Anda di halaman 1dari 94

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN

PENGEMBALIAN REKAM MEDIS RAWAT INAP


DI RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

SKRIPSI

oleh
Kurnia Candra Septianingrum
NIM G41212420

PROGRAM STUDI D4 MANAJEMEN INFORMASI


KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN
PENGEMBALIAN REKAM MEDIS RAWAT INAP
DI RSUD BANGIL KABUPATEN PASURUAN

HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan
Kesehatan (S.Tr.RMIK) di Program Studi D4 Manajemen Informasi Kesehatan
Jurusan Kesehatan

oleh
Kurnia Candra Septianingrum
NIM G41212420

PROGRAM STUDI D4 MANAJEMEN INFORMASI


KESEHATAN
JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2023

ii
HALAMAN PENGESAHAN

iii
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Kurnia Candra Septianingrum
NIM : G41212420
menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam Laporan
Skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan
Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan”
merupakan gagasan dan hasil karya saya sendiri dengan arahan komisi
pembimbing, dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun pada perguruan
tinggi mana pun.
Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan
dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Laporan Skripsi ini.

Jember, 22 Juni 2023

Kurnia Candra Septianingrum


NIM. G41212420

iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI

v
MOTTO

“Ojo Kuminter Mundak Keblinger, Ojo Cidra Mundak Cilaka”


(Sunan Kalijaga)

HALAMAN MOTTO

vi
PERSEMBAHAN

HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan proposal
dengan judul “Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian Rekam
Medis Rawat Inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan”. Skripsi ini saya
persembahkan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, (Alm) Bapak Suroso dan Ibu Sri Yuati yang telah
memberi saya semangat, doa restu, dorongan, nasehat dan kasih sayang serta
pengorbanan yang tidak tergantikan hingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini.
2. Kakak tercinta Rizky Agung Wijaya yang selalu memberikan semangat dan
dukungan dalam menyelesaikan Skripsi ini
3. Nenek Supiyah, Om Pujiyanto dan Tante Eni Kuntarsih tersayang yang
selalu mendoakan dan memberikan motivasi selama ini.
4. Ibu Rossalina Adi Wijayanti, S.KM.,M.Kes selaku Dosen pembimbing
yang selama ini meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Para dosen dan staf pengajar Program Studi D-IV Manajemen Informasi
Kesehatan yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan yang
bermanfaat untuk penulis.
6. Kepada seluruh petugas di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan yang telah
memberikan kesempatan untuk saya agar dapat melakukan studi
pendahuluan dan penelitian.
7. Shelvia, Novendra serta seluruh teman-teman Program Studi Manajemen
Informasi Kesehatan PAJ 5 Angkatan 2021 yang senantiasa membantu dan
membersamai saya dalam menyelesaikan skripsi saya.
8. Almamater tercinta Politeknik Negeri Jember.

vii
Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis
Rawat Inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan

Rossalina Adi Wijayanti, S.KM.,M.Kes (Pembimbing 1)

Kurnia Candra Septianingrum


Program Studi Manajemen Informasi Kesehatan
Jurusan Kesehatan

ABSTRAK

Standar pengembalian rekam medis rawat inap yaitu 2x24 jam setelah pasien
keluar. Berdasarkan hasil observasi di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan bahwa
rata-rata keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap sebesar 69,79%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan subjek penelitian 3 petugas
admin ruangan dan 1 kepala rekam medis. Hasil penelitian berdasarkan faktor
ability yaitu petugas admin ruangan yang tidak memiliki pendidikan minimal D-III
rekam medis. Faktor motivation yaitu belum adanya pemberian penghargaan
(reward) dan belum adanya pemberian hukuman (punishment) kepada petugas.
Faktor Opportunity yaitu belum adanya sosialisasi SOP pengembalian rekam medis
kepada petugas admin ruangan dan petugas admin ruangan belum pernah mendapat
pelatihan terkait rekam medis. Saran yang diberikan peneliti yaitu kepala rekam
medis memberikan pelatihan kepada petugas admin ruangan terkait pengelolaan
rekam medis, mengajukan diberlakukannya pemberian penghargaan (reward) dan
hukuman (punishment), sosialisasi secara berkala mengenai SOP pengembalian
rekam medis dan memberikan pelatihan dasar rekam medis mengenai
pengembalian rekam medis kepada petugas.

Kata Kunci: Keterlambatan, Pengembalian, Rawat Inap, Rekam Medis, Rumah


Sakit.

viii
Analysis of Factors Causing Delay in Returning Inpatient Medical Record at
Bangil Hospital, Pasuruan Regency
Rossalina Adi Wijayanti, S.KM.,M.Kes as Chief Counselor

Kurnia Candra Septianingrum


Study Program of Health Information Management
Majoring of Health

ABSTRACT

The standard of returning inpatient medical records was 2x24 hours after the
patient was discharged. Based on the result of observations at Bangil Hospital,
Pasuruan Regency, the average delay in returning inpatient medical records was
69.79%. This study aims to determine the factors causing the delay in returning
inpatient medical records at Bangil Hospital, Pasuruan Regency. This type of
research is qualitative method with 3 room admin officers and 1 head of medical
records as a subjects. The results of the research based on the ability factor is the
room admin officers who did not have a minimum education as associate degree of
medical record. The motivation factor is that there was no reward given to room
admin officers and there was no punishment given to officers. The Opportunity
factor is that there has been no socialization of the SOP for returning medical
records to room admin officers and room admin officers who have never received
training related to medical records. The advice given by researchers is that the
head of medical records provides training to room admin officers regarding
medical record management, imposing rewards and punishments, socializing
regarding SOPs for returning medical records and providing basic training on
medical records to officers.

Key words: Delays, Returns, Inpatient, Medical Records, Hospitals

ix
RINGKASAN

Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis Rawat


Inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, Kurnia Candra Septianingrum,
NIM. G41212420, Tahun 2023, Manajemen Informasi Kesehatan, Politeknik
Negeri Jember, Rossalina Adi Wijayanti, S.KM.,M.Kes (Pembimbing 1).

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Salah satu kewajiban rumah sakit yaitu
untuk menyelenggarakan rekam medis. Faktor untuk mendukung penyelenggaraan
rekam medis yang baik adalah ketepatan waktu pengembalian berkas rekam medis
pasien rawat inap ke unit kerja rekam medis. Salah satu kendala dalam
penyelenggaraan rekam medis yaitu keterlambatan pengembalian rekam medis.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan observasi
terhadap 15 rekam medis yang dikembalikan dari ruang rawat inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan didapatkan rata-rata rekam medis yang mengalami
keterlambatan pengembalian cukup tinggi yaitu sebesar 69.79% dari jumlah total
rekam medis yang dikembalikan. Rekam medis rawat inap dengan jumlah
keterlambatan paling tinggi yaitu terjadi pada bulan Desember tahun 2022 sebanyak
266 rekam medis dengan persentase keterlambatan sebesar 73.89%. Keterlambatan
pengembalian berkas rekam medis tersebut dapat mengakibatkan rekam medis
menumpuk di ruang rawat inap dan formulir rekam medis mudah terselip.
Permasalahan tersebut nantinya akan ditentukan upaya perbaikan masalah
berdasarkan faktor ability, motivation dan opportunity dengan menggunakan
brainstorming.
Hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan faktor penyebab
keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan adalah faktor ability karena kualifikasi pendidikan petugas admin ruangan
yang terlibat dalam pengembalian rekam medis rawat inap yang bukan lulusan
rekam medis. Faktor motivation yaitu belum adanya motivasi berupa pemberian
penghargaan bagi petugas admin ruangan yang menjalankan tugas sesuai dengan

x
prosedur dan tepat waktu serta belum adanya motivasi berupa pemberian hukuman
yang tegas kepada petugas yang telat mengembalikan rekam medis rawat inap.
Faktor opportunity yaitu belum adanya sosialisasi SOP Pengembalian rekam medis
kepada petugas admin ruangan serta petugas admin ruangan belum pernah
mendapat pelatihan terkait rekam medis khususnya pengembalian rekam medis.
Didapatkan kesimpulan bahwa faktor penyebab keterlambatan pengembalian
rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan adalah kualifikasi
Pendidikan yang tidak sesuai, belum adanya pemberian reward (penghargaan),
belum adanya pemberian punishment (hukuman), belum adanya pemberian
sosialisasi SOP dan pelatihan terkait rekam medis.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, rencana perbaikan yang diberikan
adalah kepala rekam medis mengajukan pemberian pelatihan ataupun sosialisasi
kepada petugas admin ruangan terkait pengelolaan rekam medis agar petugas
mendapatkan ilmu dasar mengenai rekam medis sehingga dapat menjalankan
pekerjaannya lebih baik, mengajukan diberlakukannya pemberian penghargaan
(reward) terhadap petugas yang melakukan pengembalian rekam medis rawat inap
dengan tepat waktu dan hukuman (punishment) terhadap petugas yang terlambat
mengembalikan rekam medis, sosialisasi secara berkala mengenai SOP
pengembalian rekam medis kepada petugas admin ruangan dan pengisian rekam
medis kepada dokter untuk mengurangi terjadinya keterlambatan pengembalian
rekam medis rawat inap akibat dari rekam medis yang belum terisi dengan lengkap
dan memberikan pelatihan dasar rekam medis khususnya mengenai pengisian dan
pengembalian rekam medis kepada petugas yang terlibat dalam pengisian dan
pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

xi
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor Penyebab
Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan” dapat selesai dengan lancar. Skripsi ini disusun untuk
memperoleh gelar Sarjana Terapan Rekam Medis dan Manajemen Informasi
Kesehatan (S.Tr.RMIK) di Politeknik Negeri Jember. Pada kesempatan kali ini,
penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Saiful Anwar, S.Tp, MP selaku Direktur Politeknik Negeri Jember.
2. Ibu Ir. Rindiani, MP selaku Ketua Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri
Jember.
3. Bapak Atma Deharja, S.KM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Manajemen
Informasi Kesehatan.
4. Ibu Rossalina Adi Wijayanti, S.KM.,M.Kes. selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, saran serta kepercayaan sepenuhnya dalam
proses pengerjaan skripsi ini.
5. Ibu Ervina Rachmawati, S.ST., MPH selaku Ketua Penguji
6. Bapak Angga Rahagiyanto, S.ST., M.T selaku Anggota Penguji
7. Orang tua, kaka dan saudara tercinta yang selalu memberikan do’a dan
dukungan baik secara moril dan materil
8. Seluruh petugas di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan yang telah
mengijinkan penelitian.
9. Teman-teman MIK PAJ 5 Angkatan 2021 dan semua pihak yang telah
membantu
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk perbaikan di masa mendatang.
Jember, 22 Juni 2023

Penulis

xii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ II

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. III

SURAT PERNYATAAN .................................................................................... IV

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI ...............................................................V

HALAMAN MOTTO ......................................................................................... VI

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ VII

ABSTRAK ........................................................................................................ VIII

ABSTRACT .......................................................................................................... IX

RINGKASAN ........................................................................................................X

PRAKATA ......................................................................................................... XII

DAFTAR ISI ..................................................................................................... XIII

DAFTAR TABEL............................................................................................XVII

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... XVIII

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... XIX

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... XX

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................6
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................6
1.3.1. Tujuan Umum........................................................................... 6
1.3.2. Tujuan Khusus.......................................................................... 7
1.4. Manfaat Penelitian ..............................................................................7
1.4.1. Bagi Rumah Sakit ..................................................................... 7
1.4.2. Bagi Politeknik Negeri Jember................................................. 7
xiii
1.4.3. Bagi Peneliti ............................................................................. 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8

2.1. State of The Art.....................................................................................8


2.2. Rumah Sakit ......................................................................................10
2.2.1. Definisi Rumah Sakit ............................................................. 10
2.2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit .............................................. 10
2.3. Rawat Inap .........................................................................................11
2.4. Rekam Medis .....................................................................................12
2.4.1. Definisi Rekam Medis ............................................................ 12
2.4.2. Tujuan Rekam Medis ............................................................. 12
2.4.3. Isi Rekam Medis..................................................................... 13
2.4.4. Penanggungjawab Pengisian Rekam Medis ........................... 14
2.4.5. Standar Pelayanan Minimal Rekam Medis ............................ 15
2.5. Pengembalian Rekam Medis ............................................................15
2.5.1. Definisi Pengembalian Rekam Medis .................................... 15
2.5.2. Standar Waktu Pengembalian Rekam Medis ......................... 15
2.6. Kinerja................................................................................................16
2.7.1. Definisi Kinerja ...................................................................... 16
2.7.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja ............................ 16
2.7. Faktor yang Menyebabkan Keterlambatan Pengembalian Rekam
Medis ..................................................................................................17
2.8.1. Ability (Kemampuan) ............................................................. 17
2.8.2. Motivation (Motivasi)............................................................. 19
2.8.3. Opportunity (Kesempatan) ..................................................... 20
2.8. Kerangka Konsep ..............................................................................23

BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................................... 25

