Anda di halaman 1dari 20

PERBANDINGAN BIAYA RIIL DENGAN TARIF PAKET INA-CBG’s

PADA PASIEN RAWAT JALAN PENDERITA PARKINSON DI RSD


IDAMAN BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

PROPOSAL SKRIPSI

untuk memenuhi persyaratan melakukan penelitian


dalam rangka penyusunan skripsi

Oleh :
Muhammad Faisal
NIM J1E115217

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
JUNI 2019
1
2

PERBANDINGAN BIAYA RIIL DENGAN TARIF PAKET INA-CBG’s


PADA PASIEN RAWAT JALAN PENDERITA PARKINSON DI RSD
IDAMAN BANJARBARU

I. LATAR BELAKANG
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program yang dibuat oleh
pemerintah sebagai upaya perlindungan kesehatan yang diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial agar para peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan. Jaminan ini diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran
atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah. Menurut Undang-undang No.12 tahun
2013 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah diatur pola
pembayaran terhadap pengobatan di tingkat lanjutan yaitu dengan Indonesia
Case Base Groups (INA-CBG’s). Menurut Undang-undang No.12 tahun 2013
INA- CBG’s adalah landasan perhitungan biaya klaim pasien rawat inap
maupun rawat jalan. Dengan sistem Case Based Groups (CBG’s) berdasarkan
diagnosis pasien, rumah sakit akan mendapat penggantian biaya pengobatan dari
BPJS berdasarkan rata-rata biaya yang digunakan dalam pengobatan suatu
penyakit. Menurut Undang-undang No.27 tahun 2014 besaran biaya yang akan
ditanggung oleh BPJS ini sudah ditetapkan sebelumnya dengan sistem coding
di INA-CBG’s yang terdiri dari 4 digit ditiap kode yang menunjukkan penyakit
yang telah ditentukan oleh sistem. Masalah yang sering terjadi dalam
penyelenggaraan sistem pembiayaan menggunakan INA-CBG’s adalah adanya
perbedaan antara biaya riil dengan tarif paket INA-CBG’s.
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan selisih tarif INA-CBG’s
dengan biaya riil terhadap pasien rawat jalan memiliki hasil yang berbeda di setiap
rumah sakit seperti pada penelitian Dumaris (2016) di RSUD Budi Asih, Jakarta
terdapat selisih biaya riil lebih besar dibanding tarif INA-CBG’s di beberapa poli
pengobatan. Hal ini menimbulkan kesenjangan tarif antara biaya riil dengan tarif
INA-CBG’s yang dapat menyebabkan rumah sakit menanggung resiko finansial
3

(Rahayuningrum et al., 2016). Beberapa kelompok diagnosis CBG’s dengan biaya


riil yang lebih besar dari tarif INA-CBG’s menyebabkan rumah sakit menanggung
kelebihan biaya pengobatan pasien atau rumah sakit melakukan subsidi silang
dengan menggunakan kelebihan dari tarif INA-CBG’s dibeberapa kelompok
CBG’s yang tarif paketnya lebih besar. Pada penelitian Muslimah et al. (2017) di
RS Bethesda, Yogyakarta pada pasien rawat jalan penyakit stroke iskemik terdapat
selisih sebesar 20,98% dengan kelebihan biaya pengobatan ditanggung oleh rumah
sakit. Normasari (2016) yang melakukan penelitian di RSUD dr. Soebandi, Jember
juga menemukan terdapat selisih antara biaya riil yang lebih besar dari tarif INA-
CBG’s pada pengobatan pasien Diabetes mellitus tingkat II dan III.
Tarif INA-CBG’s juga berlaku untuk penyakit kronis seperti parkinson yang
merupakan penyakit neurodegeneratif yang ditandai oleh adanya penurunan
fungsi kognitif, seperti demensia, cemas, depresi, perubahan cara bicara, dan juga
insomnia (Warren et al., 2011). Selain itu juga bisa ditandai dengan tremor ketika
istirahat, kekakuan otot, melambat hingga hilangnya gerakan fisik serta refleks
postural hilang akibat penurunan kadar dopamin dengan berbagai macam sebab
(Sudoyo, 2009). Menurut data yang telah dirilis oleh World Health Organization
(WHO) pada tahun 2016, penyakit parkinson memiliki tingkat kejadian kira-kira
sekitar 4,5-19 per 100.000 penduduk pertahunnya. Di Indonesia, prevalensi
penyakit parkinson pada tahun 2005 sebesar 90.000.000 dan diperkirakan akan
meningkat lebih dari dua kali lipat di tahun 2030 (Hanriko & Bella, 2018).
Pengobatan penyakit parkinson merupakan pengobatan jangka panjang.
Salah satu zat yang efektif untuk terapi penyakit parkinson adalah levodopa yang
utamanya berkhasiat meningkatkan kadar dopamin di otak dengan efek
mengurangi kekakuan dan hypokinesia, efek terapi akan terlihat nyata sesudah
pemakaian 6-8 minggu (Tjay & Rahardja, 2007). Parkinson dapat menimbulkan
beban finansial akibat biaya pengobatan yang dilakukan dalam jangka waktu
yang lama. Biaya tersebut semakin besar apabila pasien memiliki penyakit lain.
Namun, pemerintah telah memberikan solusi berupa subsidi untuk meringankan
biaya pengobatan termasuk pengobatan parkinson.
4

