Esdal - BAB 8
Esdal - BAB 8
1. PRINSIP PENGAMBILAN
a. Harga SDA tidak pulih
Syarat umum yang berlaku pada produksi setiap barang yang berada
dalam pasar persaingan sempurna agar dapat dicapai suatu tingkat
effisiensi yang optimum ( produsen mencapai keuntungan yang
maksimal ).
Harga barang SDA = biaya marjinal + biaya alternatif
Nilai Rente, Fee dan Royalty
Untuk SDA
Produksi ditentukan agar manfaat kesejahteraan masyarakat
mencapai maksimum pada saat harga komoditi = harga barang SDA
Merupakan pengambilan barang SDA optimal
Harga
MC, H
biaya alternatif
P2 A
P1 MC ( Marginal Cost = Biaya Marjinal )
B
H=F(y)
y0 y* Y = SDA tidak pulih
Dana Reboisasi
= R - FC - VC - G Iuran Hasil Hutan
Fee
p = 100 % 40 % dari modal / tahun
2
MC
O T Tahun
MC = biaya marjinal SDA tertentu
MCb = biaya marjinal SDA pengganti
Berkembang harga Barang SDA dan Barang Substitusi
Contoh :
Minyak = Rp 1.000 / lt kerja 10 HP = 10 km
Gas = Rp 2.000 / gln kerja 10 HP = 10 km
Minyak stock harga akan memanfaatkan SDA substitusi
3
3. PERKEMBANGAN PRODUKSI.
Produksi SDA pasti berkurang harga SDA habis
O Q2 Q1 Q
Ada kompetisi dlm pengambilan SDA dan penemuan SDA lain sbg pengganti
Kondisi yang baru Harga
stok substitusi
7. DISTRIBUSI KEADILAN
Jika ditelusur sejarahnya, studi tentang sumber daya alam dan bermula pada
sumber daya lahan, kemudian muncul studi-studi sumber daya air, energi dan
seterusnya. Mengapa demikian?
Sudah selayaknya jika lahan ditempatkan sebagai sumber daya utama sebab
lahan memiliki segala sifat dan persyaratan sumber daya.
Erat kaitannya dengan pernyataan Malthus tersebut kita mengenal istilah daya
dukung lahan.
1. Konsep ini mencoba menjelaskan hubungan antara luas lahan dan jumlah
penduduk. Kepadatan penduduk (Population Density) merupakan ukuran
daya dukung secara kuantitatif.
2. Sedangkan daya dukung kualitatif bisa diukur dengan rasio manusia lahan
(man land ratio).
Pengertian umum daya dukung adalah jumlah individu yang dapat didukung
oleh "habitat" dalam keadaan sehat dan kuat. Allan mengembangkan konsep
ini menjadi Iebih operasional dengan rumus:
100 C . L
A=
P
Dengan :
A : kebutuhan lahan/kapita (ha)
C : luas lahan yang ditanami/kapita pada tahun tertentu faktor penggunaan lahan
L : dicari dengan rumus (R + U)/U dimana R = lamanya lahan menganggur, U = lamanya lahan ditanami.
P : potensi luas lahan yang dapat ditanami.
Hubungan antara lokasi yang berbeda dan pola penggunaan lahan secara
sederhana diterangkan oleh Johana Hienrich von Thunen dalam Der Isolierte
Staat (1826).
Pada prinsipnya von Thunen membagi penggunaan lahan ke dalam beberapa
penggunaan :
a. satu pusat kota sebagai satu-satunya tempat memproduksi barang-barang
yang dibutuhkan seluruh negara,
b. daerah-daerah di sekitarnya hanya sebagai pemasok bahan makan/bahan
mentah lain ke kota.
Perlu diingat tulisan von Thunen itu sebelum adanya revolusi transportasi.
Gambar 8.1. Penggunaan Lahan Menurut Lokasi Model von Thunen (Sumber:
Ely dan Wehrwein, 1948)
von Thunen memperkenalkan lebih lanjut adanya sungai yang bisa dilayari.
Dengan adanya transportasi sungai :
a. transport lebih hemat 1/6 daripada transport dengan kereta
b. daerah pemukiman akan berkembang sepanjang sungai
c. daerah-daerah lain akan memanjang mengikuti pola seperti pada Gambar
8.1. pengaruh adanya kota lain
d. kota kecil tersebut membentuk lingkaran pengaruhnya sendiri, namun
masih ditentukan oleh harga-harga di pusat kota.