3.1. Jenis Penelitian ..................................................................................25


3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................25
3.2.1. Lokasi Penelitian .................................................................... 25
3.2.2. Waktu Penelitian .................................................................... 25
xiv
3.3. Objek dan Subjek Penelitian............................................................25
3.3.1. Objek Penelitian ..................................................................... 25
3.3.2. Subjek Penelitian .................................................................... 25
3.4. Jenis Sumber Data ............................................................................26
3.4.1. Data Primer............................................................................. 26
3.4.2. Data Sekunder ........................................................................ 26
3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Istilah ..........................................26
3.5.1. Variabel Penelitian ................................................................. 26
3.5.2. Definisi Istilah ........................................................................ 27
3.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ....................................31
3.6.1. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 31
3.6.2. Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 32
3.7. Uji Keabsahan Data ..........................................................................33
3.7.1. Triangulasi Sumber ................................................................ 33
3.7.2. Triangulasi Teknik ................................................................. 33
3.8. Analisis Data ......................................................................................34
3.9. Alur Penelitian ...................................................................................36

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 39

4.1. Gambaran Umum RSUD Bangil Pasuruan ....................................39


4.1.1. Visi dan Misi RSUD Bangil Pasuruan ................................... 39
4.1.2. Motto dan Nilai-nilai Dasar.................................................... 39
4.2. Menganalisis penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis
rawat inap berdasarkan faktor ability (pengetahun dan
pendidikan) di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan ......................40
4.2.1. Pengetahuan............................................................................ 41
4.2.2. Pendidikan .............................................................................. 46
4.3. Menganalisis penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis
rawat inap berdasarkan faktor motivation (penghargaan dan
hukuman) di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan .........................48
4.3.1. Reward (Penghargaan) ........................................................... 48

xv
4.3.2. Punishment (hukuman)........................................................... 50
4.4. Menganalisis penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis
rawat inap berdasarkan faktor opportunity (SOP, buku ekspedisi,
lama kerja dan pelatihan) di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
.............................................................................................................52
4.4.1. SOP ......................................................................................... 52
4.4.2. Buku ekspedisi ....................................................................... 55
4.4.3. Lama kerja .............................................................................. 58
4.4.4. Pelatihan ................................................................................. 60
4.5. Menyusun rencana perbaikan terhadap masalah keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan ............................................................................................62

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 66

5.1. Kesimpulan ........................................................................................66


5.2. Saran ...................................................................................................67

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68

LAMPIRAN ......................................................................................................... 75

xvi
DAFTAR TABEL

Halaman
1. 1. Persentase Sampel Rekam Medis Terlambat dan Tidak Terlambat ................ 2
1. 2. Data Sampel Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap Bulan Januari 2023 .. 3
1. 3. Data Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap Bulan
November 2022 - Januari 2023 ....................................................................... 3
2. 1. State of The Art ............................................................................................... 8
3. 1. Subjek Penelitian........................................................................................... 26
3. 2. Definisi Istilah ............................................................................................... 28
4. 1. Hasil Pengisian Kuisioner Terkait Pengetahuan Petugas Admin Ruangan di
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan .............................................................. 41
4. 2. Perhitungan Hasil Kuisioner Pengetahuan di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan ........................................................................................................ 42
4. 3. Kualifikasi pendidikan Petugas Admin Ruangan RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan ........................................................................................................ 46
4. 4. Lama Kerja Petugas Admin Ruangan di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
....................................................................................................................... 58
4. 5. Hasil Brainstorming mengenai Upaya Penyelesaian Penyebab Keterlambatan
Pengembalian Rekam Medis......................................................................... 62

xvii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. 1. Rekam medis di Ruang Rawat Inap ................................................................ 6
2. 1 Model Teori Kinerja ....................................................................................... 16
2. 2 Kerangka Konsep ........................................................................................... 23
3. 1 Alur Penelitian ............................................................................................... 36
4. 1 SOP Pengisian Rekam Medis......................................................................... 44
4. 2 SOP Pengembalian rekam medis RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan .......... 53
4. 3 Buku Ekspedisi Pengembalian Rekam Medis................................................ 56
4. 4 Buku Ekspedisi Peminjaman Rekam Medis .................................................. 57

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Naskah Penjelasan Sebelum Penelitian ............................................................. 76
2. Lembar Informed .............................................................................................. 78
3. Lembar Petunjuk Wawancara ........................................................................... 80
4. Pedoman Wawancara ........................................................................................ 81
5. Lembar Petunjuk Observasi ............................................................................ 107
6. Lembar Pedoman Observasi ........................................................................... 108
7. Petunjuk Kuesioner ......................................................................................... 110
8. Kuesioner Penelitian ....................................................................................... 111
9. Hasil Perhitungan Kuesioner........................................................................... 114
10. Lembar Pedoman Brainstorming .................................................................. 115
11. Absensi Brainstorming .................................................................................. 116
12. Hasil Brainstorming ...................................................................................... 117
13. Pedoman Dokumentasi.................................................................................. 118
14. Surat Izin Penelitian ...................................................................................... 119
15. SOP Pengembalian Rekam Medis ................................................................ 120
16. Dokumentasi Kegiatan .................................................................................. 122
17. Persetujuan Etik ............................................................................................ 125
18. Surat balasan Penelitian ................................................................................ 126
19. Sertifikat Hasil Uji Turnitin .......................................................................... 127
20. Biodata Peneliti ............................................................................................. 128

xix
DAFTAR SINGKATAN

CVCU : Cardiovascular Care Unit


D3 : Diploma Tiga
D4 : Diploma Empat
Depkes : Departemen Kesehatan
Dkk : Dan Kawan Kawan
HCU : High Care Unit
ICU : Intensive Care Unit
IGD : Instalasi Gawat Darurat
Kemenakertrans : Kementerian Ketenagakerjaan dan Transmigrasi
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
KRS : Keluar Rumah Sakit
MIK : Manajemen Informasi Kesehatan
PHK : Pemutusan Hubungan Kerja
PPA : Profesional Pemberi Asuhan
RI : Republik Indonesia
RM : Rekam Medis
RS : Rumah Sakit
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
S1 : Strata Satu
S2 : Strata Dua
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMK : Sekolam Menengah Kejuruan
SOP : Standart Operational Prosedure
SPO : Standar & Prosedur Operasional
Yanmed : Pelayanan Medik

xx
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Kemenkes, 2019). Rumah Sakit
mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau
oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
(Listiyono, 2015). Pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu ditunjang dengan
pemenuhan kewajiban rumah sakit terhadap pasien. Salah satu kewajiban rumah
sakit yaitu untuk menyelenggarakan rekam medis (Kemenkes, 2018).
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan atau dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien (Kemenkes, 2008). Catatan ataupun dokumen tersebut
dibuat oleh dokter ataupun dokter gigi yang harus memenuhi rekam medis sesuai
dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Tujuan rekam medis adalah untuk
mencatat fakta-fakta yang berkaitan dengan kesehatan pasien yang berfokus pada
kejadian-kejadian yang mempengaruhi kesehatan pasien dan untuk membantu
kesinambungan pelayanan dimasa yang akan datang bila diperlukan (Krinawati &
Ningsih, 2020). Rekam medis mempunyai fungsi untuk menyediakan informasi
kesehatan bagi seluruh tenaga kesehatan yang ikut serta dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada seorang pasien (Amran dkk., 2021). Berdasarkan dari
fungsi rekam medis tersebut maka dalam penyelenggaraannya rekam medis harus
efektif dan efisien.
Penyelenggaraan rekam medis adalah proses aktivitas yang diawali ketika
pasien tiba di rumah sakit guna melaksanakan pemeriksaan, diteruskan dengan
aktivitas pencatatan identitas pasien, informasi medis pasien sepanjang pasien itu
memperoleh pelayanan kedokteran di rumah sakit hingga pasien sembuh serta
keluar dari rumah sakit. Faktor untuk mendukung penyelenggaraan rekam medis
yang baik adalah ketepatan waktu pengembalian berkas rekam medis pasien rawat
inap ke unit kerja rekam medis (Nur & Rohman, 2016). Salah satu kendala dalam
1
2

penyelenggaraan rekam medis yaitu keterlambatan pengembalian rekam medis.


Keterlambatan pengembalian rekam medis dapat mengakibatkan permasalahan
dalam pelayanan rekam medis serta akan menghambat kegiatan berikutnya, seperti
kegiatan assembling, koding, analisis, indexing serta beresiko mengakibatkan
rusaknya dokumen rekam medis karena tidak disimpan ditempat penyimpanan
dokumen rekam medis (Wijiyanto, 2022).
Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Kabupaten Pasuruan merupakan
instansi pusat pelayanan kesehatan tipe B milik Pemerintah Daerah Kabupaten
Pasuruan yang telah menyelenggarakan rekam medis untuk menunjang pelayanan
yang bermutu. Pengembalian rekam medis pasien rawat inap maksimal yaitu 2x24
jam setelah pasien dinyatakan pulang (Depkes, 2006). Sesuai dengan Standart
Operasional Prosedur (SOP) RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan yang di terbitkan
pada tanggal 22 Juli 2022 dengan nomor: 13.4160.22.012 tentang pengembalian
berkas rekam medis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan tertulis bahwa waktu
pengembalian rekam medis dari rawat inap adalah 2x24 jam setelah pasien keluar
rumah sakit. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah apabila pasien tersebut
kembali berobat dan mempermudah dalam hal penyajian informasi yang
dibutuhkan oleh rumah sakit.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan observasi
terhadap 15 rekam medis yang dikembalikan dari ruang rawat inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan didapatkan persentase keterlambatan pengembalian rekam
medis rawat inap seperti pada tabel 1.1 dibawah ini.
Tabel 1. 1. Persentase Sampel Rekam Medis Terlambat dan Tidak Terlambat
No. Dokumen Rekam Medis N Persentase
1. Terlambat 9 60%
2. Tidak Terlambat 6 40%
Jumlah 15 100%
Sumber: Data primer, 2023
Persentase rekam medis yang mengalami keterlambatan pengembalian dari
ruang rawat inap berdasarkan Tabel 1.1 yaitu sebesar 60% dan persentase rekam
medis yang tidak mengalami keterlambatan pengembalian dari ruang rawat inap
yaitu sebesar 40%. Persentase tersebut didukung dengan data 15 rekam medis rawat
inap pada tabel dibawah ini.
3

Tabel 1. 2. Data Sampel Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap Bulan Januari
2023
No. Inisial Tanggal Tanggal Terlambat
No. Keterangan
RM Nama KRS Setor (Hari)
1. 4710** M 15/01/23 25/01/23 10 Hari Terlambat
2. 4725** S 23/01/23 25/01/23 2 Hari Tidak Terlambat
3. 4720** TR 13/01/23 25/01/23 12 Hari Terlambat
4. 4722** AM 16/01/23 25/01/23 9 Hari Terlambat
5. 4728** MA 25/01/23 25/01/23 0 Hari Tidak Terlambat
6. 4721** B 14/01/23 25/01/23 11 Hari Terlambat
7. 4725** S 20/01/23 25/01/23 5 Hari Terlambat
8. 4721** ES 14/01/23 25/01/23 11 Hari Terlambat
9. 4712** ADA 17/01/23 25/01/23 8 Hari Terlambat
10. 4730** MA 24/01/23 26/01/23 2 Hari Tidak Terlambat
11. 4718** RAI 07/01/23 26/01/23 19 Hari Terlambat
12. 4729** N 25/01/23 26/01/23 1 Hari Tidak Terlambat
13. 4730** SDS 24/01/23 26/01/23 2 Hari Tidak Terlambat
14. 4703** A 24/01/23 26/01/23 2 Hari Tidak Terlambat
15. 4721** S 18/01/23 26/01/23 7 Hari Terlambat
Sumber: Data Primer, 2023
Mengacu pada Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa rekam medis rawat inap
yang mengalami keterlambatan pengembalian paling lama yaitu milik inisial nama
RAI dengan nomor rekam medis 4718** dan lama keterlambatan yaitu 19 hari.
Keterlambatan pengembalian rekam medis tersebut juga didukung dengan data
jumlah keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap bulan
November 2022 hingga bulan Januari 2023 di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
pada tabel 1.3 dibawah ini.
Tabel 1. 3. Data Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap Bulan
November 2022 - Januari 2023
Persentase
Jumlah Tidak Persentase
No. Bulan Tidak Terlambat
Berkas Terlambat Terlambat
Terlambat
1 November 275 94 34.18% 181 65.82%
2 Desember 360 94 26.11% 266 73.89%
3 Januari 323 98 30.34% 225 69.66%
Rata-rata 319 95 30.21% 224 69.79%
Sumber: Laporan Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap November 2022-Januari 2023
Berdasarkan Tabel 1.3 di atas didapatkan hasil bahwa rata-rata rekam medis
yang mengalami keterlambatan pengembalian cukup tinggi yaitu sebesar 69.79%
dari jumlah total rekam medis yang dikembalikan. Rekam medis rawat inap dengan
4

