SKRIPSI
Oleh
Sulandari
G41180199
SKRIPSI
HALAMAN JUDUL
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan
(S.Tr.RMIK) di Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan
Jurusan Kesehatan
oleh
Sulandari
G41180199
i
ii
SURAT PERNYATAAN
Sulandari
NIM. G41180199
iii
iv
HALAMAN MOTTO
“Keluarlah dan lakukan yang kamu mau, untuk sekarang lakukanlah saja
semuanya. Sekarang atau tidak sama sekali.”
(StrayKids)
HALAMAN MOTTO
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
vi
Analisis Faktor Penyebab Ketidaksesuaian Kode Diagnosis Penyakit Pasien
Poli Umum pada Rekam Medis dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo,
Ida Nurmawati S.KM., M.Kes (Pembimbing)
Sulandari
Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan
Jurusan Kesehatan
ABSTRAK
Kode diagnosis yang sesuai, tepat, dan akurat akan memberikan efektifitas dalam
pengambilan keputusan dan keakuratan pembuatan laporan data kesakitan.
Berdasarkan hasil observasi di Puskesmas Purwoharjo ditemukan 42 dari 89 kode
diagnosis penyakit pada rekam medis rawat jalan tidak sesuai dengan kode
penyakit pada SIMPUS dan terhitung 30 dari 42 data tersebut berasal dari poli
umum. Tujuan penelitian yaitu menganalisis faktor penyebab ketidaksesuaian
kode diagnosis penyakit pasien poli umum pada rekam medis dengan SIMPUS di
Puskesmas Purwoharjo. Jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif dengan
pengumpulan data melalui obervasi, wawancara mendalam, dokumentasi, USG,
dan brainstorming. Subjek penelitian terdiri dari 2 coder yaitu perawat SIMPUS
dan perekam medis, 1 dokter penanggungjawab UKP, dan Kepala Puskesmas.
Objek penelitian yaitu 96 rekam medis pasien poli umum menggunakan simple
random sampling. Kredibilitas data melalui triangulasi sumber dan teknik. Hasil
yang didapatkan pada saat observasi terhadap 96 rekam medis pasien poli umum
dengan SIMPUS pada bulan Januari-April 2022 ditemukan ketidaksesuaian kode
sebesar 43%. Dari hasil analisis didapatkan bahwa ketidaksesuaian tersebut terjadi
karena coder kurang mengetahui tata cara pengkodingan dengan ICD-10, sikap
coder yang kurang mendukung pelaksanaan koding sesuai standar, prasarana yang
kurang memadai seperti komputer rusak dan tidak ada ICD-10, coder belum
pernah mengikuti pelatihan kodefikasi, belum terdapatnya kejelasan isi SOP, serta
kurangnya motivasi terhadap coder. Saran yang dapat diberikan yaitu diusulkan
untuk coder dapat diikutkan dalam pelatihan kodefikasi, perbaikan serta
pemeliharaan terhadap prasarana kodefikasi, perbaikan isi SOP serta dilakukan
sosialisasi ulang.
vii
Analysis of Factors Causing Incompatibility of Disease Diagnosis Codes for
General Polyclinic Patients in Medical Record with SIMPUS at Purwoharjo
Public Health Center, Ida Nurmawati S.KM., M.Kes. (Commission Guide)
Sulandari
Study Program of Health Information Management
Majoring of Health
ABSTRACT
The appropriate, precise, and accuracy diagnosis codes will provide effectiveness
in decision-making process and accuracy of reporting disease data. Based on
observational data, 42 of 89 disease diagnosis codes in the outpatient medical
record were incompatible or incomplete with the disease code on SIMPUS and 30
of 42 data came from the general polyclinic. The purpose of this study was to
analysis of factors causing incompatibility of disease diagnosis codes for general
polyclinic patients in medical record with SIMPUS at Purwoharjo Public Health
Center. The type of research used was qualitative descriptive with in-depth
interview, observation, documentation, USG, and brainstorming data collection.
The subject of this research was 1 nurse SIMPUS, 1 clerk medical record, 1
doctor UKP and leader of Puskesmas in Purwoharjo. The object of this study was
96 medical records of general polyclinic patient with simple random sampling.
The credibility data using triangulation of sources and techniques. The result
obtained during observation 96 medical record of general polyclinic patient with
SIMPUS on Januari-April 2022 found a incompatibility of disease diagnosis
codes was 43%. From the analysis it was found that the incompatibility occurred
due to staff coding doesn’t know how to codes with ICD-10, the demeanor of the
coders that doesn’t support the implementation of coding according to standards,
inadequate infastructures, staff coding has never attended to coding training, the
contents of the SOP there is no clarity regarding the coding steps and the clarity
of the staff who can code a disease diagnosis, and the lack of motivation, so it
necessary to add recommendation for the staff coding can be attended to coding
training, maintenance of the coding infrastructure, SOP content improvement
then SOP socialization.
viii
RINGKASAN
ix
pengkodingan diagnosis penyakit pasien poli umum dengan penggunaan ICD-10.
Sikap kurang mendukung dari coder karena lebih memilih penggunaan bantuan
buku kumpulan kode diagnosis penyakit dalam mengkode daripada ICD-10.
Prasarana pengkodingan yang ada kurang memadai. Coder belum pernah
mengikuti pelatihan pengkodingan guna menunjang pengetahuan. Kejelasan isi
SOP terkait urutan langkah pengkodingan diagnosis penyakit dalam SIMPUS
maupun rekam medis menggunakan ICD-10 dan wewenang petugas yang dapat
melakukan proses pengkodingan diagnosis penyakit belum ada. Sosialisasi SOP
belum dilaksanakan secara maksimal karena hanya dilakukan pada awal setelah
SOP dibuat. Pemberian reward atau punishment secara individu terhadap proses
pengkodingan oleh coder belum pernah diberikan.
Faktor penyebab ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien poli umum
pada rekam medis dengan SIMPUS tersebut dapat diberikan beberapa saran.
Pihak Puskesmas Purwoharjo dapat mengusulkan pelatihan pengkodingan bagi
coder. Perbaikan terhadap prasarana yang rusak serta pemeliharaan prasarana
pengkodingan oleh Puskesmas Purwoharjo. Perbaikan isi SOP pengkodingan oleh
Puskesmas Purwoharjo untuk dilakukan sosialisasi ulang.
x
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulisan Skripsi yang berjudul “Analisis
Faktor Penyebab Ketidaksesuaian Kode Diagnosis Penyakit Pasien Poli Umum
pada Rekam Medis dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo” dapat
diselesaikan dengan baik.
Skripsi ini adalah laporan hasil penelitian yang dilaksanakan mulai bulan
september bertempat di Puskesmas Purwoharjo, sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Sains Terapan (S.Tr.RMIK) di Program Studi Manajemen Informasi
Kesehatan Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri Jember. Penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya sebagai berikut.
1. Saiful Anwar, S.Tp., MP selaku Direktur Politeknik Negeri Jember.
2. Sustin Farlinda, S.Kom., M.T. selaku Ketua Jurusan Kesehatan Politeknik
Negeri Jember.
3. Atma Deharja, S.KM., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Rekam Medik
Politeknik Negeri Jember.
4. Ida Nurmawati S.KM.,M.Kes., selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan dan motivasi dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Seluruh petugas Puskesmas Purwoharjo sebagai tempat penelitian.
