Anda di halaman 1dari 11

HIGEIA 5 (1) (2021)

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH


RESEARCH AND DEVELOPMENT
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia

Determinan Selisih Biaya Riil dan Tarif INA CBG’s pada Pasien Jantung Koroner

Bunga Ifatun Nisa 1, Bambang Budi Raharjo 1

1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Jantung koroner adalah penyakit karena gangguan fungsi jantung yang disebabkan otot jantung
Diterima 9 Agustus 2020 kekurangan pasokan darah, karena terjadinya penyempitan pembuluh arteri koroner. Kasus
Disetujui 30 Desember jantung di RSUD Tugurejo tahun 2019 sebanyak 339 pasien dan menghabiskan biaya INA CBGs
2020 sebanyak Rp. 2.386.990.000. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui selisih biaya riil dengan tarif
Dipublikasikan 31 INA CBGs, dan faktor yang mempengaruhi biaya riil. Penelitian ini merupakan penelitian
Januari 2021 kuantitatif dan kualitatif dengan observasional analitik. Desain analisis menggunakan cross sectional,
________________ dan pengambilan data dilaksanakan retrospective dari rekam medis. Penelitian ini dilaksanakan
Keywords: pada Bulan Januari s.d Februari 2020. Sampel yang ditetapkan sebanyak 85 pasien. Instrumen
Coronary Heart, Real Costs, yang digunakan adalah lembar pengumpulan data dan pedoman wawancara. Data dianalisis
INA CBGs rates menggunakan analisis deskriptif univariat, one sample t-test, dan uji anova. Hasil uji statistik (p =
0,00) terdapat selisih antara biaya riil dan tarif INA CBGs. Faktor yang berpengaruh terhadap
____________________
DOI: biaya riil adalah usia, tingkat keparahan, kelas perawatan, lama hari rawat, dan prosedur. Serta
faktor yang tidak berpengaruh adalah jenis kelamin dan diagnosis sekunder. Faktor lain yang
https://doi.org/10.15294
berpengaruh terhadap biaya riil adalah adanya software dan clinical pathway.
/higeia/v5i1/37998
____________________
Abstract
___________________________________________________________________
Coronary heart disease is a disease due to impaired heart function caused by heart muscle lacking blood supply,
due to the narrowing of the coronary arteries. Heart cases in Tugurejo District Hospital in 2019 were 339
patients and cost the INA CBGs Rp. 2,386,990,000. The purpose of this study was to determine the difference
in real costs with INA CBG rates, and factors that influence real costs. This research is a quantitative and
qualitative research with observational analytic. The design of the analysis was cross sectional, and
retrospective data collection was carried out from medical records. This research was conducted in January to
February 2020. The sample was 85 patients. The instrument used was the data collection sheet and interview
guidelines. Data were analyzed using univariate descriptive analysis, one sample t-test, and Anova test.
Statistical test results (p=0.00) there is a difference between real costs and INA CBG rates. Factors that
influence real costs are age, severity, class of care, length of stay, and procedure. And factors that have no effect
are gender and secondary diagnosis. Another factor that influences the real costs is the presence of software and
clinical pathways.

© 2021 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
p ISSN 1475-362846
Gedung F5 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 e ISSN 1475-222656
E-mail: bungaifatunnisa@gmail.com

13
Bunga, I, N., Bambang, B, R. / Determinan Selisih Biaya / HIGEIA 5 (1) (2021)

PENDAHULUAN jumlah penyakit jantung coroner di Rumah sakit


Tugurejo adalah sebanyak 309, dengan 145
Penyakit Jantung Koroner (PJK) Angina Pectoris dan 164 Infark miokard Akut,
termasuk dalam penyakit degeneratif yang sedangkan di tahun 2019 jumlah penyakit
disebabkan oleh pola gaya hidup, dan sosial jantung sebanyak 339 dengan 143 Angina
ekonomi masyarakat (Chirawatkul, 2009). Pectoris dan 196 Infark Miokar Akut.
Jantung koroner adalah penyakit karena Jantung koroner merupakan penyakit
gangguan fungsi jantung yang disebabkan otot nomor satu yang secara signifikan
jantung kekurangan pasokan darah karena mengeluarkan biaya Jaminan Kesehatan
terjadinya penyempitan pembuluh arteri Nasional tertinggi, dimana biaya ini setiap
koroner. Jantung koroner diklasifikasikan tahunnya mengalami peningkatan. Tahun 2015
menjadi dua yaitu Infark Miokard Akut serta mengeluarkan biaya sebanyak Rp. 6,6 Triliun,
Angina Pectoris. tahun 2016 sebanyak Rp. 7,4 Tririun, tahun
Berdasarkan data Sample Registration 2017 sebanyak Rp. 8,2 Triliun. Biaya tersebut
System (SRS) 2014 di Indonesia, penyakit terus mengalami peningkatan hingga pada
jantung merupakan penyakit pemicu kematian tahun 2019 penyakit jantung mengeluarkan
tertinggi setelah stroke, yaitu 12,9% dari seluruh biaya sebanyak Rp. 9,3 Triliun. Rumah Sakit
total kematian di Indonesia. Berdasarkan data Tugurejo Semarang adalah rumah sakit
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, tren Pemerintah kelas B yang telah menerapkan
penderita penyakit tidak menular di Jawa program INA CBGs (Indonesian Case Base
Tengah mengalami peningkatan setiap Groups), yaitu alat bantu untuk mengklaim biaya
tahunnya, di tahun 2018 penyakit jantung rumah sakit kepada BPJS (Permenkes, 2013).
mendominasi penyakit tidak menular yaitu Sudah banyak penyakit yang dibiayai oleh JKN,
sebanyak 43% dan hipertensi 18,7%. Tren ini salah satunya yaitu penyakit jantung koroner.
bergeser dari tahun 2017 dimana tiga PTM Dalam implementasi JKN pembiayaan
tertinggi adalah hipertensi 56%, diabetes kesehatan adalah salah satu bagian yang
mellitus 22% dan asma 7%. terpenting. Tujuan adanya pembiayaan
Berdasarkan laporan data rumah sakit, kesehatan adalah untuk meningkatkan mutu,
penyakit jantung koroner terbanyak di Provinsi peningkatan layanan pada pasien,
Jawa Tengah adalah di Kota Semarang. Tahun meningkatkan pelayanan tim, efisien, dan tidak
2015 penyakit jantung sebanyak 2.982, dengan memberikan penghargaan kepada provider yang
1.985 Angina Pectoris dan 997 Infark Miokard melakukan under treatment, over treatment,
Akut. Tahun 2016 sebanyak 3.091, dengan maupun adverse event. Apabila sistem
2.092 Angina Pectoris dan 999 Infark Miokard pembiayaan dilakukan secara tepat, maka
Akut. Dan pada tahun 2017 sebanyak 3.079, tujuan yang diharapkan dapat tercapai (Utomo,
dengan 1.108 Angina Pectoris dan 1.971 Infark 2011).
Miokard Akut. Metode pembiayaan Fee for service adalah
Berdasarkan data laporan rumah sakit salah satu metode paling umum yang tersedia di
tahun 2018 mengenai penyakit tidak menular, rumah sakit. Pasien akan membayar biaya
menyatakan bahwa rumah sakit yang banyak layanan kesehatan berdasarkan layanan yang
menangani kasus PJK adalah Rumah Sakit Dr. diberikan oleh rumah sakit. Jumlah biaya yang
Kariadi Semarang, Rumah Sakit Tugurejo dibayarkan pasien tergantung pada jumlah
Semarang dan Rumah Sakit K.R.M.T tindakan atau layanan yang diberikan oleh
Wongsonegoro Semarang. Rumah Sakit rumah sakit. Kelemahan sistem ini yaitu rentan
Tugurejo Semarang termasuk rumah sakit terhadap penipuan/kecurangan yang dilakukan
pemerintah tipe B dan merupakan rumah oleh pihak rumah sakit. Selain itu, biaya
sakit.rujukan.pertama yang memiliki jumlah administrasi untuk implementasi sangat tinggi
penyakit PJK paling banyak. Tahun 2018 (Thabrany, 2014).