Peneliti ingin melakukan studi mengenai selisih biaya antara biaya riil
dengan Tarif INA-CBG’s di rumah sakit Idaman Banjarbaru berdasarkan
permasalahan diatas. RSD Idaman Banjarbaru merupakan rumah sakit tipe C
yang telah menggunakan sistem INA-CBG’s. Studi pendahuluan yang telah
dilakukan dengan observasi catatan rekam medik bagian poli saraf untuk pasien
rawat jalan penyakit parkinson di RSD Idaman Banjarbaru dengan kode G-20
sesuai dengan ketetapan INA-CBG’s diketahui selama periode Januari –
Desember 2018 terdapat sebanyak 454 pasien parkinson rawat jalan yang
sebagian besar pengobatannya ditanggung oleh BPJS, yaitu sebanyak 395 pasien
sedangkan sisanya merupakan pasien umum, jamkesda dan inhealth.

II. RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu :
(a) Bagaimana profil pengobatan pasien parkinson rawat jalan di RSD Idaman
Banjarbaru ?
(b) Berapa rata-rata biaya riil pasien parkinson di RSD Idaman Banjarbaru ?
(c) Apakah terdapat selisih antara tarif INA-CBG’s dengan biaya riil pasien
parkinson di RSD Idaman Banjarbaru ?

III. TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dari penelitian ini adalah :
(a) Menentukan profil pengobatan pasien parkinson rawat jalan di RSD Idaman
Banjarbaru.
(b) Menghitung rata-rata biaya riil pasien parkinson di RSD Idaman
Banjarbaru.
(c) Menentukan besaran selisih antara tarif INA-CBG’s dengan biaya riil pasien
parkinson di RSD Idaman Banjarbaru.

IV. MANFAAT PENELITIAN


Manfaat penelitian ini adalah:
(1) Sebagai pengetahuan mengenai evaluasi penerapan sistem INA-CBG’s.
5

(2) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukkan untuk pelayanan


kesehatan yang lebih baik lagi di RSD Idaman Banjarbaru dan sebagai
informasi mengenai sistem pelayanan kesehatan dan program JKN.
(3) Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai
pembayaran menggunakan sistem INA-CBG’s.

V. TINJAUAN PUSTAKA
5.1 Parkinson
5.1.1 Definisi Parkinson
Parkinson merupakan penyakit yang mengganggu kerja otak karena
penderita kekurangan dopamine, kekurangan dopamine di otak manusia
tidak mudah untuk dikenali (Gunawan et al., 2017). Penyakit parkinson tidak
didiagnosis dengan tes darah melainkan dengan gejala-gejala yang
menyebabkan hilangnya dopamine yang mungkin termasuk gejalanya yaitu
gemetar pada tangan, kekakuan otot, serta kelainan pada gerakan. Selain
gejala motorik, parkinson juga bisa menyebabkan penderitanya mengalami
penurunan fungsi kognitif, seperti demensia, cemas, depresi, perubahan cara
bicara, dan juga insomnia (Muliawan et al., 2018).
5.1.2 Etiologi Parkinson
Penyebab parkinson dapat berupa faktor primer atau Idiopatik yang
penyebabnya belum diketahui secara pasti (Bakrie, 2016). Diduga toksin
yang berasal dari lingkungan dan faktor genetik yang bersifat sporadik
(Sudoyo, 2009). selain itu dapat disebabkan karena faktor sekunder yang
timbul akibat terpajan suatu penyakit atau zat, infeksi dan pasca infeksi otak
(ensefalitis), efek samping dari obat penghambat reseptor dopamin (obat anti-
psikotik), obat yang menurunkan cadangan dopamin dan pasca stroke (Snell,
2007) atau karena faktor keturunan seperti penyakit alzheimer, penyakit
wilson, penyakit huntington dan demensia (Sudoyo, 2009).
6

