SKRIPSI
oleh
Kurnia Candra Septianingrum
NIM G41212420
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan
Kesehatan (S.Tr.RMIK) di Program Studi D4 Manajemen Informasi Kesehatan
Jurusan Kesehatan
oleh
Kurnia Candra Septianingrum
NIM G41212420
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
SURAT PERNYATAAN
iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI
v
MOTTO
HALAMAN MOTTO
vi
PERSEMBAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal
dengan judul “Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian Rekam
Medis Rawat Inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan”. Skripsi ini saya
persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, (Alm) Bapak Suroso dan Ibu Sri Yuati yang telah
memberi saya semangat, doa restu, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta
pengorbanan yang tidak tergantikan hingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Kakak tercinta Rizky Agung Wijaya yang selalu memberikan semangat dan
dukungan dalam menyelesaikan Skripsi ini
3. Nenek Supiyah, Om Pujiyanto dan Tante Eni Kuntarsih tersayang yang
selalu mendoakan dan memberikan motivasi selama ini.
4. Ibu Rossalina Adi Wijayanti, S.KM.,M.Kes selaku Dosen pembimbing
yang selama ini meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Para dosen dan staf pengajar Program Studi D-IV Manajemen Informasi
Kesehatan yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan yang
bermanfaat untuk penulis.
6. Kepada seluruh petugas di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan yang telah
memberikan kesempatan untuk saya agar dapat melakukan studi
pendahuluan dan penelitian.
7. Shelvia, Novendra serta seluruh teman-teman Program Studi Manajemen
Informasi Kesehatan PAJ 5 Angkatan 2021 yang senantiasa membantu dan
membersamai saya dalam menyelesaikan skripsi saya.
8. Almamater tercinta Politeknik Negeri Jember.
vii
Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis
Rawat Inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
ABSTRAK
Standar pengembalian rekam medis rawat inap yaitu 2x24 jam setelah pasien
keluar. Berdasarkan hasil observasi di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan bahwa
rata-rata keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap sebesar 69,79%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan subjek penelitian 3 petugas
admin ruangan dan 1 kepala rekam medis. Hasil penelitian berdasarkan faktor
ability yaitu petugas admin ruangan yang tidak memiliki pendidikan minimal D-III
rekam medis. Faktor motivation yaitu belum adanya pemberian penghargaan
(reward) dan belum adanya pemberian hukuman (punishment) kepada petugas.
Faktor Opportunity yaitu belum adanya sosialisasi SOP pengembalian rekam medis
kepada petugas admin ruangan dan petugas admin ruangan belum pernah mendapat
pelatihan terkait rekam medis. Saran yang diberikan peneliti yaitu kepala rekam
medis memberikan pelatihan kepada petugas admin ruangan terkait pengelolaan
rekam medis, mengajukan diberlakukannya pemberian penghargaan (reward) dan
hukuman (punishment), sosialisasi secara berkala mengenai SOP pengembalian
rekam medis dan memberikan pelatihan dasar rekam medis mengenai
pengembalian rekam medis kepada petugas.
viii
Analysis of Factors Causing Delay in Returning Inpatient Medical Record at
Bangil Hospital, Pasuruan Regency
Rossalina Adi Wijayanti, S.KM.,M.Kes as Chief Counselor
ABSTRACT
The standard of returning inpatient medical records was 2x24 hours after the
patient was discharged. Based on the result of observations at Bangil Hospital,
Pasuruan Regency, the average delay in returning inpatient medical records was
69.79%. This study aims to determine the factors causing the delay in returning
inpatient medical records at Bangil Hospital, Pasuruan Regency. This type of
research is qualitative method with 3 room admin officers and 1 head of medical
records as a subjects. The results of the research based on the ability factor is the
room admin officers who did not have a minimum education as associate degree of
medical record. The motivation factor is that there was no reward given to room
admin officers and there was no punishment given to officers. The Opportunity
factor is that there has been no socialization of the SOP for returning medical
records to room admin officers and room admin officers who have never received
training related to medical records. The advice given by researchers is that the
head of medical records provides training to room admin officers regarding
medical record management, imposing rewards and punishments, socializing
regarding SOPs for returning medical records and providing basic training on
medical records to officers.
ix
RINGKASAN
x
prosedur dan tepat waktu serta belum adanya motivasi berupa pemberian hukuman
yang tegas kepada petugas yang telat mengembalikan rekam medis rawat inap.
Faktor opportunity yaitu belum adanya sosialisasi SOP Pengembalian rekam medis
kepada petugas admin ruangan serta petugas admin ruangan belum pernah
mendapat pelatihan terkait rekam medis khususnya pengembalian rekam medis.
Didapatkan kesimpulan bahwa faktor penyebab keterlambatan pengembalian
rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan adalah kualifikasi
Pendidikan yang tidak sesuai, belum adanya pemberian reward (penghargaan),
belum adanya pemberian punishment (hukuman), belum adanya pemberian
sosialisasi SOP dan pelatihan terkait rekam medis.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, rencana perbaikan yang diberikan
adalah kepala rekam medis mengajukan pemberian pelatihan ataupun sosialisasi
kepada petugas admin ruangan terkait pengelolaan rekam medis agar petugas
mendapatkan ilmu dasar mengenai rekam medis sehingga dapat menjalankan
pekerjaannya lebih baik, mengajukan diberlakukannya pemberian penghargaan
(reward) terhadap petugas yang melakukan pengembalian rekam medis rawat inap
dengan tepat waktu dan hukuman (punishment) terhadap petugas yang terlambat
mengembalikan rekam medis, sosialisasi secara berkala mengenai SOP
pengembalian rekam medis kepada petugas admin ruangan dan pengisian rekam
medis kepada dokter untuk mengurangi terjadinya keterlambatan pengembalian
rekam medis rawat inap akibat dari rekam medis yang belum terisi dengan lengkap
dan memberikan pelatihan dasar rekam medis khususnya mengenai pengisian dan
pengembalian rekam medis kepada petugas yang terlibat dalam pengisian dan
pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
xi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Penyebab
Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan” dapat selesai dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Terapan Rekam Medis dan Manajemen Informasi
Kesehatan (S.Tr.RMIK) di Politeknik Negeri Jember. Pada kesempatan kali ini,
penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Saiful Anwar, S.Tp, MP selaku Direktur Politeknik Negeri Jember.
2. Ibu Ir. Rindiani, MP selaku Ketua Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri
Jember.
3. Bapak Atma Deharja, S.KM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Manajemen
Informasi Kesehatan.
4. Ibu Rossalina Adi Wijayanti, S.KM.,M.Kes. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, saran serta kepercayaan sepenuhnya dalam
proses pengerjaan skripsi ini.
5. Ibu Ervina Rachmawati, S.ST., MPH selaku Ketua Penguji
6. Bapak Angga Rahagiyanto, S.ST., M.T selaku Anggota Penguji
7. Orang tua, kaka dan saudara tercinta yang selalu memberikan do’a dan
dukungan baik secara moril dan materil
8. Seluruh petugas di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan yang telah
mengijinkan penelitian.
9. Teman-teman MIK PAJ 5 Angkatan 2021 dan semua pihak yang telah
membantu
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa mendatang.