Skripsi ini masih kurang dari kata sempurna, mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna perbaikan di masa mendatang. Semoga tulisan ini dapat
bermanfaat.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN MAHASISWA....................................................... iii
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI........................................................... vi
HALAMAN MOTTO....................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
RINGKASAN ................................................................................................... ix
PRAKATA ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................xvii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................xviii
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 7
1.3 Tujuan....................................................................................................... 8
1.3.1 Tujuan Umum........................................................................................... 8
1.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................... 8
1.4 Manfaat..................................................................................................... 8
1.4.1 Bagi Puskesmas........................................................................................ 8
1.4.2 Bagi Politeknik Negeri Jember................................................................. 9
1.4.3 Bagi Peneliti ............................................................................................ 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 10
2.1 State Of The Art...................................................................................... 10
2.2 Puskesmas................................................................................................. 11
2.2.1 Pengertian Puskesmas .............................................................................. 11
xii
2.2.2 Tugas Puskesmas ..................................................................................... 12
2.2.3 Fungsi Puskesmas .................................................................................... 12
2.2.4 Sumber Daya Manusia Kesehatan Puskesmas ........................................ 14
2.2.5 Pelayanan Puskesmas .............................................................................. 14
2.2.6 Gambaran Umum Puskesmas Purwoharjo .............................................. 15
2.3 Rekam Medis ........................................................................................... 17
2.3.1 Pengertian Rekam Medis ......................................................................... 17
2.3.2 Tujuan Rekam Medis............................................................................... 17
2.3.3 Kegunaan Rekam Medis ........................................................................... 19
2.4 Pengodean (Coding) ................................................................................ 21
2.4.1 Pengertian Pengodean (Coding) ............................................................... 21
2.4.2 Standar Pengodean (Coding) .................................................................... 22
2.4.3 Penggunaan Pengodean (Coding) ............................................................. 22
2.4.4 Tahapan Proses Pengodean (Coding) ....................................................... 23
2.5 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) ......................... 24
2.5.1 Pengertian SIMPUS ................................................................................. 24
2.5.2 Tujuan dan Manfaat SIMPUS ................................................................. 24
2.5.3 Penyelenggaraan SIMPUS ...................................................................... 24
2.6 Perilaku .................................................................................................... 26
2.6.1 Definisi Perilaku ...................................................................................... 26
2.6.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku ......................................... 27
2.7 Faktor Penyebab Ketidaksesuaian Kode Diagnosis Penyakit
Pasien Poli Umum Pada Rekam Medis Dengan SIMPUS................. 28
2.7.1 Pengetahuan ............................................................................................. 28
2.7.2 Sikap ........................................................................................................ 28
2.7.3 Sarana ...................................................................................................... 29
2.7.4 Prasarana ................................................................................................. 29
2.7.5 Pelatihan .................................................................................................. 30
2.7.6 SOP (Standart Operational Procedure).................................................. 30
2.7.7 Motivasi ................................................................................................... 31
2.8 Kerangka Konsep ................................................................................... 32
xiii
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................... 34
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 34
3.2 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 34
3.2.1 Lokasi Penelitian ..................................................................................... 34
3.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................................... 35
3.3 Subjek dan Objek Penelitian ................................................................. 35
3.3.1 Objek Penelitian ...................................................................................... 35
3.3.2 Subjek Penelitian ..................................................................................... 35
3.4 Jenis Data ................................................................................................ 36
3.4.1 Data Primer ............................................................................................. 36
3.4.2 Data Sekunder ......................................................................................... 36
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Istilah ............................................... 36
3.5.1 Variabel Penelitian .................................................................................. 36
3.5.2 Definisi Istilah ......................................................................................... 37
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .......................................... 39
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 39
3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data .................................................................. 42
3.7 Uji Kredibilitas Data .............................................................................. 44
3.8 Analisis Data ........................................................................................... 44
3.9 Tahapan Penelitian ................................................................................. 39
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 49
4.1 Mengidentifikasi Ketidaksesuaian Kode Diagnosis Penyakit
Pasien Poli Umum pada Rekam Medis dengan SIMPUS di
Puskesmas Purwoharjo......................................................................... 49
4.2 Menganalisis faktor Predisposing yang menyebabkan
ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien poli umum pada
rekam medis dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo................ 55
4.2.1 Pengetahuan .............................................................................................. 55
4.2.2 Sikap ......................................................................................................... 59
4.3 Menganalisis faktor Enabling yang menyebabkan ketidaksesuaian
kode diagnosis penyakit pasien poli umum pada rekam medis
xiv
dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo....................................... 61
4.3.1 Sarana ....................................................................................................... 61
4.3.2 Prasarana ................................................................................................... 62
4.3.3 Pelatihan ................................................................................................... 66
4.4 Menganalisis faktor Reinforcing yang menyebabkan
ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien poli umum pada
rekam medis dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo ............... 68
4.4.1 SOP (Standart Operational Procedure) ................................................. 68
4.4.2 Motivasi .................................................................................................. 71
4.5 Menentukan prioritas penyebab masalah ketidaksesuaian kode
diagnosis penyakit pasien poli umum pada rekam medis dengan
SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo dengan metode penilaian
Urgency, Seriousness, and Growth (USG) ........................................... 73
4.6 Merumuskan upaya perbaikan dengan brainstorming terhadap
faktor penyebab ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien
poli umum pada rekam medis dengan SIMPUS di Puskesmas
Purwoharjo ........................................................................................... 77
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 79
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 79
5.2 Saran ........................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 81
LAMPIRAN ..................................................................................................... 90
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
DAFTAR SINGKATAN
xviii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
2
kode diagnosis yang ada dan ditegakkan maka validitas data pada informasi yang
dihasikan juga rendah dan memberikan dampak ketidaktepatan dalam pembuatan
laporan serta pengambilan keputusan baik di puskesmas maupun rumah sakit
(Fatmalla, 2018).
Ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien poli umum pada rekam
medis dengan SIMPUS merupakan sebuah perilaku dari petugas medis ataupun
nonmedis yang tidak sesuai dengan prosedur kerja rekam medis dalam
pengkodean penyakit (Cahyono et al., 2021). Berdasarkan Teori Lawrence Green
dikatakan bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor
predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong (Notoadmodjo, 2014).
Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai “Analisis
Faktor Penyebab Ketidaksesuaian Kode Diagnosis Penyakit Pasien Poli Umum
pada Rekam Medis dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menganalisis faktor penyebab ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit
pasien poli umum pada rekam medis dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan
dalam peningkatan keakuratan pengkodean pada rekam medis, peningkatan
kompetensi pegawai secara khusus bagi petugas kesehatan yang bertugas dalam
melakukan proses pengkodingan diagnosis penyakit, serta menjaga agar rekam
medis tetap lengkap, sesuai, dan akurat dalam pengisiannya sebagai salah satu
upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
10
11
Kepala Puskesmas
2.2 Puskesmas
2.2.1 Pengertian Puskesmas
Puskesmas merupakan sebuah kesatuan organisasi kesehatan yang
fungsional berguna sebagai pusat pengembangan masyarakat, membina peran
serta sarana masyarakat, memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
12
kepada masyarakat sebagai pusat pelayanan pertama dari suatu wilayah dalam
bentuk kegiatan pokok (Dinata, 2018). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 mendefinisikan Pusat Kesehatan
Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif di wilayah kerjanya.
a. Rawat Jalan
Rawat jalan merupakan salah satu unit kerja di puskesmas dalam melayani
pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dengan berobat
jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan atau tanpa menginap, serta termasuk
kedalam seluruh prosedur pelayanan. Rawat jalan adalah pelayanan medis kepada
seorang pasien dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan untuk tujuan pengamatan,
diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa
mengharuskan pasien tersebut di rawat inap (Sudra, 2017).
b. Pelayanan Gawat Darurat
Pelayanan Kegawatdaruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh
pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan
pencegahan kecacatan (Kemenkes RI, 2018). Instalasi kesehatan yang bertugas
dalam penyelenggaraan pelayanan gawat darurat disebut dengan IGD (Instalansi
Gawat Darurat).
c. Pelayanan satu hari (one day care)
Pelayanan Rawat Sehari (one day care) adalah pelayanan pasien untuk
tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan
lainnya dalam jangka waktu pendek yaitu 1 hari atau 24 jam.
d. Perawatan di rumah (home care)
Perawatan di rumah adalah pelayanan kesehatan untuk tujuan observasi,
pengobatan, dan rehabilitasi pasca rawat inap.
e. Rawat Inap
Rawat inap merupakan pelayanan kesehatan perorangan, yang meliputi
observasi, diagnosis, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik, dengan
menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan dimana dengan alasan medik
penderita harus menginap (Anggrianni et al., 2017).
Puskesmas Purwoharjo memiliki luas wilayah 37,23 Km², berada pada titik
koordinat LS :- 8.474921, BT : 114.226463 dan terletah di dataran rendah.
Pembagian wilayah kerja Puskesmas Purwoharjo meliputi 4 desa (Desa Kradenan,
Desa Purwoharjo, Desa Bulurejo, dan Desa Sidorejo).
a. Visi :
“ Terwujudnya masyarakat sehat mandiri di wilayah Puskesmas Purwoharjo ”
b. Misi :
1) Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan
2) Mendorong kemandirian hidup sehat
3) Meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat beserta
lingkungannya
4) Memberikan pelayanan secara prima
5) Meningkatkan mutu, keterjangkauan dan pemerataan pelayanan
kesehatan
6) Meningkatkan kwalitas sumber daya manusia
c. Motto :
“ Kesehatan masyarakat yang utama ”
d. Tata Nilai
“SIP” (Sinergi, Profesional)
e. Struktur Organisasi Puskesmas Purwoharjo
f. Documentation
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi karena isinya
menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai
bahan pertanggungjawaban dan laporan sarana pelayanan kesehatan.
