Anda di halaman 1dari 23

1

VIII. PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM


PULIH DAN TIDAK PULIH

Pengertian SDA tidak pulih


tidak dapat diambil lagi dalam waktu dekat.
Tidak ada pemisahan jelas
Pengertian SDA pulih
dapat diambil kembali dalam jangka waktu dekat.
Sumberdaya tidak pulih  bisa jadi pulih
a. ada tehnologi sehingga pemanfaatan SDA lebih tinggi
b. penemuan baru sebagai barang substitusi
Dipterocarpaceae apabila rusak akan pulih  200 tahun

Sumberdaya pulih menjadi tidak pulih jika eksploitasi berlebihan


contoh : hutan hasil penebangan  riap.

1. PRINSIP PENGAMBILAN
a. Harga SDA tidak pulih
Syarat umum yang berlaku pada produksi setiap barang yang berada
dalam pasar persaingan sempurna agar dapat dicapai suatu tingkat
effisiensi yang optimum ( produsen mencapai keuntungan yang
maksimal ).
Harga barang SDA = biaya marjinal + biaya alternatif

Nilai Rente, Fee dan Royalty
Untuk SDA
Produksi  ditentukan  agar manfaat kesejahteraan masyarakat
mencapai maksimum  pada saat harga komoditi = harga barang SDA
Merupakan pengambilan barang SDA optimal
Harga
MC, H
biaya alternatif

P2 A

P1 MC ( Marginal Cost = Biaya Marjinal )
B
H=F(y)
y0 y* Y = SDA tidak pulih
Dana Reboisasi
 = R - FC - VC - G Iuran Hasil Hutan
Fee
 p = 100 %  40 % dari modal / tahun
2

Nilai Royalty diharapkan terus meningkat sejalan dengan kenaikan suku


bunga.
Royalty
a. merupakan manfaat bersih dari pengambilan saat ini
b. selisih harga konsumen bersedia membayar dan biaya ekplorasi SDA
Royalty biasanya dinyatakan dalam harga sekarang ( present value ).
Contoh : SDA dalam bumi  diambil sekarang  manfaat bersih sekarang
Nilai uang ( suku bunga ) terhadap waktu
 Uang untuk konsumsi  kepuasan 
Timbul konsep bunga uang
 Uang untuk produksi  hasil 
terhadap waktu
 Resiko dan ketidakpastian
Interest = inflasi + spread ( 3 % s/d 5 % )

Kenaikan harga barang tanpa kenaikan nilai tambah
2. TINGKAT HARGA.
Harga SDA tidak pulih  meningkat sesuai  suku bunga
Peningkatan harga ada pembatas  karena ada harga barang substitusi.

BBM  ( naik terus )  energi pengganti
- Batubara
- Energi surya  biaya  dari harga BBM

Akan sama dengan biaya produksi  karena tidak ada royalty 
melimpah
Harga
MCb ( substitusi )

MC

O T Tahun
MC = biaya marjinal SDA tertentu
MCb = biaya marjinal SDA pengganti
Berkembang harga Barang SDA dan Barang Substitusi
Contoh :
Minyak = Rp 1.000 / lt  kerja 10 HP = 10 km
Gas = Rp 2.000 / gln  kerja 10 HP = 10 km
Minyak stock  harga   akan memanfaatkan SDA substitusi
3

3. PERKEMBANGAN PRODUKSI.
Produksi SDA  pasti berkurang  harga   SDA habis

Tehnologi Penemuan baru


Produksi   stok   Harga 

Sesuai dengan kurva permintaan ( terjadi


P pergeseran dari Q1 ke Q2 dan P1 ke P2 )

P2 Bila ada tehnologi dan penemuan baru


D
P1  produksi ada substitusi

O Q2 Q1 Q
Ada kompetisi dlm pengambilan SDA dan penemuan SDA lain sbg pengganti
Kondisi yang baru  Harga 

4. PENGARUH PERSEDIAAN SDA


Bagaimana mengambil barang SDA agar dapat memaksimumkan
manfaat sosial bersih sepanjang waktu
Hubungan biaya dan persediaan adalah negatif

sedikit SDA sebagai stok  semakin  biaya produksi
biaya eksploitasi
mahal
David Ricardo  Akan bekerja dengan
b2 menggunakan SDA  paling tinggi
kualitasnya
b1
John Stuart Mill  biaya pengambilan
SDA   makin sedikit dan sulit SDA
0 s2 s1 stok
semakin banyak
Yang dimaksud dengan kehabisan SDA melupakan penemuan deposit baru
tehnologi baru
Kehabisan SDA yang dapat diambil dengan biaya layak
5. KETIDAKPASTIAN
a. Ketidakpastian dicerminkan oleh tingkat bunga 
Tingkat bunga  tingkat harga   pengurasan
b. Dari sisi permintaan dan penawaran SDA
4

c. Pengaruh  tingkat bunga  belum tentu  pengambilan SDA  karena


ada penemuan baru   jumlah SDA
d. Ketidakpastian mempunyai hubungan positf  jarak waktu pengambilan
 tidak berani resiko  pengurasan sekarang
e. Permintaan  dapat dihubungkan dengan waktu  pengaruh berbeda
 harga SDA  tidak ada kepastian   jumlah SDA  penerimaan  
konservasi
6. EKSPLORASI
a. Harapan harga  diwaktu yang akan datang  mempengaruhi harga
barang SDA saat ini.
b. Tehnologi dan penemuan baru  harga 
c. Harga  sampai batas harga substitusi
Harga