Jember, 22 Juni 2023
Penulis
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ II
ABSTRACT .......................................................................................................... IX
RINGKASAN ........................................................................................................X
DAFTAR TABEL............................................................................................XVII
xv
4.3.2. Punishment (hukuman)........................................................... 50
4.4. Menganalisis penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis
rawat inap berdasarkan faktor opportunity (SOP, buku ekspedisi,
lama kerja dan pelatihan) di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
.............................................................................................................52
4.4.1. SOP ......................................................................................... 52
4.4.2. Buku ekspedisi ....................................................................... 55
4.4.3. Lama kerja .............................................................................. 58
4.4.4. Pelatihan ................................................................................. 60
4.5. Menyusun rencana perbaikan terhadap masalah keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan ............................................................................................62
LAMPIRAN ......................................................................................................... 75
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
1. 1. Persentase Sampel Rekam Medis Terlambat dan Tidak Terlambat ................ 2
1. 2. Data Sampel Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap Bulan Januari 2023 .. 3
1. 3. Data Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap Bulan
November 2022 - Januari 2023 ....................................................................... 3
2. 1. State of The Art ............................................................................................... 8
3. 1. Subjek Penelitian........................................................................................... 26
3. 2. Definisi Istilah ............................................................................................... 28
4. 1. Hasil Pengisian Kuisioner Terkait Pengetahuan Petugas Admin Ruangan di
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan .............................................................. 41
4. 2. Perhitungan Hasil Kuisioner Pengetahuan di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan ........................................................................................................ 42
4. 3. Kualifikasi pendidikan Petugas Admin Ruangan RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan ........................................................................................................ 46
4. 4. Lama Kerja Petugas Admin Ruangan di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
....................................................................................................................... 58
4. 5. Hasil Brainstorming mengenai Upaya Penyelesaian Penyebab Keterlambatan
Pengembalian Rekam Medis......................................................................... 62
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. 1. Rekam medis di Ruang Rawat Inap ................................................................ 6
2. 1 Model Teori Kinerja ....................................................................................... 16
2. 2 Kerangka Konsep ........................................................................................... 23
3. 1 Alur Penelitian ............................................................................................... 36
4. 1 SOP Pengisian Rekam Medis......................................................................... 44
4. 2 SOP Pengembalian rekam medis RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan .......... 53
4. 3 Buku Ekspedisi Pengembalian Rekam Medis................................................ 56
4. 4 Buku Ekspedisi Peminjaman Rekam Medis .................................................. 57
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Naskah Penjelasan Sebelum Penelitian ............................................................. 76
2. Lembar Informed .............................................................................................. 78
3. Lembar Petunjuk Wawancara ........................................................................... 80
4. Pedoman Wawancara ........................................................................................ 81
5. Lembar Petunjuk Observasi ............................................................................ 107
6. Lembar Pedoman Observasi ........................................................................... 108
7. Petunjuk Kuesioner ......................................................................................... 110
8. Kuesioner Penelitian ....................................................................................... 111
9. Hasil Perhitungan Kuesioner........................................................................... 114
10. Lembar Pedoman Brainstorming .................................................................. 115
11. Absensi Brainstorming .................................................................................. 116
12. Hasil Brainstorming ...................................................................................... 117
13. Pedoman Dokumentasi.................................................................................. 118
14. Surat Izin Penelitian ...................................................................................... 119
15. SOP Pengembalian Rekam Medis ................................................................ 120
16. Dokumentasi Kegiatan .................................................................................. 122
17. Persetujuan Etik ............................................................................................ 125
18. Surat balasan Penelitian ................................................................................ 126
19. Sertifikat Hasil Uji Turnitin .......................................................................... 127
20. Biodata Peneliti ............................................................................................. 128
xix
DAFTAR SINGKATAN
xx
BAB 1. PENDAHULUAN
Tabel 1. 2. Data Sampel Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap Bulan Januari
2023
No. Inisial Tanggal Tanggal Terlambat
No. Keterangan
RM Nama KRS Setor (Hari)
1. 4710** M 15/01/23 25/01/23 10 Hari Terlambat
2. 4725** S 23/01/23 25/01/23 2 Hari Tidak Terlambat
3. 4720** TR 13/01/23 25/01/23 12 Hari Terlambat
4. 4722** AM 16/01/23 25/01/23 9 Hari Terlambat
5. 4728** MA 25/01/23 25/01/23 0 Hari Tidak Terlambat
6. 4721** B 14/01/23 25/01/23 11 Hari Terlambat
7. 4725** S 20/01/23 25/01/23 5 Hari Terlambat
8. 4721** ES 14/01/23 25/01/23 11 Hari Terlambat
9. 4712** ADA 17/01/23 25/01/23 8 Hari Terlambat
10. 4730** MA 24/01/23 26/01/23 2 Hari Tidak Terlambat
11. 4718** RAI 07/01/23 26/01/23 19 Hari Terlambat
12. 4729** N 25/01/23 26/01/23 1 Hari Tidak Terlambat
13. 4730** SDS 24/01/23 26/01/23 2 Hari Tidak Terlambat
14. 4703** A 24/01/23 26/01/23 2 Hari Tidak Terlambat
15. 4721** S 18/01/23 26/01/23 7 Hari Terlambat
Sumber: Data Primer, 2023
Mengacu pada Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa rekam medis rawat inap
yang mengalami keterlambatan pengembalian paling lama yaitu milik inisial nama
RAI dengan nomor rekam medis 4718** dan lama keterlambatan yaitu 19 hari.
Keterlambatan pengembalian rekam medis tersebut juga didukung dengan data
jumlah keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap bulan
November 2022 hingga bulan Januari 2023 di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
pada tabel 1.3 dibawah ini.
Tabel 1. 3. Data Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap Bulan
November 2022 - Januari 2023
Persentase
Jumlah Tidak Persentase
No. Bulan Tidak Terlambat
Berkas Terlambat Terlambat
Terlambat
1 November 275 94 34.18% 181 65.82%
2 Desember 360 94 26.11% 266 73.89%
3 Januari 323 98 30.34% 225 69.66%
Rata-rata 319 95 30.21% 224 69.79%
Sumber: Laporan Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap November 2022-Januari 2023
Berdasarkan Tabel 1.3 di atas didapatkan hasil bahwa rata-rata rekam medis
yang mengalami keterlambatan pengembalian cukup tinggi yaitu sebesar 69.79%
dari jumlah total rekam medis yang dikembalikan. Rekam medis rawat inap dengan
4
jumlah keterlambatan paling tinggi yaitu terjadi pada bulan Desember tahun 2022
sebanyak 266 rekam medis dengan persentase keterlambatan sebesar 73.89%.
Keterlambatan pengembalian rekam medis merupakan akibat dari kinerja
petugas yang kurang maksimal. Robbins menyatakan bahwa kinerja karyawan
merupakan fungsi dari interaksi antara kemampuan (ability), motivasi (motivation)
dan kesempatan (opportunity), sehingga dapat dirumuskan bahwa kinerja (P) = f (A
x M x O), dan M= V x E x I (Purwaningsari dkk., 2022). Begitupun yang terjadi di
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan terkait keterlambatan pengembalian berkas
rekam medis rawat inap.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan kepala rekam
medis, dapat diketahui bahwa keterlambatan pengembalian rekam medis tersebut
disebabkan oleh kinerja petugas admin ruangan dari faktor Ability (Kemampuan)
yaitu pengetahuan petugas admin ruangan mengenai pengembalian rekam medis
rawat inap dan latar belakang pendidikan dari petugas admin ruangan yang bertugas
mengembalikan rekam medis bukan dari lulusan rekam medis. Menurut Wijiyanto
(2022) kualifikasi pendidikan petugas yang belum sesuai standar yaitu lulusan
rekam medis dapat mempengaruhi pengelolaan rekam medis.
Faktor Motivation (Motivasi) penyebab keterlambatan pengembalian rekam
medis rawat inap yaitu tidak ada pemberian reward (penghargaan) dan punishment
(sanksi) kepada petugas yang terlambat mengembalikan rekam medis. Sejalan
dengan penelitian Octaviantini (2018) bahwa pemberian penghargaan kepada
petugas admin ruangan penting karena sebagai bentuk apresiasi kepada petugas
dengan tujuan agar petugas admin ruangan semakin giat dalam melakukan
pekerjaan mengembalikan berkas rekam medis dengan baik dan tepat waktu dan
meningkatkan prestasi yang telah dicapainya sehingga petugas admin ruangan
tersebut menjadi lebih keras kemauannya untuk meningkatkan kinerjanya.
Faktor Opportunity (Kesempatan) penyebab keterlambatan pengembalian
rekam medis rawat inap yaitu sudah terdapat SOP (Standart Operational
Prosedure) namun pengembalian rekam medis rawat inap masih lebih dari 2x24
jam setelah pasien pulang, buku ekspedisi, lama kerja petugas dan belum pernah
ada pelatihan untuk meningkatkan motivasi kerja yaitu pelatihan dasar mengenai
5
rekam medis. Pelatihan sangat penting bagi para pegawai karena dapat menambah
wawasan dan keterampilan agar dapat bekerja secara profesional dan memiliki
produktivitas yang tinggi (Octaviantini, 2018).