14
Bunga, I, N., Bambang, B, R. / Determinan Selisih Biaya / HIGEIA 5 (1) (2021)

Pembayaran pola case-mix didasarkan Keaslian penelitian dalam penelitian ini


pada kasus yang dirawat, bukan pada tindakan yaitu pada keberadaan software, keberadaan
yang diberikan. Mekanisme pembayaran ini clinical pathway. Selain itu, perbedaan penelitian
dimulai dengan pola sederhana, di mana biaya ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
yang ditunjukkan besarannya sama untuk kasus penelitian ini dilakukan di RSUD Tugurejo
tertentu terlepas dari kerumitan tindakan dan Semarang tahun 2019. Rujukan dari penelitian
sumber daya yang digunakan untuk merawat ini adalah jurnal yang ditulis Indriyati
pasien (Walintukan, 2017). Pengembangan Oktaviano Rahayuningrum, Didik Tamtomo
model ini adalah menggunakan sistem dan Arief Suryono yang berjudul Comparison
klasifikasi kasus (diagnostic related group/DRG) Between Hospital Inpatient Cost and INA-
dan tindakan. DRG dianggap yang terbaik CBGs Tariff of Inpatient Care in the National
untuk membuat cost contaiment. Karena Health Insurance Scheme in Solo, Boyolali and
pembayaran didasarkan pada diagnosa dan Karanganyar Districts, Central Java, penelitian
tindakan yang dilakukan, penyedia layanan yang dilakukan oleh Noormilasari dengan judul
kesehatan termotivasi untuk menyediakan Selisih Tarif Paket INA CBGs dengan Biaya
layanan kesehatan dengan biaya yang efektif Riil dan Analisis Komponen Biaya yang
dan mengurangi lama hari rawat (Handayani, Mempengaruhi Biaya Riil Rawat Inap di RSJ
2016) Samban Lihum, penelitian yang dilakukan oleh
Tarif di rumah sakit Tugurejo Semarang Hanly Christian Walintukan, S.L.H.V. Joyce
ditetapkan berdasarkan peraturan Gubernur, Lapian, Jimmy Panelewen dengan judul
karena rumah sakit Tugurejo termasuk dalam Analisis Perbedaan Tarif Riil Dengan Tarif
rumah sakit milik Provinsi. Pelaksanaan INA-CBG’S Pasien Bedah Badan
pelayanan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Kesehatan Di Rumah Sakit Gunung Maria
Semarang sebagaimana yang dijelaskan Tomohon.
sebelumnya, sistem klaim yang ada dilakukan Tujuan penelitian ini adalah untuk
dengan cara memasukkan diagnosa yang ada, mengetahui faktor yang mempengaruhi biaya
serta tarif pelayanan yang diberikan sesuai riil rumah sakit dan selisih biaya antara biaya
dengan tarif Rumah Sakit yang mengacu kepada riil dan tarif INA CBGs pada pasien jantung
Peraturan Gubernur. Sehingga, dalam hal ini koroner rawat inap JKN. Faktor-faktor yang
akan menimbulkan dua kemungkinan yaitu diteliti meliputi: usia, jenis kelamin, tingkat
biaya yang dibayarkan oleh BPJS dari tarif INA- keparahan, kelas perawatan, lama hari rawat,
CBG’s kelebihan atau bisa juga kekurangan dari jumlah diagnosis sekunder, dan jumlah
tarif Rumah Sakit. prosedur.
Tidak dapat dipungkiri bahwa masih
sering ditemukan masalah dalam implementasi METODE
pembiayaan menggunakan sistem INA CBGs
yaitu besaran claim pembayaran INA CBGs Penelitian ini merupakan penelitian
seringkali mengalami perbedaan dengan kuantitatif dan kualitatif dengan observasional
pembayaran rumah sakit yang menggunakan analitik. Data kualitatif adalah data yang
sistem Fee For Service (FFS) (Tusshaleha, 2018). didapatkan dari wawancara mendalam dibagian
Pembayaran biaya sering terdapat selisih antara rekam medis, bagian klaim BPJS, dan bagian
biaya riil rumah sakit dengan tarif paket INA clinical pathway, sedangkan data kuantitatif
CBGs. Selisih positif terjadi apabila biaya riil didapatkan dari pengamatan berupa rincian
yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan tarif biaya riil dan tarif paket INA-CBG’s dari berkas
INA CBGs, sedangkan selisih negative adalah klaim JKN. Catatan medik dan berkas klaim
biaya riil yang dikeluarkan lebih besar JKN digunakan untuk melihat berapa besar
dibandingkan tarif paket. perbedaan yang terjadi antara biaya rill dengan