jumlah keterlambatan paling tinggi yaitu terjadi pada bulan Desember tahun 2022
sebanyak 266 rekam medis dengan persentase keterlambatan sebesar 73.89%.
Keterlambatan pengembalian rekam medis merupakan akibat dari kinerja
petugas yang kurang maksimal. Robbins menyatakan bahwa kinerja karyawan
merupakan fungsi dari interaksi antara kemampuan (ability), motivasi (motivation)
dan kesempatan (opportunity), sehingga dapat dirumuskan bahwa kinerja (P) = f (A
x M x O), dan M= V x E x I (Purwaningsari dkk., 2022). Begitupun yang terjadi di
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan terkait keterlambatan pengembalian berkas
rekam medis rawat inap.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan kepala rekam
medis, dapat diketahui bahwa keterlambatan pengembalian rekam medis tersebut
disebabkan oleh kinerja petugas admin ruangan dari faktor Ability (Kemampuan)
yaitu pengetahuan petugas admin ruangan mengenai pengembalian rekam medis
rawat inap dan latar belakang pendidikan dari petugas admin ruangan yang bertugas
mengembalikan rekam medis bukan dari lulusan rekam medis. Menurut Wijiyanto
(2022) kualifikasi pendidikan petugas yang belum sesuai standar yaitu lulusan
rekam medis dapat mempengaruhi pengelolaan rekam medis.
Faktor Motivation (Motivasi) penyebab keterlambatan pengembalian rekam
medis rawat inap yaitu tidak ada pemberian reward (penghargaan) dan punishment
(sanksi) kepada petugas yang terlambat mengembalikan rekam medis. Sejalan
dengan penelitian Octaviantini (2018) bahwa pemberian penghargaan kepada
petugas admin ruangan penting karena sebagai bentuk apresiasi kepada petugas
dengan tujuan agar petugas admin ruangan semakin giat dalam melakukan
pekerjaan mengembalikan berkas rekam medis dengan baik dan tepat waktu dan
meningkatkan prestasi yang telah dicapainya sehingga petugas admin ruangan
tersebut menjadi lebih keras kemauannya untuk meningkatkan kinerjanya.
Faktor Opportunity (Kesempatan) penyebab keterlambatan pengembalian
rekam medis rawat inap yaitu sudah terdapat SOP (Standart Operational
Prosedure) namun pengembalian rekam medis rawat inap masih lebih dari 2x24
jam setelah pasien pulang, buku ekspedisi, lama kerja petugas dan belum pernah
ada pelatihan untuk meningkatkan motivasi kerja yaitu pelatihan dasar mengenai
5

rekam medis. Pelatihan sangat penting bagi para pegawai karena dapat menambah
wawasan dan keterampilan agar dapat bekerja secara profesional dan memiliki
produktivitas yang tinggi (Octaviantini, 2018).
Penelitian sebelumnya oleh Kamil (2020) yang dilakukan di RSUD dr.
Saiful Anwar Malang mengenai keterlambatan pengembalian rekam medis,
menunjukan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan
pengembalian berkas rekam medis yaitu disebabkan oleh variabel ability,
motivation, dan opportunity. Abillity yang dimaksud dalam penelitian tersebut
berkaitan dengan pengetahuan petugas mengenai Standart Operational Prosedure
keterlambatan pengembalian rekam medis. Motivation yang dimaksud dalam
penelitian tersebut berkaitan dengan pemberian reward dan punishment yang
kurang optimal serta variabel opportunity yang dimaksud dalam penelitian tersebut
berkaitan dengan adanya pelatihan dasar rekam medis namun belum dilaksanakan
dengan maksimal, job description belum berjalan dengan baik, dan jarak yang harus
ditempuh untuk pengembalian rekam medis ke instalasi rekam medis.
Dampak yang ditimbulkan dari keterlambatan pengembalian rekam medis
yaitu akan menghambat kegiatan berikutnya, seperti kegiatan assembling, koding,
analisis, indexing serta beresiko mengakibatkan rusaknya dokumen rekam medis
karena tidak disimpan ditempat penyimpanan dokumen rekam medis (Wijiyanto,
2022). Menurut Octaviantini (2018) keterlambatan pengembalian berkas rekam
medis tersebut dapat mengakibatkan rekam medis menumpuk di ruang rawat inap,
formulir rekam medis mudah terselip, petugas coding tidak bisa segera mengkode,
berkas rekam medis tidak bisa segera masuk ke bagian filing, dan apabila berkas
tersebut dibutuhkan tidak bisa segera tersedia karena belum tersimpan di rak filing.
Berikut adalah dokumentasi terkait rekam medis di ruang rawat inap yang
mengalami penumpukan:
6

Gambar 1. 1. Rekam medis di Ruang Rawat Inap


Mengacu pada permasalahan yang ada di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan mengenai keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap ini perlu
dilakukannya analisis faktor penyebab keterlambatan rekam medis rawat inap yang
dibutuhkan dalam peningkatan kualitas serta kinerja RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan yang nantinya akan berdampak pada pemberian pelayanan kesehatan
yang berkualitas dan bermutu. Hal ini penting bagi RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan agar pihak rumah sakit kedepannya dapat meningkatkan kinerja
petugasnya. Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan
Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan permasalahan
penelitian ini yaitu “Bagaimana Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan
Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan?”

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor penyebab
keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan.
7

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Menganalisis penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis rawat
inap berdasarkan faktor ability (pengetahun dan pendidikan) di RSUD
Bangil Kabupaten Pasuruan.
b. Menganalisis penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis rawat
inap berdasarkan faktor motivation (penghargaan dan hukuman) di RSUD
Bangil Kabupaten Pasuruan.
c. Menganalisis penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis rawat
inap berdasarkan faktor opportunity (SOP, buku ekspedisi, lama kerja dan
pelatihan) di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
d. Menyusun rencana perbaikan terhadap masalah keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam pelaksanaan
pengembalian rekam medis rawat inap.
1.4.2. Bagi Politeknik Negeri Jember
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi dan pengembangan
ilmu pengetahuan dalam bidang rekam medis yang berhubungan dengan
analisis faktor penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis rawat
inap.
1.4.3. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan pemahaman yang berharga serta pengalaman
praktis di rumah sakit dengan menerapkan teori yang diperoleh peneliti dari
institusi pendidikan yang berhubungan dengan analisis faktor penyebab
keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. State of The Art


Tabel 2. 1 State of The Art
Septianingrum
No. Materi Nugroho (2021) Rohmawati (2021)
(2022)
1. Bentuk Skripsi Skripsi Skripsi
2. Judul Analisis Penyebab Analisis Penyebab Analisis Faktor
Keterlambatan Keterlambatan Penyebab
Berkas Rekam Medis Pengembalian Keterlambatan
Rawat Inap dengan Rekam Medis Pengembalian
Menggunakan Rawat Inap Rumah Rekam Medis
Pendekatan Sakit Pusat Rawat Inap di
Manajemen Pertamina RSUD Bangil
Puskesmas di Kabupaten
Puskesmas Labruk Pasuruan
Kidul Kabupaten
Lumajang
3. Tujuan Mendeskripsikan Menganalisis faktor Menganalisis faktor
faktor penyebab penyebab penyebab
keterlambatan berkas keterlambatan keterlambatan
rekam medis rawat pengembalian pengembalian
inap puskesmas di rekam medis rawat rekam medis rawat
puskesmas Labruk inap RS Pusat inap di RSUD
Kidul Lumajang. Pertamina. Bangil Kabupaten
Pasuruan
4. Jenis Kualitatif Kualitatif Kualitatif
Penelitian
5. Teknik Wawancara, Wawancara dan Wawancara,
Pengumpulan observasi, dan studi observasi observasi,
Data dokumentasi. dokumentasi dan
kuesioner
6. Metode 5 Unsur Manajemen Teori Perilaku Teori Kinerja
Penelitian Lawrence Green Robbins
7. Variabel 5M (Man, Money, Predisposing Ability, Motivation,
Penelitian Method, Materials, factor, enabling dan Opportunity
Machine) factor, dan
reinforcing factor.
8. Subjek 1 petugas rekam 1 perawat, 1 3 petugas admin
Penelitian medis, 2 perawat petugas distributor, ruangan dan 1
rawat inap, dan dan 1 petugas kepala rekam medis
kepala puskesmas. monitoring file
pulang rawat inap.
9. Lokasi Puskesmas Labruk RS Pusat Pertamina RSUD Bangil
Kidul Lumajang Kabupaten
Pasuruan

8
9

10. Hasil Penyebab Penyebab Penyebab


Penelitian keterlambatan keterlambatan keterlambatan
pengembalian pengembalian pengembalian
berkas rekam medis rekam medis rawat rekam medis rawat
rawat inap di inap di Rumah Sakit inap adalah
Puskesmas Labruk Pusat Pertamina Pendidikan admin
Kidul Lumajang adalah motivasi diri ruangan bukan D3
adalah pengetahuan dari petugas pengisi Rekam Medis,
petugas terkait rekam medis baik belum adanya
pengembalian dokter maupun pemberian reward
berkas rekam medis perawat dan (penghargaan) dan
rawat inap masih motivasi diri dari punishment
kurang, belum petugas distributor (hukuman), belum
terdapat buku yang kurang, jarak adanya sosialisai
ekspedisi yang antara ruang rawat SOP pengembalian
dapat membantu inap dengan ruang rekam medis, dan
dalam menunjang rekam medis cukup belum adanya
pengembalian jauh, Sikap dan pelatihan terkait
berkas rekam medis perilaku petugas rekam medis.
rawat inap, belum monitoring file
tersedianya SOP pulang rawat yang
pengembalian tidak meminta
dokumen rekam berkas rekam medis
medis rawat inap yang belum
dan kurangnya rak kembali untuk
penyimpanan DRM segera
RI dikembalikan
11. Saran Menambahkan Dilakukannya Pengajuan adanya
Penelitian buku ekspedisi evaluasi terhadap pelatihan atau
rawat inap untuk sumber daya sosialisasi,
pengembalian manusia yang ada pemberian
berkas rekam medis pada bagian rekam penghargaan
rawat inap, medis, melakukan (reward) dan
memberikan perhitungan ulang hukuman
penghargaan untuk jumlah (punishment),
(reward) kepada tenaga rekam pemberian
perawat yang medis, adanya sosialisasi tentang
mengembalikan peningkatan SOP pengembalian
berkas rekam motivasi kesadaran rekam medis dan
medis, mengadakan akan pemberian
sosialisasi serta tanggungjawab pelatihan dasar
pembuatan SOP dalam melakukan rekam medis.
terkait alur pengisian rekam
pengembalian medis dan evaluasi
berkas rekam medis sikap dan perilaku
dan menyediakan ketika terdapat
dana pembelian alat berkas rekam medis
yang segera yang belum
dibutuhkan. kembali.
10

Berdasarkan Tabel 2.1 dapat diketahui bahwa perbedaan antara peneliti


dengan penelitian terdahulu milik Rohmawati (2021) dan Nugroho (2021) yaitu
pada penelitian Rohmawati (2021) subjek penelitian terdiri dari 1 perawat, 1
petugas distributor, dan 1 petugas monitoring file pulang rawat inap Rumah Sakit
Pusat Pertamina. Subjek penelitian Nugroho (2021) yaitu 1 petugas rekam medis,
2 perawat rawat inap, dan kepala puskesmas. Subjek penelitian pada penelitian ini
yaitu kepala unit rekam medis dan 3 petugas admin ruangan di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan. Variabel penelitian yang digunakan juga berbeda, pada
penelitian Rohmawati (2021) menggunakan variabel Predisposing factor, enabling
factor, dan reinforcing factor. Variabel pada penelitian Nugroho (2021) yaitu 5M
(Man, Money, Method, Materials, Machine). Penelitian ini menggunakan variabel
Ability, Motivation, dan Opportunity.

