penyewa dituangkan dalam Akad
tersendiri setelah masa Ijarah selesai;
(2) Ketentuan Ijarah berlaku pula pada Akad IMBT sebagai berikut :
a. Bank dapat membiayai pengadaan objek sewa berupa barang yang telah dimiliki
Bank atau barang yang diperoleh dengan menyewa dari pihak lain untuk
kepentingan nasabah berdasarkan kesepakatan;
b. objek dan manfaat barang sewa harus dapat dinilai dan diidentifikasi secara
spesifik dan dinyatakan dengan jelas termasuk pembayaran sewa dan jangka
waktunya;

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


c. Bank wajib menyediakan barang sewa, menjamin pemenuhan kualitas maupun
kuantitas barang sewa serta ketepatan waktu penyediaan barang sewa sesuai
kesepakatan;
d. Bank wajib menanggung biaya pemeliharaan barang/aset sewa yang sifatnya
materiil dan struktural sesuai kesepakatan;
e. Bank dapat mewakilkan kepada nasabah untuk mencarikan barang yang akan
disewa oleh nasabah;
f. nasabah wajib membayar sewa secara tunai dan menjaga keutuhan barang sewa,
dan menanggung biaya pemeliharaan barang sewa sesuai dengan kesepakatan;
g. nasabah tidak bertanggung jawab atas kerusakan barang sewa yang terjadi bukan
karena pelanggaran perjanjian atau kelalaian nasabah;
Pasal 17
Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan Ijarah untuk
transaksi multijasa berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut :
a. Bank dapat menggunakan Akad Ijarah untuk transaksi multijasa dalam jasa
keuangan antara lain dalam bentuk pelayanan pendidikan, kesehatan, ketenaga
kerjaan dan kepariwisataan;
b. dalam pembiayaan kepada nasabah yang menggunakan Akad Ijarah untuk
transaksi multijasa, Bank dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) atau fee;
c. besar ujrah atau fee harus disepakati di awal dan dinyatakan dalam bentuk
nominal bukan dalam bentuk prosentase.
Pasal 18
Kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pinjaman dana berdasarkan Qardh berlaku
persyaratan paling kurang sebagai berikut :
a. Bank dapat memberikan pinjaman Qardh untuk kepentingan nasabah
berdasarkan kesepakatan;
b. nasabah wajib mengembalikan jumlah pokok pinjaman Qardh yang diterima
pada waktu yang telah disepakati;
c. Bank dapat membebankan kepada nasabah biaya administrasi sehubungan
dengan pemberian pinjaman Qardh;
d. nasabah dapat memberikan tambahan/sumbangan dengan sukarela kepada Bank
selama tidak diperjanjikan dalam Akad;
e. dalam hal nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya pada waktu yang telah disepakati karena nasabah tidak mampu, maka
Bank dapat memperpanjang jangka waktu pengembalian menghapus buku sebagian
atau seluruh pinjaman nasabah atas beban kerugian Bank;
f. dalam hal nasabah digolongkan mampu dan tidak mengembalikan sebagian atau
seluruh kewajibannya pada waktu yang telah disepakati, maka Bank dapat
menjatuhkan sanksi kewajiban pembayaran atas kelambatan pembayaran atau
menjual agunan nasabah untuk menutup kewajiban pinjaman nasabah;
g. sumber dana pinjaman Qardh untuk kegiatan usaha yang bersifat sosial dapat
berasal dari modal, keuntungan yang disisihkan dan dari dana infak;
h. sumber dana pinjaman Qardh untuk kegiatan usaha yang bersifat talangan dana
komersial jangka pendek (short term financing) diperbolehkan dari Dana Pihak
Ketiga yang bersifat investasi sepanjang tidak merugikan kepentingan nasabah
pemilik dana;

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Bagian Ketiga
Ketentuan Ganti Rugi (Ta’widh)
Pasal 19
Ketentuan Ganti Rugi (Ta'widh) dalam Pembiayaan:
a. Bank dapat mengenakan ganti rugi (ta`widh) hanya atas kerugian riil yang dapat
diperhitungkan dengan jelas kepada nasabah yang dengan sengaja atau karena
kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan Akad dan
mengakibatkan kerugian pada Bank;
b. Besar ganti rugi yang dapat diakui sebagai pendapatan Bank adalah sesuai
dengan nilai kerugian riil (real loss) yang berkaitan dengan upaya Bank untuk
memperoleh pembayaran dari nasabah dan bukan kerugian yang diperkirakan akan
terjadi (potential loss) karena adanya peluang yang hilang (opportunity loss/al-
furshah al-dha-i’ah);
c. ganti rugi hanya boleh dikenakan pada Akad Ijarah dan Akad yang menimbulkan
utang piutang (dain), seperti Salam, Istishna’ serta Murabahah, yang
pembayarannya dilakukan tidak secara tunai;
d. ganti rugi dalam Akad Mudharabah dan Musyarakah, hanya boleh dikenakan
Bank sebagai shahibul maal apabila bagian keuntungan Bank yang sudah jelas tidak
dibayarkan oleh nasabah sebagai mudharib;
e. klausul pengenaan ganti rugi harus ditetapkan secara jelas dalam Akad dan
dipahami oleh nasabah; dan
f. Besarnya ganti rugi atas kerugian riil ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara
Bank dengan nasabah.