Berdasarkan Permenkes RI (2008) Pasal 13 tertulis bahwa Rekam medis
dapat digunakan sebagai pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pasien; alat
bukti dalam proses penegakan hukum; keperluan penelitian dan pendidikan; dasar
pembayaran biaya pelayanan kesehatan; dan data statistik kesehatan.
sesuai dengan klasifikasi yang ada di dalam ICD-10. Dampak yang terjadi bila
penulisan kode diagnosis tidak tepat antara lain pasien mengorbankan biaya yang
sangat besar, pasien yang seharusnya tidak minum obat antibiotika tetapi harus
diberi antibiotika dan dampak yang lebih fatal berisiko mengancam jiwa pasien
(Hatta, 2014).
pencatatan. Hal tersebut dikarenakan hasil informasi yang diperoleh lebih lengkap
pada bagian pencatatan daripada bagian pelaporan (Syafira, 2020). Beberapa
pencatatan-pencatatan yang dilakukan di Puskesmas antara lain :
1) Kartu Identitas, seperti kartu rawat jalan, kartu ibu dan anak, kartu TB, dll.
2) Register, seperti register kunjungan, register KIA, register Posyandu, dll.
3) Laporan kejadian luar biasa.
4) Rekam kesehatan keluarga (RKK/family folder).
5) Salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit TB Paru.
6) Salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit kusta.
7) Salah satu angota keluarga yang mempunyai resiko tinggi seperti gravida,
bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR), balita kurang nutrisi, dll.
8) Salah satu anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa.
b. Mekanisme
1) Data SP2TP dan data lain yang ada mengikuti arahan pengolahan dan
penggunaan data serta prosedur yang tersedia (seperti program ISPA (Infeksi
Saluran Pernapasan Atas), malaria, imunisasi, kesehatan lingkungan, KIA,
gizi, rencana pelayanan kesehatan, dll).
2) Analisis, pemrosesan, interpretasi dan pengutaraan yang dilakukan oleh
penanggungjawab kegiatan di Puskesmas serta pengelola program dari semua
tingkat administrasi.
3) Informasi yang diperoleh dari pemrosesan dan interpretasi data SP2TP serta
sumber lainnya dapat bersifat kualitatif (seperti meningkat, menurun, atau
tidak berubah) dan bersifat kuantitatif dalam bentuk angka, seperti jumlah,
presentase, dll. Informasi yang dihasilkan dapat berupa laporan.
c. Pemanfaatan
1) Informasi yang diperoleh dari SP2TP dan informasi yang lain dimanfaatkan
untuk menunjang proses manajemen di tingkat puskesmas sebagai bahan
untuk penyusunan rencana tahunan puskesmas, penyusunan rencana kerja
operasional puskesmas, bahan pemantauan evaluasi dan pembinaan.
2) Informasi dari SP2TP dan informasi lain kan membantu Dinas Kesehatan
dalam penyusunan perencanaan tahunan, penilaian kinerja puskesmas,
26
2.6 Perilaku
2.6.1 Definisi Perilaku
Perilaku merupakan bagian dari aktivitas suatu organisme. Perilaku adalah
apa yang dilakukan organisme atau apa yang diamati oleh organisme lain.
Berdasarkan Notoadmodjo (2014) merumuskan bahwa perilaku merupakan proses
terjadinya suatu respon atau reaksi terhadap sebuah stimulus atau rangsang dari
luar. Reaksi yang diberikan setiap orang dapat berbeda tergantung pada karakter
atau pengaruh faktor lain yang berasal dari orang yang bersangkutan. Berdasarkan
Notoadmodjo (2014) bahwa perilaku dibagi menjadi dua yaitu :
a. Covert behavior, merupakan perilaku tertutup yang terjadi jika respon
terhadap stimulus masih belum dapat diamati oleh orang lain secara jelas,
atau masih terselubung.
b. Overt behavior, merupakan perilaku terbuka yang terjadi jika respon terhadap
stimulus sudah dapat diamati oleh orang lain, atau sudah berupa tindakan.
Ketika suatu organisme mempelajari cara baru berperilaku sebagai reaksi
terhadap perubahan yang terjadi di lingkungannya, ini disebut respons. Terdapat 2
jenis respons yaitu :
a) Respondent response, yaitu respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-
rangsangan (stimulus) tertentu. Contoh, makanan yang lezat menimbulkan
keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan
sebagainya.
b) Operant response, yaitu respons yang timbul dan berkembang kemudian
diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut
reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons.
Misalnya, apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan
27
teoritis dan praktikal dari individu (Meilina & Bernator, 2021). Pengetahuan
merupakan fakta kebenaran informasi yang diperoleh melalui pengalaman atau
pembelajaran. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau
segala perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek yang dihadapinya, serta
hasil usaha manusia untuk memahami suatu obyek tertentu (Surajiyo & Sriyono,
2017).
Hasil penelitian oleh Christy & Siagian (2021) yang menyatakan bahwa
pengkodean diagnosis kasus neoplasma yang ada di RSUP H. Adam Malik Medan
terdapat ketidaktepatan sebesar 9% atau sekitar 8 kode diagnosis dari 93 kode
diagnosis yang diteliti. Pengkodingan diagnosis dilakukan oleh coder akan tetapi
masih belum sesuai dengan aturan ICD-10. Keterbatasan pengetahuan coder yang
muncul terhadap terminologi medis, anatomi, fisiologi penyakit, dan morfologi
serta kesulitan membaca tulisan dokter dapat menyebabkan ketidaktepatan kode
yang dihasilkan (Indawati, 2019).
2.7.2 Sikap
Sikap adalah evaluasi atau reaksi perasaan. Pengukuran sikap dapat
dilakuan secara langsung atau tidak langsung, melalui pendapat atau pertanyaan
responden terhadap suatu objek secara tidak langsung dilakukan dengan
pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden (Irwan, 2017).
Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut
(Sukesih et al., 2020).
Hasil penelitian oleh Priyadi & Lestari (2020) yang menyatakan bahwa
keakuratan kode tindakan bedah di Rumah Sakit Sumber Waras didapatkan
jumlah kode tindakan akurat sebanyak 43,6 % rekam medis dan tidak akurat
sebanyak 56,4 %. Pelaksanaan pengkodingan tindakan yang ada di Rumah Sakit
Sumber Waras belum sepenuhnya dilakukan langsung pada saat rekam medis
kembali ke ruang rekam medis. Menurut penelitian Ulya (2021) yang menyatakan
bahwa terdapatnya proses pengodean diagnosis penyakit yang dilakukan oleh
dokter atau perawat di bagian poli umum Puskesmas Tanah Merah ditemukan
29
97,55 % kode tidak sesuai karena sikap petugas lebih memilih menggunakan buku
pintar daripada buku ICD-10 yang jelas sudah terdapat acuan ketentuan-ketentuan
dalam melakukan pengkodean.
2.7.3 Sarana
Sarana prasarana pelayanan kesehatan dapat didefinisikan sebagai proses
kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana kesehatan secara efektif
dan efisien untuk memberikan layanan secara profesional dibidang sarana dan
prasarana dalam proses pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (Ristiani,
2017). Sarana adalah bangunan yang sebagian atau seluruhnya berada di atas
tanah/perairan, ataupun di bawah tanah/perairan dan digunakan untuk
penyelenggaraan atau penunjang pelayanan (Permenkes RI, 2018). Sarana seperti
tidak terdapatnya bangunan serta tata ruang yang tidak teratur juga akan membuat
pegawai atau penghuni kantor lainnya merasa tidak nyaman dalam melakukan
pekerjaan. Ketidaknyamanan tersebut akan berpengaruh juga dalam optimalisasi
kerja dari pegawai sebuah organisasi (Oktavianti, 2018).
2.7.4 Prasarana
Sarana prasarana pelayanan kesehatan dapat didefinisikan sebagai proses
kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana kesehatan secara efektif
dan efisien untuk memberikan layanan secara profesional dibidang sarana dan
prasarana dalam proses pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien (Ristiani,
2017). Prasarana adalah alat, jaringan, dan sistem yang membuat suatu sarana
dapat berfungsi (Permenkes RI, 2018). Berdasarkan penelitian Pertiwi (2019)
menyatakan bahwa prasarana yang mempengaruhi proses pengkodingan diagnosis
penyakit dapat dilihat dari kualitas rekam medis yang disediakan. Prasarana juga
dapat dilihat dari alat bantu penunjang pelaksanaan pengodean antara lain buku
ICD-10 maupun aplikasi ICD-10, komputer yang memadai, printer, internet,
kamus kedokteran dan kamus bahasa inggris yang berguna dalam pengkodean
(Sari & Pela, 2017).
30
2.7.5 Pelatihan
Berdasarkan penelitian Sulaiman & Asanudin (2020), menyatakan bahwa
pelatihan adalah suatu usaha untuk memperbaiki prestasi kerja atau kinerja
pegawai, pada suatu pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawabnya.