2.2. Rumah Sakit


2.2.1. Definisi Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Pemerintah RI, 2009).
Rumah sakit merupakan suatu bagian menyeluruh (integrasi) dari
organisasi dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan lengkap kepada
masyarakat baik kuratif maupun preventif, dimana output layanannya menjangkau
pelayanan keluarga dan lingkungan, rumah sakit juga sebagai pusat pelatihan
tenaga kesehatan serta penelitian biososial (Adhani, 2018).
2.2.2. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna (Pemerintah RI, 2009). Untuk menjalankan tugasnya,
Rumah Sakit mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
11

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan


kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan
medis.
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi
bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan

2.3. Rawat Inap


Rawat inap merupakan suatu bentuk perawatan, dimana pasien dirawat
dan tinggal di rumah sakit untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, karena selama
pasien dirawat, rumah sakit harus memberikan pelayanan yang terbaik kepada
pasien sehingga penerima layanan merasa dilayani dengan baik (Nurdahniar, 2019).
Pelayanan rawat inap merupakan pusat kegiatan yang paling banyak terjadi
interaksi antara perawat dengan pasien, karena unit ini paling banyak memberikan
pelayanan dibandingkan dengan yang lainnya (Novitasari dkk., 2014).
Ruang rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan berjumlah 13
ruangan, yaitu terdiri dari ruangan:
a. Edelweiss
b. Melati
c. Anggrek
d. Dahlia
e. HCU Dahlia
f. Alamanda
g. IGD
h. ICU/CVCU
i. HCU Melati
j. Teratai
k. HCU TERATAI
l. Asoka
12

m. Mawar

2.4. Rekam Medis


2.4.1. Definisi Rekam Medis
Rekam Medis adalah dokumen yang berisikan data identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien (Kemenkes, 2022). Rekam medis adalah dokumen atau catatan yang berisi
fakta tentang kondisi pasien, riwayat medis, dan pengobatan masa lalu, dan dibuat
oleh tenaga medis profesional yang ditunjuk untuk memberikan pelayanan medis
kepada pasien tersebut (Amran dkk., 2021).
2.4.2. Tujuan Rekam Medis
Tujuan rekam medis adalah untuk mendukung terwujudnya tertib
administrasi dan untuk mencapai tujuan rumah sakit yaitu meningkatkan mutu
pelayanan medis di rumah sakit (Sanggamele dkk., 2018). Selain menunjang
administrasi dalam rangka meningkatkan pelayanan di instansti pelayanan, dan
sebagai dasar dalam menetapkan diagnosa dan merencanakan tindakan, perawatan,
pengobatan terhadap pasien, rekam medis mempunyai beberapa aspek kegunaan.
Kegunaan rekam medis menurut Depkes (2006) yaitu:
a. Aspek Administrasi
Rekam medis memiliki nilai administrasi, karena isi dari rekam medis
memuat tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai
tenaga medis dan paramedik dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
b. Aspek Medis
Rekam medis memiliki nilai medis, karena catatan tersebut digunakan
sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang diberikan
kepada seorang pasien dan dalam rangka mempertahankan serta
meningkatkan mutu pelayanan melalui kegiatan audit medis, manajemen
risiko klinis serta keamanan/keselamatan pasien dan kendali biaya.
c. Aspek Hukum
Rekam medis memiliki nilai hukum, karena isi dari rekam medis memuat
persoalan adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam
13

rangka usaha menegakkan hukum serta penyediaan bahan sebagai tanda


bukti untuk menegakkan keadilan, rekam medis milik dokter dan rumah
sakit sedangkan isinya yang terdiri dari identitas pasien, pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien adalah sebagai informasi yang dapat di miliki oleh
pasien sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
d. Aspek Keuangan
Rekam medis mempunyai nilai uang, karena isi dari rekam medis memuat
data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek keuangan.
Kaitanya rekam medis dengan aspek keuangan sangat erat sekali dalam hal
pengobatan, terapi serta tindakan-tindakan apa saja yang di berikan kepada
seorang pasien selama menjalani perawatan di rumah sakit.
e. Aspek Penelitian
Rekam medis memiliki nilai penelitian karena isi dari rekam medis
memuat data dan informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
pendukung penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dibidang
kesehatan.
f. Aspek Pendidikan
Rekam medis memiliki nilai pendidikan, karena isi dari rekam medis
memuat data/informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan
pelayanan medis yang diberikan kepada pasien, informasi tersebut bisa
digunakan sebagai bahan/referensi pengajaran dibidang profesi
pendidikan kesehatan.
g. Aspek Dokumentasi
Rekam medis memiliki nilai dokumentasi, karena isi dari rekam medis
memuat sumber ingatan yang wajib didokumentasikan dan digunakan
menjadi bahan pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit.
2.4.3. Isi Rekam Medis
Isi rekam medis untuk pasien rawat inap menurut Kemenkes (2008)
sekurang-kurangnya memuat:
a. Identitas pasien
14

b. Tanggal dan waktu


c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
e. Diagnosis
f. Rencana penatalaksanaan
g. Pengobatan dan/atau tindakan
h. Persetujuan tindakan bila diperlukan
i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
j. Ringkasan pulang (discharge summary)
k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
l. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu, dan untuk
pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
2.4.4. Penanggungjawab Pengisian Rekam Medis
Bersadarkan Keputusan Dirjen Pelayanan Medik No.
78/Yanmed/RSUmdik/YMU/I/91 Tentang Penyelenggaraan Rekam Medis di
Rumah Sakit (1991) Tenaga yang bertanggungjawab atas kelengkapan isi rekam
medis di rumah sakit adalah:
a. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang
bekerja di rumah sakit tersebut.
b. Dokter tamu pada rumah sakit tersebut.
c. Residens yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik.
d. Tenaga medis perawatan dan paramedis non perawatan yang terlibat
langsung didalam pelayanan-pelayanan kepada pasien di rumah sakit
meliputi antara lain: perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium
klinik, gizi, anastesia, penata rontgen, rehabilitasi medik dan sebagainya.
e. Dalam hal dokter luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran yang
berupa tindakan / konsultasi kepada pasien, yang membuat rekam medis
adalah dokter yang ditunjuk oleh Direktur Rumah Sakit.
15

2.4.5. Standar Pelayanan Minimal Rekam Medis


Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit pada jenis pelayanan rekam
medik yang mencakup indikator pelayanan sebagai berikut (Kemenkes RI, 2008):
a. Kelengkapan pengisian rekam medik 24 jam setelah selesai pelayanan
dengan standar 100%
b. Kelengkapan Informed Consent setelah mendapatkan informasi yang jelas
dengan standar 100%
c. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat jalan dengan
standar ≤ 10 menit
d. Waktu penyediaan dokumen rekam medik pelayanan rawat inap dengan
standar ≤ 15 menit

2.5. Pengembalian Rekam Medis


2.5.1. Definisi Pengembalian Rekam Medis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembalian adalah proses,
cara atau perbuatan mengembalikan. Pengembalian rekam medis juga dapat
diartikan sebagai proses membawa kembali rekam medis dari bagian pelayanan
yang meminjamnya ke bagian rekam medis (Rais, 2020). Dalam pengembalian
rekam medis, rekam medis harus dikembalikan sesudah pasien pulang atau setelah
pasien selesai mendapatkan pengobatan.
2.5.2. Standar Waktu Pengembalian Rekam Medis
Berdasarkan Standard Operational Prosedure (SOP) di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan, waktu pengembalian rekam medis rawat inap adalah 2x24
jam setelah pasien keluar rumah sakit. Menurut Depkes (2006) standar
pengembalian berkas rekam medis yaitu 2x24 jam setelah pasien selesai
mendapatkan perawatan. Berkas rekam medis yang telah lengkap harus segera
dikembalikan ke ruang rekam medis dalam kurun waktu 2 hari setelah pasien
pulang. Waktu 2 hari tersebut merupakan waktu maksimum dalam pengembalian
berkas rekam medis dan resume medis ke ruang rekam medis.
16

2.6. Kinerja
2.7.1. Definisi Kinerja
Kinerja adalah umpan balik tentang berbagai hal seperti keterampilan,
kelelahan, kekurangan, dan potensi, serta membantu menetapkan tujuan, jalur, dan
rencana pengembangan karier bagi individu, khususnya organisasi (Indrasari,
2017). Robbins & Judge (2006) mengatakan bahwa kinerja sebagai fungsi interaksi
antara kemampuan atau ability (A) motivasi atau motivation (M) dan kesempatan
atau opportunity (O), yaitu yaitu kinerja = f (A x M x O), artinya kinerja merupakan
fungsi dari kemampuan, motivasi, dan kesempatan. Kinerja dalam menjalankan
fungsinya tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan kepuasan
kerja karyawan dan tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh
keterampilan, kemampuan, dan sifat-sifat individu.
Kinerja juga dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, dan
hasil kerja. Kaitannya terhadap pengertian tersebut kinerja (work performance)
adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dilakukan pegawai dalam
melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya
(Asnawi, 2019).
2.7.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja
Robbins berpendapat bahwa kinerja karyawan dipengaruhi oleh interaksi
antara kemampuan (ability) dan motivasi (motivation), tetapi masih terdapat
kesenjangan dalam kecerdasan dan keahlian dari individu yang merupakan bagian
dari kemampuan dan motivasi dari setiap karyawan, yaitu kesempatan
(Tinambunan, 2016). Berikut ini merupakan model dari kinerja Robbins:

Kemampuan
(Ability)

Motivasi Kinerja
(Motivation) (Performance)

Kesempatan
(Opportunity)

Gambar 2. 1 Model Teori Kinerja


17

2.7. Faktor yang Menyebabkan Keterlambatan Pengembalian Rekam


Medis
Keterlambatan pengembalian Berkas rekam medis merupakan suatu
kinerja seseorang yang tidak sesuai dengan prosedur kerja rekam medis yang
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang menyebabkan keterlambatan
pengembalian rekam medis terdiri dari Motivation (Motivasi), Opportunity
(Kesempatan), dan Ability (Kemampuan) (Kamil, 2020). Robbins & Judge (2006)
mengatakan bahwa kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability
(A) motivasi atau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu yaitu
kinerja = f (A x M x O), artinya kinerja merupakan fungsi dari kemampuan,
motivasi, dan kesempatan.
2.8.1. Ability (Kemampuan)
Kemampuan atau dalam Bahasa Inggris disebut sebagai ability mengacu
pada kemampuan individu untuk melakukan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan
(Noor, 2021). Menurut Robbins & Judge (2006) kemampuan (ability) adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan dan menjelaskan bahwa
kemampuan terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan
intelektual adalah kemampuan untuk melakukan aktivitas atau kegiatan mental,
sedangkan kemampuan fisik kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan
kegiatan yang membutuhkan kekuatan, kelenturan, dan koordinasi tubuh (Suswati,
2021). Kemampuan pada setiap orang dapat dilihat melalui pengetahuan dan
pendidikan, semakin tinggi pengetahuan dan pendidikan yang dimiliki individu
maka kemampuan yang dimiliki individu akan semakin baik (Mayangsari, 2021).
a. Knowledge (Pengetahuan)
Pengetahuan (knowledge) menurut Hamsani (2020) dapat didefinisikan
sebagai kumpulan pengalaman, nilai, informasi kontekstual dan wawasan yang
dapat memberikan menyediakan kerangka kerja untuk informasi. Pengetahuan
adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seorang terhadap suatu objek.
Penginderaan terjadi melalui panca indera dan sebagian besar pengetahuan manusia
berasal dari pendengaran dan penglihatan (Pakpahan dkk., 2021).
18

Pengetahuan seseorang didasarkan pada aspek pengalaman kerja dan


pendidikannya yang berasal dari berbagai sumber. Pengetahuan secara umum
dibagi menjadi beberapa tingkatan seperti memahami (comperhensio), tahu (know),
analisa (analysis), aplikasi (application), sintesis (synthesis), serta evaluasi
(evaluation) (Notoadmojo, 2003). Menurut Nugroho (2021) pengetahuan
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap dimana pengetahuan petugas berpengaruh
terhadap batas waktu pengembalian berkas rekam medis rawat inap yaitu 2x24 jam.
Pengetahuan petugas juga menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan tugas yang
dibebankan kepadanya, pengetahuan mengacu pada informasi dan hasil belajar.
Kurangnya pengetahuan dapat mempengaruhi hasil kerja, sehingga pengetahuan
yang tinggi dapat meningkatkan prestasi kerja (Octaviantini, 2018).
b. Education (Pendidikan)
Pendidikan (education) merupakan sebuah proses yang dilakukan secara
sadar dan bertujuan untuk menambah wawasan atau pengetahuan, keyakinan, dan
eksplorasi pengalaman guna mencari ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan
dalam mencapai tujuan hidup dan memiliki pandangan yang sangat luas kearah
masa depan yang lebih baik (Akbar dkk., 2020). Salah satu faktor yang dapat
meningkatkan produktivitas dan kinerja seseorang adalah pendidikan formal.
Pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan yang berkaitan langsung dengan
pelaksanaan tugas, tetapi juga dasar untuk pengembangan diri dan kemampuan
untuk memanfaatkan semua sasaran yang ada disekitarnya untuk kelancaran tugas,
semakin tinggi pendidikan semakin tinggi pula produktivitas kerja (Mayangsari,
2021). Sementara itu, tingkat pendidikan yakni jenjang formal yang ditempuh
individu selama masa sekolah sampai memasuki dunia kerja.
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini mengacu pada pendidikan formal
terakhir yang pernah diterima oleh petugas rekam medis yaitu minimal
berpendidikan D-III Rekam Medis (Susanti, 2023). Tingkat pendidikan terakhir
petugas rekam medis berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 377 tentang
Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan (2007) yaitu:
19