Menurut von Thunen diameter dari masing-masing zona berubah dengan naik
atau turunnya harga, kemungkinan adanya penambahan banyak jalan dan
sebagainya seperti telah banyak dibahas dalam teori lokasi yang lebih modern.
Dilihat dari status hukum faktor lokasi yang telah tetap menjadi dasar yang
kuat untuk menetapkan hak pemilikan lahan sehingga dimungkinkan
pendaftaran secara hukum atas lahan. Pencatatan itu menjadi dasar bagi
penetapan pajak atas lahan. Sistem hukum setiap negara berbeda-beda, ada
satu negara yang menetapkan batas lahan hanya berdasar batas lembah dan
sungai. Bahkan di tanah air masih banyak penetapan batas lahan hanya
berdasar klaim adat secara turun temurun seperti masih sering dijumpai
khususnya di luar Jawa.
2. Sewa Lahan
10
Sewa lahan muncul dengan semakin mendesaknya kebutuhan akan lahan dari
waktu ke waktu. Karena hak milik lahan masih dipegang oleh pemilik, sewa
lahan bisa dikatakan sebagai pemindahan hak menguasai lahan kepada
penyewa untuk beberapa waktu. Setelah itu hak milik kembali kepada
pemilik.
Secara umum sewa lahan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. "Contract rent" yaitu pembayaran dari penyewa kepada pemilik atau
pemilik melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu.
b. "Economic rent" yang merupakan pendapatan di atas minimum "supply
price" yang memungkinkan faktor produksi lahan dapat dimanfaatkan
dalam proses produksi.
Teori mengenai sewa yang cukup terkenal adalah teori sewa Ricardo
a. disebabkan perbedaan kesuburan tanah (heterogenitas tanah).
b. dari segi lokasi jarak akan menentukan tingkat sewa
3. Pajak Lahan
Pajak yang dikenakan pada lahan akan berpengaruh pada pemanfaatan lahan
tersebut.
Pemilik akan terdorong untuk memanfaatkan lahan
a. lebih intensif sehingga
b. meningkatkan produksi dan relatif tidak ada lahan yang menganggur.
Pajak lahan sebaiknya mendekati norma pajak yang baik seperti :
a. adanya kemampuan membayar pajak,
b. ada keseragaman,
c. mudah dan ekonomis pengumpulannya serta
d. bermanfaat baik bagi pembayar maupun kepentingan umum.
Usaha ke arah pajak lahan ideal telah dirintis oleh pemerintah terbukti dengan
dibuatnya peraturan-peraturan pajak lahan yang semakin baik.
Pajak lahan di Indonesia sudah dikenakan kepada pemilik sejak jaman
penjajahan Belanda dengan nama "land rente".
Sejak 1965 "land rente" digantikan dengan Ipeda dengan obyek meliputi :
a. tanah pekarangan,
b. tanah yang menghasilkan,
c. tanah yang ditanami tetapi belum menghasilkan dan
d. tanah-tanah yang tidak menghasilkan.
Hambatan mulai muncul jika telah sampai pada terdapatnya perbedaan sektor
maupun perbedaan macam kelas lahan.
11
Misal :
Sebidang tanah sawah seluas 1 hektar dan menurut kelas tanahnya berharga
Rp 20.000.000,00, maka :
Besar PBB adalah 0,5% x 20% x Rp 20.000.000,00 = Rp 20.000,00.
Perhitungan yang sama dapat kita lakukan untuk pajak bangunan.
Hanya saja pada bangunan nilai bangunan masih harus dikurangi nilai jual
bangunan tidak kena pajak sebesar Rp2.000.000,00.
Jika pertanian dapat dikatakan sebagai suatu industri maka ada beberapa hal
yang membedakannya dengan industri lain:
a. Bagi negara sedang membangun pertanian berperanan cukup besar dalam
struktur produksi nasional mampu mempekerjakan 60 % - 70 % angkatan
kerja.
b. Kegiatan pertanian telah ada sejak manusia meninggalkan perburuan.
c. Pentingnya peranan lahan sebagai faktor produksi pertanian.
d. Terkait dengan jenis lahan adalah pengaruh cuaca/musim yang
membedakan pola tanam pertanian.
e. Tidak ada substitusi untuk produk pertanian khususnya pangan.