BAB III
PENYELESAIAN SENGKETA BANK
DAN NASABAH
Pasal 20
(1) Dalam hal salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana
diperjanjikan dalam Akad atau jika terjadi perselisihan di antara Bank dan Nasabah
maka upaya penyelesaian dilakukan melalui musyawarah;
(2) Dalam hal musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencapai
kesepakatan, maka penyelesaian lebih lanjut dapat dilakukan melalui alternatif
penyelesaian sengketa atau badan arbitrase Syariah;
BAB IV
SANKSI
Pasal 21
(1) Bank yang tidak melaksanakan ketentuan dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 19
Peraturan Bank Indonesia ini dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 52 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 berupa:
a. teguran tertulis;
b. penurunan tingkat kesehatan; dan atau
c. penggantian pengurus.

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


(2) Unit Usaha Syariah (UUS) yang tidak melaksanakan pengawasan terkait dengan
elaksanaan ketentuan dalam Pasal 2 sampai dengan Pasal 19 Peraturan Bank
ndonesia ini dikenakan sanksi administratif berupa:
a. teguran tertulis; dan atau
b. pencabutan izin usaha UUS.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
Akad-Akad Bank yang telah jatuh tempo dan akan diperpanjang wajib disesuaikan
dengan Peraturan Bank Indonesia ini.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal : 14 November 2005
GUBERNUR BANK INDONESIA,
BURHANUDDIN ABDULLAH
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2005 NOMOR 124

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


PENJELASAN
ATAS
PERATURAN BANK NDONESIA
NOMOR: 7/46/PBI/2005
TENTANG
AKAD PENGHIMPUNAN DAN PENYALURAN DANA BAGI BANK YANG
MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN
PRINSIP SYARIAH

UMUM
Sejalan dengan perkembangan pesat industri perbankan syariah dimungkinkan pula
adanya berbagai penafsiran dalam penyusunan Akad produk dan jasa bank syariah
yang dapat menimbulkan iklim usaha yang kurang kondusif bagi bank syariah dan
ketidak pastian bagi para pihak terkait dan stakeholders lainnya. Dengan demikian
diperlukan pengaturan Akad penghimpunan dan penyaluran dana bank syariah
dalam rangka memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank syariah. Dengan
adanya ketentuan tentang Akad penghimpunan dan penyaluran dana bank syariah
akan memberikan manfaat kepada semua pihak yang berkepentingan yang pada
gilirannya akan mewujudkan pengelolaan bank syariah yang sehat. Selain itu,
kejelasan Akad akan membantu operasional bank sehingga menjadi lebih efisien
dan meningkatkan kepastian hukum para pihak termasuk bagi pengawas dan auditor
bank syariah. Ketentuan persyaratan minimum Akad ini disusun berpedoman
kepada fatwa yang diterbitkan oleh Dewan Syariah Nasional dengan memberikan
penjelasan lebih rinci aspek teknis perbankan guna menyediakan landasan hukum
yang cukup memadai bagi para pihak yang berkepentingan. Ketentuan persyaratan
minimum Akad ini mengikuti proses yang berkesinambungan (evolving process)
dengan memperhatikan perubahan dan perkembangan kondisi regulasi dan sistem
perundangan yang berlaku Prinsip-prinsip umum yang diatur dalam ketentuan
persyaratan minimum Akad ini meliputi antara lain prinsip transparansi produk dan
jasa dalam upaya mewujudkan bank syariah yang penuh integritas dan amanah, asas
keberlakuan secara universal sehingga bank syariah dapat dimanfaatkan oleh
seluruh lapisan masyarakat, dan pengutamaan penyelesaian sengketa antara bank
dan nasabah secara musyawarah, memenuhi rasa keadilan dan efisiensi biaya dalam
penyelesaian sengketa melalui alternatif penyelesaian sengketa atau arbitrase
syariah.

PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Angka 1 sampai dengan angka 11
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Yang dimaksud dengan jenis transaksi syariah yang maksud adalah Wadi’ah,
Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Salam, Istishna’, Ijarah dan Qardh.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan: "Gharar" adalah transaksi yang mengandung tipuan dari
salah satu pihak sehingga pihak yang lain dirugikan. "Maysir" adalah transaksi yang
mengandung unsur perjudian, untunguntungan atau spekulatif yang tinggi.
"Riba" adalah transaksi dengan pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-
beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan ajaran Islam.
"Zalim" adalah tindakan atau perbuatan yang mengakibatkan kerugian dan
penderitaan pihak lain.
"Risywah" adalah tindakan suap dalam bentuk uang, fasilitas, atau bentuk lainnya
yang melanggar hukum sebagai upaya mendapatkan fasilitas atau kemudahan dalam
suatu transaksi.
"Barang haram dan maksiat" adalah barang atau fasilitas yang dilarang
dimanfaatkan atau digunakan menurut hukum Islam.
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Huruf a sampai dengan huruf f
Cukup jelas.
Huruf g
Yang dimaksud dengan "biaya operasional" adalah biaya yang berkaitan langsung
dengan fasilitas pengelolaan rekening nasabah misalnya biaya kartu ATM, cetak
buku/cek/bilyet giro, cetak laporan traksaksi dan saldo rekening, pembukaan dan
penutupan rekening.
Huruf h
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Huruf a
Yang dimaksud dengan Mudharabah dalam pengaturan pasal ini adalah
Mudharabah mutlaqah.
Huruf b sampai dengan huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Harga pasar digunakan untuk barang yang telah dimiliki oleh Bank atau bukan
pengadaan baru. Nasabah mengembalikan dana Bank sebesar nilai nominal yang
ditetapkan berdasarkan nilai perolehan atau nilai pasar pada saat Akad.
Huruf g sampai dengan huruf k
Cukup jelas
Huruf l
Bank dapat melakukan review, meminta bukti-bukti dari laporan hasil usaha yang
dibuat oleh nasabah. Laporan hasil usaha disepakati kedua belah pihak berdasarkan
bukti pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan.
Huruf m sampai dengan huruf o

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Huruf a sampai dengan huruf l
Cukup jelas
Huruf m
Bank dapat melakukan review, meminta bukti-bukti dari laporan hasil usaha yang
dibuat oleh nasabah. Laporan hasil usaha disepakati kedua belah pihak berdasarkan
bukti pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan.
Huruf n dan huruf o
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan “barang” adalah barang yang diketahui jelas kuantitas,
kualitas dan spesifikasinya.
Huruf b dan huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Wakalah harus dibuatkan Akad secara terpisah dari Akad Murabahah. Yang
dimaksud dengan secara prinsip barang milik Bank dalam wakalah pada Akad
Murabahah adalah adanya aliran dana yang ditujukan kepada pemasok barang atau
dibuktikan dengan kuitansi pembelian.
Huruf e sampai dengan huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Angsuran secara proposional adalah angsuran yang ditetapkan Bank secara
proposional antara harga pokok dan marjin, serta jangka waktu angsuran. Contoh :
_ Harga pokok mesin Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)
_ Marjin Rp2.000.000,- (dua juta rupiah)
_ Jangka waktu angsuran = 12 (dua belas) bulan
_ Angsuran nasabah Rp12.000.000,-/12 = Rp1.000.000,- (satu juta rupiah)
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan nasabah yang mengalami penurunan kemampuan
membayar adalah nasabah yang kegiatan usahanya terkena dampak bencana alam
atau krisis perekonomian yang ditetapkan secara resmi oleh pemerintah sebagai
krisis nasional. Pemotongan kewajiban pembayaran ditetapkan berdasarkan
kebijakan Bank.
Ayat (2)
Cukup jelas

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Pasal 11
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud ‘barang’ adalah hasil pertanian dan atau hasil tambang.
Huruf b
Yang dimaksud dengan pembayaran secara penuh pada saat Akad adalah
pembayaran segera setelah Akad disepakati atau paling lambat 7 (tujuh) hari setelah
Akad disepakati.
Huruf c sampai dengan huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Jaminan pihak ketiga antara lain dalam bentuk garansi berdasarkan prinsip syariah.
Huruf g
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Pembiayaan berdasarkan Salam paralel muncul pada saat Bank membeli barang
untuk dijual kembali kepada pihak lain.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud ‘barang’ adalah proyek infrastruktur dan atau hasil industri
manufaktur.
Huruf b sampai dengan huruf d
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Pembiayaan Istishna’ paralel muncul pada saat Bank memesan barang

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


untuk dijual kembali kepada pihak lain.
Ayat (2)
Huruf a
Nasabah adalah termasuk nasabah produsen, pemasok atau penyedia.
Huruf b sampai dengan huruf f
Cukup jelas
Pasal 15
Huruf a
Yang dimaksud ‘barang’ adalah barang bergerak atau tidak bergerak yang dapat
diambil manfaat sewa.
Huruf b dan huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Uraian biaya pemeliharaan yang bersifat material dan struktural sesuai kesepakatan
dituangkan dalam Akad
Huruf e
Akad mewakilkan kepada nasabah di buatkan secara terpisah dari Akad Ijarah
Huruf f dan huruf g
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan IMBT adalah Ijarah dengan janji (wa’ad) yang mengikat
pihak yang menyewakan untuk mengalihkan kepemilikan kepada penyewa.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Huruf a sampai dengan huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Kondisi “nasabah tidak mampu” adalah ketidak mampuan nasabah terhadap hal-hal
di luar kemampuan nasabah karena musibah bencana alam atau krisis
perekonomian nasional yang ditetapkan sebagai krisis oleh pemerintah.
Huruf f dan huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Dalam rangka kehati-hatian pemberian pinjaman Qardh untuk kegiatan usaha yang
bersifat talangan dana komersial, Bank dapat meminta agunan kepada nasabah.
Pasal 19
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Kerugian riil adalah biaya-biaya riil yg dikeluarkan oleh Bank dalam rangka
penagihan hak Bank yang seharusnya dibayarkan oleh nasabah.
Huruf c sampai dengan huruf f