1. Diploma 3 (D3) Rekam Medik dan Informasi Kesehatan yang ditempuh


selama 6 (enam) semester dengan gelar Ahli Madya.
2. Diploma 4 (D4) Manajemen Informasi Kesehatan yang ditempuh selama
8 (delapan) semester dengan gelar Sarjana Sains Terapan MIK.
3. Strata-1 (S1) Manajemen Informasi Kesehatan yang ditempuh selama 8
(delapan) semester dengan gelar Sarjana Manajemen Informasi Kesehatan.
4. Strata 2 (S2) Manajemen Informasi Kesehatan yang ditempuh selama 4
(empat) semester dengan gelar Magister Manajemen Informasi Kesehatan.
Nugroho (2021) juga mengatakan bahwa pendidikan menjadi salah satu
faktor penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap dimana
pendidikan petugas yang baik merupakan lulusan dari rekam medis.
2.8.2. Motivation (Motivasi)
Motivasi (motivation) merupakan proses yang menjelaskan mengenai
kekuatan, arah dan ketekunan seseorang dalam upaya untuk mencapai tujuan
(Robbins & Judge, 2015). Motivasi adalah kehendak individu yang didorong oleh
sesuatu untuk melakukan suatu tindakan (As’ad & Fridiyanto, 2021). Faktor yang
mempengaruhi motivasi individu adalah melalui pemberian penghargaan (reward)
dan hukuman (punishment) kepada petugas. Hal tersebut berarti reward dan
punishment dapat memotivasi petugas untuk meningkatkan kualitas kerjanya
(Pradnyani, 2020).
a. Reward (Penghargaan)
Reward adalah suatu penghargaan atau balas jasa yang diberikan kepada
individu atau kelompok karena berperilaku baik, melakukan suatu prestasi atau
keunggulan, memberikan kontribusi, atau keberhasilan melaksanakan tugas yang
diberikan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Istilah reward berasal dari bahasa
Inggris yang berarti hadiah, penghargaan atau imbalan (Nurfitriani, 2022).
Pemberian reward bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan loyalitas karyawan
sehingga diharapkan tidak hanya meningkat kinerjanya, tetapi juga engagement
level karyawan (Iskandar, 2019). Reward dibagi menjadi 2 yaitu (Wahyuni dkk.,
2022):
20

1. Penghargaan ekstrinsik (extrinsic reward) adalah suatu penghargaan yang


datang dari luar diri orang tersebut. Penghargaan tersebut berupa gaji dan
upah, tunjangan karyawan, bonus/insentif dan penghargaan non finansial
berupa: penghargaan interpersonal dan promosi.
2. Penghargaan instrinsik (intrinsic reward) adalah suatu penghargaan yang
diatur oleh diri sendiri. Penghargaan tersebut berupa penyelesaian
(compleiton), pancapaian (achievement), dan otonomi (autonomy).
Menurut Krinawati & Ningsih (2020) adanya reward dalam rekam medis
mempengaruhi motivasi kerja petugas dalam menjalankan tugasnya sehingga tidak
terjadi keterlambatan pengembalian rekam medis.
b. Punishment (Hukuman)
Punishment adalah cara untuk mengarahkan perilaku agar sesuai dengan
perilaku yang berlaku secara umum. Dalam hal ini, hukuman diberikan ketika
sebuah perilaku yang tidak diharapkan ditunjukkan oleh orang yang bersangkutan
atau orang yang bersangkutan tidak menunjukkan respon atau tidak menunjukkan
perilaku yang diharapkan (Sumantrie, 2022). Tujuan pemberian punishment adalah
untuk memberikan efek jera kepada pegawai yang melanggar agar merasa jera dan
tidak mengulangi lagi. Jenis-jenis punishment dapat dijelaskan sebagai berikut
(Dwi dkk., 2022):
1. Hukuman ringan, dengan jenis: teguran lisan kepada karyawan yang
bersangkutan, teguran tertulis dan pernyataan tidak puas secara tidak
tertulis.
2. Hukuman sedang, dengan jenis: penundaan kenaikan gaji yang
sebelumnya telah direncanakan.
3. Hukuman berat, dengan jenis: penurunan pangkat atau demosi,
pembebasan dari jabatan, pemberhentian kerja atas permintaan karyawan
yang bersangkutan dan pemutusan hubungan kerja sebagai karyawan
diperusahaan.
2.8.3. Opportunity (Kesempatan)
Peluang (Opportunity) adalah keadaan terbuka terhadap masa depan yang
belum pernah dialami oleh seseorang atau organisasi, yang berbeda dengan yang
21

pernah atau yang sedang dialami, dan yang mengandung ketidakpastian (Mulyadi,
2007). Menurut beberapa pendapat (Appelbaumi; Boxall and Macky) Hutehinson
mendefinisikan bahwa Opportunity disini dipengaruhi oleh inisiatif keterlibatan,
kerja tim, otonomi, komunikasi, desain pekerjaan dan rotasi pekerjaan. Jadi,
Opportunity digunakan untuk menggambarkan sebagai sarana bagi seorang
karyawan untuk mengimplementasikan keterampilan yang dimiliki dalam bidang
pekerjaannya (Wijoyo dkk., 2019). Sehingga untuk mengukur cara
mengimplementasikan kemampuan yang dimiliki dalam bidang pekerjaannya,
maka akan digunakan empat sub variabel yaitu Standart Operational Procedure
(SOP), buku ekspedisi, lama kerja, dan Pelatihan.
a. Standart Operational Procedure (SOP)
Standard operating procedure atau biasa disebut dengan SOP merupakan
suatu dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang akan dijalankan secara
kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan demi mendapatkan hasil kerja
yang efektif dan efisien. SOP ini harus dimiliki oleh suatu perusahaan atau
organisasi sebagai panduan untuk menjalankan tugas dan fungsi setiap bagian yang
ada. Sehingga dengan begitu, adanya SOP ini dapat memudahkan dan menertibkan
pekerjaan yang akan dijalankan (Putra, 2020).
Fungsi dan Tujuan Standard Operating Procedure (SOP) adalah untuk
mendefinisikan semua konsep dan teknik yang penting serta persyaratan
dibutuhkan, yang ada dalam setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam bentuk yang
dapat digunakan langsung oleh karyawan dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari
(Budiharjo, 2019). Faktor penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis
menurut Lieskyantika (2018) salah satunya yaitu kesesuaian pengembalian rekam
medis pada SOP bahwa 2x24 jam harus kembali dan lengkap setelah pasien pulang
rawat inap.
b. Buku Ekspedisi
Buku ekspedisi adalah buku catatan transaksi/penyerahan, peminjaman,
dan pengembalian rekam medis, sehingga dapat mempermudah petugas saat
menemukan berkas rekam medis pasien (Krisnawati, 2021). Menurut Arif dkk.
(2022) buku ekspedisi memiliki 2 fungsi utama yaitu:
22

1. Sebagai bukti serah terima dokumen rekam medis, meliputi serah terima
dari filing ke poliklinik, dari filing ke petugas visum maupun dari
assembling ke instalasi rekam medis.
2. Mengurangi resiko kehilangan dokumen rekam medis karena keberadaan
dokumen rekam medis dapat terlacak dengan baik.
Buku ekpedisi memiliki informasi berkaitan dengan keberadaan DRM
yang keluar maka harus tercantum:
1. Tanggal peminjaman
2. No RM
3. Nama Pasien
4. Identitas peminjam
5. Keperluan
Buku ekspedisi merupakan panduan untuk pengambilan dan memonitor
rekam medis rawat inap yang dipinjam atau dikembalikan, sehingga mengurangi
kejadian keterlambatan pengembalian rekam medis (Nugroho, 2021).
c. Lama Kerja
Masa kerja/lama kerja adalah saat seseorang mulai bekerja dan terikat oleh
suatu organisasi, pengalaman kerja mempengaruhi kinerja seseorang, semakin lama
seseorang bekerja maka dalam melakukan pekerjaanya akan lebih baik karena telah
beradaptasi dengan pekerjaan dan lingkungan (Najiyah, 2022). Lama bekerja
adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat
(Octaviantini, 2018). Lama kerja dikategorikan menjadi dua, meliputi:
1. Lama kerja kategori baru ≤ 3 tahun
2. Lama kerja kategori lama > 3 tahun
Menurut Agustin (2022) masa kerja dapat berdampak positif pada kinerja
apabila dengan semakin lamanya masa kerja individu semakin berpengalaman
dalam menjalankan tugasnya. Seseorang yang memiliki masa kerja lebih lama akan
bekerja lebih baik, sehingga produktivitasnya semakin tinggi (Mayangsari, 2021).
d. Pelatihan
Pelatihan Kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh,
meningkatkan, serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin,
23

sikap, dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan
jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan (Kemenakertrans, 2013). Tujuan dari
pelatihan kerja adalah untuk meningkatkan kinerja, memutakhirkan keterampilan
karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi, mempersingkat waktu pembelajaran
bagi karyawan baru untuk menjadi kompeten dalam bekerja, membantu
memecahkan masalah operasional, mempersiapkan karyawan untuk promosi,
mengorientasikan karyawan terhadap organisasi, dan memenuhi kebutuhan
pertumbuhan pribadi (Mayangsari, 2021).
Pelatihan biasanya dilakukan sesuai dengan kurikulum yang disesuaikan
dengan kebutuhan jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif singkat, untuk
membekali seseorang dengan keterampilan kerja (Najiyah, 2022). Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan professional rekam medis dan informasi kesehatan,
baik anggota maupun organisasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan profesi melalui penerapan ilmu dan teknologi terkait pengembangan
rekam medis dan informasi kesehatan (Nugroho, 2021).

2.8. Kerangka Konsep

Ability (Kemampuan)
1. Knowledge (Pengetahuan)
2. Education (Pendidikan)

Motivation (Motivasi) Keterlambatan


a. Reward (Penghargaan) Pengembalian Rekam
b. Punishment (Hukuman) Medis Rawat Inap

Opportunity (Kesempatan)
a. SOP
b. Buku Ekspedisi
c. Lama Kerja
d. Pelatihan
Gambar 2. 2 Kerangka Konsep
Menurut Robbins kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi
dan kesempatan. Berdasarkan hal tersebut, kerangka konsep dalam penelitian ini
24

juga menggunakan faktor kinerja petugas yang terdiri dari ability, motivation, dan
opportunity untuk mengidentifikasi faktor penyebab keterlambatan pengembalian
rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Variabel ability
(kemampuan) dibagi menjadi dua faktor yaitu Knowledge (Pengetahuan) dan
Education (Pendidikan). Variabel motivation (motivasi) terdiri dari faktor reward
(penghargaan) dan punishment (hukuman). Sedangkan pada variabel opportunity
(kesempatan) dibagi menjadi empat yaitu, SOP, buku ekspedisi, lama kerja dan
pelatihan.
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci
(Anggito & Setiawan, 2018). Penelitian ini menggunakan kualitatif karena peneliti
sebagai instrumen kunci untuk pengambilan data dengan menggunakan metode
wawancara, observasi, kuesioner dan dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap
di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


3.2.1. Lokasi Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan yang
berada di Jl. Raya Raci - Bangil, Balungbendo, Masangan, Kec. Bangil, Pasuruan,
Jawa Timur 67153.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2022 sampai Juni 2023.

3.3. Objek dan Subjek Penelitian


3.3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sifat keadaan dari suatu benda, orang, atau yang
menjadi pusat perhatian dan sasaran penelitian (Umar dkk., 2022). Objek dalam
penelitian ini yaitu rekam medis pasien rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan.
3.3.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda, ataupun
lembaga (organisasi) (Umar dkk., 2022). Subjek dalam penelitian ini yaitu kepala
rekam medis dan petugas admin ruangan.

25
26

Tabel 3. 1 Subjek Penelitian


Subjek Penelitian Jumlah Subjek Keterangan
Kepala Rekam Medis 1 Kepala Rekam Medis
menjadi subjek penelitian
karena Kepala Rekam
Medis bertanggung jawab
atas pelaksanaan kebijakan
pengelolaan rekam medis
di rumah sakit.
Petugas Admin Ruangan 3 Petugas admin menjadi
subjek penelitian karena
berperan langsung dalam
pengembalian rekam medis
dari ruangan ke bagian
rekam medis.

3.4. Jenis Sumber Data


3.4.1. Data Primer
Data primer adalah data atau keterangan yang diperoleh peneliti secara
langsung dari sumbernya (Waluya, 2007). Data primer diperoleh dengan
melaksanakan wawancara, observasi dan dokumentasi terhadap responden. Ada
pula responden yang peneliti ambil adalah, kepala rekam medis dan petugas admin
ruangan.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah keterangan yang diperoleh dari pihak kedua, baik
berupa orang maupun catatan (Waluya, 2007). Data sekunder yang diperoleh
melalui buku ekspedisi dan laporan pengembalian berkas rekam medis digunakan
untuk mengetahui berkas yang terlambat kembali, sedangkan SOP digunakan untuk
mengetahui prosedur mengenai penilaian kelengkapan dan pengembalian berkas
rekam medis.