Pelatihan merupakan suatu kegiatan dalam organisasi dimana para pimpinannya
mendukung adanya pelatihan karena melalui pelatihan para pegawai akan lebih
menjadi terampil dan meningkatkan produktivitas. Pelatihan juga merupakan
suatu kegiatan yang mengutamakan pengetahuan, keterampilan, dan peningkatan
sikap seseorang dalam melaksanakan tugasnya dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi dengan efektif dan efisien (Sulaiman & Asanudin, 2020).
Berdasarkan hasil penelitian tentang ketidaksesuaian kode diagnosis pada
SIMRS dengan berkas klaim BPJS Klinik Obgyn di RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang diperoleh bahwa dalam pelaksanaan pengkodean masih terdapat ketidak
sesuaian, hal ini salah satunya disebabkan oleh belum pernah adanya pelatihan
khusus bagi petugas rekam medis maupun petugas administrasi (Rahmadhani et
al., 2020). Pelatihan kepada petugas sangat berpengaruh terhadap kinerja petugas
dalam bekerja. Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Rahmadhani et al.
(2020) yang menyatakan bahwa latar belakang petugas koding yang belum pernah
mengikuti pelatihan adalah salah satu penyebab ketidaksesuaian pemberian kode
diagnosis utama.
2.7.7 Motivasi
Menurut Notoadmodjo (2014), motivasi (motivation) dapat diartikan
sebagai dorongan kekuatan dari seseorang dalam membangkitkan semangat serta
ketekunan melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.
Semangat kerja yang timbul akan membuat karyawan semakin meningkatkan
produktiftas kerjanya. Karyawan yang mampu bekerja secara optimal maka tujuan
pekerjaan akan segera terselesaikan (Purba et al., 2020). Sesuatu yang
mempengaruhi motivasi individu antara lain melalui pemberian penghargaan
(reward) dan hukuman (punishment) kepada karyawan (Pradnyani et al., 2020).
Berdasarkan hasil penelitian oleh Hasanah (2018) menyatakan bahwa faktor
motivasi merupakan salah satu penyebab ketidaktepatan kode diagnosis pasien
BPJS Unit Rawat Inap di Rumah Sakit Mitra Medika Bondowoso, dalam hal ini
motivasi yang dimaksud adalah bentuk pemberian apresiasi atau penghargaan
(reward) terhadap kinerja yang dihasilkan. Pemberian reward akan menimbulkan
gairah dan semangat untuk bekerja (Pradnyani et al., 2020). Karyawan sudah
merasakan gairah dan semangat tersebut dari dalam dirinya, otomatis karyawan
akan termotivasi untuk meningkatkan produktivitas dan menunjukkan kinerja
terbaik saat bekerja. Pemberian punishment dalam pengkodingan juga diharapkan
32
a. Predisposing Factor
1) Pengetahuan
2) Sikap Penentuan prioritas faktor
b. Enabling Factor penyebab utama permasalahan
1) Sarana menggunakan Urgency,
2) Prasarana Seriousness, Growth (USG)
3) Pelatihan
c. Reinforcing Factor
1) SOP Upaya Perbaikan Masalah
2) Motivasi menggunakan Brainstorming
n=
n=
n = 96 rekam medis.
Keterangan :
N = Jumlah total rekam medis (populasi)
n = Jumlah sample
e = Toleransi error (1% = 0,1)
Pengumpulan
No Variabel Definisi Istilah
Data
1 Predisposing Factor Sebuah situasi yang dapat
mempermudah terjadinya perilaku pada
diri seorang petugas seperti
pengetahuan serta sikap yang dimiliki
oleh petugas pengkodingan terhadap
pengkodean diagnosis penyakit pasien.
a. Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui dan Wawancara
dipahami oleh petugas pengkodingan mendalam
terkait prosedur pengkodingan
diagnosis penyakit pasien sesuai acuan
pedoman atau peraturan-peraturan yang
berlaku, pentingnya penulisan dan
penginputan diagnosis serta kode
diagnosis dalam rekam medis maupun
SIMPUS, dan dampak yang akan
ditimbulkan terhadap ketidaksesuaian
kode diagnosis penyakit pasien poli
umum pada rekam medis dengan
SIMPUS.
b. Sikap Bentuk respon seseorang yang Wawancara
mendukung atau tidak mendukung mendalam
dalam pelaksanaan tugas seperti
penulisan kode diagnosis dalam rekam
medis, menginputkan diagnosis dan
kode diagnosis ke SIMPUS dalam
proses pengkodingan
2. Enabling Factor Sebuah situasi dalam lingkungan fisik
tentang tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas-fasilitas yang diberikan seperti
sarana dan prasarana kesehatan serta
pelatihan petugas pengkodingan.
38
e. Brainstorming
Brainstorming dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan forum
diskusi antara peneliti dengan informan memakai topik penelitian yang telah
disiapkan sebelumnya. Tujuan paling utama dalam brainstorming ini adalah
mendapatkan solusi upaya perbaikan dari proses diskusi tentang informasi yang
telah didapatkan dengan sebanyak-banyaknya oleh peneliti. Brainstorming akan
dilakukan untuk pengupayaan solusi masalah terkait data yang telah diperoleh
mengenai faktor penyebab ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien poli
umum pada rekam medis dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo yang telah
dilakukan prioritas masalah sebelumnya menggunakan USG. Brainstroming akan
dihadiri oleh peneliti sendiri, 1 orang perawat input SIMPUS, 1 orang petugas
rekam medis, 1 orang dokter penganggungjawab UKP (Rawat Jalan) serta kepala
puskesmas. Berdasarkan langkah sebelumnya, telah dilakukan prioritas masalah
menggunakan metode USG dengan contoh urutan prioritas adalah B,C, dan A.
Prioritas masalah tersebut selanjutnya dirumuskan upaya perbaikan berdasarkan
urutan prioritas yang telah ada.
42
kriteria maka dapat dicantumkan pada lembar observasi. Lembar observasi dibuat
dalam bentuk cheklist ya/ada dan tidak kemudian disertai dengan keterangan yang
digunakan untuk mencari data terkait tersedianya sarana dan prasarana yang
memadai guna membantu proses pengkodingan diagnosis penyakit pasien poli
umum pada rekam medis maupun SIMPUS, ketersediaan SOP serta adanya SOP
pengkodingan diagnosis penyakit yang memuat tata cara pengkodingan baik dari
segi proses maupun penggunaan ICD dan tertulisnya dengan jelas siapa saja yang
dapat melakukan pengkodingan diagnosis penyakit pada rekam medis maupun
SIMPUS yang ada di SOP serta lembar observasi untuk data ketidaksesuaian kode
diagnosis penyakit pasien poli umum pada rekam medis dengan SIMPUS yang
dibuat dalam bentuk tabel sesuai dan tidak sesuai yang disertai dengan
keterangan.
c. Lembar Dokumentasi
Dokumentasi pada penelitian ini, peneliti gunakan untuk mempelajari dan
memahami kejadian dimasa lalu. Dokumentasi ini digunakan sebagai alat bantu
untuk pengumpulan data seperti gambar, dokumen, foto kegiatan penelitian, serta
kumpulan hasil dari adanya wawancara yang dilakukan. Peneliti menggunakan
lembar dokumentasi untuk menggali informasi terkait data variabel enabling
factor yang meliputi tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dalam
proses pengkodingan penyakit dan variabel reinforcing factor yaitu SOP serta
variabel ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien poli umum pada rekam
medis dengan SIMPUS.
d. Pedoman USG
Pedoman USG (Urgency, Seriousness and Growth) berguna untuk
memprioritaskan masalah yang berhubungan dengan permasalahan dalam
penelitian, sehingga akan menghasilkan prioritas masalah yang telah disepakati
oleh informan. Lembar pedoman Urgency, Seriousness and Growth (USG) dalam
hal ini berisi daftar masalah serta hasil perbandingan masalah-masalah yang sudah
dirangking.
e. Pedoman Brainstorming
44
Studi Studi
Identifikasi Masalah
Pendahuluan Pustaka
Rumusan Masalah
Penentuan Variabel
Pengumpulan Data
ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien poli umum pada rekam medis
dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo.
10. Pengolahan Data
Peneliti akan melakukan pengolahan data yang telah diperoleh dari proses
pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi, serta dokumentasi.
Setelah pengolahan data selesai akan dihasilkan data-data yang sistematis
mengenai faktor penyebab ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien poli
umum pada rekam medis dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo.