12
f. Pangan harus diproduksi atau diimpor agar manusia bisa tetap hidup.
Istilah "land tenure" bisa diartikan sebagai cara orang memiliki lahan dan
bagaimana mereka menyewakannya kepada orang lain jika tidak mengerjakan
sendiri lahannya. Terdapat begitu banyak ragam "land tenure" di dunia. Cara
yang banyak dijumpai di tanah air adalah sistem bagi hasil dan sistem sewa.
dirasakan perlu adanya perombakan atau reformasi "land tenure" atau sering
dikenal sebagai "land reform".
Cara dan bentuk "land reform"; mulai dari yang sederhana sampai paling
radikal antara lain:
a. Reformasi Kontrak Sewa, intinya memberikan jaminan hukum ke pada
penyewa untuk melakukan kontrak sehingga penyewa lebih tenang untuk
investasi di lahan tersebut.
b. Pengurangan Sewa, yaitu membatasi batas tertinggi yang bisa diminta
pemilik sebagai sewa.
c. Pembagian Tanah dengan Kompensasi, di sini pemerintah dapat
1) Memutuskan luas maksimum tanah yang bisa dimiliki oleh
seseorang dan menjual kelebihannya.
2) Bisa juga dikatakan "land reform" ini adalah hanya mereka yang
mengerjakan sendiri tanahnya yang bisa memiliki tanah.
d. Pembagian Tanah tanpa Kompensasi. Bentuk "land reform" ini boleh
dikatakan yang paling radikal. Semua tanah yang tidak dikerjakan sendiri
oleh pemilik disita dan tidak mendapatkan ganti.
"Land reform" dilakukan biasanya karena alasan politik, negara melakukan
"land reform" tanpa kompensasi antara lain Korea Selatan dikatakan berhasil
dalam arti terjadi kenaikan produktivitas dan juga berpengaruh terhadap
distribusi pendapatan.
"Land reform" akan lebih berhasil diikuti kebijakan-kebijakan yang terkait
dengan pertanian seperti pengenalan teknologi, perkreditan dan juga masalah
pasar serta harga-harga hasil pertanian.
6. LAHAN DAN AIR
Sumber daya air menjadi sumber daya terpenting setelah lahan disebabkan air
mampu menambah kesuburan tanah sehingga memungkinkan tumbuhnya
sumber daya lain seperti vegetasi. Bentuk permukaan tanah secara alami pada
hakikatnya mempengaruhi aliran air khususnya di daerah basah.
Aliran air membentuk :
a. sungai,
b. telaga dan
c. rawa-rawa
Aliran air berguna untuk
a. pembangkit tenaga,
b. irigasi
c. rekreasi.
Saat ini hampir tidak ada penggunaan lahan tanpa pemanfaatan air baik secara
langsung maupun tidak langsung.
7. GAMBUT (PEAT)
14
Salah satu sumber daya yang akhir-akhir ini banyak mendapat sorotan adalah
gambut. Gambut merupakan kumpulan serasah hutan berumur 5.000 – 7.000
tahun yang bertumpuk di atas daerah rawa-rawa. ini diperkirakan Indonesia
mempunyai potensi gambut ± 27 juta hektar tersebar di Kalimantan,
Sumatera dan Irian Jaya, nomor 5 terbesar di Dunia setelah Rusia, Amerika
Serikat, Kanada dan RRC.
Pemanfaatan gambut di negara-negara maju adalah untuk sumber energi
pengganti dengan membentuknya menjadi briket-briket.
Pemerintah Indonesia memanfaatkan lahan Gambut :
a. sebagai lahan transmigrasi potensial mengingat makin menyempitnya
lahan subur.
b. ketebalan lahan gambut akan menentukan jenis tanaman pangan, sayuran
dan buah-buahan atau tanaman perkebunan.
c. sebagai cadangan energi di masa depan dan lahan pertanian,
d. untuk menyerap pencemaran
e. untuk bahan industri kimia
Air di bumi ada dalam bentuk "stock" berupa air tanah dan "flow” atau aliran
yang disebut juga air permukaan, dipengaruhi oleh faktor yang terkait dengan
sistem fisik antara lain :
a. akumulasi dan pencairan salju di puncak gunung
b. curah hujan
c. perembesan dan lain-lain
b. ketergantungan volume atau "stock" terjadi jika volume air relatif tetap.