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Istilah


3.5.1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sudaryono, 2016). Variabel
27

dalam penelitian ini adalah variabel Ability (Kemampuan), Motivation (Motivasi)


dan Opportunity (Kesempatan).
3.5.2. Definisi Istilah
Definisi istilah merupakan batasan pengertian yang diberikan oleh peneliti
terhadap konsep-konsep yang ada dalam judul penelitian dan fokus penelitian,
dimana jika konsep-konsep tersebut tidak didefinisikan akan menimbulkan persepsi
definisi yang berbeda antara peneliti dan pembaca (Wahidmurni, 2020). Berikut ini
merupakan definisi operasional dalam Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan
Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan:
Tabel 3. 2 Definisi Istilah
No. Variabel Definisi Istilah Indikator Instrumen Penelitian
1. Ability Faktor yang berhubungan dengan Variabel ability dapat dinilai dengan
(Kemampuan) kemampuan petugas admin ruangan dalam sub variabel yaitu:
hal pengembalian rekam medis rawat inap a. Knowledge (Pengetahuan)
di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. b. Education (Pendidikan)
a. Knowledge Pemahaman petugas admin ruangan Petugas admin ruangan memahami Wawancara dan Kuesioner.
(Pengetahuan) terhadap pengembalian rekam medis rawat tentang: Kategori penilaian kuesioner:
inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. a. Definisi pengembalian rekam a. Baik (76%- 100%)
medis b. Cukup (56%- 75%)
b. Syarat pengembalian rekam medis c. Kurang (0-56%)
c. Prosedur SOP pengembalian (Jaeyana, 2012)
rekam medis
d. Batas waktu pengembalian rekam
medis rawat inap
b. Education Pendidikan terakhir yang telah ditempuh Minimal lulusan D3 Rekam Medis Wawancara dan Dokumentasi
(Pendidikan) petugas admin ruangan dan kepala rekam
medis di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan yang dibuktikan dengan adanya
ijazah.
2. Motivation Berkaitan dengan dorongan yang diberikan Variabel motivation dapat dinilai
(Motivasi) oleh atasan dalam bentuk penghargaan dan dengan sub variabel yaitu:
hukuman untuk melakukan pengembalian a. Reward (Penghargaan)
rekam medis rawat inap di RSUD Bangil b. Punishment (Hukuman)
Kabupaten Pasuruan dengan baik.
a. Reward Bentuk apresiasi atau balas jasa atas a. Adanya bonus yang diberikan jika Wawancara
(Penghargaan) pekerjaan yang dilakukan oleh petugas mengembalikan rekam medis
admin ruangan seperti bonus, promosi sesuai prosedur
jabatan dan pujian dalam hal pengembalian

28
rekam medis rawat inap di RSUD Bangil b. Adanya promosi jabatan yang
Kabupaten Pasuruan. diberikan jika mengembalikan
rekam medis sesuai prosedur
c. Adanya pujian yang diberikan jika
mengembalikan rekam medis
sesuai prosedur
b. Punishment Pemberian konsekuensi yang tidak a. Adanya teguran yang diberikan Wawancara
(Hukuman) menyenangkan dalam bentuk teguran atau jika mengembalikan rekam medis
penundaan gaji yang diberikan kepada tidak sesuai prosedur
petugas admin ruangan dalam hal b. Adanya penundaan gaji yang
pengembalian rekam medis rawat inap di diberikan jika jika
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan yang mengembalikan rekam medis
tidak sesuai dengan SOP. sesuai prosedur
3. Opportunity Peluang yang diberikan oleh kepala rekam Variabel opportunity dapat dinilai
(Kesempatan) medis kepada petugas admin ruangan dengan sub variabel yaitu:
dalam bentuk ketersediaan SOP a. Standart Operational Procedure
pengembalian rekam medis, buku (SOP)
ekspedisi untuk mencatat pengembalian b. Buku ekspedisi
rekam medis, lama kerja petugas admin c. Lama kerja
ruangan dan pelatihan untuk menunjang d. Pelatihan
kelancaran dalam hal pengembalian rekam
medis rawat inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan.
a. Standart Ketersediaan dan kesesuaian penggunaan a. Tersedianya SOP Pengembalian Wawancara, Observasi, dan
Operational prosedur tertulis yang digunakan sebagai Rekam Medis Dokumentasi
Procedure petunjuk atau acuan dalam hal b. Adanya sosialisasi mengenai SOP
(SOP) pengembalian rekam medis rawat inap di pengembalian rekam medis
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan c. Pelaksanaan pengembalian rekam
medis sudah sesuai dengan SOP
yang tersedia

29
b. Buku Buku ekspedisi yang digunakan untuk a. Tersedianya buku ekspedisi Wawancara, Observasi, dan
Ekspedisi menunjang proses pencatatan b. Pengembalian rekam medis Dokumentasi
pengembalian rekam medis rawat inap di dicatat pada buku ekspedisi
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
c. Lama Kerja Ukuran tentang lama waktu atau masa a. Lama waktu kerja petugas admin Wawancara
kerja petugas admin ruangan dalam ruangan
melaksanakan tugas pengembalian rekam b. Lama waktu petugas admin
medis rawat inap di RSUD Bangil memahami tugasnya dalam
Kabupaten Pasuruan mengembalikan rekam medis
rawat inap
d. Pelatihan Kegiatan yang diikuti oleh petugas admin Petugas admin ruangan pernah Wawancara dan Dokumentasi
ruangan seperti workshop dan seminar mengikuti atau menghadiri kegiatan
untuk meningkatkan kompetensi kerja dan sebagai berikut:
disiplin kerja petugas terkait pengembalian a. Workshop mengenai
rekam medis rawat inap agar tepat waktu pengembalian rekam medis
berdasarkan kuantitas (berapa kali petugas b. Seminar mengenai rekam medis
mengikuti pelatihan).

30
31

3.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


3.6.1. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara, metode maupun proses yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data penelitian secara akurat
(Evanirosa dkk., 2022). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini, diantaranya:
a. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
percakapan dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
narasumber yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Evanirosa dkk.,
2022). Responden dari wawancara dalam penelitian ini adalah 6 petugas admin
ruangan dan 1 kepala rekam medis. Responden dipilih berdasarkan bidang yang
diteliti. Peneliti melakukan wawancara pada variabel Ability (pengetahuan dan
pendidikan), Motivation (penghargaan dan hukuman) dan Opportunity (SOP, buku
ekspedisi, lama kerja dan pelatihan) dalam proses pengembalian rekam medis dari
ruang rawat inap ke Unit Rekam Medis.
b. Observasi
Observasi merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan pertama
dengan mengamati orang dan tempat pada saat penelitian (Evanirosa dkk., 2022).
Observasi/pengamatan di lakukan oleh peneliti secara langsung pada objek yang
hendak diteliti. Peneliti melakukan observasi pada variabel Opportunity (SOP dan
buku ekspedisi) dalam proses pengembalian rekam medis dari ruang rawat inap ke
Unit Rekam Medis.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara meneliti dan menganalis berbagai macam dokumen yang diperoleh di tempat
penelitian dan relevan dengan objek penelitian (Evanirosa dkk., 2022). Peneliti
melakukan dokumentasi pada variabel Ability (pendidikan) dan Opportunity (SOP,
buku ekspedisi dan pelatihan) dalam proses pengembalian rekam medis dari ruang
rawat inap ke Unit Rekam Medis.
32

d. Kuesioner
Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2016). Peneliti membagikan kuesioner
untuk variabel Ability (pengetahuan) dalam proses pengembalian rekam medis dari
ruang rawat inap ke Unit Rekam Medis.
e. Brainstorming
Teknik brainstorming merupakan cara cepat untuk menemukan gagasan
dalam suatu subjek dengan tujuan untuk menemukan sebanyak mungkin ide tanpa
mengkhawatirkan apakah ide-ide tersebut digunakan atau tidak (Widyaningsih &
Triyanto, 2021). Teknik ini berguna ketika semua anggota kelompok berpartisipasi
dan tidak ada pembatasan pemikiran (Al-Assar, 2009). Pada penelitian ini,
Brainstorming digunakan untuk merumuskan perbaikan atas masalah yang ada.
Perbaikan ini nantinya akan membantu dalam penyelesaian masalah terkait
keterlambatan pengembalian berkas rekam medis oleh petugas rekam medis
3.6.2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan dipermudah olehnya (Evanirosa dkk., 2022). Instrumen
pengumpulan data yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah:
a. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara pada penelitian ini berisi daftar pertanyaan yang
akan peneliti ajukan pada informan mengenai keterlambatan pengembalian rekam
medis pasien rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
b. Pedoman Observasi
Pedoman ini berupa penggalian informasi berkenaan dengan
keterlambatan pengembalian rekam medis pasien rawat inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan.
33

c. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi merupakan alat bantu yang digunakan guna
mengumpulkan data-data yang berbentuk dokumen seperti foto-foto aktivitas serta
transkip wawancara.
d. Pedoman kuesioner
Pedoman kuesioner merupakan alat bantu yang digunakan untuk mengisi
kuisioner, tiap pertanyaan yang diajukan diberi keterangan yang jelas dan terinci.
e. Pedoman Brainstorming
Pedoman Brainstorming digunakan sebagai wadah untuk curah pendapat
informan terhadap permasalahan yang ada serta mengusulkan upaya perbaikan
yang harus dilakukan. Pada lembar ini, terdapat hasil dari pendapat responden
sebagai upaya perbaikan dari permasalahan.

3.7. Uji Keabsahan Data


Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi, uji Credibility
(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas),
dan confirmability (objektivitas) (Wijaya, 2018). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan uji kredibilitas data untuk menguji keabsahan data. Uji kredibilitas
data dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.
3.7.1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber adalah pengujian untuk menguji keabsahan data,
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa
sumber (Sugiyono, 2013). Triangulasi sumber dilakukan kepada petugas admin
ruangan dan kepala rekam medis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
3.7.2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik dalam penelitian ini untuk menguji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik
yang berbeda (Sugiyono, 2013). Teknik yang digunakan yaitu wawancara pada
variabel Ability (pengetahuan dan pendidikan), Motivation (penghargaan dan
hukuman) dan Opportunity (SOP, buku ekspedisi, lama kerja dan pelatihan).
34

Observasi pada variabel Opportunity (SOP dan buku ekspedisi), dokumentasi pada
variabel Ability (pendidikan) dan Opportunity (SOP, buku ekspedisi dan pelatihan).
Serta kuesioner untuk variabel Ability (pengetahuan).

3.8. Analisis Data


Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data (Majid, 2017).
Peneliti menggunakan metode wawancara, observasi, dokumentasi, kuesioner dan
teknik brainstorming dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
faktor-faktor penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap di
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Langkah-langkah analisis data menurut
(Sugiyono, 2018) adalah sebagai berikut:
a. Data reduction (reduksi data)
Reduksi data adalah tentang merangkum serta memilih data dan informasi
yang didapat peneliti dari wawancara, observasi, dokumentasi dan kuesioner.
reduksi data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan merangkum atau memilih
data penting yang berkaitan dengan keterlambatan pengembalian rekam medis
rawat rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
b. Data display (penyajian data)
Langkah selanjutnya setelah data direduksi adalah menyajikan data.
Penyajian data dalam penelitian ini akan dilakukan dalam betuk uraian singkat
tentang permasalahan keterlambatan pengembalian rekam medis. Mendisplay data
dapat mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kinerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Dalam penelitian ini,
data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk uraian atau narasi.
c. Conclusion drawing /verification (verifikasi)
Langkah selanjutnya adalah verifikasi atau melakukan uji validitas dengan
triangulasi sumber dan teknik. Temuan yang didapat dari wawancara, observasi,
dokumentasi, kuesioner dan Brainstorming nantinya peneliti akan melakukan cross
check data dari hasil wawancara, observasi, dokumentasi, kuesioner dan
35

Brainstorming dengan triangulasi sumber dan teknik. Kesimpulan yang dituliskan


oleh peneliti dalam penelitian ini merupakan kesimpulan untuk menjawab rumusan
masalah yang berkaitan dengan kegiatan analisis faktor keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
d. Menentukan rencana perbaikan masalah
Menggunakan teknik Brainstorming untuk melakukan rencana perbaikan
masalah pengembalian rekam medis pasien rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan.
e. Penyajian hasil pembahasan
Penyajian hasil pembahasan penelitian dengan menggunakan bentuk
narasi mengenai masalah keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat
inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
f. Membuat kesimpulan dan saran
36

