Proposal Muhammad Faisal J1E115217 PDF
Proposal Muhammad Faisal J1E115217 PDF
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
Muhammad Faisal
NIM J1E115217
I. LATAR BELAKANG
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program yang dibuat oleh
pemerintah sebagai upaya perlindungan kesehatan yang diselenggarakan secara
nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial agar para peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan. Jaminan ini diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran
atau iurannya dibayarkan oleh pemerintah. Menurut Undang-undang No.12 tahun
2013 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah diatur pola
pembayaran terhadap pengobatan di tingkat lanjutan yaitu dengan Indonesia
Case Base Groups (INA-CBG’s). Menurut Undang-undang No.12 tahun 2013
INA- CBG’s adalah landasan perhitungan biaya klaim pasien rawat inap
maupun rawat jalan. Dengan sistem Case Based Groups (CBG’s) berdasarkan
diagnosis pasien, rumah sakit akan mendapat penggantian biaya pengobatan dari
BPJS berdasarkan rata-rata biaya yang digunakan dalam pengobatan suatu
penyakit. Menurut Undang-undang No.27 tahun 2014 besaran biaya yang akan
ditanggung oleh BPJS ini sudah ditetapkan sebelumnya dengan sistem coding
di INA-CBG’s yang terdiri dari 4 digit ditiap kode yang menunjukkan penyakit
yang telah ditentukan oleh sistem. Masalah yang sering terjadi dalam
penyelenggaraan sistem pembiayaan menggunakan INA-CBG’s adalah adanya
perbedaan antara biaya riil dengan tarif paket INA-CBG’s.
Beberapa penelitian yang berhubungan dengan selisih tarif INA-CBG’s
dengan biaya riil terhadap pasien rawat jalan memiliki hasil yang berbeda di setiap
rumah sakit seperti pada penelitian Dumaris (2016) di RSUD Budi Asih, Jakarta
terdapat selisih biaya riil lebih besar dibanding tarif INA-CBG’s di beberapa poli
pengobatan. Hal ini menimbulkan kesenjangan tarif antara biaya riil dengan tarif
INA-CBG’s yang dapat menyebabkan rumah sakit menanggung resiko finansial
3
Peneliti ingin melakukan studi mengenai selisih biaya antara biaya riil
dengan Tarif INA-CBG’s di rumah sakit Idaman Banjarbaru berdasarkan
permasalahan diatas. RSD Idaman Banjarbaru merupakan rumah sakit tipe C
yang telah menggunakan sistem INA-CBG’s. Studi pendahuluan yang telah
dilakukan dengan observasi catatan rekam medik bagian poli saraf untuk pasien
rawat jalan penyakit parkinson di RSD Idaman Banjarbaru dengan kode G-20
sesuai dengan ketetapan INA-CBG’s diketahui selama periode Januari –
Desember 2018 terdapat sebanyak 454 pasien parkinson rawat jalan yang
sebagian besar pengobatannya ditanggung oleh BPJS, yaitu sebanyak 395 pasien
sedangkan sisanya merupakan pasien umum, jamkesda dan inhealth.
V. TINJAUAN PUSTAKA
5.1 Parkinson
5.1.1 Definisi Parkinson
Parkinson merupakan penyakit yang mengganggu kerja otak karena
penderita kekurangan dopamine, kekurangan dopamine di otak manusia
tidak mudah untuk dikenali (Gunawan et al., 2017). Penyakit parkinson tidak
didiagnosis dengan tes darah melainkan dengan gejala-gejala yang
menyebabkan hilangnya dopamine yang mungkin termasuk gejalanya yaitu
gemetar pada tangan, kekakuan otot, serta kelainan pada gerakan. Selain
gejala motorik, parkinson juga bisa menyebabkan penderitanya mengalami
penurunan fungsi kognitif, seperti demensia, cemas, depresi, perubahan cara
bicara, dan juga insomnia (Muliawan et al., 2018).
5.1.2 Etiologi Parkinson
Penyebab parkinson dapat berupa faktor primer atau Idiopatik yang
penyebabnya belum diketahui secara pasti (Bakrie, 2016). Diduga toksin
yang berasal dari lingkungan dan faktor genetik yang bersifat sporadik
(Sudoyo, 2009). selain itu dapat disebabkan karena faktor sekunder yang
timbul akibat terpajan suatu penyakit atau zat, infeksi dan pasca infeksi otak
(ensefalitis), efek samping dari obat penghambat reseptor dopamin (obat anti-
psikotik), obat yang menurunkan cadangan dopamin dan pasca stroke (Snell,
2007) atau karena faktor keturunan seperti penyakit alzheimer, penyakit
wilson, penyakit huntington dan demensia (Sudoyo, 2009).
6
Gejala motorik lain yang mungkin terjadi pada parkinson antara lain
bradykinesia yaitu hasil akhir dari gangguan integrasi pada impuls optik,
labirin, propioseptif dan impuls sensoris di ganglia basalis. Hal ini
mengakibatkan perubahan aktivitas refleks yang mempengaruhi motoneuron
gamma dan alfa (Sudira, 2015).
(2) Gejala non motorik
Gejala non-motorik yang umum terjadi pada pasien parkinson antara
lain, disfungsi otonom, keringat dan air ludah berlebihan, gangguan sfingter
terutama inkontinensia dan hipotensi ortostatik, kulit berminyak dan infeksi
kulit seborrheic pengeluaran urin yang banyak serta gangguan seksual yang
berubah fungsi, ditandai dengan melemahnya hasrat seksual, perilaku
orgasme (Muliawan, 2018).
Penderita parkinson selain mengalami gejala motorik dan non motorik,
biasanya juga akan mengalami gangguan pada suasana hati (mengalami
depresi), gangguan kognitif (lambat menanggapi rangsangan), gangguan
tidur (insomnia), serta gangguan sensasi (Thabrany et al., 2013).