Penelitian sebelumnya oleh Kamil (2020) yang dilakukan di RSUD dr.
Saiful Anwar Malang mengenai keterlambatan pengembalian rekam medis,
menunjukan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan
pengembalian berkas rekam medis yaitu disebabkan oleh variabel ability,
motivation, dan opportunity. Abillity yang dimaksud dalam penelitian tersebut
berkaitan dengan pengetahuan petugas mengenai Standart Operational Prosedure
keterlambatan pengembalian rekam medis. Motivation yang dimaksud dalam
penelitian tersebut berkaitan dengan pemberian reward dan punishment yang
kurang optimal serta variabel opportunity yang dimaksud dalam penelitian tersebut
berkaitan dengan adanya pelatihan dasar rekam medis namun belum dilaksanakan
dengan maksimal, job description belum berjalan dengan baik, dan jarak yang harus
ditempuh untuk pengembalian rekam medis ke instalasi rekam medis.
Dampak yang ditimbulkan dari keterlambatan pengembalian rekam medis
yaitu akan menghambat kegiatan berikutnya, seperti kegiatan assembling, koding,
analisis, indexing serta beresiko mengakibatkan rusaknya dokumen rekam medis
karena tidak disimpan ditempat penyimpanan dokumen rekam medis (Wijiyanto,
2022). Menurut Octaviantini (2018) keterlambatan pengembalian berkas rekam
medis tersebut dapat mengakibatkan rekam medis menumpuk di ruang rawat inap,
formulir rekam medis mudah terselip, petugas coding tidak bisa segera mengkode,
berkas rekam medis tidak bisa segera masuk ke bagian filing, dan apabila berkas
tersebut dibutuhkan tidak bisa segera tersedia karena belum tersimpan di rak filing.
Berikut adalah dokumentasi terkait rekam medis di ruang rawat inap yang
mengalami penumpukan:
6
8
9
m. Mawar
2.6. Kinerja
2.7.1. Definisi Kinerja
Kinerja adalah umpan balik tentang berbagai hal seperti keterampilan,
kelelahan, kekurangan, dan potensi, serta membantu menetapkan tujuan, jalur, dan
rencana pengembangan karier bagi individu, khususnya organisasi (Indrasari,
2017). Robbins & Judge (2006) mengatakan bahwa kinerja sebagai fungsi interaksi
antara kemampuan atau ability (A) motivasi atau motivation (M) dan kesempatan
atau opportunity (O), yaitu yaitu kinerja = f (A x M x O), artinya kinerja merupakan
fungsi dari kemampuan, motivasi, dan kesempatan. Kinerja dalam menjalankan
fungsinya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan kepuasan
kerja karyawan dan tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh
keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat individu.
Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, dan
hasil kerja. Kaitannya terhadap pengertian tersebut kinerja (work performance)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dilakukan pegawai dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya
(Asnawi, 2019).
2.7.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja
Robbins berpendapat bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh interaksi
antara kemampuan (ability) dan motivasi (motivation), tetapi masih terdapat
kesenjangan dalam kecerdasan dan keahlian dari individu yang merupakan bagian
dari kemampuan dan motivasi dari setiap karyawan, yaitu kesempatan
(Tinambunan, 2016). Berikut ini merupakan model dari kinerja Robbins:
Kemampuan
(Ability)
Motivasi Kinerja
(Motivation) (Performance)
Kesempatan
(Opportunity)
pernah atau yang sedang dialami, dan yang mengandung ketidakpastian (Mulyadi,
2007). Menurut beberapa pendapat (Appelbaumi; Boxall and Macky) Hutehinson
mendefinisikan bahwa Opportunity disini dipengaruhi oleh inisiatif keterlibatan,
kerja tim, otonomi, komunikasi, desain pekerjaan dan rotasi pekerjaan. Jadi,
Opportunity digunakan untuk menggambarkan sebagai sarana bagi seorang
karyawan untuk mengimplementasikan keterampilan yang dimiliki dalam bidang
pekerjaannya (Wijoyo dkk., 2019). Sehingga untuk mengukur cara
mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dalam bidang pekerjaannya,
maka akan digunakan empat sub variabel yaitu Standart Operational Procedure
(SOP), buku ekspedisi, lama kerja, dan Pelatihan.
a. Standart Operational Procedure (SOP)
Standard operating procedure atau biasa disebut dengan SOP merupakan
suatu dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang akan dijalankan secara
kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan demi mendapatkan hasil kerja
yang efektif dan efisien. SOP ini harus dimiliki oleh suatu perusahaan atau
organisasi sebagai panduan untuk menjalankan tugas dan fungsi setiap bagian yang
ada. Sehingga dengan begitu, adanya SOP ini dapat memudahkan dan menertibkan
pekerjaan yang akan dijalankan (Putra, 2020).
Fungsi dan Tujuan Standard Operating Procedure (SOP) adalah untuk
mendefinisikan semua konsep dan teknik yang penting serta persyaratan
dibutuhkan, yang ada dalam setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam bentuk yang
dapat digunakan langsung oleh karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari
(Budiharjo, 2019). Faktor penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis
menurut Lieskyantika (2018) salah satunya yaitu kesesuaian pengembalian rekam
medis pada SOP bahwa 2x24 jam harus kembali dan lengkap setelah pasien pulang
rawat inap.
b. Buku Ekspedisi
Buku ekspedisi adalah buku catatan transaksi/penyerahan, peminjaman,
dan pengembalian rekam medis, sehingga dapat mempermudah petugas saat
menemukan berkas rekam medis pasien (Krisnawati, 2021). Menurut Arif dkk.
(2022) buku ekspedisi memiliki 2 fungsi utama yaitu:
22
1. Sebagai bukti serah terima dokumen rekam medis, meliputi serah terima
dari filing ke poliklinik, dari filing ke petugas visum maupun dari
assembling ke instalasi rekam medis.
2. Mengurangi resiko kehilangan dokumen rekam medis karena keberadaan
dokumen rekam medis dapat terlacak dengan baik.
Buku ekpedisi memiliki informasi berkaitan dengan keberadaan DRM
yang keluar maka harus tercantum:
1. Tanggal peminjaman
2. No RM
3. Nama Pasien
4. Identitas peminjam
5. Keperluan
Buku ekspedisi merupakan panduan untuk pengambilan dan memonitor
rekam medis rawat inap yang dipinjam atau dikembalikan, sehingga mengurangi
kejadian keterlambatan pengembalian rekam medis (Nugroho, 2021).
c. Lama Kerja
Masa kerja/lama kerja adalah saat seseorang mulai bekerja dan terikat oleh
suatu organisasi, pengalaman kerja mempengaruhi kinerja seseorang, semakin lama
seseorang bekerja maka dalam melakukan pekerjaanya akan lebih baik karena telah
beradaptasi dengan pekerjaan dan lingkungan (Najiyah, 2022). Lama bekerja
adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat
(Octaviantini, 2018). Lama kerja dikategorikan menjadi dua, meliputi:
1. Lama kerja kategori baru ≤ 3 tahun
2. Lama kerja kategori lama > 3 tahun
Menurut Agustin (2022) masa kerja dapat berdampak positif pada kinerja
apabila dengan semakin lamanya masa kerja individu semakin berpengalaman
dalam menjalankan tugasnya. Seseorang yang memiliki masa kerja lebih lama akan
bekerja lebih baik, sehingga produktivitasnya semakin tinggi (Mayangsari, 2021).
d. Pelatihan
Pelatihan Kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,
23
sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan
jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan (Kemenakertrans, 2013). Tujuan dari
pelatihan kerja adalah untuk meningkatkan kinerja, memutakhirkan keterampilan
karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi, mempersingkat waktu pembelajaran
bagi karyawan baru untuk menjadi kompeten dalam bekerja, membantu
memecahkan masalah operasional, mempersiapkan karyawan untuk promosi,
mengorientasikan karyawan terhadap organisasi, dan memenuhi kebutuhan
pertumbuhan pribadi (Mayangsari, 2021).