3.9. Alur Penelitian

Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka

Rumusan Masalah

Menentukan Tujuan Penelitian

Identifikasi faktor penyebab keterlambatan pengembalian


rekam medis rawat inap

Menentukan Metode Pengumpulan Data

Menyusun instrumen penelitian

Pengumpulan dan pengolahan data


1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
4. Kuesioner

Upaya penyelesaian masalah dengan Brainstorming

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran


Gambar 3. 1 Alur Penelitian
37

Tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan sebagai


berikut:
a. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah merupakan tahap awal dalam penelitian. Tahap ini
peneliti mengidentifikasi masalah di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan untuk
merumuskan masalah dan menentukan judul.
b. Studi Literatur
Studi literatur merupakan tahapan pembelajaran bagi peneliti untuk
mencari teori-teori yang berkaitan dengan masalah yang ada.
c. Studi Pustaka
Studi kepustakaan adalah pembahasan permasalahan berdasarkan pada
buku referensi untuk memperkuat materi pembahasan yang diteliti.
d. Rumusan Masalah
Pada tahap ini peneliti merumuskan masalah-masalah berdasarkan
permasalahan yang ditemukan di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
e. Menentukan Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, peneliti menentukan
tujuan yang akan dicapai dalam penelitian.
f. Mengidentifikasi faktor penyebab keterlambatan pengembalian rekam
medis rawat inap
Mengidentifikasi faktor penyebab keterlambatan pengembalian rekam
medis berdasarkan variabel Ability, Motivation dan Opportunity. Variabel
merupakan segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan, dimana di
dalamnya terdapat faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa yang akan diteliti.
g. Menentukan Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang dilakukan peneliti untuk
memperoleh data dari subjek yang diteliti. Peneliti akan menggunakan metode
wawancara, observasi, dokumentasi dan kuesioner.
h. Menentukan Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
38

sistematis dan dipermudah olehnya (Evanirosa dkk., 2022). Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan instrumen wawancara, observasi, dokumentasi dan
kuesioner.
i. Pengumpulan Data
Tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data tentang faktor yang
menyebabkan keterlambatan pengembalian rekam medis pasien rawat inap di
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan dengan metode wawancara, observasi,
dokumentasi dan kuesioner.
j. Pengolahan Data
Setelah proses pengumpulan data, tahap selanjutnya yaitu mengolah data
yang telah diperoleh dari proses wawancara, observasi, dokumentasi dan kuesioner.
k. Brainstorming
Brainstorming dilakukan untuk menentukan upaya perbaikan terhadap
masalah penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis
l. Hasil dan pembahasan
Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan hasil penelitian yang diperoleh
melalui tahap pengumpulan data mengenai faktor yang menyebabkan
keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan.
m. Kesimpulan dan saran
Setelah mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasan tahap
selanjutnya yaitu menarik kesimpulan dari hasil penelitian serta memberikan saran
kepada RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan sesuai dengan fokus permasalahan yang
diteliti.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum RSUD Bangil Pasuruan


4.1.1. Visi dan Misi RSUD Bangil Pasuruan
Visi RSUD Bangil adalah “Rumah Sakit yang Profesional Berorientasi
kepada Pelanggan dengan mengutamakan Mutu dan Keselamatan Pasien”.
Misi RSUD Bangil adalah sebagai berikut.
a. Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan mengutamakan
mutu dan keselamatan pasien.
Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional (SPO), Standar Profesi serta Pedoman Diagnosis dan Terapi
yang dilaksanakan oleh SDM yang profesional serta didukung pelayanan
informatif yang mudah dipahami oleh pelanggan dengan mengutamakan
mutu dan keselamatan pasien
b. Mengembangkan pelayanan kesehatan, sarana prasarana serta tenaga yang
terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian.
Sarana dan prasarana rumah sakit selalu disesuaikan dengan perkembangan
teknologi kesehatan/kedokteran dan tetap terjaga dalam keadaan siap pakai
dan seluruh karyawan di rumah sakit telah memiliki kompetensi yang sesuai
dengan tugas masing-masing serta menerima penghargaan sesuai dengan
kontribusinya terhadap kinerja rumah sakit
c. Mengelola sumber daya dan keuangan secara efektif, efisien, dan akuntabel
Menerapkan prinsip efisiensi dan efektifitas serta pertimbangan ekonomi
yang logis dalam pengelolaan sumber daya rumah sakit menuju peningkatan
kemampuan pembiayaan operasional.
4.1.2. Motto dan Nilai-nilai Dasar
Motto pelayanan RSUD Bangil adalah “Peduli dan berkualitas dalam
pelayanan”.
Untuk mendukung visi, misi dan motto pelayanan tersebut, nilai-nilai dasar
yang digunakan di RSUD Bangil sebagai acuan bagi seluruh karyawan yang

39
40

selanjutnya dalam jangka panjang diharapkan menjadi karakter dan budaya


organisasi dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan. Nilai-nilai dasar
tersebut adalah:
a. Jujur, berperilaku sebagai insan yang beriman, jujur dan bekerja keras
dalam segala aspek pelayanan.
b. Tanggungjawab, keyakinan terhadap tatanan dalam memberikan pelayanan
yang berlandaskan pada kaidah ilmiah dankaidah profesiserta tidak
bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
c. Visioner, berkomitmen dan mendahulukan kepentingan organisasi, serta
selalu menjaga keseimbangan Intelectual Quotion (IQ), Emotional Quotion
(EQ), dan Spiritual Quotion (SQ).
d. Disiplin, melaksanakan pekerjaan tepat waktu dan mengikuti aturan yang
telah ditetapkan.
e. Kerjasama, penuh empati dan mampu bekerjasama dengan sejawat, atasan,
bawahan dan pelanggan menuju pemberian pelayanan yang bermutu.
f. Adil, berpikir positif, ikhlas, terbuka dan mampu menerima kritik dan
masukan untuk pembaharuan dalam mewujudkan keberhasilan bersama.
g. Peduli, memberikan perhatian dan solusi terhadap kesulitan dan keluhan
dari rekan kerja dan pelanggan.

4.2. Menganalisis penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis


rawat inap berdasarkan faktor ability (pengetahun dan pendidikan) di
RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
Robbins dan Judge menjelaskan bahwa ability (Kemampuan) merupakan
kapasitas seorang individu untuk melakukan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan
(Yusuf & Syarif, 2018). Kemampuan dalam penelitian ini merupakan faktor yang
berhubungan dengan kemampuan petugas dalam hal pengembalian rekam medis
rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Peneliti membagi faktor ability
atau kemampuan kinerja petugas admin ruangan dalam melaksanakan
pengembalian rekam medis rawat inap menjadi dua yaitu pengetahuan dan
pendidikan.
41

4.2.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seorang
terhadap suatu objek. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui
berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah
sesuai dengan proses pengalaman yang dialaminya (Darsini dkk., 2019).
Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemahaman petugas admin
terhadap pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan.
Peneliti dalam penelitian ini memberikan kuisioner kepada responden untuk
mengetahui tingkat pengetahuan responden. Penyusunan kuisioner ini mengacu
pada peraturan Depkes (2006) terkait penyelenggaraan rekam medis diantaranya
mengenai definisi rekam medis, kegunaan rekam medis, isi rekam medis, mutu
rekam medis dan pengisian terkait rekam medis. Kuisioner terdiri dari 10
pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Berikut ini merupakan hasil dari
pengisian kuisioner oleh responden:
Tabel 4. 1 Hasil Pengisian Kuisioner Terkait Pengetahuan Petugas Admin Ruangan
di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
Benar Salah
No. Pertanyaan
N % N %
1. Apa pengertian rekam medis yang tertuang 3 100 0 0
dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 24
tahun 2022 tentang rekam medis?
2. Apasaja kegunaan dari rekam medis jika 1 33,3 2 66,7
dilihat berdasarkan aspeknya?
3. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI 3 100 0 0
Nomor 269 tahun 2008 isi rekam medis
rawat inap sekurang-kurangnya memuat:
4. Siapakah yang wajib mengisikan berkas 3 100 0 0
rekam medis pasien rawat inap?
5. Item dalam identitas pasien yang wajib ada 3 100 0 0
yaitu:
6. Petugas kesehatan melakukan melakukan 3 100 0 0
pengisian rekam medis selambat-lambatnya
dalam kurun waktu:
7. Apa yang dimaksud dengan pengembalian 2 66,7 1 33,3
rekam medis?
8. Apa dampak yang ditimbulkan dari 1 33,3 2 66,7
pengisian rekam medis tidak lengkap?
42

Benar Salah
No. Pertanyaan
N % N %
9. Standar kelengkapan pengisian rekam 2 66,7 1 33,3
medis menurut Kementerian Kesehatan
Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal yaitu sebesar:
10. Menurut SOP yang ada, rekam medis 2 66,7 1 33,3
rawat inap dikembalikan selambat-
lambatnya dalam kurun waktu:
Sumber: Hasil Pengisian Kuisioner RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, 2023
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa hasil kuisioner pengetahuan
petugas admin ruangan tentang pengembalian rekam medis rawat inap dalam
kategori baik. Dilihat dari hasil tersebut, petugas admin ruangan masih belum bisa
menjawab 10 pertanyaan tersebut dengan benar seluruhnya. Dibuktikan dengan
jawaban nomor 2, 7, 8, 9 dan 10 yang masih salah. Berikut ini merupakan
penjelasan terkait hasil kuisioner yang didapatkan dari masing-masing responden
yaitu responden 1 dan 2 mampu menjawab dengan benar sebanyak 7 dan salah
sebanyak 3 soal, sedangkan responden 3 mampu menjawab pertanyaan dengan
benar sebanyak 9 dan salah sebanyak 1. Hal tersebut dibuktikan dengan perhitungan
hasil kuisioner pada tabel 4.2 berikut ini.
Tabel 4. 2 Perhitungan Hasil Kuisioner Pengetahuan di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan
No. Responden Salah Benar
1. Responden 1 3 7
2. Responden 2 3 7
3. Responden 3 1 9
Sumber: Hasil Perhitungan Kuisioner RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, 2023
Setelah memberikan kuisioner untuk diisikan oleh responden, selanjutnya
peneliti melakukan wawancara untuk menggali lebih dalam tentang pengetahuan
responden mengenai pengembalian rekam medis yang disesuaikan dengan
beberapa pertanyaan yang ada pada kuisioner yang dibuat. Pertanyaan pertama,
peneliti menanyakan terkait definisi dari pengembalian rekam medis. Berikut
adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden:
“Pengembalian rekam medis itu kalo misalnya status yang udah selesai orangnya
atau KRS itu dibolehkan pulang sama dokternya. Untuk mengembalikan rekam
medis itu kan harus mengambil dulu berkas yang dibutuhkan untuk klaim. Sebelum
itu kita pastikan dulu seperti resume, laporan operasi didalamnya sudah lengkap
untuk kita setor ke RM”
43

(Responden 1)
Responden 1 menyatakan bahwa pengembalian rekam medis yaitu
penyetoran status pasien KRS atau yang diperbolehkan pulang oleh dokter ke
bagian rekam medis dengan syarat resume dan laporan operasi sudah lengkap. Hal
tersebut juga disampaikan oleh responden 3 seperti dibawah ini:
“Pengembalian rekam medis itu pengembalian status dari pasien yang sudah
selesai. Kalo resumenya sudah selesai diisi sama dokternya lalu dikembalikan ke
bagian rekam medis. Sudah selesai itu dalam arti resumenya sudah diisi dengan
lengkap”
(Responden 3)
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden 1 dan 3 tersebut dapat
disimpulkan bahwa responden telah memahami mengenai definisi pengembalian
rekam medis. Pernyataan responden tersebut didukung dengan hasil kuisioner pada
pertanyaan nomor 7 terkait pemahaman responden mengenai pengembalian rekam
medis. Hasil kuesioner tersebut menunjukan bahwa seluruh responden dapat
menjawab pertanyaan tersebut dengan benar, sehingga dari hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa petugas admin ruangan yang berada di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan telah mengerti dan memahami terkait definisi pengembalian rekam medis.
Peneliti juga menanyakan mengenai syarat pengembalian rekam medis
rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Berikut kutipan hasil wawancara
yang dilakukan kepada responden:
“Syaratnya lengkap, lengkap harus ada barkode identitas itu.”
(Responden 2)
Responden 2 menyatakan bahwa syarat dari pengembalian rekam medis
rawat inap adalah harus lengkap berisi barkode identitas. Pernyataan responden 2
tersebut sejalan dengan pernyataan responden 3 seperti dibawah ini:
“Syarat pengembalian itu resumenya dari dokter sudah diisi lengkap, ada
diagnosanya, indikasinya sudah lengkap, ada tanda tangannya juga. Kalo misalnya
sudah terisi lengkap biasanya langsung dikembalikan ke rekam medis”
(Responden 3)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa responden
telah mengetahui syarat pengembalian rekam medis yaitu isi rekam medis harus
lengkap. Jawaban wawancara dari responden diatas didukung dengan hasil
kuisioner pada nomor 9 terkait syarat pengembalian rekam medis yang mewajibkan
44

pengisian rekam medis lengkap 100%. Hal tersebut juga didukung dengan prosedur
pada SOP pengisian rekam medis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan yaitu untuk
mengisi rekam medis secara lengkap dalam kurun waktu 2x24 jam terhitung setelah
pasien pulang (discharge) seperti pada gambar berikut ini:

Gambar 4. 1 SOP Pengisian Rekam Medis


Selain menanyakan mengenai syarat pengembalian rekam medis, peneliti
juga menanyakan mengenai batas waktu pengembalian rekam medis kepada
petugas admin ruangan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil kutipan
responden sebagai berikut:
“Harusnya 2x24 jam setelah pasien KRS. Tapi dari petugas administrasi sepertinya
kesulitan kalau 2x24 jam harus lengkap. Soalnya status pasien itu juga kebanyakan
belum dilengkapi dari resume medisnya sama dokter.”
(Responden 1)
Responden 1 menyatakan bahwa batas waktu pengembalian rekam medis
rawat inap seharunya 2x24 jam, namun hal tersebut terkendala oleh resume medis
pasien yang belum dilengkapi oleh dokter. Hal yang sama juga disampaikan oleh
responden 3 sebagai berikut:
“Kalo normal itu biasanya batas waktunya yaitu 2x24 jam, tetapi tergantung
dokter. Biasanya dimintakan kalo pasien pulang hari ini, besoknya sudah saya
kasih ke dokternya. Tapi ya tergantung dokternya ngisi”
(Responden 3)
45