Harga cenderung naik  bila ada eksplorasi


hasil  drastis

P0 Penemuan baru  terjadi tiba-tiba


O waktu
Gambar perkembangan harga barang SDA karena pengaruh Eksplorasi
Ada kecenderungan bila ketemu tehnologi baru harga  dan meninggalkan
barang lama
Contoh :
mobil bensin  gas  dirubah komponen
gas  solar  kembali ke alam
Tehnologi dan penemuan baru  harga SDA 

stok  substitusi

7. DISTRIBUSI KEADILAN

a. Kriteria yang dipakai dalam pengambilan SDA tak dapat pulih 


effisiensi
b. Tindakan layak dan tidak layak  dari sudut effisiensi
sudut keadilan
distribusi  hasil produksi
c. Distribusi  generasi sekarang dan antar generasi
5

Tingkat bunga positif  pengambilan SDA effisien untuk generasi


sekarang

habis SDA  generasi yang akan datang ?
d. Keadilan pengambilan SDA bukan masalah ekonomi  masalah etika
e. Sehingga tingkat bunga sebagai acuan  effisiensi generasi sekarang
 tidak berakibat pada generasi yad
6

IX. SUMBER DAYA LAHAN DAN AIR

A. SUMBER DAYA LAHAN

Jika ditelusur sejarahnya, studi tentang sumber daya alam dan bermula pada
sumber daya lahan, kemudian muncul studi-studi sumber daya air, energi dan
seterusnya. Mengapa demikian?

Benua Amerika terkapling-kapling, menurut asal imigran dan bentrokan-


bentrokan memperebutkan kapling lahan tak terelakkan. Sehingga pada saat
itu lahan menjadi masalah utama.

Setelah lahan subur habis  mendayagunakan lahan yang kurang subur.

relatif lebih subur jika ada air  dibuat bendungan-bendungan

studi tentang sumberdaya air.

Perkembangan lain ditemukannya sumber minyak, batubara, gas dsb.

Sudah selayaknya jika lahan ditempatkan sebagai sumber daya utama sebab
lahan memiliki segala sifat dan persyaratan sumber daya.

Tedjojuwono (1987) antara lain menyebutkan lahan mempunyai produktivitas


untuk dapat menghasilkan bahan nabati, dari hasil bahan nabati selanjutnya
dihasilkan bahan hewani. Lahan mempunyai daya tumpu, menjadi bahan
mentah pembuatan aneka barang, berdaya serap terhadap cairan. Disamping
itu lahan dapat menyalurkan sebagian air hujan untuk mengisi air lahan.
Sehingga lahan merupakan sumber daya serba guna yang mampu memenuhi
kebutuhan kebendaan dan kejiwaan sekaligus menjadi penyangga sumber
daya lain.

Ekonomi sumber daya lahan mencoba mempelajari hubungan ekonomi antara


manusia dan lahan. Atau pokok permasalahan ekonomi sumber daya lahan
berkaitan dengan usaha manusia dalam menggunakan lahan dan kaitannya
dengan faktor fisik, biologi, ekonomi dan kelembagaan (institusional),
kondisi dan kontrol penggunaannya (Barlowe, 1972).

B. LAHAN DAN PENDUDUK


Hubungan antara lahan dan penduduk mulai diperhatikan dengan adanya
pernyataan Malthus dalam An Essay on Population (1798).
7

pertumbuhan penduduk lebih cepat dari pertumbuhan pasok bahan makanan


terutama disebabkan areal lahan adalah tetap.

Erat kaitannya dengan pernyataan Malthus tersebut kita mengenal istilah daya
dukung lahan.
1. Konsep ini mencoba menjelaskan hubungan antara luas lahan dan jumlah
penduduk. Kepadatan penduduk (Population Density) merupakan ukuran
daya dukung secara kuantitatif.
2. Sedangkan daya dukung kualitatif bisa diukur dengan rasio manusia lahan
(man land ratio).

Kepadatan penduduk  jumlah manusia yang mendiami per satuan areal.


Manfaat pengukuran mengetahui suatu daerah padat atau jarang
penduduknya.

Dalam rasio manusia lahandihitung berapa luas areal pertanian (cropland),


berapa luas "arable land" (dapat digunakan sebagai cropland). Dari
perhitungan rasio  berapa orang yang mampu disangga setiap hektar areal
lahan.

Pengertian umum daya dukung adalah jumlah individu yang dapat didukung
oleh "habitat" dalam keadaan sehat dan kuat. Allan mengembangkan konsep
ini menjadi Iebih operasional dengan rumus:

100 C . L
A=
P
Dengan :
A : kebutuhan lahan/kapita (ha)
C : luas lahan yang ditanami/kapita pada tahun tertentu faktor penggunaan lahan
L : dicari dengan rumus (R + U)/U dimana R = lamanya lahan menganggur, U = lamanya lahan ditanami.
P : potensi luas lahan yang dapat ditanami.

Bertambahnya penduduk secara cepat berakibat :


1. memperkecil daya dukung.
2. penyebaran penduduk tidak menimbulkan perbedaan mencolok daya
dukung daerah padat dan kurang padat penduduk.
3. transmigrasi salah satu usaha meningkatkan daya dukung lahan di daerah
padat
4. menekan pertumbuhan penduduk dengan program Keluarga Berencana.
8

C. BEBERAPA ASPEK EKONOMI LAHAN


1. Lokasi Lahan
Lokasi merupakan tinjauan lahan dari aspek ruang (space).
a. kekayaan alam dapat dipindah ke tempat lain, aspek ruang tidak.
b. tidak bisa berpindahnya aspek ruang terdapat perhitungan untung rugi bagi
suatu lokasi.

Pentingnya lokasi pada dasarnya dapat ditinjau dari 3 hal yaitu


a. lokasi ekonomi,
b. penggunaan lahan dan
c. status hukum.