Pelatihan biasanya dilakukan sesuai dengan kurikulum yang disesuaikan
dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif singkat, untuk
membekali seseorang dengan keterampilan kerja (Najiyah, 2022). Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan professional rekam medis dan informasi kesehatan,
baik anggota maupun organisasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan profesi melalui penerapan ilmu dan teknologi terkait pengembangan
rekam medis dan informasi kesehatan (Nugroho, 2021).
Ability (Kemampuan)
1. Knowledge (Pengetahuan)
2. Education (Pendidikan)
Opportunity (Kesempatan)
a. SOP
b. Buku Ekspedisi
c. Lama Kerja
d. Pelatihan
Gambar 2. 2 Kerangka Konsep
Menurut Robbins kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi
dan kesempatan. Berdasarkan hal tersebut, kerangka konsep dalam penelitian ini
24
juga menggunakan faktor kinerja petugas yang terdiri dari ability, motivation, dan
opportunity untuk mengidentifikasi faktor penyebab keterlambatan pengembalian
rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Variabel ability
(kemampuan) dibagi menjadi dua faktor yaitu Knowledge (Pengetahuan) dan
Education (Pendidikan). Variabel motivation (motivasi) terdiri dari faktor reward
(penghargaan) dan punishment (hukuman). Sedangkan pada variabel opportunity
(kesempatan) dibagi menjadi empat yaitu, SOP, buku ekspedisi, lama kerja dan
pelatihan.
BAB 3. METODE PENELITIAN
25
26
28
rekam medis rawat inap di RSUD Bangil b. Adanya promosi jabatan yang
Kabupaten Pasuruan. diberikan jika mengembalikan
rekam medis sesuai prosedur
c. Adanya pujian yang diberikan jika
mengembalikan rekam medis
sesuai prosedur
b. Punishment Pemberian konsekuensi yang tidak a. Adanya teguran yang diberikan Wawancara
(Hukuman) menyenangkan dalam bentuk teguran atau jika mengembalikan rekam medis
penundaan gaji yang diberikan kepada tidak sesuai prosedur
petugas admin ruangan dalam hal b. Adanya penundaan gaji yang
pengembalian rekam medis rawat inap di diberikan jika jika
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan yang mengembalikan rekam medis
tidak sesuai dengan SOP. sesuai prosedur
3. Opportunity Peluang yang diberikan oleh kepala rekam Variabel opportunity dapat dinilai
(Kesempatan) medis kepada petugas admin ruangan dengan sub variabel yaitu:
dalam bentuk ketersediaan SOP a. Standart Operational Procedure
pengembalian rekam medis, buku (SOP)
ekspedisi untuk mencatat pengembalian b. Buku ekspedisi
rekam medis, lama kerja petugas admin c. Lama kerja
ruangan dan pelatihan untuk menunjang d. Pelatihan
kelancaran dalam hal pengembalian rekam
medis rawat inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan.
a. Standart Ketersediaan dan kesesuaian penggunaan a. Tersedianya SOP Pengembalian Wawancara, Observasi, dan
Operational prosedur tertulis yang digunakan sebagai Rekam Medis Dokumentasi
Procedure petunjuk atau acuan dalam hal b. Adanya sosialisasi mengenai SOP
(SOP) pengembalian rekam medis rawat inap di pengembalian rekam medis
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan c. Pelaksanaan pengembalian rekam
medis sudah sesuai dengan SOP
yang tersedia
29
b. Buku Buku ekspedisi yang digunakan untuk a. Tersedianya buku ekspedisi Wawancara, Observasi, dan
Ekspedisi menunjang proses pencatatan b. Pengembalian rekam medis Dokumentasi
pengembalian rekam medis rawat inap di dicatat pada buku ekspedisi
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
c. Lama Kerja Ukuran tentang lama waktu atau masa a. Lama waktu kerja petugas admin Wawancara
kerja petugas admin ruangan dalam ruangan
melaksanakan tugas pengembalian rekam b. Lama waktu petugas admin
medis rawat inap di RSUD Bangil memahami tugasnya dalam
Kabupaten Pasuruan mengembalikan rekam medis
rawat inap
d. Pelatihan Kegiatan yang diikuti oleh petugas admin Petugas admin ruangan pernah Wawancara dan Dokumentasi
ruangan seperti workshop dan seminar mengikuti atau menghadiri kegiatan
untuk meningkatkan kompetensi kerja dan sebagai berikut:
disiplin kerja petugas terkait pengembalian a. Workshop mengenai
rekam medis rawat inap agar tepat waktu pengembalian rekam medis
berdasarkan kuantitas (berapa kali petugas b. Seminar mengenai rekam medis
mengikuti pelatihan).
30
31
d. Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2016). Peneliti membagikan kuesioner
untuk variabel Ability (pengetahuan) dalam proses pengembalian rekam medis dari
ruang rawat inap ke Unit Rekam Medis.
e. Brainstorming
Teknik brainstorming merupakan cara cepat untuk menemukan gagasan
dalam suatu subjek dengan tujuan untuk menemukan sebanyak mungkin ide tanpa
mengkhawatirkan apakah ide-ide tersebut digunakan atau tidak (Widyaningsih &
Triyanto, 2021). Teknik ini berguna ketika semua anggota kelompok berpartisipasi
dan tidak ada pembatasan pemikiran (Al-Assar, 2009). Pada penelitian ini,
Brainstorming digunakan untuk merumuskan perbaikan atas masalah yang ada.
Perbaikan ini nantinya akan membantu dalam penyelesaian masalah terkait
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis oleh petugas rekam medis
3.6.2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya (Evanirosa dkk., 2022). Instrumen
pengumpulan data yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah:
a. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara pada penelitian ini berisi daftar pertanyaan yang
akan peneliti ajukan pada informan mengenai keterlambatan pengembalian rekam
medis pasien rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
b. Pedoman Observasi
Pedoman ini berupa penggalian informasi berkenaan dengan
keterlambatan pengembalian rekam medis pasien rawat inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan.
33
c. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi merupakan alat bantu yang digunakan guna
mengumpulkan data-data yang berbentuk dokumen seperti foto-foto aktivitas serta
transkip wawancara.
d. Pedoman kuesioner
Pedoman kuesioner merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengisi
kuisioner, tiap pertanyaan yang diajukan diberi keterangan yang jelas dan terinci.
e. Pedoman Brainstorming
Pedoman Brainstorming digunakan sebagai wadah untuk curah pendapat
informan terhadap permasalahan yang ada serta mengusulkan upaya perbaikan
yang harus dilakukan. Pada lembar ini, terdapat hasil dari pendapat responden
sebagai upaya perbaikan dari permasalahan.
Observasi pada variabel Opportunity (SOP dan buku ekspedisi), dokumentasi pada
variabel Ability (pendidikan) dan Opportunity (SOP, buku ekspedisi dan pelatihan).
Serta kuesioner untuk variabel Ability (pengetahuan).
Rumusan Masalah
sistematis dan dipermudah olehnya (Evanirosa dkk., 2022). Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan instrumen wawancara, observasi, dokumentasi dan
kuesioner.
i. Pengumpulan Data
Tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data tentang faktor yang
menyebabkan keterlambatan pengembalian rekam medis pasien rawat inap di
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan dengan metode wawancara, observasi,
dokumentasi dan kuesioner.
j. Pengolahan Data
Setelah proses pengumpulan data, tahap selanjutnya yaitu mengolah data
yang telah diperoleh dari proses wawancara, observasi, dokumentasi dan kuesioner.
k. Brainstorming
Brainstorming dilakukan untuk menentukan upaya perbaikan terhadap
masalah penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis
l. Hasil dan pembahasan
Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan hasil penelitian yang diperoleh
melalui tahap pengumpulan data mengenai faktor yang menyebabkan
keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan.
m. Kesimpulan dan saran
Setelah mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan tahap
selanjutnya yaitu menarik kesimpulan dari hasil penelitian serta memberikan saran
kepada RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan sesuai dengan fokus permasalahan yang
diteliti.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
39
40
4.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seorang
terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui
berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah
sesuai dengan proses pengalaman yang dialaminya (Darsini dkk., 2019).