11. Penentuan Prioritas Masalah
Data yang telah didapatkan diolah oleh peneliti selanjutnya maka akan
dilakukan penentuan prioritas masalah yang menyebabkan ketidaksesuaian kode
diagnosis penyakit pasien poli umum pada rekam medis dengan SIMPUS di
Puskesmas Purwoharjo dengan menggunakan USG (Urgency, Seriousness and
Growth).
12. Brainstorming
Brainstorming yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kegiatan diskusi
dengan anggota/responden untuk merumuskan upaya perbaikan terhadap faktor
penyebab ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien poli umum pada rekam
medis dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo.
13. Hasil Dan Pembahasan
Peneliti akan memberikan gambaran dengan pendeskripsian hasil penelitian
yang telah diperoleh melalui tahap pengumpulan data dan tahap perumusan upaya
perbaikan tentang faktor penyebab ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit
pasien poli umum pada rekam medis dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo.
14. Kesimpulan Dan Saran
Peneliti akan menarik kesimpulan atas pendeskripsian hasil dan pembahasan
penelitian, kemudian memberikan saran kepada pihak Puskesmas Purwoharjo
mengenai permasalahan yang diteliti.
49
Kode Rekam
No Diagnosis Penyakit Kode SIMPUS Keterangan
Medis
Tidak sesuai (Kode
HT + DM2 tanpa
1 E11.9 & I10 E11 & I10 yang benar adalah
komplikasi
E11.9 & I10)
2 Epilepsi G40.9 G40.9 Sesuai
Congenital malformation
3 Q24.9 Q24.9 Sesuai
of heart, unspecified
Glomerular disorders in
systemic connective tissue
N05.8 &
4 disorders, Hydronephrosis N05.8 & N13.2 Sesuai
N13.2
with renal and ureteral
calculous obstruction
Tidak sesuai (Kode
5 Control HT I15.9 I15 yang benar adalah
I15.9)
Hypertensive heart
6 disease without I11.9 I11.9 Sesuai
(congestive) heart failure
7 Gonarthrosis M17.9 M17.9 Sesuai
8 DM2 E11.9 E11.9 Sesuai
9 Struk I64 I64 Sesuai
10 ISPA J06.9 J06.9 Sesuai
HIV (riwayat tb) ,
Psychological and
Tidak sesuai (Kode
behavioural factors
11 B20.0 & F54 B20 & F54 yang benar adalah
associated with disorders
B20.0 & F54)
or diseases classified
elsewhere
12 Mialgia R53 R53 Sesuai
50
Kode Rekam
No Diagnosis Penyakit Kode SIMPUS Keterangan
Medis
Tidak sesuai (Kode
13 DM2 + Mialgia E11.9 & R53 E11 & R53 yang benar E11.9 &
R53)
14 ISPA J06.9 J06.9 Sesuai
Tidak sesuai (Kode
15 DM2 + Mialgia E11.9 & R53 E11 & R53 yang benar E11.9 &
R53)
16 DM2 + Mialgia E11.9 & R53 E11.9 & R53 Sesuai
Tidak sesuai (Kode
17 Demam R50.9 R50 yang benar adalah
R50.9)
Tidak sesuai (Kode
18 DM2 E11.9 E11.0 yang benar adalah
E11.9)
Tidak sesuai (Kode
19 Low Vision sedang H54.2 H50 yang benar adalah
H54.2)
Tidak sesuai (Kode
20 Lemak Hati K76.0 K76 yang benar adalah
K76.0)
Tidak sesuai (Kode
21 ISPA J06.9 J03 yang benar adalah
J06.9)
22 Luka robek S90.9 S90.9 Sesuai
Tidak sesuai (Kode
23 ISPA J06.9 J06 yang benar adalah
J06.9)
Tidak sesuai (Kode
24 Katarak H26.9 H26 yang benar adalah
H26.9)
Pemeriksaan lanjutan
25 E04.9 Z09.0 E04.9 Z09.0 Sesuai
karena sakit gondok
26 Asma J45.9 J45.9 Sesuai
27 Epilepsi G40.9 G40.9 Sesuai
28 ISPA J06.9 J06.9 Sesuai
Tidak sesuai (Kode
29 Demam Thypoid A01.0 A01 yang benar adalah
A01.0)
30 ISPA J06.9 J06.9 Sesuai
31 Ca. Mamae C50.9 C50.9 Sesuai
32 DM2 E11.9 E11.9 Sesuai
DM2 tanpa keterangan
33 E11.8 E11.8 Sesuai
komplikasi
34 ISPA J06.9 J06.9 Sesuai
35 Paranoid schizophrenia F20.0 F20.0 Sesuai
36 DM2 + Mialgia E11.9 & R53 E11.9 & R53 Sesuai
37 DM2 E11.9 E11.9 Sesuai
38 ISPA J06.9 J06.9 Sesuai
39 Defek septum ventrikel Q21.0 Q21.0 Sesuai
40 DM2 + Mialgia E11.9 & R53 E11.9 & R53 Sesuai
Katarak ( anamnese : usia Tidak sesuai (Kode
41 H25.9 H26
tua) yang benar adalah
51
Kode Rekam
No Diagnosis Penyakit Kode SIMPUS Keterangan
Medis
H25.9)
42 Idiopathic gout M10.0 M10.0 Sesuai
43 Mialgia R53 R53 Sesuai
Tidak sesuai (Kode
44 Demam Thypoid A01.0 A01 yang benar adalah
A01.0)
Tidak sesuai (Kode
45 Radang lambung + asma J45.9 & K29.7 K29.7& J45 yang benar adalah
J45.9 & K29.7)
Tidak sesuai (Kode
46 HT + Mialgia I10 & R53 I10.9 & R53 yang benar adalah
I10.9 & R53)
Gangguan tidur karena F41.9 &
47 F41.9 & G47.9 Sesuai
cemas G47.9
Pneumonia due to other Tidak sesuai (Kode
48 specified infectious J16.8 J16 yang benar adalah
organisms J16.8)
Tidak sesuai (Kode
49 HT + DM2 E11.9 & I10 E11 & I10 yang benar adalah
E11.9 & I10)
Tidak sesuai (Kode
Katarak ( anamnese : usia
50 H25.9 H26 yang benar adalah
tua)
H25.9)
Tidak sesuai (Kode
51 Cholecystitis K81.9 K81 yang benar adalah
K81.9)
Tidak sesuai (Kode
52 Luka robek S90.9 S81.8 yang benar adalah
S90.9)
Tidak sesuai (Kode
DM 2 (Riwayat
53 E11.0 E11.9 yang benar adalah
komplikasi ginjal)
E11.0)
54 LBP M54.5 M54.5 Sesuai
55 Pneumonia + PPOK J18.9 & J44.9 J44.9 & J18.9 Sesuai
Tidak sesuai (Kode
56 Schizophrenia F20.9 F20 yang benar adalah
F20.9)
57 Sindrom nephrotic N04.9 N04.9 Sesuai
Tidak sesuai (Kode
Penyakit diskus
58 M51.9 M50 yang benar adalah
degeneratif
M51.9)
Tidak sesuai (Kode
59 Schizophrenia F20.9 F20 yang benar adalah
F20.9)
Tidak sesuai (Kode
60 HIV (riwayat TB) B20.0 B20 yang benar adalah
B20.0)
Pneumonia due to other Tidak sesuai (Kode
61 specified infectious J16.8 J16 yang benar adalah
organisms J16.8)
62 HIV (riwayat TB) B20.0 B20.0 Sesuai
63 HIV akibat infeksi B20.9 B20 & F54 Tidak sesuai (Kode
52
Kode Rekam
No Diagnosis Penyakit Kode SIMPUS Keterangan
Medis
yang benar adalah
B20.9)
Tidak sesuai (Kode
64 Low Vision sedang H54.2 H50 yang benar adalah
H54.2)
65 DM2 + Mialgia E11.9 & R53 E11.9 & R53 Sesuai
Tidak sesuai (Kode
66 Miastenia gravis G70.0 G70 yang benar adalah
G70.0)
67 CKD N18.9 N18.9 Sesuai
68 Nyeri Dada R07.4 R07.4 Sesuai
Tidak sesuai (Kode
Iritasi karena tersentuh
69 L24.4 L24.0 yang benar adalah
obat tertentu
L24.4)
Tidak sesuai (Kode
70 Peradangan Konjungtiva H10.9 H10 yang benar adalah
H10.9)
Tidak sesuai (Kode
71 HIV (riwayat TB) B20.0 B20 yang benar adalah
B20.0)
Tidak sesuai (Kode
DM 2 tanpa komplikasi
72 E11.8 & I10 E11.9 & I10.9 yang benar
dengan hipertensi
adalahE11.8 & I10)
73 Katarak senile insipiens H25.0 H25.0 Sesuai
Tidak sesuai (Kode
74 Peradangan konjungtiva H10.9 H00 yang benar adalah
H10.9)
Tidak sesuai (Kode
Radang lambung disertai
75 K29.9 & R50.9 K29.7 & R50 yang benar adalah
panas
K29.7 & R50.9)
DM2 dengan komplikasi
76 E11.8 E11.8 Sesuai
tidak diketahui
77 DM2 + Mialgia E11.9 & R53 E11.9 & R53 Sesuai
78 Mialgia R53 R53 Sesuai
79 CVA I69.8 I69.8 Sesuai
DM2 tanpa keterangan
80 E11.8 E11.8 Sesuai
komplikasi
Tidak sesuai (Kode