Keuntungan lokasi berdasarkan ekonomi :


a. berkurangnya biaya ke pusat pasar
b. waktu transportasi ke pusat pasar
c. produktivitas yang Iebih tinggi dan
d. biaya produksi yang Iebih rendah pada tempat tertentu.

Hubungan antara lokasi yang berbeda dan pola penggunaan lahan secara
sederhana diterangkan oleh Johana Hienrich von Thunen dalam Der Isolierte
Staat (1826).
Pada prinsipnya von Thunen membagi penggunaan lahan ke dalam beberapa
penggunaan :
a. satu pusat kota sebagai satu-satunya tempat memproduksi barang-barang
yang dibutuhkan seluruh negara,
b. daerah-daerah di sekitarnya hanya sebagai pemasok bahan makan/bahan
mentah lain ke kota.
Perlu diingat tulisan von Thunen itu sebelum adanya revolusi transportasi.

Menurut von Thunen lahan dibagi menjadi enam kategori daerah :


a. dekat pusat kota (pasar) untuk kegiatan intensif jenis tanaman yang
hasilnya cepat rusak, memakan tempat dan berat dalam kaitannya dengan
transportasi.
b. daerah hutan, untuk kayu dan bahan bakar yang sifatnya memakan tempat
dan berat sehingga harus ditempatkan agar dekat dari pusat kota.
c. untuk tanaman sejenis gandum atau padi-padian.
d. penggembalaan ternak.
e. "Three field system" berupa daerah ilalang/daerah tandus.
f. daerah perburuan.
9

Gambar 8.1. Penggunaan Lahan Menurut Lokasi Model von Thunen (Sumber:
Ely dan Wehrwein, 1948)

von Thunen memperkenalkan lebih lanjut adanya sungai yang bisa dilayari.
Dengan adanya transportasi sungai :
a. transport lebih hemat 1/6 daripada transport dengan kereta
b. daerah pemukiman akan berkembang sepanjang sungai
c. daerah-daerah lain akan memanjang mengikuti pola seperti pada Gambar
8.1. pengaruh adanya kota lain
d. kota kecil tersebut membentuk lingkaran pengaruhnya sendiri, namun
masih ditentukan oleh harga-harga di pusat kota.

Menurut von Thunen diameter dari masing-masing zona berubah dengan naik
atau turunnya harga, kemungkinan adanya penambahan banyak jalan dan
sebagainya seperti telah banyak dibahas dalam teori lokasi yang lebih modern.

Dilihat dari status hukum faktor lokasi yang telah tetap menjadi dasar yang
kuat untuk menetapkan hak pemilikan lahan sehingga dimungkinkan
pendaftaran secara hukum atas lahan. Pencatatan itu menjadi dasar bagi
penetapan pajak atas lahan. Sistem hukum setiap negara berbeda-beda, ada
satu negara yang menetapkan batas lahan hanya berdasar batas lembah dan
sungai. Bahkan di tanah air masih banyak penetapan batas lahan hanya
berdasar klaim adat secara turun temurun seperti masih sering dijumpai
khususnya di luar Jawa.

2. Sewa Lahan
10

Sewa lahan muncul dengan semakin mendesaknya kebutuhan akan lahan dari
waktu ke waktu. Karena hak milik lahan masih dipegang oleh pemilik, sewa
lahan bisa dikatakan sebagai pemindahan hak menguasai lahan kepada
penyewa untuk beberapa waktu. Setelah itu hak milik kembali kepada
pemilik.
Secara umum sewa lahan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. "Contract rent" yaitu pembayaran dari penyewa kepada pemilik atau
pemilik melakukan kontrak sewa dalam jangka waktu tertentu.
b. "Economic rent" yang merupakan pendapatan di atas minimum "supply
price" yang memungkinkan faktor produksi lahan dapat dimanfaatkan
dalam proses produksi.
Teori mengenai sewa yang cukup terkenal adalah teori sewa Ricardo
a. disebabkan perbedaan kesuburan tanah (heterogenitas tanah).
b. dari segi lokasi jarak akan menentukan tingkat sewa
3. Pajak Lahan
Pajak yang dikenakan pada lahan akan berpengaruh pada pemanfaatan lahan
tersebut.
Pemilik akan terdorong untuk memanfaatkan lahan
a. lebih intensif sehingga
b. meningkatkan produksi dan relatif tidak ada lahan yang menganggur.
Pajak lahan sebaiknya mendekati norma pajak yang baik seperti :
a. adanya kemampuan membayar pajak,
b. ada keseragaman,
c. mudah dan ekonomis pengumpulannya serta
d. bermanfaat baik bagi pembayar maupun kepentingan umum.
Usaha ke arah pajak lahan ideal telah dirintis oleh pemerintah terbukti dengan
dibuatnya peraturan-peraturan pajak lahan yang semakin baik.
Pajak lahan di Indonesia sudah dikenakan kepada pemilik sejak jaman
penjajahan Belanda dengan nama "land rente".
Sejak 1965 "land rente" digantikan dengan Ipeda dengan obyek meliputi :
a. tanah pekarangan,
b. tanah yang menghasilkan,
c. tanah yang ditanami tetapi belum menghasilkan dan
d. tanah-tanah yang tidak menghasilkan.

Tarif Ipeda ditentukan sebesar 5% dari hasil bersih tanah.

Hambatan mulai muncul jika telah sampai pada terdapatnya perbedaan sektor
maupun perbedaan macam kelas lahan.
11

Untuk mempermudah dan menyederhanakan penarikan pajak lahan, mulai


tahun 1986 diperkenalkan adanya PBB (Pajak Bumi dan Bangunan).