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Badan arbitrase syariah yang digunakan adalah badan arbitrase syariah yang
berdomisili paling dekat dengan kantor Bank yang bersangkutan atau yang ditunjuk
sesuai kesepakatan Bank dan nasabah.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2) …
- 12 -
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4563

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 144 TAHUN 2000 (144/2000)

TENTANG
JENIS BARANG DAN JASA YANG TIDAK DIKENAKAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :
bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 4A Undang-undang Nomor 8 Tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun
2000, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Jenis Barang dan Jasa Yang Tidak
Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai;

Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan
Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3264)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor
18 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 128,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3986);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG JENIS BARANG DAN JASA YANG
TIDAK DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI.

Pasal 1

a. Kelompok barang yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah:


b. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran, yang diambil langsung dari
sumbernya;
c. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;
d. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung,
dan sejenisnya; dan
e. Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

Pasal 2

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Jenis barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf a adalah:
a. minyak mentah (crude oil);
b. gas bumi;
c. panas bumi;
*38413 d. pasir dan kerikil;
e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak serta
bijih bauksit.

Pasal 3

Jenis barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b adalah:
a. beras;
b. gabah;
c. jagung;
d. sagu;
e. kedelai; dan
f. garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium.

Pasal 4

Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf c meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, tidak termasuk makanan dan minuman
yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering.

Pasal 5

Kelompok jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah:


a. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;
b. Jasa di bidang pelayanan sosial;
c. Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;
d. Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi;
e. Jasa di bidang keagamaan;
f. Jasa di bidang pendidikan;
g. Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan;
h. Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;
i. Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;
j. Jasa di bidang tenaga kerja;
k. Jasa di bidang perhotelan; dan
l. Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan
secara umum.

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Pasal 6

Jenis jasa di bidang pelayanan kesehatan medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a meliputi:
a. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;
b. Jasa dokter hewan;
c. Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan fisioterapi;
d. Jasa kebidanan dan dukun bayi;
e. Jasa paramedis dan perawat; dan
*38414 f. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan sanatorium.

Pasal 7

Jenis jasa di bidang pelayanan sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b
meliputi:
a. Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo;
b. Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial;
c. Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
d. Jasa Lembaga Rehabilitasi kecuali yang bersifat komersial;
e. Jasa pemakaman termasuk krematorium; dan
f. Jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial.

Pasal 8

Jenis jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d meliputi:
a. Jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 kecuali jasa penyediaan
tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk
kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (perjanjian), serta anjak
piutang;
b. Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi; dan
c. Jasa Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi.

Pasal 9

Jenis jasa di bidang keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e meliputi:
a. Jasa pelayanan rumah ibadah;
b. Jasa pemberian khotbah atau dakwah; dan
c. Jasa lainnya di bidang keagamaan.

Pasal 10

Jenis jasa di bidang pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf f meliputi:

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


a. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan
pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan
kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan
profesional; dan
b. Jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, seperti kursus-kursus.

Pasal 11

Jenis jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf g termasuk jasa di bidang kesenian yang
tidak bersifat komersial seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan
secara cuma-cuma.

Pasal 12

Jenis jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf h adalah jasa penyiaran radio atau televisi yang dilakukan oleh instansi
Pemerintah atau swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang
bertujuan komersial.

Pasal 13

Jenis jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf i adalah jasa angkutan umum di darat, di laut, di danau, dan di sungai yang
dilakukan oleh Pemerintah atau swasta.

Pasal 14

Jenis jasa di bidang tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf j meliputi:
a. Jasa tenaga kerja;
b. Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang Pengusaha penyedia tenaga kerja tidak
bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan
c. Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja.

Pasal 15

Jenis jasa di bidang perhotelan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf k meliputi:
a. Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu
yang menginap; dan
b. Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel.

Pasal 16

Jenis jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


secara umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf l meliputi jenis-jenis jasa yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan,
pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, pembuatan
Kartu Tanda Penduduk.