Peradangan tonsil
81 J35.0 J35.9 yang benar adalah
(anamnese : ± 1 tahun)
J35.0)
82 DM2 + Mialgia E11.9 & R53 E11.9 & R53 Sesuai
83 DM2 + Mialgia E11.9 & R53 E11.9 & R53 Sesuai
84 Pembesaran Jantung I57.1 I57.1 Sesuai
Tidak sesuai (Kode
85 Luka robek S90.9 S90 yang benar adalah
S90.9)
86 Other hipertensi I15.8 I15.8 Sesuai
DM + Sakit kepala E10.8 &
87 E10.8 & G44.0 Sesuai
berpola G44.0
88 DM2 + Mialgia E11.9 & R53 E11.9 & R53 Sesuai
89 Pembesaran Jantung I57.1 I57.1 Sesuai
90 LBP M54.5 M54.5 Sesuai
53
Kode Rekam
No Diagnosis Penyakit Kode SIMPUS Keterangan
Medis
Tidak sesuai (Kode
91 HIV (riwayat TB) B20.0 B20 yang benar adalah
B20.0)
HIV (riwayat tb) ,
Psychological and
Tidak sesuai (Kode
behavioural factors
92 B20.0 & F54 B20 yang benar adalah
associated with disorders
B20.0 & F54)
or diseases classified
elsewhere
Control akibat pendarahan
93 I61.9 & Z09.0 I61.9 & Z09.0 Sesuai
otak
94 Telinga tersumbat H61.2 H61.2 Sesuai
95 DM2 + Mialgia E11.9 & R53 E11.9 & R53 Sesuai
Pendarahan Ulkus
96 K27.4 K27.4 Sesuai
Peptikum
Presentase Ketidaksesuaian
43%
57% Sesuai
Tidak Sesuai
Gambar 4.1 Presentase Ketidaksesuaian Kode Diagnosis Penyakit Pasien Poli Umum pada Rekam
Medis dengan SIMPUS
& Ali, 2019). Ketidaksesuaian pengodean diagnosis penyakit pasien poli umum
pada rekam medis dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo belum sesuai
standar profesi perekam medis dan informasi kesehatan dalam penetapan kode
diagnosis penyakit dengan tepat sesuai klasifikasi yang ada di Indonesia (ICD-10)
(Kemenkes RI, 2020). Kode diagnosis penyakit pasien yang tidak terkode secara
sesuai dan akurat dapat menyebabkan adanya validasi data rendah yang berakibat
pada pembuatan laporan seperti laporan morbiditas rawat jalan dan 10 besar
penyakit (Isnaini, 2019).
“Pernah dijumpai kendala terkait laporan penyakit di Puskesmas Purwoharjo yang
disebabkan oleh adanya SIMPUS yang belum kesinambungan dengan P-care. Namun kendala
tersebut tersebut sudah dapat teratasi sehingga laporan penyakit dapat diambil langsung dari
SIMPUS”
Informan 1-4
pengkodingan yang baik dan benar. Pengetahuan coder akan pentingnya proses
pengkodingan yang baik dan benar bisa berdampak terhadap hasil kerja guna
meminimalisir adanya ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien poli umum
dengan SIMPUS.
4.2.2 Sikap
Sikap merupakan sebuah perasaan mendukung atau tidak mendukung,
setuju atau tidak setuju dengan ketentuan dan anjuran-anjuran terkait sebuah
pengaturan tertentu (Mujani & Irvani, 2020). Berdasarkan hasil penelitian kepada
coder mengenai sikap coder terhadap proses pengkodingan diagnosis penyakit
pasien poli umum melalui wawancara didapatkan hasil sebagai berikut :
“Pengkodingan diagnosis penyakit lebih mudah menggunakan buku kumpulan kode diagnosis
dibanding dengan penggunaan ICD-10 karena selain dari segi mudah, penggunaan buku
kumpulan kode tersebut lebih efisien waktu dalam membantu pengkodingan”
Informan 1,2
“Penggunaan buku kumpulan kode diagnosis penyakit dibanding dengan ICD-10 dinilai
lebih memudahkan pekerjaan coder dalam proses pengkodingan diagnosis dimana terdapat
harapan buku kumpulan kode diagnosis yang ada dapat diperbaiki dan disesuaikan dengan
kode ICD yang sekarang karena masih terdapat beberapa kode yang berbeda dengan
SIMPUS”
Informan 1,2
4.3.2 Prasarana
Prasarana pengkodingan adalah segala sesuatu baik bahan, alat, benda,
apapun yang menunjang atau digunakan dalam proses pengkodingan diagnosis
63
Berdasarkan hasil observasi pada gambar 4.3, diketahui bahwa coder dalam
melaksanakan pengodean diagnosis penyakit menggunakan bantuan buku
kumpulan kode diagnosis penyakit pasien milik coder karena belum terdapat
aplikasi/buku ICD-10 di Puskesmas Purwoharjo. Buku kumpulan kode diagnosis
penyakit yang ada di Puskesmas Purwoharjo dibuat oleh coder pada awal mula
terealisasinya kesinambungan antara P-care dengan SIMPUS. Penggunaan buku
kumpulan kode diagnosis penyakit pasien poli umum di Puskesmas Purwoharjo
masih ditemui kendala karena terdapatnya beberapa kode yang berbeda antara
buku kumpulan kode diagnosis penyakit yang dipakai oleh coder dengan kode
diagnosis yang ada pada SIMPUS sekarang. Walaupun coder sudah mengetahui
terdapat perbedaan kode antara buku kumpulan kode diagnosis dengan kode
SIMPUS, coder tetap lebih memilih menggunakan buku kumpulan kode diagnosis
dibanding dengan ICD-10.
Hal tersebut didukung oleh penelitian Yani & Nur (2019) yang menyatakan
bahwa penegakan kode diagnosis di Rumah Sakit Condong Catur yang
menggunakan buku daftar kode diagnosis penyakit tanpa adanya cross-cek dengan
ICD-10 menjadikan kode yang dihasilkan rentan terhadap adanya ketidaktepatan
kode diagnosis. Penegakan kode diagnosis penyakit sesuai acuan standar dalam
mengkode harus dilakukan cross-chek dengan ICD-10 baik dari volume III
65
ataupun volume I (Ferdianto & Lutfiati, 2021). Penggunaan buku kumpulan kode
diagnosis penyakit yang ada di Puskesmas Purwoharjo dinilai lebih mempercepat
proses pengkodingan diagnosis penyakit pasien poli umum namun pada
kenyataannya, penggunaan buku kumpulan diagnosis penyakit tersebut belum
sesuai dengan standar pengodean yang ada di Indonesia dimana hal tersebut
rentan menjadi salah satu penyebab dalam terjadinya kesalahan penegakan kode
yang memicu timbulnya ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien poli
umum pada rekam medis dengan SIMPUS.
“ Belum terdapatnya komputer pada ruang rekam medis yang digunakan untuk melihat data
yang kurang jelas pada SIMPUS guna membantu proses pengkodingan menjadi salah satu
kendala dalam proses pengkodingan”
Informan 2
4.3.3 Pelatihan
Pelatihan adalah keseluruhan kegiatan dalam memberi maupun memperoleh
pengembangan atau peningkatan kompetensi kerja serta produktivitas pada tingkat
keterampilan dan keahlian tertentu dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau
pekerjaan (Permenaker, 2022). Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa
coder belum pernah mengikuti pelatihan (training) pengkodingan diagnosis
penyakit dan hanya sekedar sharing dengan sesama coder yang lain. Berikut
merupakan kutipan hasil wawancara kepada coder.
“Sharing permasalahan pengkodingan pernah dilakukan dengan sesama coder di Puskesmas
Purwoharjo. Sharing yang selama ini dilakukan sebatas bertanya terkait kode yang dapat
djiadikan kode rujukan untuk pasien poli umum ”
Informan 1,2
ditegakkan karena kualifikasi coder yang tidak sesuai standar peraturan yang
berlaku.