15
Bunga, I, N., Bambang, B, R. / Determinan Selisih Biaya / HIGEIA 5 (1) (2021)

tarif paket INA-CBG’s pasien rawat inap JKN rekam medis dan bagian klaim asuransi BPJS
pada pengobatan penyakit jantung di RSUD untuk mendapat data dan informasi yang
Tugurejo Semarang. Desain analisis diperlukan terkait pengambilan data berkas
menggunakan cross sectional menurut perspektif laporan rekap klaim BPJS yang meliputi berkas
rumah sakit, dan pengambilan data klaim individual pasien dan rekap biaya
dilaksanakan retrospective dari data rekam medis perawatan rumah sakit dibagian rawat inap
pasien jantung koroner rawat inap JKN. pasien JKN periode Januari-Desember 2019,
Populasi objek dalam penelitian ini data diperoleh dari laporan keuangan yang
adalah seluruh berkas klaim rawat inap pada sudah tersusun dalam pembukuan RSUD.
pasien JKN dengan kasus jantung koroner yang Wawancara dilakukan dengan cara Tanya
telah terklaim INA CBGs dari bulan januari- jawab dengan responden secara mendalam.
desember 2019 yang berjumlah 339, dan yang Wawancara diperlukan untuk mendapatkan
menjadi populasi subyek adalah petugas data primer penelitian. Wawancara dilakukan
verifikator. Penentuan besar sampel kepada penanggung jawab bagian klaim
menggunakan total sampling. Sehingga jumlah asuransi, dan bagian rekam medis,
sampel sebanyak 85 pasien. Sedangkan untuk Analisis data kuantitatif yang digunakan
data kualitatif sampel diambil dengan cara adalah analisis deskriptif univariat yaitu untuk
purposive sampling, yaitu diambil dari data orang menjelaskan karakteristik dari pasien yang
yang paling mengetahui terhadap apa yang ditampilkan dalam bentuk tabel, analisis data
dibutuhkan. Sampel untuk data kualitatif dengan menggunakan uji one sample t-test yaitu
sebanyak 5 orang, yaitu 2 dibagian klaim BPJS, untuk mengetahui selisih antara biaya riil
1 bagian rekam medis, dan 2 bagian clinical dengan tarif INA CBGs, dan analisis uji anova
Pathway, atau unpaired t-test untuk mengetahui faktor-
Sumber data dalam penelitian ini yaitu faktor yang mempengaruhi biaya riil rumah
sumber data primer dan sumber data sekunder. sakit. Sedangkan untuk data kualitatif analisis
Data primer..didapatkan dari hasil observasi yang digunakan adalah reduksi data, penyajian
dan wawancara mendalam dengan para data, serta kesimpulan dan verifikasi.
informan, yang meliputi petugas rekam medis,
petugas klaim BPJS dan petugas clinical pathway HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagaimana subyek penelitian tentang faktor-
faktor penyebab terjadinya selisih pembiayaan Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
pada penyakit jantung koroner rawat inap tahun bahwa total keseluruhan biaya rumah sakit
2019, dan untuk mengetahui apa upaya yang adalah Rp. 672.473.473, sementara untuk total
dilakukan rumah sakit dalam menangani selisih tarif INA CBGs yaitu sebesar Rp. 639.136.800.
pembiayaan. Sedangkan sumber data sekunder Jadi, besar selisih biaya secara keseluruhan
berupa data dari RSUD Tugurejo Semarang adalah RP.-3.336.673. Selisih tersebut bernilai
yang diperoleh dari data dokumen rekam negatif, yang artinya biaya yang dikeluarkan
medik. Dokumen rekam medik yang diambil rumah sakit untuk penyakit jantung koroner
merupakan rekam medik pasien penyakit rawat inap JKN lebih banyak daripada biaya
jantung koroner periode Januari – Desember tarif INA CBGs. Dari tabel diatas juga diketahui
2019. Pembiayaan masing-masing komponen nilai P < 0,00, yang artinya bahwa tidak
sesuai dengan tarif riil rumah sakit dan klaim diterimanya Ho yang menunjukkan bahwa nilai
INA-CBG’s per periode perawatan penyakit total biaya rill rumah sakit dan tarif INA CBGs
jantung pada masing-masing pasien. mempunyai rata-rata yang berbeda. Jadi, dapat
Teknik pengambilan data yang dilakukan disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
pada.penelitian.ini.adalah.secara observasi.dan signifikan antara total tarif rumah sakit dengan
wawancara. Observasi dilakukan di bagian total tarif paket INA CBGs.

16
Bunga, I, N., Bambang, B, R. / Determinan Selisih Biaya / HIGEIA 5 (1) (2021)

Tabel 1. Selisih antara Total Biaya Riil dan Tarif INA CBGs
Total Rata-rata Selisih P
Tarif
Biaya Riil Rumah sakit Rp.672.473.473 7911452.62
Rp. -33.336.673 0,00
Tarif Paket INA CBGS Rp. 639.136.800 7519256.47