5.2 Sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia
World Health Organization (WHO) sudah menetapkan bahwa
universal Health Coverage (UHC) adalah isu penting bagi negara maju dan
berkembang sehingga penting agar negara mengembangkan sistem
pembiayaan kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh
rakyat. Menurut Undang-undang No.27 tahun 2014 Ketentuan ini penting
untuk memastikan akses yang adil untuk semua warga negara, untuk tindakan
preventif yang penting dan tepat, promotive, kuratif dan rehabilitative
pelayanan kesehatan dengan biaya yang terjangkau (affordable cost).
Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses
atas sumber daya dibidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga
mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
Undang-Undang No.36 tahun 2009 pasal 20 ayat 1 juga menegaskan bahwa
pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan
8
mengamati data biaya pengobatan pasien parkinson rawat jalan yang sudah ada
dalam kurun waktu 6 bulan (Januari – Juni) tahun 2019, kemudian dilakukan
perbandingan antara biaya riil dengan tarif INA-CBG’s dan menentukan besaran
selisishnya.
6.2 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik, BPJS dan Instalasi Farmasi
di RSD Idaman Banjarbaru. Waktu penelitian dilaksanakan sejak Juni 2019.
6.3 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medik pasien
Parkinson rawat jalan di RSD Idaman Banjarbaru selama 6 bulan (Januari – Juni)
tahun 2019.
6.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
6.4.1 Kriteria Inklusi
a. Data rekam medik pasien parkinson dengan kode ICD10: G-20
yang mendapatkan pengobatan di RSD Idaman Banjarbaru.
b. Data rekam medik, klaim BPJS dan data resep pasien parkinson
yang lengkap meliputi nomor peserta, nomor rekam medis, nomor
Surat Eligibilitas Pasien (SEP), nama pasien, umur, jenis kelamin,
kode CBG’s, tarif CBG’s, biaya riil dan rincian biaya riil.
6.4.2 Kriteria Eksklusi
a. Data rekam medik pasien yang diagnosisnya bukan parkinson
b. Data rekam medik pasien parkinson yang bukan peserta BPJS
6.5 Instrumen
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa tabel pengumpul
data.
6.6 Definisi operasional
Definisi operasional yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Pasien parkinson adalah pasien yang telah didiagnosa oleh dokter
menderita penyakit parkinson dengan kode ICD10 : G-20.
b. INA-CBG’s adalah program Jaminan Kesehatan Nasional yang
12
dengan mengamati resep yang diberikan kepada pasien, data yang disalin
ke lembar pengumpul data berupa nama obat, frekuensi dan bentuk sediaan.
6.9 Analisis Data
6.9.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan dengan memaparkan data profil
pengobatan pasien, total biaya riil dan tarif INA- CBG’s. Selisih biaya riil
dengan tarif INA-CBG’s diperoleh dari total tarif INA- CBG’s dikurangi
dengan biaya riil.
6.9.2 Perbandingan Biaya Riil dengan Tarif INA-CBG’s
Analisis perbandingan dilakukan menggunakan uji One simple t-test dengan
membandingkan variabel biaya riil dengan tarif INA-CBG’s kemudian
dibandingkan antara rata-rata biaya pengobatan pasien parkinson rawat jalan di
rumah sakit dengan tarif INA-CBG’s.
14
Dilakukan pengambilan data dengan cara disalin ke lembar pengumpul data. Data
yang dicatat adalah Nomor peserta, Nomor Rekam Medis, Nomor SEP, nama pasien,
umur, jenis kelamin, kelas perawatan, jenis perawatan, tanggal berobat, kode CBG’s, tarif
CBG’s, Biaya riil dan profil pengobatan.
Analisis data
Bulan
Kegiatan Juni Juli Agustus September
2019 2019 2019 2019
Seminar
✓
Proposal
Pelaksanaan
Penelitian ✓
Pengolahan
✓ ✓
Data
Penyusunan
✓ ✓
Skripsi
Seminar
Hasil ✓
16
Thabrany, H., Ahmad, F.A & Jarir, A.T. 2013. Pedoman Penerapan
Kajian Farmakoekonomi. Kemenkes. Jakarta.
Miller, L.R & Salil, K.D. 2007. Cigarette Smoking And Parkinson’s
Diseas. USA : EXCLI Journal.
Muliawan, E., Seilly, J & Rizal, T. 2018. Diagnosis dan Terapi Deep
Brain Stimulation Pada Penyakit Parkinson. Jurnal Sinaps. (1):1.
Putra, A.M.P., I, D.P.P.S & Fita, R. 2013. Komparasi Biaya Riil dengan
Tarif INA- CBG’s dan Analisis Faktor Yang Mempengaruhi
Analisis Biaya Pada Pasien Thalasemia Rawat Inap Jamkesmas
di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Jurnal Managemen dan
Pelayanan Farmasi. (3):1.
17
Sudoyo, A.W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Interna Publishing,
Jakarta.
Sudira, P.G. 2015. Stroke Lacunar Infract Pada Pasien Parkinson. Skripsi
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
No. No. Peserta No. SEP Nama Pasien No. Rekam Jenis Umur Diagnosa
Medik Kelamin
No. Tanggal Nama Obat Frekuensi Jumlah Harga/item Embalase Tuslah Nama obat Indikasi Frekuensi Jumlah H
Resep Parkinson obat non-parkinson obat
dan bentuk dan bentuk
sediaan sediaan
19
No. Embalase Tuslah Biaya Biaya tindakan Total Kode INA- Tarif INA- Biaya Riil Selisih
Dokter Biaya CBG’s CBG’s