PBB menyederhanakan penarikan pajak karena menggantikan berbagai


macam pajak antara lain :
a. pajak kekayaan,
b. pajak rumah tangga,
c. Ipeda dan sejenisnya.

Tarif PBB berupa :


a. Tarif tunggal sebesar 0,5% dari Nilai Jual Kena Pajak (NJKP).
b. NJKP tersebut ditetapkan sebesar serendah-rendahnya 20% dan setinggi-
tinggi-nya 100% dari Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).
c. Tarif 0,5% ini tidak membedakan sektor mana pun

Misal :
Sebidang tanah sawah seluas 1 hektar dan menurut kelas tanahnya berharga
Rp 20.000.000,00, maka :
Besar PBB adalah 0,5% x 20% x Rp 20.000.000,00 = Rp 20.000,00.
Perhitungan yang sama dapat kita lakukan untuk pajak bangunan.
Hanya saja pada bangunan nilai bangunan masih harus dikurangi nilai jual
bangunan tidak kena pajak sebesar Rp2.000.000,00.

Hal ini PBB mempunyai potensi untuk meningkatkan pendapatan dalam


negeri di tengah memburuknya penerimaan negara dari sektor minyak.
4. LAHAN DAN PERTANIAN
Pembangunan ekonomi khususnya di dunia ketiga orang tidak bisa terlepas
dari lahan sebab pertanian ada dan tumbuh karena tersedianya lahan.
Meskipun saat ini mulai dirintis pertanian tanpa lahan dengan teknologi dan
sejenisnya, namun paling tidak sampai beberapa dekade lahan untuk pertanian
masih dibutuhkan mengingat mahalnya teknologi tersebut.

Jika pertanian dapat dikatakan sebagai suatu industri maka ada beberapa hal
yang membedakannya dengan industri lain:
a. Bagi negara sedang membangun pertanian berperanan cukup besar dalam
struktur produksi nasional mampu mempekerjakan 60 % - 70 % angkatan
kerja.
b. Kegiatan pertanian telah ada sejak manusia meninggalkan perburuan.
c. Pentingnya peranan lahan sebagai faktor produksi pertanian.
d. Terkait dengan jenis lahan adalah pengaruh cuaca/musim yang
membedakan pola tanam pertanian.
e. Tidak ada substitusi untuk produk pertanian khususnya pangan.
12

f. Pangan harus diproduksi atau diimpor agar manusia bisa tetap hidup.

Pemerintah negara ketiga untuk menaikkan kesejahteraan petani dengan cara


antara lain :
a. membantu menaikkan produksi atau
b. menaikan harga yang diterima petani

Sektor pertanian yang relatif lebih "labour intensive"


a. memungkinkan menjadi pemasok tenaga kerja ke sektor modern.
b. menjadi sumber devisa melalui hasil ekspor
c. menjadi pasar untuk keluaran-keluaran sektor modern.

Pertanian tangguh yang mampu berfungsi seperti tersebut di atas menjadi


harapan untuk mempercepat proses pembangunan negaraa sedang
berkembang. Salah satu cara untuk mencapai tujuan itu adalah perbaikan
masalah-masalah yang menyangkut pemilikan bahkan kalau dipandang perlu
bisa pula dilakukan "land reform” .

5. "LAND TENURE" DAN "LAND REFORM"

Istilah "land tenure" bisa diartikan sebagai cara orang memiliki lahan dan
bagaimana mereka menyewakannya kepada orang lain jika tidak mengerjakan
sendiri lahannya. Terdapat begitu banyak ragam "land tenure" di dunia. Cara
yang banyak dijumpai di tanah air adalah sistem bagi hasil dan sistem sewa.

"Land tenure" sejenis antara lain:


a. "Ranching" dan pertanian modern skala besar, untuk ditanami atau
peternakan dengan pekerjaan sudah bersifat mekanis.
b. Pertanian perkebunan, ditanami teh atau karet, digunakan tenaga kerja
upahan dan perkebunan ini bisa dijalankan oleh pemilik langsung atau
dengan menyewa manajer profesional.
c. Latifundia (Amerika Latin dan Eropa) sebuah pertanian/peternakan besar
antara pekerja dan pemilik masih terdapat hubungan khusus atau ada
"master servant relationship".
d. Pertanian kolektif, terdapat di negara-negara sosialis di mana lahan
dimiliki oleh koperasi dengan anggota penduduk setempat.

Kadang-kadang dijumpai "land tenure" di suatu negara di pandang tidak adil


pada puncaknya bisa menimbulkan ketidakstabilan politik. Untuk itu
13

dirasakan perlu adanya perombakan atau reformasi "land tenure" atau sering
dikenal sebagai "land reform".
Cara dan bentuk "land reform"; mulai dari yang sederhana sampai paling
radikal antara lain:
a. Reformasi Kontrak Sewa, intinya memberikan jaminan hukum ke pada
penyewa untuk melakukan kontrak sehingga penyewa lebih tenang untuk
investasi di lahan tersebut.
b. Pengurangan Sewa, yaitu membatasi batas tertinggi yang bisa diminta
pemilik sebagai sewa.
c. Pembagian Tanah dengan Kompensasi, di sini pemerintah dapat
1) Memutuskan luas maksimum tanah yang bisa dimiliki oleh
seseorang dan menjual kelebihannya.
2) Bisa juga dikatakan "land reform" ini adalah hanya mereka yang
mengerjakan sendiri tanahnya yang bisa memiliki tanah.
d. Pembagian Tanah tanpa Kompensasi. Bentuk "land reform" ini boleh
dikatakan yang paling radikal. Semua tanah yang tidak dikerjakan sendiri
oleh pemilik disita dan tidak mendapatkan ganti.
"Land reform" dilakukan biasanya karena alasan politik, negara melakukan
"land reform" tanpa kompensasi antara lain Korea Selatan dikatakan berhasil
dalam arti terjadi kenaikan produktivitas dan juga berpengaruh terhadap
distribusi pendapatan.
"Land reform" akan lebih berhasil diikuti kebijakan-kebijakan yang terkait
dengan pertanian seperti pengenalan teknologi, perkreditan dan juga masalah
pasar serta harga-harga hasil pertanian.
6. LAHAN DAN AIR
Sumber daya air menjadi sumber daya terpenting setelah lahan disebabkan air
mampu menambah kesuburan tanah sehingga memungkinkan tumbuhnya
sumber daya lain seperti vegetasi. Bentuk permukaan tanah secara alami pada
hakikatnya mempengaruhi aliran air khususnya di daerah basah.
Aliran air membentuk :
a. sungai,
b. telaga dan
c. rawa-rawa
Aliran air berguna untuk
a. pembangkit tenaga,
b. irigasi
c. rekreasi.