Pasal 17

Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Peraturan Pemerintah ini diatur
dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Pasal 18
*38416 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2001.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Desember 2000
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ABDURRAHMAN WAHID
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DJOHAN EFFENDI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 260

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 144 TAHUN 2000
TENTANG

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


JENIS BARANG DAN JASA YANG TIDAK DIKENAKAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

UMUM

Sesuai dengan prinsip Pajak Pertambahan Nilai sebagai pajak konsumsi di dalam Daerah
Pabean, pengenaan Pajak Pertambahan Nilai pada dasarnya meliputi seluruh penyerahan
barang dan jasa. Namun demikian, berdasarkan pertimbangan sosial, ekonomi dan
budaya dipandang perlu untuk tidak mengenakan Pajak Pertambahan Nilai terhadap
barang dan atau jasa tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk mendorong kegiatan
ekonomi dan stabilitas sosial.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam Peraturan Pemerintah ini ditentukan jenis barang
dan jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukup jelas

Pasal 2
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Tidak termasuk dalam pengertian gas bumi adalah gas *38417 bumi
yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat seperti elpiji.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas

Pasal 3
Cukup jelas

Pasal 4
Cukup jelas

Pasal 5
Cukup jelas

Pasal 6
Termasuk dalam pengertian jasa di bidang pelayanan kesehatan medik adalah jasa
pengobatan alternatif, psikolog dan paranormal.

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Pasal 7
Cukup jelas

Pasal 8
Cukup jelas

Pasal 9
Cukup jelas

Pasal 10
Cukup jelas

Pasal 11
Cukup jelas

Pasal 12
Cukup jelas

Pasal 13
Jasa angkutan umum di darat dan di air tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai,
sedangkan jasa angkutan udara dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. Namun
demikian jasa angkutan udara luar negeri tidak dikenakan Pajak Pertambahan
Nilai, karena penyerahan jasa tersebut dilakukan di luar Daerah Pabean.
Termasuk dalam pengertian jasa angkutan udara luar negeri adalah jasa angkutan
udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa
angkutan udara luar negeri tersebut.

Pasal 14
Cukup jelas

Pasal 15
Cukup jelas

Pasal 16
Cukup jelas

Pasal 17
Cukup jelas

Pasal 18
Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4062

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Akuntansi Murabahah ED PSAK 102 (Revisi 2006)

1 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


2 NO. 102
3 AKUNTANSI MURABAHAH
4
5 Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring
6 adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus dibaca
7 dalam kaitannya dengan paragraf penjelasan yang
8 dicetak dengan huruf tegak (biasa). Pernyataan ini tidak
9 wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material
10 (immaterial items).
11
12
13 PENDAHULUAN
14
15 Tujuan
16
17 1. Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur pengakuan,
18 pengukuran, penyajian, dan pengungkapan transaksi
19 murabahah.
20
21 Ruang Lingkup
22
23 2. Pernyataan ini diterapkan untuk:
24 (a) lembaga keuangan syariah yang melakukan transaksi
25 murabahah baik sebagai penjual maupun pembeli;
26 dan
27 (b) pihak-pihak yang melakukan transaksi murabahah
28 dengan lembaga keuangan syariah.
29
30 3. Pernyataan ini tidak mencakup pengaturan
31 perlakuan akuntansi atas obligasi syariah (sukuk) yang
32 menggunakan akad murabahah.
33
34 4. Lembaga keuangan syariah yang dimaksud, antara lain,
35 adalah:
36 (a) perbankan syariah sebagaimana yang dimaksud dalam
37 peraturan perundang-undangan yang berlaku;
38 (b) lembaga keuangan syariah non-bank seperti asuransi,

Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


102.1—ED

ED Syariah No. 102ok.pmd 1 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Akuntansi Murabahah ED PSAK 102 (Revisi 2006)

1 lembaga pembiayaan, dan dana pensiun; dan


2 (c) lembaga keuangan lain yang diizinkan oleh peraturan
3 perundang-undangan yang berlaku untuk menjalankan
4 transaksi murabahah.
5
6 Definisi
7
8 5. Berikut ini adalah pengertian istilah yang diguna-
9 kan dalam Pernyataan ini:
10
11 Murabahah adalah menjual barang dengan harga jual
12 sebesar harga perolehan ditambah keuntungan yang
13 disepakati dan penjual harus mengungkapkan harga
14 perolehan barang tersebut kepada pembeli.
15
16 Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang
17 dibayarkan untuk memperoleh suatu aset sampai dengan
18 aset tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk
19 dijual atau digunakan.
20
21 Aset murabahah adalah aset yang diperoleh dengan tujuan
22 untuk dijual kembali dengan menggunakan akad
23 murabahah.
24
25 Uang muka adalah jumlah yang dibayar oleh pembeli
26 kepada penjual sebagai bukti komitmen untuk membeli
27 barang dari penjual.
28
29 Diskon murabahah adalah pengurangan harga atau
30 penerimaan dalam bentuk apapun yang diperoleh lembaga
31 keuangan syariah sebagai pihak pembeli dari pemasok.
32
33 Potongan murabahah adalah pengurangan kewajiban
34 pembeli akhir yang diberikan oleh lembaga keuangan
35 syariah sebagai pihak penjual.
36
37
38

102.2—ED Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

ED Syariah No. 102ok.pmd 2 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Akuntansi Murabahah ED PSAK 102 (Revisi 2006)