5.1.3 Epidemiologi Parkinson


Penyakit parkinson merupakan salah satu kelumpuhan yang paling
umum di Amerika Serikat. Penyakit tersebut terjadi pada satu dari setiap
seratus orang yang berusia lebih dari 60 tahun dan lebih mempengaruhi pria
daripada wanita. Secara kasar 60.000 kasus baru didiagnosis tiap tahun di
Amerika Serikat, dan insidensnya diprediksikan akan meningkat seiring
pertambahan usia populasi (Miller & Sallil, 2007).
Parkinson menyerang penduduk dari berbagai etnis dan status sosial
ekonomi, diperkirakan sekitar 876.665 orang Indonesia dari total jumlah
penduduk sebesar 238.452.952 menderita parkinson. Total kasus kematian
akibat penyakit parkinson di Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia
atau peringkat ke-5 di Asia dengan prevalensi mencapai 1100 kematian pada
tahun 2002 (Hanifah, 2013) dan 90.000.000 kasus pada tahun 2005 yang
diperkirkan akan terjadi peningkatan dua kali lipat di tahun 2030 (Hanriko &
Bella, 2018).
5.1.4 Tanda dan gejala Parkinson
Tanda dan gejala parkinson yang biasanya ditemui antara lain gejala motorik
dan non motorik.
(1) Gejala motorik
Gejala motorik yang biasa terjadi pada pasien parkinson adalah tremor
atau bergetar. Tremor merupakan salah satu gejala penyakit parkinson yang
ditandai dengan tangan bergetar jika sedang beristirahat. Tremor tidak hanya
terjadi pada tangan atau kaki, tetapi bisa juga terjadi pada kelopak mata dan
bola mata, bibir, lidah dan jari tangan. Semua itu terjadi pada saat
istirahat/tanpa sadar. Pada awalnya tremor hanya terjadi pada satu sisi, namun
semakin berat penyakit, tremor bisa terjadi pada kedua belah sisi (Tumewah,
2015).
Rigiditas juga merupakan salah satu gejala motorik yang biasa terjadi
pada pasien Parkinson yaitu peningkatan terhadap regangan otot pada otot
antagonis dan agonis. Salah satu gejala dini dari rigiditas ialah hilangnya gerak
asosiasi lengan bila berjalan (Sudira, 2015).
7

Gejala motorik lain yang mungkin terjadi pada parkinson antara lain
bradykinesia yaitu hasil akhir dari gangguan integrasi pada impuls optik,
labirin, propioseptif dan impuls sensoris di ganglia basalis. Hal ini
mengakibatkan perubahan aktivitas refleks yang mempengaruhi motoneuron
gamma dan alfa (Sudira, 2015).
(2) Gejala non motorik
Gejala non-motorik yang umum terjadi pada pasien parkinson antara
lain, disfungsi otonom, keringat dan air ludah berlebihan, gangguan sfingter
terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik, kulit berminyak dan infeksi
kulit seborrheic pengeluaran urin yang banyak serta gangguan seksual yang
berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual, perilaku
orgasme (Muliawan, 2018).
Penderita parkinson selain mengalami gejala motorik dan non motorik,
biasanya juga akan mengalami gangguan pada suasana hati (mengalami
depresi), gangguan kognitif (lambat menanggapi rangsangan), gangguan
tidur (insomnia), serta gangguan sensasi (Thabrany et al., 2013).
5.2 Sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia
World Health Organization (WHO) sudah menetapkan bahwa
universal Health Coverage (UHC) adalah isu penting bagi negara maju dan
berkembang sehingga penting agar negara mengembangkan sistem
pembiayaan kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh
rakyat. Menurut Undang-undang No.27 tahun 2014 Ketentuan ini penting
untuk memastikan akses yang adil untuk semua warga negara, untuk tindakan
preventif yang penting dan tepat, promotive, kuratif dan rehabilitative
pelayanan kesehatan dengan biaya yang terjangkau (affordable cost).
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses
atas sumber daya dibidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga
mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
Undang-Undang No.36 tahun 2009 pasal 20 ayat 1 juga menegaskan bahwa
pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan
8

masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan


perorangan. Mewujudkan komitmen global dan konstitusi tersebut,
pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan
masyarakat melalui BPJS Kesehatan yang merupakan badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
5.3 INA-CBG’s
5.3.1 Pengertian INA-CBG’s