Penelitian yang dilakukan oleh Sabharwal mempunyai selisih nilai positif. Biasanya biaya
(2016) menyatakan bahwa biaya rata-rata dari tersebut di subsidi dari bagian medik yang
berbagai perawatan bedah terdapat selisih sedikit dalam melakukan prosedur tindakan.
sebanyak £3282, mengalami keuntungan dari Rata-rata tindakan medik yang banyak
tarif nasional yaitu sebanyak £1138. Penelitian mengalami kerugian adalah tindakan bedah,
yang dilakukan oleh Noormilasari (2015) dimana tarif INA CBGs tidak dapat mencukupi
menunjukkan bahwa jumlah biaya riil lebih untuk menutupi biaya riil rumah sakit.
besar dibandingkan dengan tarif INA CBGs Hasil analisis uji anova pada tabel 2
yaitu sebesar Rp.136.096.659. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
menunjukkan bahwa pada kasus skizofrenia mempengaruhi besarnya biaya riil rumah sakit
rawat inap di RSJ Sambang Lihum mengalami adalah usia (p=0,019), tingkat keparahan
kerugian dengan pembayaran INA CBGs. (p=0,008), kelas perawatan (p=0,028), lama hari
Penelitian Ghani (2016) menyatakkan bahwa rawat (p=0,042), dan jumlah prosedur.
terdapat selisih antara tarif rumah sakit dengan (p=0,001). Sedangkan faktor yang tidak
tarif INA CBGs, dengan rata-rata selisih sebesar mempengaruhi biaya riil rumah sakit adalah
Rp. 1.090.000/berkas klaim. Dengan besaran jenis kelamin (p=0,671), dan jumlah diagnosis
rata-rata selisih masing-masing sebesar Rp. sekunder (p=0,071).
4.000.000. Sehingga, didapatkan kecenderungan Presentase pasien jantung koroner
realisasi tarif rumah sakit lebih tinggi sebanyak 19 pasien (22,4%) terserang pada
dibandingkan dengan realisasi tarif INA CBGs, kelompok usia 15-44 tahun, sebanyak 39 pasien
sehingga mengakibatkan selisih antara kedua (45,9%) terserang pada kelompok usia 45-59
tarif tersebut besar yang akan berisiko kepada tahun, dan sebanyak 27 pasien (31,8%)
kerugian RSUD Kota Tanggerang Selatan. terserang pada kelompok usia >60 tahun.
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji
bahwa penyebab tingginya tarif riil diakibatkan anova (F = 4,154), nilai p 0,019 (<α 0,05)
karena rumah sakit masih menerapkan pola sehingga Ho ditolak. Hal ini dapat diketahui
penentuan tarif dilakukan dengan cara Fee For bahwa usia mempunyai hubungan terhadap
Services sebagai acuan Peraturan Gubernur yang biaya riil rumah sakit.
telah ditetapkan, inilah yang membuat Penelitian ini didukung oleh penelitian
ketidaksesuaian antara tarif riil rumah sakit Budiarto (2013) menunjukkan bahwa seiring
dengan tarif INA CBGs adalah biaya rumah bertambahnya, kemampuan sistem kekebalan
sakit lebih tinggi daripada tarif paket INA tubuh untuk membunuh bakteri dan
CBGs. Oleh karena itu, rumah sakit harus lebih mengurangi jamur, disfungsi sistem kekebalan
bijak dalam mengelola keuangan dengan pola tubuh dapat menjadi faktor dalam
INA CBGs, terdapat pula beberapa tindakan perkembangan penyakit kronis. Penelitian
yang tidak cost efektif atau masih adanya Asmawati (2016) juga menyatakan bahwa usia
tindakan yang tidak perlu dilakukan pada pasien diatas 60 tahun berpotensi memiliki lama hari
dengan mengambil biaya dari tarif paket INA rawat yang lebih Panjang. Makin bertambah
CBGs yang diberikan. usia seseorang maka akan memperpanjang
Selisih tarif di rumah sakit dapat penyembuhan penyakit, hal tersebut yang dapat
ditanggulangi dengan cara melakukan subsidi menyebabkan hari rawatnya yang semakin
silang dari pasien-pasien dengan tingkat lama, sehingga biaya yang dikeluarkan pun
keparahan dan kelas perawatan yang akan semakin besar.

17
Bunga, I, N., Bambang, B, R. / Determinan Selisih Biaya / HIGEIA 5 (1) (2021)

Tabel 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Biaya Riil dan Tarif INA CBGs
Biaya riil
Faktor Karakter n P F
Mean SD
Usia 15-44 tahun 19 4817366.37 2844953.754
45-59 tahun 39 8472450.72 4025917.613 0,019 4,154
>60 tahun 27 8885402.04 732397.927
Jenis kelamin Laki-laki 64 7645142.34 5451531.680
0,671 -
perempuan 21 8217727.81 4986025.424
Tingkat Ringan 34 6451067.62 3829781.536
keparahan Sedang 34 7409613.82 3596287.195 0,008 5,148
Berat 17 11211660.29 86656579.714
Kelas perawatan Kelas 1 15 10513143.00 7671297.545
Kelas 2 25 7266579.36 3822096.162 0,028 3,741
Kelas 3 45 6748351.25 4258967.412
Lama hari rawat 1-3 hari 19 8147718.63 8344665.524
5-6 hari 32 6013942.88 3421426.012 0,042 3,285
>7 hari 34 9253193.18 4200459.540
Diagnosis Tanpa DS 5 4772843.00 2401637.647
sekunder 1 DS 27 6119186.41 4033069.421
0,071 2,436
2 DS 29 8568492.17 6732403.781
>2 DS 24 9345536.38 4487081.877
prosedur 2 Prosedur 12 3239348.08 806169.189
0,001 11,497
>2 prosedur 73 8534098.86 5373073.707

Bertambahnya usia akan menyebabkan sejalan dengan penelitian Handayani (2016)