Penggunaan oleh satu pihak akan mengurangi penggunaan potensial pihak
lain dan menaikkan biaya penggunaannya.
c. ketergantungan kualitas,
d. ketergantungan pasar ( eksternalitas lebih bersifat keterkaitan fisik).
Pada penggunaan pertama, masyarakat hanya mempunyai hak akan air namun
hanya aliran air itu saja yang boleh dicari manfaat yang terkandung di dalamnya,
sedang penggunaan kedua, zat air itu sendiri boleh dimiliki.
X. MANAJEMEN HUTAN
A. PENGANTAR
Sumber daya alam hayati yang dibagi ke dalam :
1. sumber daya alam nabati (pertanian dan kehutanan )
2. serta sumber daya alam hewani (peternakan dan perikanan).
Manajemen hutan memerlukan masukan berupa masukan alami seperti lahan,
curah hujan, sinar matahari, dan lain-lain serta masukan manajemen seperti
manusia, energi, modal, proses kimiawi dan mekanisme serta pasok bibit.
Kawasan hutan (di Indonesia) dibagi ke dalam :
1. kawasan pelestarian alam (18,7 juta hektar),
2. kawasan hutan lindung (30,4 juta hektar),
3. kawasan hutan produksi terbatas (30,4 juta hektar),
4. kawasan hutan produksi tetap (33,6 juta hektar) dan
5. kawasan lain (30,1 juta hektar); seluruh-nya berjumlah 113 juta hektar.1)
1) pada tahun 1988 hutan di Indonesia tercatat seluas 143,9 juta hektar, terdiri alas 113,4 juta
hektar hutan tetap (78,8%) dan 30,5 juta hektar hutan yang dapat dikonversi (21,2%).
Hutan tetap yang masih produktif tinggal 77,6 juta hektar atau 68%; hutan ini yang harus
dijaga kelestariannya.
Hutan menghasilkan :
1. kayu gergajian (untuk konstruksi, alat rumah tangga dan kayu lapis),
bubur kayu, bahan bakar serta sisa endapan, potongan kayu dan
kotoran.
2. persediaan air terjamin,
3. hidup satwa liar berlangsung dengan baik,
4. dapat dimanfaatkan untuk rekreasi
5. bahan tambang.
B. PERANAN HUTAN
Hutan berperan dalam berbagai hal, yaitu:
1) dampak ekologik, seperti
(a) perlindungan kawasan tangkapan; mengendalikan kemungkinan
terjadinya perlimpasan ("run off"), menyediakan air, irigasi,
mempertahankan kesuburan tanah, dan oksigen;
(b) konservasi ekologi dan satwa liar: rekreasi, wisata, taman nasional,
perlindungan flora dan fauna yang terancam punah;
(c) pengendalian erosi tanah: pemecah angin, sabuk lindung, penciptaan
gunungan pasir, reklamasi lahan terkikis;
18
Secara umum berdasar letaknya terdapat tiga situasi hutan yang tentunya
menuntut pula perbedaan dalam pengelolaan dan kebijakan yang diterapkan.
Hutan juga berbeda dengan pertanian dalam hal pentingnya faktor produksi
antara lain :
1. biaya sewa tanah relatif lebih murah bagi hutan mengingat pohon tersebut
bisa tumbuh di daerah yang tidak mungkin bahkan submarjinal untuk
pertanian.
2. faktor alam lebih berperan di sini dibanding pada pertanian karena
pertumbuhannya tidak bisa dipercepat seperti pada tanaman pertanian.
3. pengelola cukup menjaga pertumbuhan dan menjaga dari kebakaran.
4. pada pertanian diperlukan biaya tambahan untuk menyimpan produksi
hasil panen pada suatu periode panen, pengelola hutan bisa menyimpan
produknya dalam wujud tonggak/tegakan dan memotongnya pada saat
dipandang menguntungkan.
Bila dilihat dari sisi pendekatan biologi semata, pengelolaan hasil hutan dapat
ditentukan dengan cara memperoleh volume kayu yang paling maksimum.