Pemerintah Indonesia telah merancang program kesehatan yaitu


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Undang-undang No.27 tahun 2014
mengatakan Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan
yang diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial
agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan. Didalam
penerapan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah diatur pola pembayaran
terhadap pengobatan tingkat lanjutan yaitu dengan Indonesia Case Based
Groups (INA-CBG’s).

INA-CBG’s adalah sistem pembayaran dengan prospektif yaitu sistem


pembayaran prosfektif merupakan sistem pembayaran yang besaran biayanya
sudah ditetapkan dari awal sebelum pelayanan kesehatan diberikan. Sistem
pembayaran Case Based Groups adalah berdasarkan diagnosis pasien keluar
perawatan. Rumah sakit mendapatkan penggantian biaya perawtan
berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh rumah sakit dalam
penatalaksanaan satu diagnosis penyakit. Undang-undang No.12 tahun 2013
menjelaskan bahwa sistem INA-CBG’s merupakan alternatif untuk
pengendalian biaya pelayanan kesehatan karena berhubungan dengan mutu,
pemerataan, jangkauan dalam sistem kesehatan yang menjadi salah satu
unsur dalam pembelanjaan kesehatan serta mekanisme pembayaran untuk
pasien berbasis kasus campuran.
5.3.2 Sistem INA-CBG’s
Sistem casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia pada tahun
2006 dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group).
9

Implementasi pembayaran dengan INA-DRG dimulai pada 1 september 2008


pada 15 rumah sakit vertikal, dan pada 1 januari 2009 diperluas pada seluruh
rumah sakit yang bekerja sama untuk program Jamkesmas, hal ini dimuat
dalam Undang-undang No. 27 tahun 2014.
Pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan nomenklatur
dari INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group) menjadi INA-CBG
(Indonesia Case Based Group) dengan demikian, sejak bulan Oktober 2010
sampai Desember 2013, pembayaran kepada pelayanan kesehatan (PPK)
lanjutan dalam jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) menggunakan
INA-CBG (Permenkes, 2014).
INA-CBG’s mempunyai pengkodean pada tiap-tiap penyakit, tiap
kode terdiri dari 4 digit yang menunjukkan penyakit yang sudah ditentukan
pada sistem. Penentuan tarif INA-CBG’s berdasarkan diagnosis utama,
sekunder dan tindakan terhadap pasien (Putra et al., 2013). Tarif INA-CBG’s
mempunyai 1.077 kelompok tarif yang terdiri dari 789 kode group atau
kelompok rawat inap dan 288 kode group atau kelompok rawat jalan,
menggunakan sistem koding dengan ICD-10 untuk diagnosis serta ICD-9CM
utuk prosedur atau tindakan. Dalam Undang-undang No.27 tahun 2014
mengatakan bahwa pengelompokkan kode diagnosis dan prosedur dilakukan
dengan menggunakan UNU Grouper. UNU Grouper adalah grouper casemix
yang dikembangkan oleh united nation university (UNU).
5.4 Keaslian penelitian
Penelitian ini berjudul Perbandingan Biaya Riil dengan Tarif INA-CBG’s pada
Pasien Parkinson Rawat Jalan di RSUD Idaman Banjarbaru Kalimantan Selatan. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Keaslian Penelitian
1 2 3
Nama Muslimah et al, 2017 Hotma Dumaris, Peneliti
2016
Judul penelitian Perbandingan Biaya Analisis Perbedaan Perbandingan Biaya
Riil Terhadap Tarif Tarif Rumah Sakit Riil dengan Tarif
INA-CBG’s Penyakit dan Tarif INA- INA-CBG’s pada
Stroke Iskemik di RS CBG’s Pelayanan Pasien Parkinson
Bethesda Rawat Jalan di Rawat Jalan di RSD
Yogyakarta. Rumah Sakit Budhi
10