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman petugas admin
terhadap pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan.
Peneliti dalam penelitian ini memberikan kuisioner kepada responden untuk
mengetahui tingkat pengetahuan responden. Penyusunan kuisioner ini mengacu
pada peraturan Depkes (2006) terkait penyelenggaraan rekam medis diantaranya
mengenai definisi rekam medis, kegunaan rekam medis, isi rekam medis, mutu
rekam medis dan pengisian terkait rekam medis. Kuisioner terdiri dari 10
pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Berikut ini merupakan hasil dari
pengisian kuisioner oleh responden:
Tabel 4. 1 Hasil Pengisian Kuisioner Terkait Pengetahuan Petugas Admin Ruangan
di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
Benar Salah
No. Pertanyaan
N % N %
1. Apa pengertian rekam medis yang tertuang 3 100 0 0
dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 24
tahun 2022 tentang rekam medis?
2. Apasaja kegunaan dari rekam medis jika 1 33,3 2 66,7
dilihat berdasarkan aspeknya?
3. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI 3 100 0 0
Nomor 269 tahun 2008 isi rekam medis
rawat inap sekurang-kurangnya memuat:
4. Siapakah yang wajib mengisikan berkas 3 100 0 0
rekam medis pasien rawat inap?
5. Item dalam identitas pasien yang wajib ada 3 100 0 0
yaitu:
6. Petugas kesehatan melakukan melakukan 3 100 0 0
pengisian rekam medis selambat-lambatnya
dalam kurun waktu:
7. Apa yang dimaksud dengan pengembalian 2 66,7 1 33,3
rekam medis?
8. Apa dampak yang ditimbulkan dari 1 33,3 2 66,7
pengisian rekam medis tidak lengkap?
42
Benar Salah
No. Pertanyaan
N % N %
9. Standar kelengkapan pengisian rekam 2 66,7 1 33,3
medis menurut Kementerian Kesehatan
Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal yaitu sebesar:
10. Menurut SOP yang ada, rekam medis 2 66,7 1 33,3
rawat inap dikembalikan selambat-
lambatnya dalam kurun waktu:
Sumber: Hasil Pengisian Kuisioner RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, 2023
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil kuisioner pengetahuan
petugas admin ruangan tentang pengembalian rekam medis rawat inap dalam
kategori baik. Dilihat dari hasil tersebut, petugas admin ruangan masih belum bisa
menjawab 10 pertanyaan tersebut dengan benar seluruhnya. Dibuktikan dengan
jawaban nomor 2, 7, 8, 9 dan 10 yang masih salah. Berikut ini merupakan
penjelasan terkait hasil kuisioner yang didapatkan dari masing-masing responden
yaitu responden 1 dan 2 mampu menjawab dengan benar sebanyak 7 dan salah
sebanyak 3 soal, sedangkan responden 3 mampu menjawab pertanyaan dengan
benar sebanyak 9 dan salah sebanyak 1. Hal tersebut dibuktikan dengan perhitungan
hasil kuisioner pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4. 2 Perhitungan Hasil Kuisioner Pengetahuan di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan
No. Responden Salah Benar
1. Responden 1 3 7
2. Responden 2 3 7
3. Responden 3 1 9
Sumber: Hasil Perhitungan Kuisioner RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, 2023
Setelah memberikan kuisioner untuk diisikan oleh responden, selanjutnya
peneliti melakukan wawancara untuk menggali lebih dalam tentang pengetahuan
responden mengenai pengembalian rekam medis yang disesuaikan dengan
beberapa pertanyaan yang ada pada kuisioner yang dibuat. Pertanyaan pertama,
peneliti menanyakan terkait definisi dari pengembalian rekam medis. Berikut
adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden:
“Pengembalian rekam medis itu kalo misalnya status yang udah selesai orangnya
atau KRS itu dibolehkan pulang sama dokternya. Untuk mengembalikan rekam
medis itu kan harus mengambil dulu berkas yang dibutuhkan untuk klaim. Sebelum
itu kita pastikan dulu seperti resume, laporan operasi didalamnya sudah lengkap
untuk kita setor ke RM”
43
(Responden 1)
Responden 1 menyatakan bahwa pengembalian rekam medis yaitu
penyetoran status pasien KRS atau yang diperbolehkan pulang oleh dokter ke
bagian rekam medis dengan syarat resume dan laporan operasi sudah lengkap. Hal
tersebut juga disampaikan oleh responden 3 seperti dibawah ini:
“Pengembalian rekam medis itu pengembalian status dari pasien yang sudah
selesai. Kalo resumenya sudah selesai diisi sama dokternya lalu dikembalikan ke
bagian rekam medis. Sudah selesai itu dalam arti resumenya sudah diisi dengan
lengkap”
(Responden 3)
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden 1 dan 3 tersebut dapat
disimpulkan bahwa responden telah memahami mengenai definisi pengembalian
rekam medis. Pernyataan responden tersebut didukung dengan hasil kuisioner pada
pertanyaan nomor 7 terkait pemahaman responden mengenai pengembalian rekam
medis. Hasil kuesioner tersebut menunjukan bahwa seluruh responden dapat
menjawab pertanyaan tersebut dengan benar, sehingga dari hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa petugas admin ruangan yang berada di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan telah mengerti dan memahami terkait definisi pengembalian rekam medis.
Peneliti juga menanyakan mengenai syarat pengembalian rekam medis
rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Berikut kutipan hasil wawancara
yang dilakukan kepada responden:
“Syaratnya lengkap, lengkap harus ada barkode identitas itu.”
(Responden 2)
Responden 2 menyatakan bahwa syarat dari pengembalian rekam medis
rawat inap adalah harus lengkap berisi barkode identitas. Pernyataan responden 2
tersebut sejalan dengan pernyataan responden 3 seperti dibawah ini:
“Syarat pengembalian itu resumenya dari dokter sudah diisi lengkap, ada
diagnosanya, indikasinya sudah lengkap, ada tanda tangannya juga. Kalo misalnya
sudah terisi lengkap biasanya langsung dikembalikan ke rekam medis”
(Responden 3)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa responden
telah mengetahui syarat pengembalian rekam medis yaitu isi rekam medis harus
lengkap. Jawaban wawancara dari responden diatas didukung dengan hasil
kuisioner pada nomor 9 terkait syarat pengembalian rekam medis yang mewajibkan
44
pengisian rekam medis lengkap 100%. Hal tersebut juga didukung dengan prosedur
pada SOP pengisian rekam medis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan yaitu untuk
mengisi rekam medis secara lengkap dalam kurun waktu 2x24 jam terhitung setelah
pasien pulang (discharge) seperti pada gambar berikut ini:
rekam medis 2x24 jam setelah pasien pulang perawatan, pengecekan dengan buku
ekspedisi saat menerima rekam medis dari ruang perawatan, assembling rekam
medis dan pengkodean jika sudah lengkap. Berdasarkan beberapa pernyataan dari
hasil wawancara dan pembagian kuisioner yang dilakukan oleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa responden sudah memahami secara keseluruhan terkait definisi
pengembalian rekam medis, syarat pengembalian rekam medis dan batas waktu
pengembalian rekam medis. Pengetahuan petugas admin ruangan yang baik
tersebut akan mempengaruhi petugas dalam mengembalikan rekam medis, yaitu
petugas akan mengembalikan rekam medis rawat inap tepat waktu.
Sejalan dengan penelitian Syamsudin (2016) yang menyatakan bahwa
petugas dengan pengetahuan yang kurang baik memiliki peluang yang lebih besar
terkait keterlambatan pengembalian rekam medis dibandingkan dengan petugas
yang berpengetahuan baik. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa pengetahuan petugas admin ruangan mengenai pengembalian rekam medis
tidak menjadi faktor penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis rawat
inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Peneliti juga menemukan penyebab lain
dari keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap, yaitu dokter yang tidak
mengisikan rekam medis dengan lengkap.