Di dalam ekonomi kehutanan keadaan keseimbangan (steady state) atau
normal forest dimana setiap pohon mengalami siklus hidup yang sama selama
periode rotasi. Waktu tebang tentu saja akan menentukan lamanya periode
rotasi setiap pohon. Dalam pendekatan biologi tujuan pemanfaatan sumber
daya hutan adalah periode rotasi yang akan menghasilkan produksi yang
lestari (sustainained yield). Inilah yang disebut pendekatan Maximum
Sustained Yield (MSY).
tanaman tersebut mempunyai volume 45 m3, dan pada umur 15 tahun menjadi
49 m3, maka CAI hutan itu pada umur 15 tahun adalah 49 – 45 = 4 m3. Bila
pada umur 20 tahun volume tegakan menjadi 66,5 m3/ha, maka PAI tegakan
antara 15 sampai 20 tahun adalah (66,5 – 49)/5 = 3,5 m3/ ha/tahun.
Titik potong antara grafik MAI dan CAI merupakan umur di mana tegakan
mencapai hasil volume maksimal, dan oleh karena itu ditetapkan sebagai daur
volume maksimal (lihat gambar 10.2). Dalam pengelolaan hutan kedua grafik
tersebut mempunyai arti yang penting.
m3/ha
MAI
CAI
Umur (th)
Dari hasil perhitungan spreadsheet Tabel 10.2 tampak bahwa jika pengelolaan
hutan didasarkan pada metode MAI hutan akan ditebang setelah lebih dari 180
tahun. Jika menggunakan hukum Faustman nilai present value tertinggi adalah
pada umur 60 th. Hal ini dapat diketahui seperti yang disajikan pada kolom
((6)*TP). Pada kolom tersebut sebenarnya menggambarkan nilai asset sumberdaa
hutan yang kita tebang dan kita investasikan di bank dengan tingkat bunga 5 %
per tahun. Nilai tersebut menggambarkan harga baying pohon dan lahan sebelum
23
((6)*TP
δ−1 )
10
Exponensial Pendapatan 1
Umur Volume V (total) MAI
(δ)
δ -1 δ−1 (Juta)
(TP) x
(1) (2) (3) (4) (5) ((5) -1) (6) (7) (3)*(7) (8)
20 2.84 17.10 0.855 2.7183 1.7183 0.581977 0.01 0.1710 0.09952 0.00
30 5.78 323.99 10.800 4.4817 3.4817 0.287217 0.01 3.2399 0.93055 30.69
40 7.25 1410.25 35.256 7.3891 6.3891 0.156518 0.01 14.1025 2.20729 108.63
50 8.13 3408.47 68.169 12.1825 11.1825 0.089425 0.01 34.0847 3.04804 199.82
60 8.72 6138.59 102.310 20.0855 19.0855 0.052396 0.01 61.3859 3.21636 273.01
70 9.14 9344.90 133.499 33.1155 32.1155 0.031138 0.01 93.4490 2.90978 320.63
80 9.46 12807.20 160.090 54.5982 53.5982 0.018657 0.01 128.0720 2.38949 346.23
90 9.70 16365.00 181.833 90.0171 89.0171 0.011234 0.01 163.6500 1.83841 355.78
100 9.90 19910.85 199.109 148.4132 147.4132 0.006784 0.01 199.1085 1.35068 354.59
110 10.06 23375.96 212.509 244.6919 243.6919 0.004104 0.01 233.7596 0.95924 346.51
120 10.19 26720.20 222.668 403.4288 402.4288 0.002485 0.01 267.2020 0.66397 334.42
130 10.31 29920.99 230.161 665.1416 664.1416 0.001506 0.01 299.2099 0.45052 320.08
140 10.40 32968.01 235.486 1096.6332 1095.6332 0.000913 0.01 329.6801 0.30090 304.70
150 10.49 35858.65 239.058 1808.0424 1807.0424 0.000553 0.01 358.5865 0.19844 289.06
160 10.56 38595.12 241.220 2980.9580 2979.9580 0.000336 0.01 385.9512 0.12952 273.65
170 10.63 41182.58 242.250 4914.7688 4913.7688 0.000204 0.01 411.8258 0.08381 258.75
180 10.68 43627.81 242.377 8103.0839 8102.0839 0.000123 0.01 436.2781 0.05385 244.52