Asih Jakarta Tahun Idaman Banjarbaru


2015. Kalimantan Selatan.
Tempat penelitian RS Bethesda Rumah Sakit Budhi RSD Idaman
Yogyakarta. Asih Jakarta. Banjarbaru
Kalimantan Selatan.
Metode penelitian Observasional. Kuantitatif dan Observasional.
kualitatif.
Instrumen Lembar observasi. Wawancara. Lembar pengumpul
penelitian data.
Subjek penelitian Pasien JKN Stroke Lembar rekam medik Lembar rekam medik
iskemik non rujukan pasien rawat jalan pasien Parkinson
Lembar rekam medik Catatan administrasi rawat jalan
pasien Stroke pasien dan BPJS. Catatan administrasi
iskemik rawat inap dan BPJS.
dan rawat jalan.
Variabel Komponen biaya Komponen biaya Komponen biaya
pengobatan pasien pengobatan pasien pengobatan rawat
Stroke iskemik rawat rawat jalan. jalan pasien
inap dan rawat jalan. Parkinson.
Outcome Selisih antara biaya Selisih sebesar 27,1%
riil yang lebih besar kelebihan biaya yang
dari tarif INA-CBG’s ditanggung rumah
pada pasien Stroke sakit.
iskmeik rawat inap
dan rawat jalan.
Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya berdasarkan tempat
penelitian dan jenis penyakitnya, pada penelitian 1 dilakukan perbandingan biaya
riil dengan tarif INA-CBG’s pada pasien stroke iskemik rawat jalan dan rawat inap
di RS Bethesda Yogyakarta dengan metode observasional. Penelitian 2 dilakukan
perbandingan biaya riil dengan tarif INA-CBG’s pada seluruh pasien rawat jalan di
RS Budhi Asih Jakarta menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Pada
penelitian yang akan saya lakukan yaitu melakukan perbandingan biaya riil dengan
tarif INA-CBG’s pada pasien parkinson rawat jalan di RSD Idaman Banjarbaru
dengan metode observasional menggunakan lembar observasi. Dengan adanya
beberapa perbedaan antara penelitian 1, 2 dan 3 memungkinkan terdapat beberapa
perbedaan mengenai profil pengobatan, rata-rata biaya riil, jumlah dan selisih biaya
antara biaya riil dengan Tarif INA-CBG’s.

VI. METODE PENELITIAN


6.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian non-eksperimental
observasional secara deskriptif dengan pengambilan data retrospektif yaitu
11

mengamati data biaya pengobatan pasien parkinson rawat jalan yang sudah ada
dalam kurun waktu 6 bulan (Januari – Juni) tahun 2019, kemudian dilakukan
perbandingan antara biaya riil dengan tarif INA-CBG’s dan menentukan besaran
selisishnya.
6.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik, BPJS dan Instalasi Farmasi
di RSD Idaman Banjarbaru. Waktu penelitian dilaksanakan sejak Juni 2019.
6.3 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medik pasien
Parkinson rawat jalan di RSD Idaman Banjarbaru selama 6 bulan (Januari – Juni)
tahun 2019.
6.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
6.4.1 Kriteria Inklusi
a. Data rekam medik pasien parkinson dengan kode ICD10: G-20
yang mendapatkan pengobatan di RSD Idaman Banjarbaru.
b. Data rekam medik, klaim BPJS dan data resep pasien parkinson
yang lengkap meliputi nomor peserta, nomor rekam medis, nomor
Surat Eligibilitas Pasien (SEP), nama pasien, umur, jenis kelamin,
kode CBG’s, tarif CBG’s, biaya riil dan rincian biaya riil.
6.4.2 Kriteria Eksklusi
a. Data rekam medik pasien yang diagnosisnya bukan parkinson
b. Data rekam medik pasien parkinson yang bukan peserta BPJS
6.5 Instrumen
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa tabel pengumpul
data.
6.6 Definisi operasional
Definisi operasional yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Pasien parkinson adalah pasien yang telah didiagnosa oleh dokter
menderita penyakit parkinson dengan kode ICD10 : G-20.
b. INA-CBG’s adalah program Jaminan Kesehatan Nasional yang
12