1 Karakteristik
2
3 6. Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau
4 tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan,
5 penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan
6 dari pembeli.
7
8 7. Murabahah berdasarkan pesanan dapat bersifat
9 mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang
10 yang dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat
11 pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. Jika aset
12 murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah
13 pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai sebelum
14 diserahkan kepada pembeli maka penurunan nilai tersebut
15 menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad.
16
17 8. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai
18 atau tangguh. Pembayaran tangguh adalah pembayaran yang
19 dilakukan tidak pada saat barang diserahkan kepada pembeli
20 tetapi pembayaran dilakukan dalam bentuk angsuran atau
21 sekaligus pada waktu tertentu.
22
23 9. Akad murabahah memperkenankan penawaran harga
24 yang berbeda untuk cara pembayaran yang berbeda sebelum
25 akad murabahah dilakukan. Namun jika akad tersebut telah
26 disepakati maka hanya ada satu harga (harga dalam akad) yang
27 digunakan.
28
29 10. Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga
30 jual, sedangkan biaya perolehan harus diberitahukan. Jika
31 penjual mendapatkan diskon sebelum akad murabahah maka
32 potongan itu merupakan hak pembeli. Sedangkan diskon yang
33 diterima setelah akad murabahah disepakati maka sesuai
34 dengan yang diatur dalam akad, dan jika tidak diatur dalam
35 akad maka potongan tersebut adalah hak penjual.
36
37 11. Diskon yang terkait dengan pembelian barang, antara
38 lain, meliputi:

Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


102.3—ED

ED Syariah No. 102ok.pmd 3 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Akuntansi Murabahah ED PSAK 102 (Revisi 2006)

1 (a) diskon dalam bentuk apapun dari pemasok atas pembelian


2 barang;
3 (b) diskon biaya asuransi dari perusahaan asuransi dalam
4 rangka pembelian barang; dan
5 (c) komisi dalam bentuk apapun yang diterima terkait dengan
6 pembelian barang.
7
8 12. Diskon atas pembelian barang yang diterima setelah
9 akad murabahah disepakati diperlakukan sesuai dengan
10 kesepakatan dalam akad tersebut. Jika akad tidak mengatur
11 maka diskon tersebut menjadi hak penjual.
12
13 13. Penjual dapat meminta pembeli menyediakan agunan
14 atas piutang murabahah, antara lain, dalam bentuk barang yang
15 telah dibeli dari penjual.
16
17 14. Penjual dapat meminta uang muka kepada pembeli
18 sebagai bukti komitmen pembelian sebelum akad disepakati.
19 Uang muka menjadi bagian pelunasan piutang murabahah jika
20 akad murabahah disepakati. Jika akad murabahah batal, uang
21 muka dikembalikan kepada pembeli setelah dikurangi dengan
22 kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika uang muka itu lebih
23 kecil dari kerugian maka penjual dapat meminta tambahan dari
24 pembeli.
25
26 15. Jika pembeli tidak dapat menyelesaikan piutang
27 murabahah sesuai dengan yang diperjanjikan, penjual berhak
28 mengenakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa pembeli
29 tidak atau belum mampu melunasi disebabkan oleh force
30 majeur. Denda tersebut didasarkan pada pendekatan ta’zir
31 yaitu untuk membuat pembeli lebih disiplin terhadap
32 kewajibannya. Besarnya denda sesuai dengan yang
33 diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda
34 diperuntukkan sebagai dana kebajikan.
35
36 16. Penjual boleh memberikan potongan pada saat
37 pelunasan piutang murabahah jika pembeli:
38 (a) melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu; atau

102.4—ED Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

ED Syariah No. 102ok.pmd 4 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Akuntansi Murabahah ED PSAK 102 (Revisi 2006)

1 (b) melakukan pelunasan pembayaran lebih cepat dari waktu


2 yang telah disepakati.
3
4 17. Penjual boleh memberikan potongan dari total piutang
5 murabahah yang belum dilunasi jika pembeli:
6 (a) melakukan pembayaran cicilan tepat waktu; dan atau
7 (b) mengalami penurunan kemampuan pembayaran.
8
9
10 PENGAKUAN DAN PENGUKURAN
11
12 Akuntansi untuk Penjual
13
14 18.Pada saat perolehan, aset murabahah diakui
15 sebagai persediaan sebesar biaya perolehan.
16
17 19.Pengukuran aset murabahah setelah perolehan
18 adalah sebagai berikut:
19 (a) jika murabahah pesanan mengikat:
20 (i) dinilai sebesar biaya perolehan; dan
21 (ii) jika terjadi penurunan nilai aset karena usang,
22 rusak atau kondisi lainnya sebelum diserahkan
23 ke nasabah, penurunan nilai tersebut diakui
24 sebagai beban dan mengurangi nilai aset:
25 (b) jika murabahah tanpa pesanan atau murabahah
26 pesanan tidak mengikat:
27 (i) dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai
28 bersih yang dapat direalisasi, mana yang lebih
29 rendah; dan
30 (ii) jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih
31 rendah dari biaya perolehan, maka selisihnya
32 diakui sebagai kerugian.
33
34 20.Potongan pembelian aset murabahah diakui sebagai
35 berikut:
36 (a) jika terjadi sebelum akad murabahah maka sebagai
37 pengurang biaya perolehan aset murabahah;
38 (b) jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad

Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


102.5—ED

ED Syariah No. 102ok.pmd 5 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Akuntansi Murabahah ED PSAK 102 (Revisi 2006)

1 yang disepakati maka bagian yang menjadi hak


2 nasabah:
3 (i) dikembalikan kepada nasabah jika nasabah
4 masih berada dalam proses penyelesaian
5 kewajiban; atau
6 (ii) kewajiban kepada nasabah jika nasabah telah
7 menyelesaikan kewajiban;
8 (c) jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad
9 yang menjadi bagian hak lembaga keuangan syariah
10 diakui sebagai tambahan keuntungan murabahah;
11 (d) jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diper-
12 janjikan dalam akad diakui sebagai pendapatan
13 operasi lain.
14
15 21. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian
16 potongan pembelian akan tereliminasi pada saat:
17 (a) dilakukan pembayaran kepada pembeli sebesar jumlah
18 potongan setelah dikurangi dengan biaya pengembalian;
19 atau
20 (b) dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak
21 dapat dijangkau oleh penjual.
22
23 22.Pada saat akad murabahah, piutang murabahah
24 diakui sebesar biaya perolehan aset murabahah ditambah
25 keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan
26 keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih
27 yang dapat direalisasi, yaitu saldo piutang dikurangi
28 penyisihan kerugian piutang.
29
30 23.Keuntungan murabahah diakui:
31 (a) pada saat terjadinya akad murabahah jika dilakukan
32 secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa
33 angsuran murabahah tidak melebihi satu periode
34 laporan keuangan; atau
35 (b) selama periode akad secara proporsional, jika akad
36 melampaui satu periode laporan keuangan.
37
38

102.6—ED Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

ED Syariah No. 102ok.pmd 6 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Akuntansi Murabahah ED PSAK 102 (Revisi 2006)

1 24.Jika menerapkan pengakuan keuntungan secara


2 proporsional, maka jumlah keuntungan yang diakui dalam
3 setiap periode ditentukan dengan mengalikan persentase
4 keuntungan terhadap jumlah piutang yang jatuh tempo
5 pada periode yang bersangkutan. Persentase keuntungan
6 dihitung dengan perbandingan antara margin dan biaya
7 perolehan aset murabahah. Alokasi keuntungan dengan
8 menggunakan metode didasarkan pada konsep nilai waktu
9 dari uang (time value of money) tidak diperkenankan
10 karena tidak diakomodasikan dalam kerangka dasar.
11
12 25. Berikut ini contoh perhitungan keuntungan secara
13 proporsional untuk suatu transaksi murabahah dengan biaya
14 perolehan aset (pokok) Rp 800,00 dan keuntungan Rp 200,00;
15 serta pembayaran dilakukan secara angsuran selama 3 tahun;
16 dimana jumlah angsuran, pokok dan keuntungan yang diakui
17 setiap tahun adalah sebagai berikut:
18
19 Tahun Angsuran (Rp) Pokok (Rp) Keuntungan (Rp)
20 1 500,00 400,00 100,00
21 2 300,00 240,00 60,00
22
3 200,00 160,00 40,00
23
24
25 26.Potongan pelunasan piutang murabahah yang
26 diberikan kepada pembeli yang melunasi tepat waktu atau
27 lebih cepat dari waktu yang disepakati diakui dengan
28 menggunakan salah satu metode berikut:
29 (a) jika diberikan pada saat penyelesaian maka penjual
30 mengurangi piutang murabahah dan keuntungan
31 murabahah; atau
32 (b) jika diberikan setelah penyelesaian maka penjual
33 terlebih dahulu menerima pelunasan piutang
34 murabahah dari pembeli, kemudian penjual membayar
35 potongan pelunasan kepada pembeli dengan
36 mengurangi keuntungan murabahah.
37
38

Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


102.7—ED

ED Syariah No. 102ok.pmd 7 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Akuntansi Murabahah ED PSAK 102 (Revisi 2006)

1 27.Potongan angsuran murabahah diakui sebagai


2 berikut:
3 (a) jika disebabkan oleh pembeli yang membayar secara
4 tepat waktu diakui sebagai pengurang keuntungan
5 murabahah;
6 (b) jika disebabkan oleh penurunan kemampuan
7 pembayaran pembeli diakui sebagai beban.
8
9 28.Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melaku-
10 kan kewajibannya sesuai dengan akad, dan denda yang
11 diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
12
13 29.Pengakuan dan pengukuran uang muka adalah
14 sebagai berikut:
15 (a) uang muka diakui sebagai uang muka pembelian
16 sebesar jumlah yang diterima;
17 (b) pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang
18 muka diakui sebagai pembayaran piutang; dan
19 (c) jika barang batal dibeli oleh pembeli maka uang muka
20 dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan
21 dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh
22 penjual .
23
24 Akuntansi Pembeli Akhir
25
26 30.Hutang yang timbul dari transaksi murabahah
27 tangguh diakui sebagai hutang murabahah sebesar harga
28 beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan).
29
30 31.Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah
31 diakui sebesar biaya perolehan murabahah tunai. Selisih
32 antara harga beli yang disepakati dengan biaya perolehan
33 tunai diakui sebagai beban murabahah tangguhan.
34
35 32.Beban murabahah tangguhan diamortisasi secara
36 proporsional dengan porsi hutang murabahah.
37
38