Saat ini hampir tidak ada penggunaan lahan tanpa pemanfaatan air baik secara
langsung maupun tidak langsung.

7. GAMBUT (PEAT)
14

Salah satu sumber daya yang akhir-akhir ini banyak mendapat sorotan adalah
gambut. Gambut merupakan kumpulan serasah hutan berumur 5.000 – 7.000
tahun yang bertumpuk di atas daerah rawa-rawa. ini diperkirakan Indonesia
mempunyai potensi gambut ± 27 juta hektar tersebar di Kalimantan,
Sumatera dan Irian Jaya, nomor 5 terbesar di Dunia setelah Rusia, Amerika
Serikat, Kanada dan RRC.
Pemanfaatan gambut di negara-negara maju adalah untuk sumber energi
pengganti dengan membentuknya menjadi briket-briket.
Pemerintah Indonesia memanfaatkan lahan Gambut :
a. sebagai lahan transmigrasi potensial mengingat makin menyempitnya
lahan subur.
b. ketebalan lahan gambut akan menentukan jenis tanaman pangan, sayuran
dan buah-buahan atau tanaman perkebunan.
c. sebagai cadangan energi di masa depan dan lahan pertanian,
d. untuk menyerap pencemaran
e. untuk bahan industri kimia

Belum semua gambut di Indonesia bisa terjangkau karena tempatnya yang


sulit dicapai.

8. BEBERAPA KARAKTERISTIK AIR


Dibandingkan sumber daya alam dan energi lain, air memiliki berapa sifat
khusus sehingga tidak cukup diselesaikan per lokal atau regional namun telah
menyangkut kepentingan nasional, bahkan prinsip-prinsip umum alokasi
secara efisien dapat pula diterapkan pada air dengan beberapa modifikasi.

Air di bumi ada dalam bentuk "stock" berupa air tanah dan "flow” atau aliran
yang disebut juga air permukaan, dipengaruhi oleh faktor yang terkait dengan
sistem fisik antara lain :
a. akumulasi dan pencairan salju di puncak gunung
b. curah hujan
c. perembesan dan lain-lain

Dengan perkataan lain total aliran lebih bersifat serba kemungkinan


(probabilistic), yang memerlukan perhatian adalah bagaimana mengatur agar
pengambilan air tanah seimbang dengan pengisian kembali (recharge).
Adanya perbedaan "run off" (limpasan) dan selisih antara curah hujan dan
penguapan menyebabkan air tidak terdistribusikan secara sama. Namun
demikian meskipun suatu daerah hanya mempunyai "run off" kecil, air tidak
menjadi masalah jika ada aliran air masuk dari daerah lain.

Adanya saling ketergantungan antar pemakai aliran air :


a. ketergantungan aliran antara hulu dan hilir.
15

b. ketergantungan volume atau "stock" terjadi jika volume air relatif tetap.
Penggunaan oleh satu pihak akan mengurangi penggunaan potensial pihak
lain dan menaikkan biaya penggunaannya.
c. ketergantungan kualitas,
d. ketergantungan pasar ( eksternalitas lebih bersifat keterkaitan fisik).

Pembangunan proyek irigasi mungkin meningkatkan hasil produksi tanaman yang


berakibat pula kemungkinan turunnya harga. Bentuk-bentuk inilah yang
dimaksud ketergantungan dalam keuangan dan pasar.
9. PEMANFAATAN AIR
Ely dan Wehrwein (1940) membagi penggunaan air untuk dua macam tujuan
yaitu :
a. penggunaan untuk pemungutan hasil, misalnya perikanan, tenaga air dan
navigasi dan penggunaan bersifat memiliki langsung misalnya untuk
irigasi
b. untuk industri.

Pada penggunaan pertama, masyarakat hanya mempunyai hak akan air namun
hanya aliran air itu saja yang boleh dicari manfaat yang terkandung di dalamnya,
sedang penggunaan kedua, zat air itu sendiri boleh dimiliki.

Berdasarkan sektor-sektor yang memanfaatkan air,


a. pertanian dn perkebunan menjadi konsumen terbesar.
b. perikanan
c. peternakan
d. industri memerlukan air untuk masukan, pendingin mesin dan juga
penggelontor kotoran.
e. rumah tangga akibat pertumbuhan penduduk
Untuk keberhasilan pembangunan pertanian telah diusahakan :
a. pemeliharaan,
b. perbaikan dan pembangunan jaringan irigasi
c. reklamasi daerah rawa dan pengaturan sungai.