ditujukan untuk membantu masyarakat meringankan biaya


pengobatan dengan pembayaran berdasarkan pengkodean yang
telah ditetapkan sesuai dengan penyakitnya oleh BPJS.
c. Biaya Riil adalah total biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit
untuk pengobatan pasien berdasarkan tarif rumah sakit meliputi
biaya obat, tuslah, embalase, biaya dokter dan tindakan khusus jika
ada (tes laboraturium, rontgen dsb.).
d. Rekam medik adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang
pasien yang berisi identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
medis lain pada sarana pelayanan kesehatan untuk rawat jalan,
rawat inap baik dikelola pemerintah maupun swasta.
e. Selisih adalah jumlah perbedaan biaya antara Tarif INA-CBG’s
dengan Biaya riil.
f. Profil pengobatan adalah informasi mengenai obat yang didapatkan
oleh pasien meliputi nama obat, frekuensi dan bentuk sediaan.
6.7 Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah profil pengobatan pasien
parkinson rawat jalan, rata-rata biaya riil dan besaran selisih antara tarif INA-
CBG’s dengan biaya riil pada pasien parkinson rawat jalan di RSD Idaman
Banjarbaru.
6.8 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan dan pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan
alur sebagai berikut:
(1) Pengumpulan data rekam medik pasien di ruang rekam medik untuk melihat
no. rekam medik pasien.
(2) Dilihat berkas klaim individual pasien di ruang JKN/BPJS berdasarkan
nomor rekam medik pasien untuk melihat nomor SEP, kode INA-CBG’s
dan tarif paket INA-CBG’s.
(3) Dilanjutkan ke bagian Instalasi Farmasi berdasarkan kecocokan nomor
SEP, tanggal dan data pribadi pasien untuk melihat profil pengobatan
13

dengan mengamati resep yang diberikan kepada pasien, data yang disalin
ke lembar pengumpul data berupa nama obat, frekuensi dan bentuk sediaan.
6.9 Analisis Data
6.9.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan dengan memaparkan data profil
pengobatan pasien, total biaya riil dan tarif INA- CBG’s. Selisih biaya riil
dengan tarif INA-CBG’s diperoleh dari total tarif INA- CBG’s dikurangi
dengan biaya riil.
6.9.2 Perbandingan Biaya Riil dengan Tarif INA-CBG’s
Analisis perbandingan dilakukan menggunakan uji One simple t-test dengan
membandingkan variabel biaya riil dengan tarif INA-CBG’s kemudian
dibandingkan antara rata-rata biaya pengobatan pasien parkinson rawat jalan di
rumah sakit dengan tarif INA-CBG’s.
14

VII. Alur Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan di RSD Idaman Banjarbaru dimulai pada bulan
Juli 2019 dengan alur yang dapat dilihat pada bagan di bawah ini:

Bagian Rekam medik, Ruang JKN/BPJS,


Instalasi Farmasi.

Pengumpulan data dari ruang Rekam medik, JKN/BPJS, dan Instalasi


Farmasi mengenai pasien Parkinson dengan kode ICD10 : G-20

Dilakukan pengambilan data dengan cara disalin ke lembar pengumpul data. Data
yang dicatat adalah Nomor peserta, Nomor Rekam Medis, Nomor SEP, nama pasien,
umur, jenis kelamin, kelas perawatan, jenis perawatan, tanggal berobat, kode CBG’s, tarif
CBG’s, Biaya riil dan profil pengobatan.

Analisis data

Analisis Deskriptif Analisis komparasi

Memaparkan profil pengobatan meliputi Analisis komparasi biaya riil


dengan tarif INA-CBG’s
nama obat, frekuensi dan bentuk sediaan, dilakukan dengan uji One Sample
komponen biaya riil dan paket tarif CBG’s T-Test, membandingkan antara
pasien Parkinson rawat jalan. Selisih biaya rata-rata biaya riil dengan tarif
CBG’s pada pasien penyakit
riil dengan tarif CBG’s diperoleh dari tarif
parkinson rawat jalan di RSD
CBG’s dikurang biaya riil. Idaman Banjarbaru.

Hasil, pembahasan dan


kesimpulan.

Gambar 1. Alur penelitian


15

VIII. JADWAL PENELITIAN


Jadwal penelitian yang direncanakan pada penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 2.
Tabel 2. Jadwal Penelitian

Bulan
Kegiatan Juni Juli Agustus September
2019 2019 2019 2019
Seminar

Proposal
Pelaksanaan
Penelitian ✓

Pengolahan
✓ ✓
Data
Penyusunan
✓ ✓
Skripsi
Seminar
Hasil ✓
16

IX. DAFTAR PUSTAKA

Bakrie, M. 2016. Terapi Nikotin Pada Rokok Terhadap Penyakit


Parkinson. Jurnal Redoks. (1):1.