meningkatnya penderita PJK, karena pembuluh yang menyebutkan bahwa jenis kelamin tidak
darah mengalami perubahan progresif dan mempunyai hubungan dengan pembiayaan riil
berlangsung secara terus menerus dalam jangka rumah sakit. Infark miokard akut lebih sering
waktu yang lama. Perubahan pada pembuluh terjadi pada laki-laki (70,8%) dibandingkan pada
arteri koroner dimulai pada usia 20 tahun, perempuan (29,2%) dan berdasarkan penelitian-
sedangkan pada arteri lain bermodifikasi pada penelitian epidemiologis prospektif, dapat
usia 40 tahun dan meningkat dengan diketahui bahwa laki-laki mempunyai risiko
bertambahnya usia. penyakit jantung lebih tinggi dibandingkan
Presentase pasien jantung koroner dengan perempuan, dan ketika menopause perempuan
jenis kelamin laki-laki sebanyak 64 pasien menjadi sama rentannya dengan laki-laki, hal
(75,3%) dan berjenis kelamin perempuan ini karena adanya efek perlindungan dari
sebanyak 21 pasien (24,7%). Berdasarkan hasil hormone estrogen.
analisis uji unpaired t-test (Levene’s = 0,701), Angka kesakitan lebih tinggi disebabkan
nilai p 0,671 (>α 0,05), sehingga Ho diterima. oleh faktor intrinsik hormonal dan faktor
Hal ini dapat diketahui bahwa tidak terdapat keturunan. Walaupun begitu, berdasarkan hasil
hubungan yang bermakna secara signifikan analisis tidak ditemukan adanya hubungan
antara jenis kelamin dan biaya riil rumah sakit. antara jenis kelamin dengan pembiayaan tarif
Jenis kelamin merupakan salah satu riil rumah sakit. Secara teoritis, pada laki-laki
faktor risiko penyakit jantung koroner yang dibandingkan dengan perempuan morbiditas
tidak terkendali. Jenis kelamin memengaruhi akibat PJK adalah 2 kali lebih besar daripada
terjadinya penyakit tidak menular tertentu wanita dan terjadi hampir 10 tahun lebih dini
seperti jantung koroner dimana laki-laki terkena dibandingkan wanita, sebab hormone estrogen
penyakit jantung lebih banyak dibandingkan yang bersifat protektif namun apabila seorang
perempuan. Hasil penelitian ini sejalan dengan wanita telah menopause tingkat risiko antara
penelitian yang dilakukan oleh Utami (2019) laki-laki dan perempuan sama.
bahwa jenis kelamin tidak memiliki hubungan Presentase pasien jantung koroner
dengan kejadian PJK. Penelitian ini juga sebanyak 34 pasien (40,0%) dengan tingkat

18
Bunga, I, N., Bambang, B, R. / Determinan Selisih Biaya / HIGEIA 5 (1) (2021)

keparahan ringan, sebanyak 34 pasien (40,0%) bahwa kelas perawatan memiliki pengaruh
dengan tingkat keparahan sedang, dan sabanyak terhadap biaya rumah sakit.
17 pasien (20,0%) dengan tingkat keparahan Penelitian Budiarto (2013) menunjukkan
parah. Berdasarkan hasil uji statistik bahwa biaya rumah sakit kelas 1 lebih
menggunakan uji anova (F=5,148), nilai p.0,008 meningkatkan biaya tarif rumah sakit
(<α 0,05) sehingga Ho ditolak. Hal ini dapat dibandingkan dengan kelas 2 dan kelas 3.
diketahui tingkat keparahan memiliki pengaruh Penelitian serupa yang dilakukan oleh
terhadap biaya rumah sakit. Handayani (2016) menyatakan bahwa rata-rata
Penelitian ini sejalan dengan Penelitian pasien memilih kelas perawatan 3. Berbagai
Munawaroh (2019) yang menyatakan bahwa rumah sakit di Indonesia ditemukan bahwa
tingkat keparahan berpengaruh terhadap biaya ruang perawatan kelas 3 lebih banyak daripada
riil, karena semakin berat tingkat keparahan kelas perawatan lainnya, karena pembayaran
menyebabkan semakin lama rawat yang dijalani iurannya paling rendah sehingga mudah
pasien sehingga utilitas prosedur dan penunjang terjangkau dan pembayarannya pun dapat
pelayanan medik bertambah dan menyebabkan disesuaikan dengan tingkat penghasilan atau
tarif rumah sakit juga meningkat yang kemampuan dari pasien.
berdampak pada adanya selisih tarif INA CBGs Semakin rendah kelas perawatan maka
dengan tarif riil rumah sakit. semakin besar biaya riil yang dikeluarkan. Hal
Tingkat keparahan dan komplikasi suatu ini dikarenakan, setiap kelas perawatan
penyakit membawa efek bagi pemberian memiliki tarif yang khusus karena disesuaikan
pelayanan kesehatan yang lebih banyak. dengan fasilitas dan tindakan yang diterima oleh
Pemberian pelayanan kesehatan meliputi obat pasien.
atau pelayanan rehabilitatif dan supportif. Presentase pasien jantung koroner
Tingkat keparahan dapat ditentukan oleh sebanyak 19 pasien (22,3%) lama hari rawat 1-3
adanya diagnosis sekunder, prosedur dan hari, 32 pasien (37,7%) lama hari rawat 5-6 hari,
komplikasi, sehingga dapat mengakibatkan dan sebanyak 34 pasien (40,0%) lama hari rawat
peningkatan biaya riil rumah sakit. Semakin >7 hari. Berdasarkan hasil uji statistik
banyak jumlah diagnosis sekunder yang diderita menggunakan uji anova (F = 3,285), nilai P
maka semakin menambah tingkat keparahan, 0,042 (<α 0,05) sehingga Ho ditolak. Hal ini
dan semakin banyak prosedur medis yang dapat diketahui bahwa lama hari rawat
dilakukan maka akan mengakibatkan semakin memiliki pengaruh terhadap biaya riil rumah
lama pasien dirawat. Pasien dengan komplikasi sakit.
membutuhkan perawatan yang lebih lama dan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dapat meningkatkan utilitas pelayanan oleh Lilissuriani (2017) menyatakan bahwa
kesehatan di rumah sakit. Hal ini yang lama hari rawat hanya mempengaruhi jumlah
menyebabkan semakin meningkatnya biaya riil biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit,
rumah sakit. Kategori tingkat keparahan yang sedangkan tarif INA CBGs panjang pendek
sering terjadi pada kasus jantung koroner di lama hari rawat tidak berpengaruh terhadap
RSUD Tugurejo Semarang adalah kategori banyaknya biaya yang nantinya akan
tingkat keparahan ringan dan tingkat keparahan dibayarkan oleh pihak pembayar. Penelitian ini
sedang. didukung juga oleh penelitian Lakoan (2019)
Presentase pasien jantung koroner, yang menyatakan bahwa semakin lama LOS,
sebanyak 15 pasien (17,6%) di rawat di kelas 1, maka akan semakin banyak pula prosedur/
sebanyak 25 pasien (29,4%) dirawat dikelas 2, tindakan medik yang dilakukan, semakin
dan sebanyak 45 pasien (52,9%) dirawat dikelas banyak.
3. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan Lama rawat pasien jantung koroner perlu
uji anova (F = 3,741), nilai p 0,028 (<α 0,05) mendapatkan perhatian yang khusus. Lama
sehingga Ho ditolak. Hal ini dapat diketahui rata-rata hari rawat dirumah sakit (average length