Program pembangunan di bidang pengairan antara lain dengan :


a. perbaikan dan peningkatan irigasi
b. perluasan irigasi
c. perbaikan dan pengamatan sungai
d. pengembangan jaringan irigasi baru
e. pengembangan daerah rawa
f. penyelamatan hutan, tanah dan air
g. pembangunan irigasi lainnya
16

Program-program tersebut seperti pemanfaatan daerah rawa, penyelamatan


hutan, tanah dan air menjadi bagian penting dari pembangunan pengairan yang
menunjang sektor pertanian. Di samping itu juga dimaksudkan untuk
perlindungan terhadap bencana banjir sehingga areal produksi maupun
pemukiman bisa terlindungi.
17

X. MANAJEMEN HUTAN

A. PENGANTAR
Sumber daya alam hayati yang dibagi ke dalam :
1. sumber daya alam nabati (pertanian dan kehutanan )
2. serta sumber daya alam hewani (peternakan dan perikanan).
Manajemen hutan memerlukan masukan berupa masukan alami seperti lahan,
curah hujan, sinar matahari, dan lain-lain serta masukan manajemen seperti
manusia, energi, modal, proses kimiawi dan mekanisme serta pasok bibit.
Kawasan hutan (di Indonesia) dibagi ke dalam :
1. kawasan pelestarian alam (18,7 juta hektar),
2. kawasan hutan lindung (30,4 juta hektar),
3. kawasan hutan produksi terbatas (30,4 juta hektar),
4. kawasan hutan produksi tetap (33,6 juta hektar) dan
5. kawasan lain (30,1 juta hektar); seluruh-nya berjumlah 113 juta hektar.1)
1) pada tahun 1988 hutan di Indonesia tercatat seluas 143,9 juta hektar, terdiri alas 113,4 juta
hektar hutan tetap (78,8%) dan 30,5 juta hektar hutan yang dapat dikonversi (21,2%).
Hutan tetap yang masih produktif tinggal 77,6 juta hektar atau 68%; hutan ini yang harus
dijaga kelestariannya.
Hutan menghasilkan :
1. kayu gergajian (untuk konstruksi, alat rumah tangga dan kayu lapis),
bubur kayu, bahan bakar serta sisa endapan, potongan kayu dan
kotoran.
2. persediaan air terjamin,
3. hidup satwa liar berlangsung dengan baik,
4. dapat dimanfaatkan untuk rekreasi
5. bahan tambang.

B. PERANAN HUTAN
Hutan berperan dalam berbagai hal, yaitu:
1) dampak ekologik, seperti
(a) perlindungan kawasan tangkapan; mengendalikan kemungkinan
terjadinya perlimpasan ("run off"), menyediakan air, irigasi,
mempertahankan kesuburan tanah, dan oksigen;
(b) konservasi ekologi dan satwa liar: rekreasi, wisata, taman nasional,
perlindungan flora dan fauna yang terancam punah;
(c) pengendalian erosi tanah: pemecah angin, sabuk lindung, penciptaan
gunungan pasir, reklamasi lahan terkikis;
18

2) konsumsi domestik, seperti


(a) bahan kayu bakar dan arang untuk memasak, pemanasan dan
kebutuhan rumah tangga yang lain;
(b) pemanfaatan pertanian: pertanian berpindah, hutan untuk peng-
gembalaan ternak, penghasil nitrogen, jerami/sejenisnya, buah-buahan
dan kacang-kacangan;
(c) pembangunan rumah, gedung, konstruksi, pagar, perabot rumah
tangga;
(d) penggergajian: perabot rumah tangga, konstruksi, dan gedung usaha
tani;
(e) bahan tenun: tali temali, keranjang, perabot rumah tangga, isi rumah;
(f) sutera, madu, lilin, lak;
(g) kayu khusus dan abu: ukuran, dupa, kimiawi, untuk membuat gelas;
3) pemanfaatan industri, yaitu
(a) karet, resin dan minyak; terpentin, distilat, minyak kayu putih, dan
lain-lain;
(b) arang kayu; untuk pembuatan besi baja, kimiawi, PVC, sel kering; (c)
batangan kayu: untuk jaringan transmisi;
(d) kayu gelondong: gergaji, perabot rumah tangga, kemasan, kapal,
tambang, bangunan, dan lain-lain;
(e) kayu lapis, kotak kemas, bangunan;
(f) bubur kayu; kertas koran, papan, kertas cetak dan tulis, kemasan,
distilata, tekstil dan pakaian jadi;
(g) sisa: papan partikel, papan serat, dan kertas.
C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA HUTAN
Konsep pengelolaan sumber daya hutan haruslah dipandang :
1. sebagai bagian dari pengelolaan sumber daya alam dan energi
2. manusia berperan aktif dalam produksi, distribusi, konsumsi dan juga
pengembangan sumber daya alam dan energi itu sendiri.

Pengelolaan hutan yang sehat diarahkan kepada tercapainya keseimbangan


antara penggunaan dan pengembangan hutan. Tercapainya keseimbangan ini
akan sangat tergantung kepada kebijakan ekonomi dan lingkungan, teknologi
dan pertimbangan ekonomi serta ekologi, adanya manusia trampil,
lingkungan sosial ekonomi bahkan perilaku masyarakat yang positif pun ikut
menentukan. Ishemat Soerianegara (1982) menggambarkan skema
pengelolaan hutan sebagai terlihat dalam Gambar 10.1
19

Gambar 10. 1 :Tujuan dan kendala pengelolaan sumberdaya hutan

Secara umum berdasar letaknya terdapat tiga situasi hutan yang tentunya
menuntut pula perbedaan dalam pengelolaan dan kebijakan yang diterapkan.