Menurut hasil penelitian Rahmadhani et al. (2020) yang menyatakan bahwa
SOP yang ada di Klinik Obgyin hanya menjelaskan tata cara pengodean secara
umum, belum terdapatnya job description pada setiap coder seperti khusus
perekam medis atau perawat serta standar pelaksanan entry data kode diagnosis
secara khusus baik pada SIMRS maupun rekam medis yang mengakibatkan
adanya perbedaan kode yang diinput pada SIMRS dengan rekam medis. Adanya
ketidakjelasan isi SOP terkait langkah-langkah pengkodingan baik untuk SIMPUS
ataupun rekam medis serta kejelasan petugas siapa saja yang melakukan
pengkodingan diagnosis penyakit di Puskesmas Purwoharjo tersebut dapat
mempengaruhi proses pengkodingan yang mengakibatkan adanya ketidaksesuaian
kode diagnosis penyakit pasien poli umum pada rekam medis dengan SIMPUS.
“Sosialisasi SOP yang ada di Puskesmas Purwoharjo dilakukan awal setelah SOP itu selesai
dibuat”
Informan 2,4
hal tersebut dapat menunjang kinerja coder dalam penegakan kode diagnosis agar
sesuai standar yang berlaku dan diharapkan dapat meminimalisir terjadinya
ketidaksesuaian kode diganosis penyakit. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya
Puskesmas Purwoharjo dapat melakukan perbaikan isi SOP pengkodingan terkait
alur pengkodingan dengan penggunaan ICD-10 dan terdapatnya kejelasan petugas
siapa saja yang dapat melakukan pengkodingan diagnosis penyakit serta
setelahnya dapat dilakukan sosialisasi ulang terkait isi perbaikan SOP tersebut.
4.4.2 Motivasi
Motivasi (motivation) dapat diartikan sebagai dorongan kekuatan dari
seseorang dalam membangkitkan semangat serta ketekunan melakukan kegiatan
tertentu untuk mencapai sesuatu yang diinginkan (Notoadmodjo, 2014). Sesuatu
yang mempengaruhi motivasi individu antara lain melalui pemberian penghargaan
(reward) dan hukuman (punishment) kepada karyawan (Pradnyani et al., 2020).
Motivasi pada penelitian ini membahas motivasi dalam pelaksanaan
pengkodingan diagnosis penyakit pasien poli umum dengan SIMPUS seperti
pemberian apresiasi reward dan punishment terkait pengkodingan diagnosis
penyakit yang telah dilakukan.
“ Reward yang pernah diberikan kepada petugas puskesmas berupa adanya pujian tetapi
dianggap kurang memotivasi serta terdapatnya pemberian kain batik namun untuk reward
kepada coder sendiri secara individu untuk pekerjaan pengkodingan secara tepat belum
pernah diberikan “
Informan 1-4
berkala secara subjektif. Dampak dari pemberian reward itu sendiri dapat
meningkatkan motivasi kerja bagi petugas yang bersangkutan (Wijayanti &
Nuraini, 2018). Belum pernah adanya reward kepada coder secara individu yang
telah melakukan pekerjaannya dengan baik dan benar di Puskesmas Purwoharjo
dapat memicu kurangnya motivasi dalam bekerja. Kurangnya motivasi petugas
karena tidak adanya penghargaan yang diberikan berakibat pada menurunnya
kinerja petugas dalam melakukan pekerjaannya. Adanya kinerja coder yang
menurun dapat memicu timbulnya ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien
poli umum pada rekam medis dengan SIMPUS.
“ Punishment yang ada di Puskesmas Purwoharjo dalam bentuk seperti teguran. “
Informan 1-4
Motivasi yang diperoleh selain dari reward, juga dapat didorong oleh
adanya punishment. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa punishment
yang ada di Puskesmas Purwoharjo berbentuk teguran namun tidak semata-mata
diberikan secara langsung kepada petugas yang bermasalah. Punishment berupa
teguran dapat diberikan setelah dilakukan penelusuran terhadap penyebab
masalah. Teguran dapat diberikan jika setelah penggalian masalah ditemukan
memang karena adanya kinerja yang buruk dari diri petugas itu sendiri.
“ Teguran yang diberikan kepada petugas tidak secara langsung diberikan namun dapat
dicari terlebih dahulu akar penyebab dari masalah tersebut. Jika penyebab masalahnya
berasal dari diri petugas itu sendiri maka hal tersebut dapat diberikan teguran hingga sanksi
seperti permasalahan laporan data penyakit yang dicari dulu akar penyebab masalah tidak
langsung kesalahan dilimpahkan kepada petugas dimana akhirnya diketahui bahwa masalah
tersebut terjadi karena dari segi SIMPUS yang belum berkesinambungan sendiri dan bukan
dari coder, untuk itu teguran tidak dapat diberikan langsung kepada coder“
Informan 3,4
“...Pengkodingan diagnosis penyakit pasien poli umum belum pernah mendapat teguran dan
hanya sekedar wejangan untuk segera menyelesaikan pekerjaan masing-masing “
Informan 1,2
memberikan efek takut pada para karyawan akan pemberhentian kerja atau
penurunan pangkat, dan sebagainya (Munawaroh, 2019). Penelitian Nurjannah
(2020) menyatakan bahwa adanya pemberian reward ataupun punishment kepada
coder dapat memotivasi dalam menjalankan pekerjaannya agar dapat
meningkatkan ketepatan kode dengan hasil yang optimal. Adanya motivasi yang
diberikan dapat menambah rasa semangat dari petugas itu sendiri untuk
melakukan pekerjaannya (Rachmawati et al., 2020). Berdasarkan hal tersebut,
pemberlakuan pemberian punishment terhadap coder yang tidak melaksanakan
kerjanya sesuai standar yang berlaku dapat lebih memotivasi petugas dalam
bekerja agar selalu mengikuti acuan standar yang ada serta terdapatnya pemberian
reward kepada coder sendiri lebih memotivasi coder dalam bekerja. Motivasi
sangat penting untuk diberikan kepada coder melalui baik reward maupun
punishment sebagai bentuk dorongan agar coder dapat bekerja lebih giat untuk
menghasilkan penegakan kode yang lebih baik dan memungkinkan dapat
mengurangi adanya ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pada rekam medis
dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo.
Tabel 4.2 Identifikasi Penyebab Ketidaksesuaian Kode Diagnosis Penyakit Pasien Poli Umum
pada Rekam Medis dengan SIMPUS di Puskesmas Purwoharjo
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
a. Angka ketidaksesuaian kode diagnosis penyakit pasien poli umum pada
rekam medis dengan SIMPUS sebesar 43% dan 57 % data sudah sesuai.
b. Pengetahuan coder terkait tata cara pengkodingan diagnosis penyakit
dengan ICD-10 masih kurang sebab belum tercantum dalam SOP serta
sikap petugas pengkodingan yang kurang mendukung dalam penegakan
diagnosis penyakit sesuai standar yang berlaku.
c. Prasarana komputer yang rusak, printer tidak dapat dipakai, jaringan
internet bermasalah, tidak ada buku/Aplikasi ICD yang membantu proses
pengkodingan sesuai standar serta belum pernah ada pelatihan
pengkodingan bagi coder.
d. Tidak ada kejelasan isi SOP terkait alur pengkodingan ICD-10 serta
kejelasan petugas siapa saja yang melakukan pengkodingan diagnosis
penyakit serta belum adanya pemberian reward secara individu atau
punishment kepada coder dalam bekerja.
e. Prioritas masalah dari hasil USG meliputi coder belum pernah mengikuti
pelatihan koding, prasarana pengkodingan kurang memadai seperti
komputer, printer, jaringan internet masih bermasalah serta pengetahuan
coder yang masih kurang terkait tata cara pengkodingan dengan ICD-10.
f. Upaya perbaikan masalah yang dapat diusulkan meliputi diikutkannya
coder dalam pelatihan koding, diadakan perbaikan terhadap prasarana
yang rusak kemudian dilakukan pengecekan berkala atau maintenance
terhadap prasarana yang ada sebanyak 2 atau 3x dalam setahun,
diberikannya buku/Aplikasi ICD-10 dalam proses pengkodingan diagnosis
penyakit pasien poli umum, adanya perbaikan isi SOP serta sosialisasi
kembali (ulang) isi SOP.