19
Bunga, I, N., Bambang, B, R. / Determinan Selisih Biaya / HIGEIA 5 (1) (2021)

of stay in hospital/Alos) seringkali digunakan dengan pembiayaan riil rumah sakit. Semakin
sebagai indikator efisiensi tata laksana. Salah banyak diagnosis yang dialami oleh pasien,
satu cara yang bisa dikurangi yaitu perlu adanya maka perawatan yang diberikan akan semakin
kebijakan yang harus diambil oleh rumah sakit banyak, pengobatan yang diberikan juga akan
yaitu dengan cara mengurangi lama pasien semakin banyak. Sehingga biaya yang
dirawat dengan tanpa mengabaikan pemulihan dikeluarkan pasien akan semakin banyak pula.
kesehatan pasien. Meskipun demikian, berdasarkan hasil analisis
Dilihat dari segi medis, semakin lama tidak terdapat hubungan antara jumlah
hari rawat pasien menunjukkan bahwa kualitas diagnosis sekunder dengan biaya riil rumah
kinerja medis yang kurang baik, karena pasien sakit pada pasien jantung koroner di RSUD
harus dirawat lebih lama dalam artian lama Tugurejo.
sembuhnya. Namun sebaliknya, apabila lama Presentase pasien jantung koroner
hari rawatnya sebentar menunjukkan bahwa sebanyak 12 pasien (14,1%) menjalani 2
kualitas kinerja medis baik. Dilihat dari segi prosedur dan sebanyak 73 pasien (85,9%)
ekonomi, semakin lama hari rawatnya maka menjalani >2 prosedur. Berdasarkan hasil uji
semakin tinggi pula biaya yang harus statistik menggunakan uji anova (F = 11,497),
dibayarkan oleh pasien. Hal ini hanya berlaku nilai p 0,001 (<α 0,05) sehingga Ho ditolak. Hal
untuk tarif riil rumah sakit saja, sedangkan ini dapat diketahui bahwa jumlah prosedur
untuk tarif INA CBGs lama atau tidaknya hari memiliki pengaruh terhadap biaya riil rumah
perawatan tidak berpengaruh terhadap besarnya sakit.
biaya. Penelitian yang dilakukan oleh
Presentase pasien jantung koroner Handayani (2016) menyebutkan bahwa semakin
sebanyak 5 pasien (5,9%) dengan tanpa banyak tindakan yang didapatkan oleh pasien
diagnosis sekunder, sebanyak 27 pasien (31,8%) maka biaya yang dikeluarkan akan semakin
dengan 1 diagnosis sekunder, sebanyak 29 banyak. Tindakan yang paling berpengaruh
pasien (34,1%) dengan 2 diagnosis sekunder, terhadap biaya riil rumah sakit adalah tindakan
dan 24 pasien (28,2%) dengan >2 diagnosis yang dilakukan secara besar contohnya operasi,
sekunder. Berdasarkan hasil uji statistik sedangkan tindakan-tindakan kecil tidak terlalu
menggunakan uji anova (F = 2,436), nilai P berpengaruh terhadap biaya riil rumah sakit.
0,071 (>α 0,05) sehingga Ho diterima. Hal ini Prosedur diagnostik di RSUD Tugurejo
dapat diketahui bahwa jumlah diagnosis Semarang meliputi pemeriksaan laboratorium
sekunder tidak memiliki pengaruh terhadap klinik (pemeriksaan darah dan pemeriksaan
biaya riil rumah sakit. kimia darah), pemeriksaan laboratorium
Penelitian dilakukan oleh Munawaroh patologi anatomi, pemeriksaan radio diagnostik,
(2019) menyebutkan bahwa tidak terdapat dan pemeriksaan mikrobiologi. Pada penelitian
perbedaan yang signifikan determinan antara ini prosedur/pemeriksaan yang umum
jumlah diagnosis sekunder terhadap dilakukan adalah pemeriksaan chest x-ray,
pembiayaan tarif riil serta tidak terdapat pemeriksaan CT Scan, EKG, pemeriksaan lab
hubungan yang signifikan antara jumlah darah, Diagnosticultrasound of heart dan
diagnosis sekunder terhadap tarif riil rumah pemeriksaan GDS. Pada hasil analisis, dapat
sakit dan tarif INA CBGs. Hal tersebut diketahui bahwa tindakan yang paling banyak
disebabkan karena variasi jumlah diagnosis dilakukan adalah dengan kode prosedur 90.59
sekunder dengan komplikasi dan komorbid (Micro Exam-Blood NEC/lab darah). Adapun
pasien jantung koroner pada penelitian ini tindakan laboran berupa troponin T yaitu untuk
belum terwakili dengan baik. mengetahui jenis gangguan jantung, baik itu
Berbeda dengan penelitian yang jenis AMI atau STEMI, dan Troponin T nya
Mathauer (2013) yang menyebutkan bahwa harus bernilai positif. Adapun faktor lain yang
terdapat hubungan antara diagnosis sekunder dapat mempengaruhi biaya riil berdasarkan