a. Pertama, \ hutan terletak di daerah dengan hutan relatif sedikit dan


terbatas. Di daerah ini kayu biasanya dipakai sebagai bahan bakar pokok,
b. Kedua, terletak di daerah beriklim sedang baik di belahan bumi utara
maupun selatan. Hutan ini sudah dimanfaatkan untuk maksud komersial.
Sebagian besar pengetahuan dan keahlian di bidang kehutan
dikembangkan dan dimulai berasal dari hutan beriklim sedang ini.
c. Ketiga, hutan terletak di daerah tropis dan semi tropis. Hutan-hutan di sini
mempunyai ciri khusus baik sebagai hutan itu sendiri maupun sebagai
obyek eksploitasi komersial. Reproduksi hutan alam ini biasanya lambat
bahkan tidak ada di samping mahal dan jarang berhasil.
d. Untuk itu penanaman kembali, kalau perlu dengan tanaman asing sering
bisa dilaksanakan baik dari segi komersial maupun ekologi.
20

D. KARAKTERISTIK EKONOMI HUTAN


Di samping mempunyai karakteristik biologis, hutan juga berciri ekonomi
khusus yang akan mempengaruhi kebijakan pengelolaan hutan.

Hutan bagi beberapa negara :


1. menyediakan lapangan kerja bagi banyak tenaga kerja setempat, bahkan
sering tidak menuntut tingkat keahlian.
2. dijadikan sebagai salah satu wahana program pengadaan lapangan kerja.
Dibandingkan dengan pertanian, hutan tidak mempunyai periode khusus
panen.
1. pohon akan segera dipotong jika dianggap cukup menguntungkan
pengusaha.
2. diperlukan waktu yang relatif panjang menunggu mulai dari penanaman
sampai pemanenan (rotasi).
3. kayu jenis lunak rotasi bisa mencapai 30 tahun - 40 tahun, sedangkan pada
kayu keras rotasi bisa lebih lama lagi.

Hutan juga berbeda dengan pertanian dalam hal pentingnya faktor produksi
antara lain :
1. biaya sewa tanah relatif lebih murah bagi hutan mengingat pohon tersebut
bisa tumbuh di daerah yang tidak mungkin bahkan submarjinal untuk
pertanian.
2. faktor alam lebih berperan di sini dibanding pada pertanian karena
pertumbuhannya tidak bisa dipercepat seperti pada tanaman pertanian.
3. pengelola cukup menjaga pertumbuhan dan menjaga dari kebakaran.
4. pada pertanian diperlukan biaya tambahan untuk menyimpan produksi
hasil panen pada suatu periode panen, pengelola hutan bisa menyimpan
produknya dalam wujud tonggak/tegakan dan memotongnya pada saat
dipandang menguntungkan.

E. ANALISIS EKONOMI HUTAN


Hutan sebagai sumber daya alam dan energi bernilai karena jumlah terbatas,
dikategorikan sebagai barang ekonomi sehingga hutan tidak lepas dari analisis
ekonomi dalam pengelolaannya
Salah satu pertimbangan ekonomi di bidang kehutanan, adalah efisiensi
ekonomi hutan atau secara singkat bagaimana perbandingan biaya dengan
keuntungan. Efisiensi ekonomi tidak hanya menyangkut hutan juga
memasukkan unsur infrastruktur seperti transportasi, komunikasi, pasokan air
dan lain-lain.
21

Seperti telah disinggung di muka tidak semua pengusaha bisa memperoleh


semua manfaat dari hutan misalnya sebagai sumber air dan berbagai tempat
kehidupan binatang. Hal ini membuat para pengusaha lebih sempit
perhitungannya dalam analisis ekonomi dibanding pemerintah sebagai wakil
masyarakat keseluruhan. Dan ini bisa kita pahami mengingat masing-masing
bertitik tolak pada hal yang berbeda yaitu keuntungan pribadi dengan
keuntungan masyarakat keseluruhan. Tingkat pemanfaatan hutan yang
semakin intensif menuntut pula pengkajian yang lebih cermat terhadap
berbagai alternatif pemantaatan. Di sinilah analisis ekonomi bisa menawarkan
diri dan berperanan.
Penggunaan ganda (multiple-use) hutan menimbulkan trade-oil antara
penggunaan masukan satu dengan lainnya atau antara keluaran satu dengan
lainnya. Efisiensi di sini dilakukan dengan mengganti masukan satu dengan
lainnya atau keluaran satu dengan lainnya sedemikian rupa dicapai kombinasi
yang menghasilkan nilai sekarang bersih tertinggi.
F. PRAKTEK PANEN
Masalah penting yang dihadapi pengelola hutan adalah kapan hutan bisa
ditebang atau berapa lama rotasi optimum. Pengelola berusaha melakukan
penebangan yang diperhitungkan tepat waktunya sebab bila tidak tepat waktu
akan berakibat menunda penghasilan, harus membayar bunga ekstra dan juga
menutup pemanfaatan alternatif lahan.
Praktek panen bisa didekati dengan rotasi optimum dan penebangan yang
diperbolehkan (allowable cut). Untuk mencari rotasi optimum biasanya
diasumsikan harga per unit kayu adalah tetap dan tidak ada keluaran lain
selain kayu. Rotasi optimal dapat ditentukan berdasarkan hukum berikut:
pohon dibiarkan tumbuh selama tambahan tahunan nilai tegakan melebihi
tingkat bunga pada nilai barang ditambah nilai sewa tanah untuk penanaman
baru.

Bila dilihat dari sisi pendekatan biologi semata, pengelolaan hasil hutan dapat
ditentukan dengan cara memperoleh volume kayu yang paling maksimum.
Di dalam ekonomi kehutanan keadaan keseimbangan (steady state) atau
normal forest dimana setiap pohon mengalami siklus hidup yang sama selama
periode rotasi. Waktu tebang tentu saja akan menentukan lamanya periode
rotasi setiap pohon. Dalam pendekatan biologi tujuan pemanfaatan sumber
daya hutan adalah periode rotasi yang akan menghasilkan produksi yang
lestari (sustainained yield). Inilah yang disebut pendekatan Maximum
Sustained Yield (MSY).