4.2.2. Pendidikan
Pendidikan adalah pendidikan terakhir yang telah ditempuh petugas admin
ruangan khususnya terkait pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian untuk tingkat pendidikan responden yang
secara langsung terlibat dalam pengembalian rekam medis rawat inap dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4. 3 Kualifikasi pendidikan Petugas Admin Ruangan RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan
No. Responden Pendidikan Terakhir
1. Responden 1 S-1 Ekonomi Akutansi
2. Responden 2 S-1 Psikologi
3. Responden 3 SMK Akutansi
Sumber: Data Primer RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, 2023
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan
petugas admin ruangan bukan berasal dari rekam medis. Kualifikasi Pendidikan
47
dari petugas admin ruangan tersebut adalah 1 petugas lulusan S-1 Ekonomi
Akutansi, 1 petugas merupakan lulusan S-1 Psikologi dan 1 petugas dengan
pendidikan terakhir SMK Akutansi. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan dari
masing-masing responden sebagai berikut:
“Saya S-1 Ekonomi Akutansi”
(Responden 1)
Responden 1 menyatakan bahwa Pendidikan terakhir yang dimiliki adalah
Sarjana Ekonomi Akutansi. Responden 2 juga menyatakan bahwa:
“S-1 Psikologi”
(Responden 2)
Responden 2 menyatakan bahwa Pendidikan terakhir yang dimiliki yaitu
Sarjana Psikologi. Responden 3 juga menyatakan bahwa:
“SMK Akutansi”
(Responden 3)
Responden 3 menyatakan bahwa pendidikan terakhirnya adalah SMK
Akutansi. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, pendidikan formal yang telah
ditempuh oleh responden tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
377 Tahun 2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan,
bahwa Perekam Medis harus memiliki kualifikasi pendidikan minimal D-III
sebagai Tenaga Ahli Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Bersumber pada
ketentuan tersebut maka dapat dikatakan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja
berdasarkan pendidikan masih belum terpenuhi. Sejalan dengan (Nangi & Fitriani,
2012) latar belakang pendidikan kesehatan sangat penting untuk menunjang
program-program kesehatan salah satunya dalam melakukan kegiatan analisis
rekam medik yang harus mempekerjakan setidaknya tingkat pendidikan terakhir
Diploma 3 dan Sarjana Rekam Medik.
Kualifikasi pendidikan yang belum sesuai standar serta belum adanya
pelatihan memungkinkan dapat mempengaruhi proses pengelolaan rekam medis
(Wijiyanto, 2022). Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
jenjang Pendidikan terakhir petugas admin ruangan yang bukan merupakan lulusan
rekam medis dapat menjadi faktor penyebab keterlambatan pengembalian rekam
medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
48
maupun karyawan atas prestasi maupun hasil yang dilakukan (Pratama & Sukarno,
2021).
Pemberian motivasi kepada karyawan sangat penting dikarenakan sebagai
bentuk apresiasi kepada pegawai dengan tujuan agar pegawai semakin giat dalam
melakukan pekerjaannya seperti mengembalikan berkas rekam medis dengan tepat
waktu (Fadillah, 2020). Pemberian reward (penghargaan) tersebut memungkinkan
bisa mengurangi terjadinya keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat
inap ke ruang rekam medis. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan belum memberikan reward atau
penghargaan kepada petugas admin ruangan yang telah melaksanakan tugas dengan
baik. Sehingga perlu adanya pemberian reward bagi petugas admin ruangan agar
dapat meningkatkan kinerja petugas.
4.3.2. Punishment (hukuman)
Punishment atau hukuman dalam penelitian ini yaitu teguran atau sanksi
yang diberikan kepada petugas ketika tidak menjalankan pekerjaan dengan benar
dalam hal pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan. Berikut adalah hasil wawancara dengan responden terkait adanya
punishment (hukuman) berupa teguran kepada responden jika terlambat dalam
mengembalikan rekam medis rawat inap tepat waktu:
“Pernah. Pasti ditanya kenapa ini kok ngembaliinnya telat gitu. Mestinya aku
jawab juga, selain kadang nunggu penyelesaian resume soalnya resumenya nggak
lengkap.”
(Responden 1)
Responden 1 menyatakan bahwa pernah mendapatkan teguran karena
mengembalikan rekam medis tidak tepat waktu. Pernyataan dari responden 1
tersebut sejalan dengan pernyataan dari responden 3 sebagai berikut:
“Iya mungkin ada teguran biasanya kenapa kok belum balik juga. ya saya jelaskan
alasanya karna dokternya belum mengisi”
(Responden 3)
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden 1 dan 3 tersebut dapat
disimpulkan bahwa responden pernah mendapat hukuman berupa teguran apabila
tidak segera mengembalikan rekam medis secara tepat waktu. Sanksi (punishment)
51
yang paling ringan adalah berupa teguran yang diberikan kepada karyawan secara
langsung setelah terjadinya pelanggaran (Pradnyani, 2020). Peneliti juga
menanyakan terkait adanya penundaan gaji jika responden mengembalikan rekam
medis tidak tepat waktu. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan
kepada responden:
“Penundaan dan pemotongan si endak. Adanya pemotongan insentif tapi kayak
misalnya cuti gitu.”
(Responden 1)
Responden 1 menjelaskan bahwa tidak ada pemotongan atau penundaan gaji
jika terlambat dalam mengembalikan rekam medis. Namun responden menjelaskan
bahwa terdapat pemotongan insentif jika melakukan cuti. Pernyataan responden 1
sejalan dengan pernyataan responden 2, yaitu sebagai berikut:
“Kalo disaya sih ndak. kalo pemotongan itu ada, tapi pemotongan dari kedisiplinan
seragam, kedisiplinan atribut sama ketepatan pulang dan ketepatan datang. Kalo
pemotongan insentif gara-gara kinerja itu juga ada. Tapi kalo gara-gara terlambat
mengembalikan itu belum ada.”
(Responden 2)
Hasil wawancara yang dilakukan kepada responden 1 dan 2 menunjukan
bahwa tidak ada pemotongan atau penundaan gaji karena terlambat mengembalikan
rekam medis, namun terdapat pemotongan insentif jika responden tidak disiplin
dalam ketapatan waktu datang, pulang, kedisiplinan atribut dan kedisiplinan dalam
berseragam. Menurut Kamil (2020) Sanksi adalah suatu bentuk hukuman yang
diberikan kepada petugas yang tidak mengembalikan berkas rekam medis tepat
waktu. Sanksi berperan sebagai upaya dalam membangun kedisiplinan petugas dan
memberikan efek jera terhadap petugas yang melakukan pelanggaran disiplin atau
aturan kerja. Pemberian hukuman (punishment) tersebut diharapkan dapat
mendorong adanya motivasi kerja dari dalam diri petugas, dimana petugas akan
menjadi lebih disiplin serta lebih bertanggung jawab pada tugasnya yaitu dalam
kegiatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap. Berdasarkan hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak adanya pemberian hukuman
(punishment) kepada petugas admin ruangan dapat menjadi penyebab
keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan.
52
antara SOP dengan pelaksanaan pengembalian rekam medis rawat inap. Berikut
hasil wawancara dengan responden:
“Kalo di SOP kan 2x24 jam, tapi kalo di realita kan engga. Jadinya nggak sesuai
kan”
(Responden 2)
Responden 2 menjelaskan bahwa pelaksanaan pengembalian rekam medis
tidak sesuai dengan SOP yaitu 2x24 jam, Hal tersebut juga sejalan dengan
pernyataan dari responden 3 sebagai berikut:
“Kalo kenyataan dilapangan kayaknya belom. Belom sesuai. Beberapa sih, kalo
menurut saya masih kurang, soalnya ada beberapa dokter yang biasanya kalo
sesuai SOP itu pasien pulang harus sudah diisi resumenya, tapi ini ada beberapa
dokter yang nggak langsung diisi.”