20
Bunga, I, N., Bambang, B, R. / Determinan Selisih Biaya / HIGEIA 5 (1) (2021)

hasil wawancara adalah penggunaan software clinical pathway. Dalam hal ini dapat berdampak
dan keberadaan clinical pathway. pada prosedur dalam perawatan dan
Perhitungan tarif paket INA CBGs telah pengobatan pasien yang di berikan oleh masing-
menggunakan alat bantu yaitu software, dimana masing dokter yang berbeda dan tidak
alat bantu ini sudah ditetapkan oleh Peraturan terkendali secara efektif dan efisien. Sebaiknya
Kementrian Kesehatan, sehingga output hasil pihak rumah sakit lebih memperhatikan lagi
biayanya akan sama dengan database yang sudah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
ditentukan berdasarkan pengelompokkan per pasien, serta menerapkan clinical pathway
kasus (merupakan gabungan dari kode sebagai pedoman dalam pemberian pelayanan
diagnosis dan kode prosedur). Dokter kesehatan.
mempunyai kewajiban untuk memenuhi Clinical Pathway untuk menentukan
kesesuaian tarif paket INA CBGs yaitu dengan diagnosis dan prosedur pelayanan pada kasus
melakukan penegakkan diagnosis yang jelas dan penyakit yang berbeda-beda, pelayanan
tepat sesuai dengan International Diseases Code kesehatan tersebut diberikan kepada pasien
Ten (ICD-10) dan International Diseases Code Nine untuk memperoleh hasil grouping dan yang
(ICD-9) dan Clinical Modification (CM), coder menentukan clinical pathway adalah dokter yang
dalam hal ini bisa meringankan proses bertanggung jawab menangani tindakan pada
penulisan diagnosis dan prosedur yang sesuai saat proses pelayanan dilakukan. Oleh karena
dengan ICD-10 dan ICD-9. itu, clinical pathway yang disediakan oleh
Berdasarkan hasil wawancara dengan layanan kesehatan dapat sejalan dengan standar
informan, dapat disimpulkan bahwa RSUD yang telah ditetapkan dalam clinical pathway.
Tugurejo Semarang telah menggunakan alat Tujuan dari clinical pathway adalah untuk
bantu software dalam melakukan penghitungan mengurangi variasi dalam layanan sehingga
tarif riil rumah sakit. Dalam penerapannya pun biaya lebih dapat diprediksi, layanan lebih
rumah sakit sudah bisa di implementasikan mudah untuk distandarisasi, meningkatkan
dengan baik, sehingga menghasilkan data yang kualitas pelayanan, meningkatkan prosedur
tepat dan dapat sesuai dengan standar. Namun costing, meningkatkan kualitas dari informasi
tidak dapat dipungkiri masih ada kemungkinan yang telah dikumpulkan serta sebagai counter-
terjadinya kesalahan dalam menjalankan check khusus untuk kasus-kasus yang high cost,
software ketika memasukkan dan mengentri data maupun high volume (Saputra, 2015).
tarif riil rumah sakit. Mengingat data yang Adanya clinical pathway memiliki dampak
dientri membutuhkan konsentrasi yang tinggi, besar terhadap selisih antara biaya riil rumah
maka diperlukan ketelitian yang baik dalam sakit dengan tarif INA CBGs. Sistem
menghitung tarif riil rumah sakit yang terperinci pembayaran paket dapat dikurangi, yaitu
pada setiap pelayanan yang diberikan kapada dengan cara mengurangi harga yang dibayarkan
pasien (Kumar, 2011). Kelasalah penginputan untuk sumber daya, mengurangi lama hari
data dapat berakibat fatal, rumah sakit tidak bisa dirawat, mengurangi intensitas pelayanan yang
melakukan klaim biaya rumah sakit ke BPJS. diberikan dan meningkatkan efisiensi pelayanan
Kesalahan dalam penginputan data bisa di (Wijayanti, 2010). Jadi dengan adanya clinical
klaim dibulan berikutnya dan ini yang akan pathway adalah suatu kebutuhan yang mendasar
mempengaruhi laporan keuangan bulanan dan agar tenaga medis memiliki pedoman sehingga
tahunan. dapat dipertanggung jawabkan pelayanan yang
Berdasarkan wawancara yang dilakukan diberikan kepada pasien.
dengan informan disimpulkan bahwa rumah Berdasarkan hasil wawancara dengan
sakit Tugurejo Semarang telah menerapkan informan, salah satu cara yang dilakukan rumah
clinical pathway pada beberapa kasus, tetapi sakit untuk mengatasi selisih tarif yaitu dengan
untuk kasus jantung koroner sendiri belum melakukan subsidi silang. Jenis subsidi silang
termasuk dalam daftar kasus yang memiliki yang berlaku adalah jenis subsidi silang antara

21
Bunga, I, N., Bambang, B, R. / Determinan Selisih Biaya / HIGEIA 5 (1) (2021)

jenis pelayanan yaitu unit pelayanan yang sakit sudah bisa dilakukan dengan baik,
mendapatkan keuntungan/surplus memberi sehingga dapat menghasilkan data yang tepat
subsidi kepada unit pelayanan yang mengalami dan dapat sesuai dengan standar. Rumah sakit
selisih negatif dalam hal ini merugi, sehingga Tugurejo Semarang sudah menerapkan clinical
setiap pasien mendapatkan pelayanan yang pathway pada beberapa kasus, tetapi untuk kasus
sama tanpa membedakan kelas perawatan jantung koroner sendiri belum termasuk dalam
maupun status sosial dari pasien. Mekanisme daftar kasus yang memiliki clinical pathway.
atau cara pelaksanaan subsidi silang di rumah Berdasarkan hasil penelitian tidak
sakit biasanya dilakukan dengan menetapkan terdapat variabel mengenai komponen biaya
tarif-tarif jasa pelayanan dari suatu unit. dan tidak melakukan wawancara di bagian
Misalnya pasien yang berasal dari kelas farmasi, sehingga tidak mendapatkan informasi
perawatan kelas III, dimana biasanya tarif tentang jenis obat yang diberikan untuk pasien
perawatannya lebih rendah walaupun penyakit jantung. Bagi penelitian selanjutnya
menggunakan peralatan yang sama. diharapkan dapat melakukan penelitian sejenis
Selain dengan menggunakan subsidi dengan diagnosis yang sama/diagnosis berbeda,
silang rumah sakit Tugurejo Semarang juga dan variabel yang diteliti bisa ditambah, seperti
malakukan efisiensi untuk mengatasi selisih biaya pelayanan laboratorium, biaya pelayanan
biaya tersebut. Efisiensi dilakukan agar tarif dan penunjang, biaya obat, biaya alat kesehatan,
kualitas pelayanan kesehatan dapat seimbang. biaya visit dokter terutama di rumah sakit yang
Efisiensi yang dilakukan seperti efisiensi obat, telah menerapkan clinical pathway yang baik.
efisiensi lama perawatan,efisiensi tindakan, Metode penelitian yang digunakan pun dapat
efisiensi pemeriksaan, meningkatkan kualitas lebih baik lagi.
kompetensi sumber daya rumah sakit sebagai
upaya untuk menurunkan tarjadinya hal-hal DAFTAR PUSTAKA
yang dapat mengakibatkan terjadinya lama
perawatan serta dapat meningkatkan morbiditas Asmawati, and Elly, N. 2016. Faktor-faktor yang
dan mortalitas yang berdampak pada mempengaruhi Lama Hari Rawat Pasien
peningkatan beban biaya kesehatan. Lapartomi di RS dr. Yunus Bengkulu. Jurnal
Ilmu Kesehatan, 8(2): 117-120.
Budiarto, W., and Sugiharto, M. 2013. Biaya Klaim
PENUTUP INA CBGs dan Biaya Riil Penyakit
Katastropik Rawat Inap Peserta Jamkesmas di
Simpulan dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Studi di 10 Rumah Sakit. Buletin
terdapat selisih negatif terhadap tarif INA CBGs Penelitian Sistem Kesehatan, 16(1): 58-65.
untuk pasien jantung koroner rawat inap JKN Chirawatkul, A., and Bhuripanyo, K. 2009.
yaitu sebesar Rp. -33.336.673. Faktor-faktor Prevalence of Coronary Heart Disease and
yang memiliki pengaruh terhadap biaya riil Major Cardiovascular Risk Factors in
untuk penyakit jantung koroner adalah usia (p = Thailand. International Journal of Epidemiology,
0,019), tingkat keparahan (p = 0,008), kelas 7(1): 15-22.
Ghani. 2016. Faktor Resiko Dominan Penyakit
perawatan (p = 0,028), lama hari rawat (p =
Jantung Koroner di Indonesia. Buletin
0,042), dan prosedur (p=0,001). Sedangkan
Penelitian Kesehatan, 17(4): 153-164.
faktor-faktor yang tidak menunjukkan adanya Handayani, D. S. 2016. Analisis Kesesuaian Biaya Riil
pengaruh yang signifikan terhadap biaya riil terhadap Tarif INA- CBG’s pada Pasien
rumah sakit penyakit jantung koroner adalah Pneumonia Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
jenis kelamin (p = 0,671) dan jumlah diagnosis Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi.
sekunder (p = 0,071). Rumah sakit Tugurejo Jakarta: Universitas Setia Budi.
Semarang sudah menggunakan alat bantu Kumar, A. and Chen, L. 2011. Financing Health
software dalam melakukan penghitungan tarif riil Care for All. The Lancet Journal, 337: 6688-
679.
rumah sakit. Dalam penerapannya pun rumah

