Anda di halaman 1dari 4

Siti Jihan fadhila (2212101010051)

1. DEFINISI INFEKSI
Dalam Permenkes 27 tahun 2017, Infeksi didefinisikan sebagai suatu keadaan yang disebabkan
oleh mikroorganisme patogen, dengan/tanpa disertal gejala klinik. Sumber infeksi dapat berasal dari
masyarakat komunitas (Community Acquired Infection), fasilitas pelayanan kesehatan dan pelayanan
kesehatan lainnya termasuk di FKTP.
Infeksi merupakan invasi dan proliferasi mikroorga- nisme pada jaringan tubuh. Mikroorganisme
yang meng- invasi dan berproliferası pada jaringan tubuh disebut agen infeksi. Apabila mikroorganisme
tersebut tidak menimbulkan tanda klinis penyakit, infeksi yang ditim- bulkan disebut infeksi
asimptomatik atau subklinis. Meskipun demikian, gangguan yang jelas terlihat pada fungsi jaringan
normal disebut penyakit (KEMENKES RI, 2020)
Infeksi merupakan masalah Kesehatan yang muncul akibat proses invasi mikroorganisme seperti
virus, bakteri, jamur, dan parasite sehingga menyebabkan tubuh menjadi sakit (Syapitri et al., 2023).
2. DEFINISI INFEKSI NASOKOMIAL
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit.
Infeksi yang didapat di rumah sakit tidak hanya meningkatkan mortalitas, morbiditas dan
penderitaan, tetapi juga meningkatkan biaya perawatan dan pengobatan yang harus ditanggung
oleh individu yang menderita. Sekitar 5-15% pasien rawat inap mengalami infeksi nosocomial.
(Pratami Djasfar & Pradika, 2023b)
3. FAKTOR PENYEBAB
4 kategori mikroorganisme yang menyebabkan infeksi nasokomial, yakni:
a. Bakteri
b. Virus
c. Fungi (jamur)
d. Parasite (Dian et al., 2020)

4. RANTAI PENULARAN

5. DAMPAK INFEKSI PADA PELAYANAN KESEHATAN


a. Meningkatkan morbiditas (lama masa perawatan, masa tinggal yang lebih lama menyebabkan
potensi tertular dan menularkan lebih tinggi, serta mengurangi hak pengguna lain)
b. Meningkatkan mortalitas ( menyebabkan komplikasi yang fatal hingga kematian)
c. Menurunnya produktivitas pasien/masyarakat
d. Mengganggu kemampuan pembiayaan fasilitas kesehatan
e. Memicu ketidakpuasan pelanggan dan Citra buruk bagi fasilitas pelayanan kesehatan
(meningkatnya tuntutan hukum hingga menimbulkan kerugian) (KEMENKES RI, 2020)
6. TUJUAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI) bertujuan untuk melindungi pasien, petugas
kesehatan, klien, dan masyarakat masyarakat dengan cara memutuskan mata rantai penularan penyakit infeksi
melalui penerapan PPI. (KEMENKES RI, 2020)
7. MANFAAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
a. Mencegah dan melindungi pasien, petugas, pengunjung, serta masyarakat sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan dari resiko penularan infeksi baik dalam fasilitas maupun luar fasilitas
kesehatan.
b. Mengurangi kejadian infeksi berhubungan dengan pelayanan kesehatan pada pasien, petugas, dan
pengunjung serta masyarakat sekitar fasilitas Kesehatan
c. Sebagai gambaran atau informasi tentang mutu pelayanan kesehatan yang sesuai standar
d. Pengelolaan sumber daya dapat lebih efektif dan efisien melalui manajemen PPI sejak perencanaan
hingga pelaporan kejadian infeksi. (KEMENKES RI, 2020)
8. STRATEGI IMPLEMENTASI PPI
a. Membuat kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
(kebijakan, SOP, penanggung jawab PPI, dan pelaksana PPI)
b. Merencanakan dan memenuhi sarana prasarana, alat, SDM, dan anggaran untuk pelaksanaan PPI
sesuai kemampuan
c. Menerapkan PPI secara konsisten, komprehensif, dan berkelanjutan pada pelayanan kesehatan.
d. Melaporkan kejadian infeksi sebagai upaya perbaikan mutu pelayanan yang
berkesinambungan (KEMENKES RI, 2020)
9. STANDAR KEWASPADAAN
a. Kebersihan tangan, Tujuan: untuk mengurangi kontaminasi infeksi dari tangan yang menjadi salah
satu penyebab penularan infeksi di fasilitas kesehatan
b. Alat pelindung diri, Tujuan: menghalangi pajanan bahan infeksius pada kulit, mulut, hidung, mata
tenaga kesehatan, pasien, atau pengguna kesehatan.
c. Pengendalian lingkungan, Tujuan: untuk mencegah transmisi mikroorganisme dari pasien atau
pengguna layanan ke petugas atau sebaliknya akibat pengelolaan dan pengendalian lingkungan yang
tidak sesuai standar PPI (air bersih, ventilasi udara, pencahayaan)
d. pengelolaan limbah hasil pelayanan Kesehatan, Tujuan: melindungi pasien, petugas kesehatan,
pengunjung dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi akibat
limbah yang tidak dikendalikan termasuk dari resiko cedera
e. pengelolaan peralatan perawatan pasien dan alat medis lainnya , Tujuan: ini merupakan proses
pengelolaan dekontaminasi dan pengemasan berdasarkan kategori critical (instrumen bedah), semi
critical (Ambu bag, spekulum), dan nonkritikal (tensimeter, stetoskop)
f. pengelolaan linen, Tujuan: mencegah infeksi silang bagi pasien dan petugas, menjaga ketersediaan
bahan linen dan mutu linen, mengelola sumber daya agar mampu menyediakan linen sesuai
kebutuhan, meningkatkan kepuasan pasien.
g. penyuntikan yang aman, Tujuan: mencegah cedera dan penyebaran penyakit infeksi pada pasien
maupun petugas kesehatan dan meminimalkan angka kejadian infeksi
h. kebersihan pernafasan atau etika batuk, Tujuan: mencegah penyebaran bakteri atau virus secara luas
melalui transmisi karbon dan droplas agar keamanan dan kenyamanan orang lain tidak terganggu.
i. penempatan pasien, Tujuan: mencegah infeksi silang antara pasien pengunjung dan petugas akibat
penempatan pasien yang tidak sesuai prinsip ( kamar terpisah dengan pintu tertutup klien covid,
kamar terpisah dengan ventilasi dibuang keluar ke area tidak ada orang belalang klien TB)
j. perlindungan kesehatan petugas, Tujuan: melindungi kesehatan dan keselamatan petugas baik
tenaga medis perawat bidan maupun petugas penunjang sebagai orang yang paling beresiko
terpapar infeksi karena berhadapan langsung dengan pasien. (Pratami Djasfar & Pradika, 2023a)

10. KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI

1. Transmisi kontak
 Pastikan petugas mematuhi prosedur
 tidak menyentuh tanpa penggunaan APD
 Tempatkan pasien di ruangan yang sesuai
 Jika tidak tersedia ruangan isolasi maka lakukan pengelompokan (2 klien dgn sakit yg sama)
 Batasi pengunjung di kamar
 Lakukan pembersihan ketika menemukan sumber penularan (makanan darah sekresi kotoran)
 Peralatan-peralatan pasien dijaga tetap steril
 Jika terjadi wabah ikuti pedoman dan ketetapan dari pemerintah (physical distancing)

2. Transmisi droplet
 Pastikan petugas mematuhi prosedur
 Mencuci tangan
 Menggunakan APD
 Menempatkan pasien penularan melalui droplet di ruangan tersendiri
 Anjurkan pasien dan keluarga menjaga kebersihan tangan dan etika batuk.

3. Transmisi udara (airborne)


 Mencuci tangan
 Menggunakan APD
 Gunakan ruangan dengan ventilasi tekanan negatif
 Lakukan edukasi pada keluarga
 Desinfektansi ruangan setelah pemulangan pasien (KEMENKES RI, 2020)
11. ELEMEN PENGURANGAN RESIKO INFEKSI
12. PERAN PERAWAT
 Bertanggung jawab melaksanakan dan menjaga keselamatan kerja di lingkungan wajib memakai
instruksi yang diberikan dalam rangka kesehatan dan keselamatan kerja
 Membantu mempertahankan lingkungan yang bersih dan aman
 Mengetahui kebijakan dan menerapkan prosedur kerja, pencegahan infeksi dan mematuhinya
dalam pekerjaan sehari-hari
 Tenaga kesehatan yang menderita penyakit sebaiknya tidak merawat pasien secara langsung
 Bagi tenaga kesehatan yang mengidap HIV mempunyai kewajiban moral untuk memberitahu
atasannya tentang status serologi bila dalam pelaksanaan pekerjaan
 Bagi tenaga kesehatan yang mengidap HIV mempunyai kewajiban moral untuk memberitahu
atasannya tentang status serologi bila dalam pelaksanaan pekerjaan status (Dian et al., 2020)

DAFTAR PUSTAKA
Dian, B., Rian, O., & Sari, M. (2020). Budaya Keselamatan Pasien Rumah Sakit dalam Perspektif Keperawatan.
KEMENKES RI. (2020). Pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama. In 2020.
Pratami Djasfar, S., & Pradika, Y. (2023a). IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI NOSOKOMIAL (Pseudomonas aeruginosa)
PADA LANTAI INTENSIVE CARE UNIT (ICU). Januari, 2(1).
Pratami Djasfar, S., & Pradika, Y. (2023b). JURNAL MEDICAL LABORATORY IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI
NOSOKOMIAL (Pseudomonas aeruginosa) PADA LANTAI INTENSIVE CARE UNIT (ICU). Januari, 2(1).
Syapitri, H., Riang Bevy Gulo, A., Ningsih, S. D., Farmasi, F., & Kesehatan, D. I. (2023). Pencegahan Infeksi Nosokomial Melalui
Sosialisasi 5 M. In Journal Abdimas Mutiara (Vol. 5, Issue 1). http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/JAM

Anda mungkin juga menyukai