Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UPN “VETERAN” YOGYAKARTA

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TA. 2020/2021

Nama : Akmal Rasyid Priyono


No. Mhs. 141200115
Mata Kuliah/Kls. : Ekonomi Makro/EM-E
Dosen : Dr. Khoirul Hikmah, SE, M.Si
Hari, Tanggal : Senin, 19 Juli 2021

1. PPN Bahan Pokok


a. Pendukung Kebijakan
 Pihak yang mendukung kebijakan ini rata-rata berasal dari golongan menengah
keatas. Selain itu juga didominasi para sekutu pemerintah.
 Rencana ini akan membantu dalam pemulihan ekonomi, terlebih jika yang
akan dipajaki adalah sembako premium.
Sembako premium, diharapkan bisa memberikan lebih kepada negara karena
penggunanya bukan kalangan warga biasa. Selain itu, jenis sembako premium
juga memiliki pasar yang berbeda serta tak dipasarkan secara bebas.
 Selain itu, orang dengan kemampuan ekonomi menengah keatas juga ingin
membantu pemerintah dalam menghadapi utang.

b. Penolak Kebijakan
 Pihak yang menolak kebijakan ini datang dari semua kalangan. Baik dari akar
rumput sampai para elite.
 Sebanyak 80 persen masyarakat menganggap wacana PPN Sembako tidak
memihak kepada rakyat dan akan memberikan beban kepada rakyat terlebih di
masa pandemi. Pendapatan rakyat yang menurun bahkan hilang berpotensi
menyebabkan masalah sosial.
 Masyarakat juga membandingkan wacana PPN Sembako dengan PPNBM
yang gratis serta dana bansos yang dikorupsi oleh para pejabat. Hal ini tentu
mencederai hati rakyat kecil.
 Pemberian pajak pada sejumlah sektor seperti produk-produk premium dan
jasa klinik kecantikan yang dikonsumsi kalangan menengah ke atas dinilai
tidak tepat diberikan pada kondisi sekarang. Sebab, dalam situasi seperti ini
ekonomi masyarakat tidak dalam keadaan baik.

c. Pergeseran kurva permintaan agregat

Kurva permintaan agregat akan bergeser ke kiri karena permintaan atas barang
kebutuhan pokok menurun. Hal ini dikarenakan kenaikan harga kebutuhan pokok
imbas dari pengenaan pajak.

2. Penurunan penawaran uang berpengaruh terhadap kurva permintaan agregat


Tingkat harga yang lebih rendah menurunkan permintaan uang. Untuk membeli
sejumlah barang dengan kuantitas yang sama daripada sebelumnya, pelaku ekonomi
membutuhkan lebih sedikit uang.
Di pasar keuangan, penurunan permintaan uang akan mendong harga uang turun.
Dalam ekonomi, kekuatan uang ditunjukkan di suku bunga. Jadi, tingkat harga yang lebih
rendah akan menurunkan suku bunga.Suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya
investasi modal, mendorong bisnis untuk meningkatkan investasi mereka.
Selain itu, masyarakat juga akan memilih pembayaran menggunakan pinjaman
untuk barang tertentu. Seperti halnya rumah dan mobil. Oleh karena itu, ketika suku
bunga rendah, rumah tangga juga akan cenderung meningkatkan belanja beberapa barang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penurunan penawaran uang dapat
mempengaruhi pergeseran kurva permintaan agregat ke kanan.
3. Kurva penawaran agregat jangka panjang tegak lurus, dan teori yang menjawab
alasan kemiringan kurva penawaran agregat jangka pendek menanjak (naik)
Kurva penawaran agregat jangka panjang (long-run aggregate supply atau LRAS)
adalah inelastis sempurna, yang berarti bahwa tingkat harga tidak mempengaruhi pasokan
agregat. Tingkat harga yang lebih tinggi tidak mengubah kuantitas yang disediakan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk kurva penawaran agregat jangka panjang
tidak berpengaruh kepada tingkat harga. Sehingga bentuknya tegak lurus.

Berbeda halnya dengan kurva penawaran agregat jangka panjang. Dalam jangka
pendek, beberapa faktor produksi tetap ada, biasanya modal. Kurva penawaran agregat
jangka pendek (short-run aggregate supply atau SRAS) memiliki kemiringan ke atas, yang
berarti bahwa harga yang lebih tinggi akan mendorong lebih banyak pasokan.
Sehingga dapat diketahui bahwa faktor-faktor produksi masih memiliki pengaruh
dalam kurva penawarran jangka pendek.