102.8—ED Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

ED Syariah No. 102ok.pmd 8 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Akuntansi Murabahah ED PSAK 102 (Revisi 2006)

1 33.Diskon pembelian yang diterima setelah akad


2 murabahah, potongan pelunasan dan potongan hutang
3 murabahah sebagai pengurang beban murabahah
4 tangguhan.
5
6 34.Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam
7 melakukan kewajiban sesuai dengan akad diakui sebagai
8 kerugian.
9
10 35.Potongan uang muka akibat pembeli akhir batal
11 membeli barang diakui sebagai kerugian.
12
13
14 PENYAJIAN
15
16 36.Piutang murabahah disajikan sebesar nilai bersih
17 yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang murabahah
18 dikurangi penyisihan kerugian piutang.
19
20 37.Margin murabahah tangguhan disajikan sebagai
21 pengurang (contra account) piutang murabahah.
22
23
24 PENGUNGKAPAN
25
26 38.Lembaga keuangan syariah mengungkapkan hal-
27 hal yang terkait dengan transaksi murabahah, tetapi tidak
28 terbatas, pada:
29 (a) harga perolehan aset murabahah;
30 (b) janji pemesanan dalam murabahah berdasarkan
31 pesanan sebagai kewajiban atau bukan; dan
32 (c) pengungkapan yang diperlukan sesuai Pernyataan
33 Standar Akuntansi Keuangan Nomor 101 tentang
34 Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
35
36
37
38

Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


102.9—ED

ED Syariah No. 102ok.pmd 9 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Akuntansi Murabahah ED PSAK 102 (Revisi 2006)

1 KETENTUAN TRANSISI
2
3 39.Pernyataan ini berlaku secara prospektif untuk
4 transaksi murabahah yang terjadi setelah tanggal efektif.
5 Untuk meningkatkan daya banding laporan keuangan
6 maka entitas dianjurkan menerapkan Pernyataan ini
7 secara retrospektif.
8
9
10 TANGGAL EFEKTIF
11
12 40.Pernyataan ini berlaku untuk penyusunan dan
13 penyajian laporan keuangan lembaga keuangan syariah
14 yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2008.
15
16
17 PENARIKAN
18
19 41. Pernyataan ini menggantikan PSAK 59: Akuntansi
20 Perbankan Syariah, yang berhubungan dengan pengakuan,
21 pengukuran, penyajian dan pengungkapan murabahah.
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

102.10—ED Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

ED Syariah No. 102ok.pmd 10 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Akuntansi Murabahah ED PSAK 102 (Revisi 2006)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38

Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA


102.11—ED

ED Syariah No. 102ok.pmd 11 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


EXPOSURE DRAFT

ED PSAK No. 102 November 2006

EXPOSURE DRAFT
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
AKUNTANSI MURABAHAH

IKATANAKUNTANINDONESIA

ED Syariah No. 102ok.pmd 12 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Akuntansi Murabahah ED PSAK No. 102 (Revisi 2006)

ED No.
102 EXPOSURE DRAFT
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

AK UNT
AKUNT ANSI
UNTANSI
MURABAHAH

Hak cipta © 2006, Ikatan Akuntan Indonesia

Diterbitkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
Jl. Sindanglaya No. 1 Menteng, Jakarta Pusat 10310
Telp. (021) 319 04232
Fax. (021) 724 5078
Homepage: www.iaiglobal.or.id
Email: iai-info@iaiglobal.or.id

ii Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA

ED Syariah No. 102ok.pmd 13 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010


Akuntansi Murabahah ED PSAK No. 102 (Revisi 2006)

DAFTAR ISI

Paragraf
PENDAHULUAN ........................................................... 01 - 17
Tujuan ................................................................................ 01
Ruang Lingkup ................................................................... 02 - 04
Definisi ............................................................................... 05
Karakteristik ...................................................................... 06 - 17

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN ........................ 18 - 35


Akuntansi Untuk Penjual ................................................... 18 – 29
Akuntansi Untuk Pembeli .................................................. 30 – 35

PENYAJIAN .................................................................... 36 – 37

PENGUNGKAPAN ........................................................ 38

KETENTUAN TRANSISI ............................................ 39

TANGGAL EFEKTIF .................................................... 40

PENARIKAN .................................................................. 41

Hak Cipta © 2006 IKATAN AKUNTAN INDONESIA iii

ED Syariah No. 102ok.pmd 14 11/15/2006, 3:41 PM

Perbedaan persepsi..., Franky S. Nelwan, FH UI, 2010

Anda mungkin juga menyukai