22
Bunga, I, N., Bambang, B, R. / Determinan Selisih Biaya / HIGEIA 5 (1) (2021)

Lakoan, M. R., and Andayani, T. M. 2019. Analisis Sabharwal, Charter, A., Rashid, Darzi, & Reilly.
Kesesuaian Biaya Riil terhadap Tarif INA 2016. Cost Analysis of the Surgical Treatment
CBGs Pengobatan Gagal Jantung Kongesif of Fractures of the Poximal Humerus an
Pasien JKN. Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, Evaluation of the Determinants of Cost and
6(3): 260-267. Comparison of the Institutional Cost of
Lilissuriani, Saputra, I. and Ruby, M. 2017. Treatment with the National Tariff. The Bone
Perbedaan Biaya Riil Rumah Sakit dan Tarif & Joint Journal, 2(4): 98.
INA-CBGs untuk Kasus Katastropik dengan Saputra, M. 2015. Program Jaminan Kesehatan
Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Rawat Nasional dari Aspek Sumber Daya Manusia
Inap Peserta Jaminan Kesehatan Nasional di Pelaksana Pelayanan Kesehatan. Jurnal
RSUZA. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 3(1): Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri
198 – 205. Malang, KEMAS, 2(1): 1858-1196.
Mathauer, I. and Wittenbecher, F. 2013. Hospital Thabrany, H. 2014. Jaminan Kesehatan Nasional.
Payment Systems Based on Diagnosis-Related Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Groups : Experiences in Low- and Middle- Tusshaleha, L. A. 2018. Analisis Kesesuaian Biaya
Income Countries. Bull World Organ Journal, Riil Pasien Kemoterapi Kanker Rektum
13(1): 746–756. dengan Penetapan Biaya INA-CBGs terhadap
Munawaroh, S. and Sulistiadi, W. 2019. Perbedaan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional di
Tarif INA – CBG’s dengan Tarif Riil Rumah RSUP Sanglah Denpasar. Jurnal Ilmiah
Sakit pada Pasien BPJS Kasus Stroke Iskemik Mandala Education, 4(1): 156–162.
Rawat Inap Kelas I di RS PON. Jurnal Utami, N. L. 2019. Kejadian Penyakit Jantung
Manajemen dan Administrasi Rumah Sakit Koroner. HIGEIA (Journal of Public Health
Indonesia, 3(2): 155–165. Research and Development), 3(2): 311-323
Noormilasari, Sri, R. P. and Alexxander. 2015. Utomo, B., Sucahya, P. K. and Utami, F. R. 2011.
Selisih Tarif Paket INA CBGs dengan Biaya Priorities and realities : Addressing the Rich-
Riil dan Analisis Komponen Biaya yang poor Gaps in Health Status and Service
Mempengaruhi Biaya Riil pada Kasus Access in Indonesia. International Journal for
Skizofrenia Rawat Inap di RSJ Sambang Equity in Health, 10(2): 1–14.
Lihum. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(4): 25- Walintukan, H. C. and Pannelewen, J. 2017. Analisis
35. Perbedaan Tarif Riil dengan Tarif INA CBGs
Peraturan Menteri Kesehatan. 2013. Pelayanan Pasien Bedah Badan Penyelenggaraan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional. Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di Rumah
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Sakit Gunung Maria. Jurnal Kesmas, 5(3): 51–
Rahayuningrum, I. O., Tamtomo, D. and Suryono, 65.
A. 2016. Comparison between Hospital Wijayanti, Ika, A. and Sugiarsi, S. 2010. Analisis
Inpatient Cost and INA-CBGs Tariff of Perbedaan Tarif Riil dengan Tarif Paket INA-
Inpatient Care in the National Health CBG pada Pembayaran Klaim Jamkesmas
Insurance Scheme in Solo , Boyolali and Pasien Rawat Inap di RSUD Kabupaten
Karanganyar Districts , Central Java. Jurnal Sukoharjo. Jurnal Apikes Mitra Husada, 4(1): 1–
Kesmas, 1(2): 102–112. 10.

23

Anda mungkin juga menyukai