Konsep pengelolaan dengan pendekatan MSY dapat dijelaskan sbb :


Riap volume tegakan selama satu daur dapat dibedakan antara riap rata-rata
tahunan (Mean Annual Increment, MAI), riap rata-rata periodic, (Periodic
Annual Increment, PAI), dan riap rata-rata berjalan (Current Annual
Increment, CAI). Misalnya, suatu hutan tanaman pada umur 40 tahun
mempunyai MAI = 120/40 = 3 m3/tahun. Kalau pada umur 14 tahun hutan
22

tanaman tersebut mempunyai volume 45 m3, dan pada umur 15 tahun menjadi
49 m3, maka CAI hutan itu pada umur 15 tahun adalah 49 – 45 = 4 m3. Bila
pada umur 20 tahun volume tegakan menjadi 66,5 m3/ha, maka PAI tegakan
antara 15 sampai 20 tahun adalah (66,5 – 49)/5 = 3,5 m3/ ha/tahun.
Titik potong antara grafik MAI dan CAI merupakan umur di mana tegakan
mencapai hasil volume maksimal, dan oleh karena itu ditetapkan sebagai daur
volume maksimal (lihat gambar 10.2). Dalam pengelolaan hutan kedua grafik
tersebut mempunyai arti yang penting.

m3/ha

MAI

CAI

Umur (th)

Gambar 10.2 : Grafik MAI dan CAI


Manipulasi perlakuan tegakan melalui penelitian untuk memperoleh riap
tegakan maksimal, baik MAI dan CAI, masih memberi peluang yang besar
untuk meningkatkan nilai manfaat dari hutan.

Tabel10.1 : Perhitungan MAI dan CAI


Umur Volume per Ha MAI CAI
(Tahun) (m3) (m3/ha/tahun) (m3/ha/tahun)
1 18 - -
2 35 17.5 17.0
3 67 22.3 32.0
4 104 26.0 37.0
5 145 29.0 41.0
6 183 30.5 38.0
7 211 30.1 28.0
8 226 28.3 15.0

Dari hasil perhitungan spreadsheet Tabel 10.2 tampak bahwa jika pengelolaan
hutan didasarkan pada metode MAI hutan akan ditebang setelah lebih dari 180
tahun. Jika menggunakan hukum Faustman nilai present value tertinggi adalah
pada umur 60 th. Hal ini dapat diketahui seperti yang disajikan pada kolom
((6)*TP). Pada kolom tersebut sebenarnya menggambarkan nilai asset sumberdaa
hutan yang kita tebang dan kita investasikan di bank dengan tingkat bunga 5 %
per tahun. Nilai tersebut menggambarkan harga baying pohon dan lahan sebelum
23

hutan ditebang. Pada t = 60 nilai diketahui sebesar Rp 3,216 juta


(Perhitungan volume dengan memasukkan formula = B$3 - B$4* (1/A6) –Excel)

Tabel 10.2 : Perhitungan MAI


δ 0.05
p (price)
(Rp Juta) 0.01
alpha 11.664
beta 176.499
1 Total
( V T −V T−10 )
Harga

((6)*TP
δ−1 )
10
Exponensial Pendapatan 1
Umur Volume V (total) MAI
(δ)
δ -1 δ−1 (Juta)
(TP) x
(1) (2) (3) (4) (5) ((5) -1) (6) (7) (3)*(7) (8)
20 2.84 17.10 0.855 2.7183 1.7183 0.581977 0.01 0.1710 0.09952 0.00
30 5.78 323.99 10.800 4.4817 3.4817 0.287217 0.01 3.2399 0.93055 30.69
40 7.25 1410.25 35.256 7.3891 6.3891 0.156518 0.01 14.1025 2.20729 108.63
50 8.13 3408.47 68.169 12.1825 11.1825 0.089425 0.01 34.0847 3.04804 199.82
60 8.72 6138.59 102.310 20.0855 19.0855 0.052396 0.01 61.3859 3.21636 273.01
70 9.14 9344.90 133.499 33.1155 32.1155 0.031138 0.01 93.4490 2.90978 320.63
80 9.46 12807.20 160.090 54.5982 53.5982 0.018657 0.01 128.0720 2.38949 346.23
90 9.70 16365.00 181.833 90.0171 89.0171 0.011234 0.01 163.6500 1.83841 355.78
100 9.90 19910.85 199.109 148.4132 147.4132 0.006784 0.01 199.1085 1.35068 354.59
110 10.06 23375.96 212.509 244.6919 243.6919 0.004104 0.01 233.7596 0.95924 346.51
120 10.19 26720.20 222.668 403.4288 402.4288 0.002485 0.01 267.2020 0.66397 334.42
130 10.31 29920.99 230.161 665.1416 664.1416 0.001506 0.01 299.2099 0.45052 320.08
140 10.40 32968.01 235.486 1096.6332 1095.6332 0.000913 0.01 329.6801 0.30090 304.70
150 10.49 35858.65 239.058 1808.0424 1807.0424 0.000553 0.01 358.5865 0.19844 289.06
160 10.56 38595.12 241.220 2980.9580 2979.9580 0.000336 0.01 385.9512 0.12952 273.65
170 10.63 41182.58 242.250 4914.7688 4913.7688 0.000204 0.01 411.8258 0.08381 258.75
180 10.68 43627.81 242.377 8103.0839 8102.0839 0.000123 0.01 436.2781 0.05385 244.52

Anda mungkin juga menyukai