Dumaris, H. 2016. Analysis on Tariff Differences Between Hospital’s


Tariff and INA-CBG’s Tariff For Outpatient In Budhi Asih
Hospital Jakarta On 2015. Jurnal ARSI. (3):1.

Gunawan, G., Mochammad, D & Shahdevi, N.K. 2017. Parkinson dan


Terapi Stem Sel. MNJ. (3):1.

Hanifah, M. 2013. Pengaruh Ekstrak Biji Korobenguk Hasil Soxhletasi


Terhadap Gejala Parkinson. Universitas Pendidikan Indonesia.

Hanriko, R & Bella, P.A. 2018. Penyakit Parkinson: Ancaman Kesehatan


Bagi Komunitas Pertanian. J Agromedicine. (5):1.

Thabrany, H., Ahmad, F.A & Jarir, A.T. 2013. Pedoman Penerapan
Kajian Farmakoekonomi. Kemenkes. Jakarta.

Tjay, T.H & Rahardja, K. 2007. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan


dan Efek- efek Sampingnya. PT. Elex Media Komputindo,
Jakarta.

Miller, L.R & Salil, K.D. 2007. Cigarette Smoking And Parkinson’s
Diseas. USA : EXCLI Journal.

Muslimah., Tri, M.A., Rizaldy, P & Dwi, I. 2017. Perbandingan Biaya


Riil Terhadap Tarif INA-CBG’s Penyakit Stroke Iskemik di RS
Bethesda Yogyakarta. Jurnal Manajemen dan Pelayanan
Farmasi. (7):2.

Muliawan, E., Seilly, J & Rizal, T. 2018. Diagnosis dan Terapi Deep
Brain Stimulation Pada Penyakit Parkinson. Jurnal Sinaps. (1):1.

Putra, A.M.P., I, D.P.P.S & Fita, R. 2013. Komparasi Biaya Riil dengan
Tarif INA- CBG’s dan Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Analisis Biaya Pada Pasien Thalasemia Rawat Inap Jamkesmas
di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Managemen dan
Pelayanan Farmasi. (3):1.
17

Rahayuningrum, I.O., Didik, T & Arief, S. 2016. Comparison Between


Inpatient Cost and INA-CBG’s Tariff Of Inpatient Care In The
National Health Insurance Scheme In Solo, Boyolali and
Karanganyar Districts, Central Java. Journal of Health Policy
and Management. (2):1.

Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang No. 27 Tahun 2014 Tentang


Petunjuk Teknis Sistem Indonesian Case Base Group (INA-
CBG’s). Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Republik Indonesia. 2013. Undang-Undang No.12 Tahun 2013 tentang


Jaminan Kesehatan. Jakarta: Sekretariat Negara.

Snell, R.S. 2007. Neuroanatomi Klinik: untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta:


EGC. hal: 358-360.

Sudoyo, A.W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing,
Jakarta.

Silitonga, R. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas


Hidup Penderita Penyakit Parkinson. Skripsi Program Sarjana
Universitas Diponegoro, Semarang.

Sudira, P.G. 2015. Stroke Lacunar Infract Pada Pasien Parkinson. Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tumewah, R. 2015. Penatalaksanaan Tremor Terkini. Jurnal Biomedik.


(7):2.

Warren, C.O. 2011. Parkinson’s Disease: Non-Motor and Non-


Dopaminergic Features. UK: Blackwell Publishing Ltd.
18

DATA KARAKTERISTIK PASIEN

No. No. Peserta No. SEP Nama Pasien No. Rekam Jenis Umur Diagnosa
Medik Kelamin

DAFTAR PENGGUNAAN OBAT

No. Tanggal Nama Obat Frekuensi Jumlah Harga/item Embalase Tuslah Nama obat Indikasi Frekuensi Jumlah H
Resep Parkinson obat non-parkinson obat
dan bentuk dan bentuk
sediaan sediaan
19

No. Embalase Tuslah Biaya Biaya tindakan Total Kode INA- Tarif INA- Biaya Riil Selisih
Dokter Biaya CBG’s CBG’s

Anda mungkin juga menyukai