(Responden 3)
Responden 3 menjelaskan bahwa pelaksanaan pengembalian rekam medis
di lapangan belum sesuai dengan SOP karena masih terdapat dokter yang tidak
langsung mengisi resume medis saat pasien pulang. Hal yang sama seperti hasil
wawancara dengan responden 2 dan 3 juga diungkapkan oleh kepala rekam medis
seperti dibawah ini:
“Tidak sesuai, karna tadi ada keterlambatan ya. Karna sistem kita tadi dokternya
masih gantian jadi kadang mengisi, besoknya tidak mengisi. Ya itu kan sudah
terlambat”
(Responden 4)
Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pengembalian rekam medis tidak sesuai dengan SOP yang tersedia, hal
ini dikarenakan masih terdapat keterlambatan pengembalian rekam medis rawat
inap dan resume rekam medis yang belum terisi lengkap. Lieskyantika (2018)
menjelaskan bahwa SPO yang sudah ditetapkan sebaikanya dilaksanakan oleh
semua tenaga medis yang bersangkutan dengan proses pengembalian berkas rekam
medis. Sejalan dengan teori tersebut petugas diwajibkan untuk menjadikan SOP
sebagai acuan dalam bekerja untuk menyelesaikan kinerjanya dalam hal ini
pengembalian rekam medis rawat inap agar dapat berjalan dengan baik.
Adanya SOP dan sosialisasinya akan sangat membantu petugas dalam
menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan peraturan atau prosedur yang berlaku,
dalam hal ini mengenai pengisian dan pengembalian rekam medis agar berkas
55
dikembalikan tepat waktu sesuai dengan SOP yang sudah ditentukan (Octaviantini,
2018). Sehingga, adanya Standard Operating Procedure (SOP) tanpa adanya
sosialisasi ke petugas sebagai acuan atau prosedur dalam proses pengembalian
rekam medis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan dapat menjadi faktor penyebab
dalam keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap.
4.4.2. Buku ekspedisi
Buku ekspedisi adalah buku bukti adanya transaksi/serah terima dokumen
rekam medis, peminjaman dan pengembalian ke penyimpanan, sehingga dapat
mempermudah petugas saat mencari berkas rekam medis pasien (Krisnawati,
2021). Buku ekspedisi juga dapat diartikan sebagai buku serah terima berkas rekam
medis. Peneliti dalam penelitian ini mengonfirmasi kepada responden terkait
tersedianya buku ekspedisi untuk mencatat pengembalian rekam medis. Berikut
adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden:
“Ada”
(Responden 1)
Responden 1 menjelaskan bahwa tersedianya buku ekspedisi untuk
mencatat pengembalian rekam medis. Hal tersebut juga diungkapkan oleh
responden 2 sebagai berikut:
“Iya, kita keluar masuk itu ada bukunya. Tiap ruangan juga ada bukunya”
(Responden 2)
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden didapatkan informasi
bahwa sudah terdapat buku ekspedisi untuk mencatat pengembalian rekam medis
rawat inap pada setiap ruangan di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Hal tersebut
56
juga didukung dengan dokumentasi peneliti yang dapat dilihat pada gambar 4.3
berikut ini:
ataupun sosialisasi
tentang pengelolaan
rekam medis khususnya
pengembalian rekam
medis
2. Reward Belum ada motivasi Mengajukan diberlakukannya
(Penghargaan) berupa pemberian pemberian penghargaan
penghargaan bagi (reward) dalam bentuk pujian
petugas admin ruangan atau piagam kepada petugas
yang menjalankan tugas yang melakukan pengembalian
sesuai dengan prosedur rekam medis rawat inap dengan
dan tepat waktu tepat waktu.
3. Punishment Belum adanya motivasi Mengajukan diberlakukannya
(Hukuman) berupa pemberia pemberian hukuman
hukuman yang tegas (punishment) terhadap petugas
kepada petugas yang yang tidak melakukan
telat mengembalikan pengembalian rekam medis
rekam medis rawat inap rawat inap sesuai prosedur
4. SOP Belum adanya Memberikan sosialisasi
sosialisasi SOP mengenai SOP pengembalian
Pengembalian rekam rekam medis kepada petugas
medis kepada petugas admin ruangan dan re-sosialisasi
admin ruangan. pengisian rekam medis kepada
dokter untuk mengurangi
terjadinya keterlambatan
pengembalian rekam medis
rawat inap akibat dari rekam
medis yang belum terisi dengan
lengkap.
5. Pelatihan Petugas admin ruangan Memberikan pelatihan dasar
belum pernah mendapat rekam medis khususnya
pelatihan terkait rekam pengembalian rekam medis dan
medis khususnya pemberian pelatihan kepada
pengembalian rekam PPA mengenai pengisian rekam
medis. medis.
Sumber: data primer hasil Brainstorming di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, 2023
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, didapatkan hasil terkait rencana yang dapat
menjadi alternatif untuk rencana perbaikan terhadap masalah yang menjadi
penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan. Masalah pertama yaitu terkait dengan kualifikasi pendidikan
petugas admin ruangan yang terlibat dalam pengembalian rekam medis rawat inap
bukan lulusan rekam medis dan belum diberikan pelatihan ataupun sosialisasi
tentang pengelolaan rekam medis khususnya pengembalian rekam medis,
didapatkan saran untuk rencana perbaikan masalah dengan pemberian pelatihan
ataupun sosialisasi kepada petugas admin ruangan terkait pengelolaan rekam medis
64
agar petugas mendapatkan ilmu dasar mengenai rekam medis sehingga dapat
menjalankan pekerjaannya lebih baik. Sejalan dengan Wardhina & Rahmadiliyani
(2022) yang menyatakan bahwa kegiatan sosialisasi dapat meningkatkan
pengetahuan petugas mengenai ketepatan waktu pengembalian rekam medis rawat
inap.
Permasalahan kedua yaitu belum ada motivasi berupa pemberian
penghargaan bagi petugas admin ruangan yang menjalankan tugas sesuai dengan
prosedur dan tepat waktu, didapatkan saran untuk rencana perbaikan masalah
dengan mengajukan diberlakukannya pemberian penghargaan (reward) dalam
bentuk pujian atau piagam kepada petugas yang melakukan pengembalian rekam
medis rawat inap dengan tepat waktu. Menurut (Rakhmaningrum & Nudji, 2016)
motivasi atau penghargaan dari pimpinan akan mempengaruhi petugas dalam
kepatuhan pengembalian rekam medis.
Masalah ketiga yaitu belum adanya motivasi berupa pemberian hukuman
yang tegas kepada petugas yang telat mengembalikan rekam medis rawat inap
didapatkan saran untuk rencana perbaikan masalah dengan mengajukan
diberlakukannya pemberian hukuman (punishment) terhadap petugas yang tidak
melakukan pengembalian rekam medis rawat inap sesuai prosedur. Menurut
Pradnyani (2020) sanksi (punishment) yang paling ringan adalah berupa teguran
yang kepada karyawan secara langsung setelah terjadinya pelanggaran. Dapat pula
dilakukan hukuman pemotongan gaji bagi karyawan yang melakukan pelanggaran
kategori sedang. Jika terjadi suatu perbuatan pelanggaran berat yang dianggap
sangat merugikan perusahaan, maka punishment represif paling berat yang dapat
dilakukan adalah pemutusan hubungan kerja (PHK).
Permasalahan keempat yaitu belum adanya sosialisasi pengembalian rekam
medis kepada petugas admin ruangan, didapatkan saran untuk rencana perbaikan
masalah dengan memberikan sosialisasi mengenai SOP pengembalian rekam medis
kepada petugas admin ruangan dan re-sosialisasi pengisian rekam medis kepada
dokter untuk mengurangi terjadinya keterlambatan pengembalian rekam medis
rawat inap akibat dari rekam medis yang belum terisi dengan lengkap. Hal ini
sejalan dengan penelitian Devi dkk. (2016) Sosialisasi tentang SPO pengembalian
65
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan dari penelitian tentang Analisis Faktor
Penyebab Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan berdasarkan faktor ability (kemampuan), motivation
(motivasi) dan opportunity (kesempatan) dapat disimpulkan bahwa penyebab
keterlambatan pengembalian rekam medis adalah sebagai berikut:
1. Faktor ability (kemampuan) yang menjadi penyebab keterlambatan
pengembalian rekam medis yaitu dokter yang tidak mengisi rekam medis
dengan lengkap dan kualifikasi pendidikan petugas admin ruangan yang
terlibat dalam pengembalian rekam medis rawat inap belum sesuai yaitu
minimal lulusan D3-Rekam Medis.