80
5.2 Saran
a. Pihak Puskesmas Purwoharjo dapat mengusulkan coder untuk dapat
diikutkan dalam pelatihan pengkodingan diagnosis penyakit.
b. Pihak Puskesmas Purwoharjo perlu mengadakan perbaikan terhadap
prasarana yang rusak serta dapat dilakukan pengecekan berkala atau
maintenance terhadap prasarana pengkodingan yang ada sebanyak 2 atau
3x dalam setahun.
c. Pihak Puskesmas Purwoharjo diharapkan dapat menyediakan
buku/aplikasi ICD-10 guna membantu coder melakukan proses
pengkodingan diagnosis penyakit sesuai standar yang berlaku di
Indonesia.
d. Pihak Puskesmas Purwoharjo diharapkan dapat melakukan perbaikan isi
SOP terkait langkah-langkah pengkodingan diagnosis penyakit dengan
ICD serta petugas siapa saja yang dapat melakukan pengkodingan
diagnosis penyakit.
e. Pihak Puskesmas Purwoharjo perlu melakukan sosialisasi ulang perbaikan
isi SOP terkait langkah-langkah pengkodingan diagnosis penyakit dengan
ICD serta petugas siapa saja yang dapat melakukan pengkodingan
diagnosis penyakit.
f. Pihak Puskesmas dapat menempelkan SOP pengkodingan di ruang
pengkodingan diagnosis penyakit.yang telah dilakukan perbaikan terkait
isi SOP tersebut.
81
DAFTAR PUSTAKA
Anggrianni, S., Adji, I. S., Mustofa, A., & Wajdi, M. F. (2017). Kepuasan Pasien
Rawat Inap dan Rawat JalanTerhadap Pelayanan Gizi Pasien Diet Diabetes
Melitus. Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, 19(1), 74–83.
Dewi, I. I., Rachmawati, E., & Pandeangan, J. (2021). Analisis Faktor Kinerja
Penyediaan Berkas Rekam Medis Rawat Jalan Non Perjanjian di RSUPN
Dr. Cipto Mangunkusumo. Politeknik Negeri Jember.
https://sipora.polije.ac.id/5244/
Ferdianto, A., & Lutfiati. (2021). Analisis Keakuratan Kodefikasi Rekam Medis
Pasien Rawat Inap Bedah Orthopedi Berdasarkan ICD-10 di RSUD
dr.Mohammad Zyn Kabupaten Sampang. Jurnal Manajemen Informasi
Kesehatan Indonesia, 9(2), 175–179.
Hidayat, R., & Hayati, H. (2019). Pengaruh Pelaksanaan SOP Perawat Pelaksana
Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien di Rawat Inap RSUD Bangkinang.
Jurnal Ners, 3(2), 84–96.
Irmawati, S., Sultan, H., & Nurhannis. (2017). Kualitas Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Sangurara Kecamatan Tatanga Kota Palu. Katalogis, 5(1), 188–
197. https://media.neliti.com/media/publications/157122-ID-kualitas-
pelayanan-kesehatan-di-puskesma.pdf
Irwan. (2017). Etika dan Perilaku Kesehatan (Cetakan I). CV. Absolute Media.
Kemenkes RI. (2020). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 312 Tahun 2020
Tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
Maimun, N., Natassa, J., Trisna, W. V., & Supriatin, Y. (2018). Pengaruh
Kompetensi Coder Terhadap Keakuratan dan Ketepatan Pengkodean
Menggunakan ICD 10 di Rumah Sakit X Pekanbaru Tahun 2016.
KESMARS: Jurnal Kesehatan Masyarakat, Manajemen Dan Administrasi
Rumah Sakit, 1(1), 31–43. https://doi.org/10.31539/kesmars.v1i1.158
Maryati, W., Rahayuningrum, I. O., & Sari, N. P. (2020). Dampak Beban Kerja
Coder yang Tinggi Terhadap Ketidakakuratan Kode Diagnosis. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, 8(1), 49.
https://doi.org/10.33560/jmiki.v8i1.252
Mujani, S., & Irvani, D. (2020). Sikap dan Perilaku Warga Terhadap Kebijakan
Penanganan Wabah Covid-19. Politika: Jurnal Ilmu Politik, 11(2), 219–238.
https://doi.org/10.14710/politika.11.2.2020.219-238
Nabila, S. F., Santi, M. W., & Deharja, A. (2020). Analisis Faktor Penyebab
Pending Klaim Akibat Koding Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap.
Jurnal Rekam Medik Dan Informasi Kesehatan, 1(4), 519–528.
Koder Dalam Proses Coding Ina-Cbg’s Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Haji Surabaya [Universitas Airlangga]. https://repository.unair.ac.id/102682/
Oktavia, N., & Azmi, I. N. (2019). Gambaran Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Ketepatan Kode Diagnosa Dokumen Rekam Medik Pasien Skizofrenia di
RSKJ Soeprapto Bengkulu. Jurnal Ilmiah Farmacy, 6(1), 1–11.
http://jurnal.stikesalfatah.ac.id/index.php/jiphar/article/view/3/4
Pramono, A. E., Ratnasari, A., & Ramadhan, A. (2020). Kontinuitas Kode ICD-
10: Studi Kasus Diabetes Mellitus pada Pasien Prolanis di Puskesmas
Gondomanan Kota Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Rekam Medik
& Informasi Kesehatan, 47–53.
https://publikasi.aptirmik.or.id/index.php/snarsjogja/article/view/96
Purba, S., Revida, E., Parinduri, L., Purba, B., Purba, M. P. B., Tasnim, Sara, P.,
Pasetya, A. B., Sherly, & Leuwol, N. V. (2020). Perilaku Organisasi
(Cetakan 1). Yayasan Kita Menulis.
Rachmawati, E., Fadillah, A. R., Nuraini, N., & Erawantini, F. (2020). Analisis
Penyebab Keterlambatan Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat Jalan di
Rumah Sakit Mitra Medika Bondowoso. J-REMI : Jurnal Rekam Medik Dan
Informasi Kesehatan, 2(1), 64–72. https://doi.org/10.25047/j-remi.v2i1.2213
Rahmawati, E. N., & Lestari, S. (2018). Tinjauan Keakuratan Kode Sebab Dasar
Kematian pada Sertifikat Kematian di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten. Journal of Chemical Information and Modeling, 8(9), 86–97.
Sri, E. D., & Ali, M. (2019). Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Akurasi Kode
Diagnosis di Puskesmas Rawat Jalan Kota Malang. Jurnal Kedokteran
Brawijaya, 30(3), 228–234.
https://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/2384
Sukesih, Usman, Budi, S., & Sari, D. N. A. (2020). Pengetahuan dan Sikap
Mahasiswa Kesehatan Tentang Pencegahan Covid-19 di Indonesia. Jurnal
Ilmu Keperawatan Dan Kebidanan, 11(2), 258–264.
https://doi.org/10.26751/jikk.v11i2.835
Sulaiman, & Asanudin. (2020). Analisis Peranan Pendidikan dan Pelatihan Dalam
Peningkatan Kinerja Pegawai. Journal Akuntanika, 6(1), 38–45.
http://journal.poltekanika.ac.id/index.php/akt/article/view/140
Surajiyo, & Sriyono. (2017). Struktur Pengetahuan Ilmiah dan Sikap Ilmiah
Ilmuwan. Prosiding Diskusi Panel Pendidikan “Menjadi Guru Pembelajar,”
12–22.
https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/repository/article/view/1660
Thenu, V. J., Sediyono, E., & Purnami, C. T. (2016). Evaluasi Sistem Informasi
Manajemen Puskesmas Guna Mendukung Penerapan Sikda Generik
Menggunakan Metode Hot Fit di Kabupaten Purworejo. Jurnal Manajemen
Kesehatan Indonesia, 4(2), 129–138.
https://doi.org/10.14710/jmki.4.2.2016.129-138
89
Ulfa, H. M., Octaria, H., & Sari, T. P. (2017). Analisis Ketepatan Kode Diagnosa
Penyakit Antara Rumah Sakit dan BPJS Menggunakan ICD-10 Untuk
Penagihan Klaim di Rumah Sakit Kelas C Sekota Pekanbaru Tahun 2016.
Jurnal INOHIM, 5(2), 119–124.
https://inohim.esaunggul.ac.id/index.php/INO/article/view/137
Ulya, S. (2021). Tinjauan Keakuratan Kode Diagnosis pada Poli Umum Pasien
Rawat Jalan Berdasarkan ICD-10 di Puskesmas Tanah Merah Tahun 2020.
Stikes Ngudia Husada Madura.
Yani, A., & Nur, H. (2019). Faktor Penyebab Ketidaktepatan Pengodean Kasus
Cedera dengan Diagram Fishbone di RS Condong Catur Sleman Yogyakarta.
Permata Indonesia, 10(November).
Zulaikha, L. I., A‟yun, Q., & Yunita, E. (2022). Pengabdian Masyarakat Untuk
Meningkatkan Proses Pemberian Asi Eksklusif Melalui Kegiatan
Pendampingan Ibu Menyusui. Pengabdian Kepada Masyarakat, 02(02),
1267–1272. https://stp-mataram.e-journal.id/Amal/article/view/1561/1202
90