4. Kurva philip menunjukkan efek jangka pendek dan jangka panjang dari kebijakan
menurunkan inflasi

Dapat dilihat kurva philips jangka pendek memiliki hubungan negatif dengan tingkat
pengangguran. Jika pemerintah terus menurunkan inflasi, jumlah tenaga kerja yang mengaggur
semakin banyak.
Hal ini berbanding terbalik dengan kurva philip jangka panjang. Dalam hal ini tingkat inflasi tidak
terlalu memberikan pengaruh kepada tingkat pengangguran. Hal ini dikarenakan para pekerja tidak
lagi mematok upah yang mereka terima. Selain itu dalam jangka panjang, para pengusaha pun
berusaha mengurangi cost produksi yang salah satu caranya dengan mengurangi jumlah pekerja
yang dibutuhkan.

5. Alasan bank tidak menyimpan 100% reserve dan hubungan reversal rate dan
jumlah uang yang sistem perbankan ciptakan
Bank tidak menyimpan 100% dana reserve bertujuan agak kegiatan perekonomian tetap dapat
berjalan lancar. Hal ini berkaitan dengan mendorong penyaluran kredit bank tetap berada dalam
rentang yang ditentukan agar mendorong intermediasi sehingga pertumbuhan ekonomi terpacu,
tetapi tetap menjaga prinsip kehati-hatian.
Dalam kaitannya dengan jumlah uang, semakin tinggi tingkat reversal rate, semakin sedikit
uang yang dipinjamkan. Hal ini mengakibatkan semakin rendah uang yang diciptakan. Berlaku juga
sebaliknya, apabila reversal rate rendah, semakin tinggi tingkat uang yang bisa dipinjamkan. Hal ini
mengakibatkan semakin banyak uang yang diciptakan bank.

6. Absolute Advantage dan Comparative Advantage


Keadaan Produksi Sebelum Spesialisasi
Negara Produksi Radio Produksi Lampu
A 12 120
B 40 200
Jumlah 52 320

a. Dari data tersebut, negara B memiliki keunggulan absolut atas radio dan lampu
karena dapat menghasilkan unit radio dan lampu yang lebih banyak dibandingkan
dengan negara A. Negara B dapat menghasilkan 40 radio dan 200 lampu. Sedangkan,
untuk jumlah waktu yang sama, negara A hanya dapat memproduksi 12 radio dan 120
lampu.
Oleh karena itu, menurut teori keunggulan absolut, negara A dan negara B
seharusnya tidak berdagang satu sama lain. Negara B memiliki keunggulan absolut atas
kedua jenis produk.
Tapi, jika kita menggunakan keunggulan komparatif, kedua negara seharusnya
berdagang. Di bawah teori ini, perdagangan keduanya saling menguntungkan jika
masing-masing fokus pada produk yang memiliki biaya peluang terendah.

b.
i. Harga relatif sebelum spesialisasi.
Negara Produksi Radio Produksi Harga Relatif
Lampu
A 12 120 1 unit radio = 10 unit lampu
B 40 200 1 unit radio = 5 unit lampu
Dari keadaan yang digambarkan dalam keadaan I dapat disimpulkan bahwa harga
relatif radio lebih murah di negara B, dan sebaliknya harga relative lampu adalah lebih
murah di negara A. Di Negara B untuk memperoleh satu radio yang harus dikorbankan
adalah 5 unit lampu. Di negara A satu unit radio dapat ditukar dengan 10 unit lampu. Ini
berarti bahwa negara B mempunyai keuntungan berbanding dalam mengeluarkan radio
dan negara A mempunyai keuntungan berbanding dalam memproduksi lampu.

ii. Produksi sesudah spesialisasi.


Negara Produksi Radio Produksi Lampu
A - 240
B 80 -
Jumlah 80 240
Apabila dilakukan spesialisasi dan perdagangan, kedua faktor produksi yang
dimiliki oleh masing-masing Negara akan digunakan untuk memproduksi barang yang
memliliki keuntungan berbanding. Oleh karena itu negara A akan memproduksi lampu
dan negara B akan memproduksi radio. Tingkat produksi yang dicapai sesudah
spesialisasi di negara A dan negara B adalah seperti ditunjukkan dalam keadaan II, yaitu
yaitu 240 lampu(diproduksi negara A) dan 80 radio (diproduksi negara B).

iii. Konsumsi setelah perdagangan.(15 poin)


Negara Konsumsi Radio Konsumsi Lampu
A 20 100
B 60 140
Jumlah 80 240
Corak keuntungan yang diperoleh setelah perdagangan dilakukan:
o Produksi Radio meningkat (dari 52 menjadi 80 unit), tetapi produksi lampu
berkurang (dari 320 menjadi 240 unit). Dan ini adalah keadaan yang
menguntungkan. Harga pertukaran adalah: 7 lampu = 1 radio. Berarti kekuarangan
80 lampu dapat diganti dengan kenaikan produksi 11,4 radio. Berarti tambahan 28
unit produksi radio sama nilainya dengan 196 lampu , jumlah yang lebih besar dari
pengurangan produksi lampu yang berlaku sesudah perdaganagan.

Anda mungkin juga menyukai