2. Faktor motivation (motivasi) yang menjadi penyebab keterlambatan
pengembalian rekam medis yaitu belum terdapat reward (penghargaan)
untuk petugas admin ruangan yang melaksanakan pengembalian rekam
medis rawat inap sesuai dengan prosedur dan belum terdapat punishment
(hukuman) yang tegas untuk petugas yang tidak mengembalikan rekam
medis rawat inap dengan tepat waktu.
3. Faktor opportunity (kesempatan) yang menjadi penyebab keterlambatan
pengembalian rekam medis yaitu belum adanya sosialisasi terkait SOP
pengembalian rekam medis dan belum adanya pelatihan terkait
pengembalian rekam medis yang diikuti oleh petugas admin ruangan.
4. Berdasarkan hasil brainstorming, rencana perbaikan dan didapatkan yaitu
dengan pelatihan ataupun sosialisasi kepada petugas admin ruangan terkait
pengelolaan rekam medis, diberlakukannya pemberian penghargaan
(reward) dan punishment (hukuman), sosialisasi secara berkala mengenai
SOP pengembalian rekam medis dan memberikan pelatihan dasar rekam
medis khususnya pengembalian rekam medis dan pemberian pelatihan
kepada PPA mengenai pengisian rekam medis.
66
67
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian analisis faktor penyebab keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan,
peneliti melakukan diskusi bersama memberikan saran kepada pihak RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan yaitu:
1. Kepala rekam medis mengajukan diadakannya pelatihan ataupun sosialisasi
terkait pengelolaan rekam medis kepada petugas admin ruangan sebagai
salah satu upaya perbaikan untuk meminimalisir terjadinya keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap.
2. Kepala rekam medis memberlakukan pemberian penghargaan (reward)
berupa pujian atau piagam kepada petugas admin ruangan yang
mengembalikan rekam medis rawat inap dengan tepat waktu.
3. Kepala rekam medis memberlakukan pemberian punishment (hukuman)
terhadap petugas admin ruangan yang terlambat mengembalikan rekam
medis rawat inap.
4. Kepala rekam medis mengajukan diadakannya sosialisasi mengenai SOP
pengembalian rekam medis kepada petugas admin ruangan dan re-
sosialisasi pengisian rekam medis kepada dokter untuk mengatasi
keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap.
5. Kepala rekam medis mengajukan diadakannya pelatihan dasar rekam medis
khususnya pengembalian rekam medis kepada petugas admin ruangan dan
pemberian pelatihan kepada PPA mengenai pengisian rekam medis.
6. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan
menentukan prioritas penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis
rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, I., Sudirman, A., Safitri, M., Sulaiman, O. K., Ramadhani, R., Wahyuni, D.,
Kurniawan, Muh. A., Mardiana, N., Jamaludin, & Simarmata, J. (2020).
Aplikasi Pembelajaran Berbasis TIK (T. Limbong, Ed.). Medan: Kita Menulis.
Amran, R., Apriyani, A., & Dewi, N. P. (2021). Peran Penting Kelengkapan Rekam
Medik di Rumah Sakit. Baiturrahmah Medical Journal, 1(1), 70.
https://jurnal.unbrah.ac.id/index.php/brmj/article/view/1061
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif (E. D. Lestari,
Ed.). Sukabumi: CV Jejak.
Arif, Y. W. T., Hapsari, I. P., & Noor, H. L. (2022). Sistem Informasi Manajemen
Filing Berbasis Web di Rumah Sakit.
https://ojs.udb.ac.id/index.php/Senatib/article/view/1775
As’ad, & Fridiyanto. (2021). Perilaku Organisasi Edisi Revisi (M. K. Amrullah,
Ed.; 1 ed.). Malang: Literasi Nusantara. www.penerbitlitnus.co.id
Asir, M., & Rahmi. (2021). Manajemen dan Metode Pelatihan pada Irwani Pane
Institute. Jurnal Pendidikan Indonesia (Teori, Penelitian dan Inovasi), 1(2),
1–13.
68
69
Budiharjo. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia (C. Alviana, Ed.; 1 ed.).
Yogyakarta: Samudra Biru.
Devi, S. S., Rini, N. S. H., & Hakim, L. (2016). Pengaruh Implementasi Standar
Prosedur Operasional Pengembalian Rekam Medis di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29(3), 265–268.
http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/1680
Dwi, A. B., Koli, D. Y., Hendrayani, E., Sitepu, J., Herawati, A. R., Paringsih,
Sudirman, A., Sjioen, A. E., Hanafi, M., Hina, H. B., Kusnadi, I. H., Ena, Z.,
Yuningsih, T., Hesinto, S., Nadapdap, K. M., Sumarsih, Wairisal, P. L., &
Risambessy, A. (2022). Asas-Asas Manajemen (Konsep dan Teori) (Hartini,
Ed.). Bandung: Media Sains Indonesia.
Evanirosa, Bagenda, C., Hasnawati, Annova, F., Azizah, K., Nursaeni, Maisarah,
Ali, R., Shobri, M., & Adnan, M. (2022). Metode Penelitian Kepustakaan
(Library Research) (Z. Na’im, Ed.). Bandung: Media Sains Indonesia.
Kamil, N. (2020). Evaluasi Kinerja Petugas Distribusi Berkas Rekam Medis Rawat
Jalan di RSUD dr. Saiful Anwar Malang. J-REMI : Jurnal Rekam Medik dan
Informasi Kesehatan, 1(3), 291–294. https://doi.org/10.25047/j-
remi.v2i1.2077
Keputusan Menteri Kesehatan No. 377 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan, (2007). Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Majid, A. (2017). Analisis Data Penelitian Kualitatif (A. Majid, Ed.). Makassar:
Penerbit Aksara Timur.
Noor, Z. Z. (2021). Buku Referensi Strategi Pemasaran 5.0 (Z. Z. Noor, Ed.; 1 ed.).
Yogyakarta: Deepublish.
Novitasari, A., Hidayat, M., & Kaporina, A. (2014). Kepuasan Pasien Rawat Inap
terhadap Pelayanan Keperawatan di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/2553
Nuraini, N., Soeryo, G., & Yusmaini, H. (2016). Hubungan Faktor Demografi,
Periode dan Lama Kerja Dokter Terhadap Keterlambatan Pengisian Resume
Medis Pasien BPJS di Ruang Rawat Inap RSAU dr. Esnawan Antariksa.
Jurnal Profesi Medika, 10(1).
Pakpahan, M., Siregar, D., Susilawaty, A., Mustar, T., Ramdany, R., Manurung, E.
I., Sianturi, E., Tompunu, M. R. G., Sitanggang, Y. F., & M, Maisyarah.
(2021). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Medan: Yayasan Kita
Menulis.
Pratama, I. W., & Sukarno, G. (2021). Analisis Penilaian Kinerja, Reward, dan
Punishment terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi Jawa Timur. Jurnal STEI Ekonomi, 30(02), 20–32.
https://doi.org/10.36406/jemi.v30i02.460
Purwaningsari, R. T., Juniarti, A. T., & Affandi, A. (2022). Budaya Kerja Mutu
Pelayanan Puskesmas (M. Dewi, Ed.). Surabaya: Cipta Media Nusantara.
Robbins, S. P., & Judge, T. (2006). Perilaku Organisasi (B. Molan, Ed.; Edisi
Sepuluh). Jakarta: Erlangga.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2015). Perilaku Organisasi (R. Saraswati & F.
Sirait, Ed.; 16 ed.). Jakarta: Salemba Empat.
Umar A, M., Wahyudi, I., Damanik, D., Purba, E., Ruswandi, W., Febrian, W. D.,
Putra, I. G. C., & Yuliastuti, I. A. N. (2022). Metodologi Penelitian
Manajemen (D. P. sari & M. Sari, Ed.). Padang: Global Eksekutif Teknologi.
Widyaningsih, N., & Triyanto. (2021). Menulis Karya Ilmiah Itu Mudah. Bogor:
Guepedia.
Yusuf, R. M., & Syarif, D. (2018). Komitmen Organisasi. Makassar: Nas Media
Pustaka.