Responden 3 menyatakan bahwa batas waktu pengembalian rekam medis


rawat inap yaitu 2x24 jam tetapi terkendala pada dokter yang mengisikan rekam
medis. Hasil yang didapatkan dari wawancara tersebut yaitu petugas telah
mengetahui batas waktu pengembalian rekam medis rawat inap yaitu 2x24 jam,
namun terkendala pada kelengkapan pengisian rekam medis oleh dokter. Kepala
rekam medis juga menyatakan bahwa petugas admin ruangan telah memahami
tentang pengembalian rekam medis, namun terkendala pada kelengkapan pengisian
resume medis oleh dokter dan kelengkapan klaim. Berikut adalah kutipan hasil
wawancara yang dilakukan kepada responden:
“Sudah baik dan sudah tau tentang pengembalian, tetapi mereka juga terkait
dengan bagian lain. Terkait dengan pengisian dokter, terkait dengan kelengkapan
klaim. Ada bagian-bagian yang nggak bisa mereka putuskan sendiri.”
(Responden 4)
Sejalan dengan penelitian Lieskyantika (2018) yang menyatakan bahwa
pengembalian berkas rekam medis rawat inap terlambat karena pengisian
kelengkapan belum sepenuhnya terisi. Peneliti juga menggali pengetahuan
responden mengenai prosedur pengembalian rekam medis di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan. Berikut pernyataan responden mengenai isi prosedur pada
SOP pengembalian rekam medis rawat inap:
“Prosedur SOPnya nggak banyak. Pokonya dari admin langsung ke bagian ibu MR
bagian assembling. Itu aja nggak ada SOP khususnya.”
(Responden 1)
Responden 1 menyatakan bahwa isi prosedur pada SOP pengembalian
rekam medis tidak banyak hanya memuat tentang pengembalian rekam medis dari
admin ke bagian assembling dan tidak ada SOP khusus yang mengaturnya.
Pertanyaan yang sama juga peneliti ajukan kepada responden 3 sebagai berikut:
“Biasanya kalo pasien pulang abis itu dokter mengisi resume. Abis mengisi resume
dikasihkan kebagian arsip atau rekam medis.”
(Responden 3)
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden 1 dan 3 tersebut dapat
disimpulkan bahwa responden belum memiliki pengetahuan terkait isi prosedur
pada SOP pengembalian rekam medis rawat inap dimana prosedur pengembalian
rekam medis tersebut dimulai dengan pengembalian rekam medis ke instalasi
46

rekam medis 2x24 jam setelah pasien pulang perawatan, pengecekan dengan buku
ekspedisi saat menerima rekam medis dari ruang perawatan, assembling rekam
medis dan pengkodean jika sudah lengkap. Berdasarkan beberapa pernyataan dari
hasil wawancara dan pembagian kuisioner yang dilakukan oleh peneliti, dapat
disimpulkan bahwa responden sudah memahami secara keseluruhan terkait definisi
pengembalian rekam medis, syarat pengembalian rekam medis dan batas waktu
pengembalian rekam medis. Pengetahuan petugas admin ruangan yang baik
tersebut akan mempengaruhi petugas dalam mengembalikan rekam medis, yaitu
petugas akan mengembalikan rekam medis rawat inap tepat waktu.
Sejalan dengan penelitian Syamsudin (2016) yang menyatakan bahwa
petugas dengan pengetahuan yang kurang baik memiliki peluang yang lebih besar
terkait keterlambatan pengembalian rekam medis dibandingkan dengan petugas
yang berpengetahuan baik. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa pengetahuan petugas admin ruangan mengenai pengembalian rekam medis
tidak menjadi faktor penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis rawat
inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Peneliti juga menemukan penyebab lain
dari keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap, yaitu dokter yang tidak
mengisikan rekam medis dengan lengkap.
4.2.2. Pendidikan
Pendidikan adalah pendidikan terakhir yang telah ditempuh petugas admin
ruangan khususnya terkait pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan. Hasil penelitian untuk tingkat pendidikan responden yang
secara langsung terlibat dalam pengembalian rekam medis rawat inap dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4. 3 Kualifikasi pendidikan Petugas Admin Ruangan RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan
No. Responden Pendidikan Terakhir
1. Responden 1 S-1 Ekonomi Akutansi
2. Responden 2 S-1 Psikologi
3. Responden 3 SMK Akutansi
Sumber: Data Primer RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, 2023
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan
petugas admin ruangan bukan berasal dari rekam medis. Kualifikasi Pendidikan
47

dari petugas admin ruangan tersebut adalah 1 petugas lulusan S-1 Ekonomi
Akutansi, 1 petugas merupakan lulusan S-1 Psikologi dan 1 petugas dengan
pendidikan terakhir SMK Akutansi. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan dari
masing-masing responden sebagai berikut:
“Saya S-1 Ekonomi Akutansi”
(Responden 1)
Responden 1 menyatakan bahwa Pendidikan terakhir yang dimiliki adalah
Sarjana Ekonomi Akutansi. Responden 2 juga menyatakan bahwa:
“S-1 Psikologi”
(Responden 2)
Responden 2 menyatakan bahwa Pendidikan terakhir yang dimiliki yaitu
Sarjana Psikologi. Responden 3 juga menyatakan bahwa:
“SMK Akutansi”
(Responden 3)
Responden 3 menyatakan bahwa pendidikan terakhirnya adalah SMK
Akutansi. Berdasarkan hasil wawancara tersebut, pendidikan formal yang telah
ditempuh oleh responden tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.
377 Tahun 2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan,
bahwa Perekam Medis harus memiliki kualifikasi pendidikan minimal D-III
sebagai Tenaga Ahli Rekam Medis dan Informasi Kesehatan. Bersumber pada
ketentuan tersebut maka dapat dikatakan pemenuhan kebutuhan tenaga kerja
berdasarkan pendidikan masih belum terpenuhi. Sejalan dengan (Nangi & Fitriani,
2012) latar belakang pendidikan kesehatan sangat penting untuk menunjang
program-program kesehatan salah satunya dalam melakukan kegiatan analisis
rekam medik yang harus mempekerjakan setidaknya tingkat pendidikan terakhir
Diploma 3 dan Sarjana Rekam Medik.
Kualifikasi pendidikan yang belum sesuai standar serta belum adanya
pelatihan memungkinkan dapat mempengaruhi proses pengelolaan rekam medis
(Wijiyanto, 2022). Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
jenjang Pendidikan terakhir petugas admin ruangan yang bukan merupakan lulusan
rekam medis dapat menjadi faktor penyebab keterlambatan pengembalian rekam
medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
48

4.3. Menganalisis penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis


rawat inap berdasarkan faktor motivation (penghargaan dan
hukuman) di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
Motivasi adalah kemauan individu yang didorong oleh sesuatu sehingga dia
melakukan tindakan tersebut (As’ad & Fridiyanto, 2021). Motivasi dalam
penelitian ini yaitu suatu dorongan untuk mencapai kinerja yang diharapkan pada
proses pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan. Peneliti membagi faktor motivasi kinerja petugas admin ruangan dalam
melaksanakan pengembalian rekam medis rawat inap menjadi 2 yaitu pemberian
reward (penghargaan) dan punishment (hukuman).
4.3.1. Reward (Penghargaan)
Penghargaan (reward) adalah suatu bentuk penghargaan atau imbalan balas
jasa yang diberikan kepada petugas dalam hal ini mengenai pengembalian rekam
medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan dalam bentuk bonus,
promosi jabatan atau pujian. Peneliti dalam hal ini mengonfirmasi kepada
responden terkait pemberian reward (Penghargaan) berupa bonus. Berikut adalah
kutipan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden:
“Nggak ada”
(Responden 1)
Responden 1 menyatakan bahwa tidak ada pemberian reward
(Penghargaan) berupa bonus yang diberikan kepada responden. Pernyataan dari
responden 1 tersebut sejalan dengan responden 3 yaitu sebagai berikut:
“Ndak pernah”
(Responden 2)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
bonus yang diberikan kepada responden jika mengembalikan rekam medis dengan
tepat waktu. Peneliti juga menanyakan kepada responden terkait adanya
penghargaan dalam bentuk promosi jabatan. Berikut adalah kutipan hasil
wawancara yang dilakukan kepada responden:
“Ndak ada”
(Responden 2)
49

Responden 2 menjelaskan bahwa tidak ada penghargaan dalam bentuk


promosi jabatan yang diterima. Pernyataan tersebut sejalan dengan pernyataan dari
responden 3 sebagai berikut:
“Kalo promosi nggak ada”
(Responden 3)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pemberian promosi jabatan kepada responden jika mengembalikan rekam medis
dengan tepat waktu. Menurut Pradnyani (2020) adanya kesempatan promosi
jabatan tersebut mampu memotivasi karyawan untuk bekerja dengan lebih
bersemangat dan lebih loyal kepada instansi. Peneliti pada penelitian ini juga
menggali mengenai adanya pujian yang diberikan kepada responden. Berikut
adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden:
“Yaa enggak”
(Responden 2)
Responden 2 menjelaskan bahwa tidak ada pujian yang diberikan kepada
responden jika mengembalikan rekam medis tepat waktu. Namun, responden 3
menjelaskan bahwa pernah mendapatkan reward (penghargaan) berupa pujian dari
kepala ruangan tempat responden bekerja. Hal tersebut didukung oleh pernyatan
responden 3 sebagai berikut:
“Kalo pujian iya mungkin dari kepala ruangan, kalo mengembalikan tepat waktu
pernah.”
(Responden 3)
Peneliti juga melakukan validasi kepada kepala rekam medis terkait adanya
pemberian pujian kepada petugas admin ruangan. berikut merupakan jawaban dari
kepala ruangan:
“Tidak ada juga, mungkin dari kepala ruangan”
(Responden 4)
Hasil wawancara tersebut menunjukan bahwa kepala rekam medis tidak
pernah memberikan pujian kepada petugas admin ruangan, namun kepala ruangan
tempat petugas admin bekerja pernah memberikan pujian jika petugas
mengembalikan rekam medis dengan tepat waktu. Pemberian Reward sangat
berperan penting dalam meningkatkan kinerja karyawan atau pegawai, karena
reward merupakan salah satu bentuk penilaian yang positif terhadap pegawai
50

maupun karyawan atas prestasi maupun hasil yang dilakukan (Pratama & Sukarno,
2021).
Pemberian motivasi kepada karyawan sangat penting dikarenakan sebagai
bentuk apresiasi kepada pegawai dengan tujuan agar pegawai semakin giat dalam
melakukan pekerjaannya seperti mengembalikan berkas rekam medis dengan tepat
waktu (Fadillah, 2020). Pemberian reward (penghargaan) tersebut memungkinkan
bisa mengurangi terjadinya keterlambatan pengembalian berkas rekam medis rawat
inap ke ruang rekam medis. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti menyimpulkan
bahwa RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan belum memberikan reward atau
penghargaan kepada petugas admin ruangan yang telah melaksanakan tugas dengan
baik. Sehingga perlu adanya pemberian reward bagi petugas admin ruangan agar
dapat meningkatkan kinerja petugas.
4.3.2. Punishment (hukuman)
Punishment atau hukuman dalam penelitian ini yaitu teguran atau sanksi
yang diberikan kepada petugas ketika tidak menjalankan pekerjaan dengan benar
dalam hal pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan. Berikut adalah hasil wawancara dengan responden terkait adanya
punishment (hukuman) berupa teguran kepada responden jika terlambat dalam
mengembalikan rekam medis rawat inap tepat waktu:
“Pernah. Pasti ditanya kenapa ini kok ngembaliinnya telat gitu. Mestinya aku
jawab juga, selain kadang nunggu penyelesaian resume soalnya resumenya nggak
lengkap.”
(Responden 1)
Responden 1 menyatakan bahwa pernah mendapatkan teguran karena
mengembalikan rekam medis tidak tepat waktu. Pernyataan dari responden 1
tersebut sejalan dengan pernyataan dari responden 3 sebagai berikut:
“Iya mungkin ada teguran biasanya kenapa kok belum balik juga. ya saya jelaskan
alasanya karna dokternya belum mengisi”
(Responden 3)
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden 1 dan 3 tersebut dapat
disimpulkan bahwa responden pernah mendapat hukuman berupa teguran apabila
tidak segera mengembalikan rekam medis secara tepat waktu. Sanksi (punishment)
51

yang paling ringan adalah berupa teguran yang diberikan kepada karyawan secara
langsung setelah terjadinya pelanggaran (Pradnyani, 2020). Peneliti juga
menanyakan terkait adanya penundaan gaji jika responden mengembalikan rekam
medis tidak tepat waktu. Berikut adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan
kepada responden:
“Penundaan dan pemotongan si endak. Adanya pemotongan insentif tapi kayak
misalnya cuti gitu.”
(Responden 1)
Responden 1 menjelaskan bahwa tidak ada pemotongan atau penundaan gaji
jika terlambat dalam mengembalikan rekam medis. Namun responden menjelaskan
bahwa terdapat pemotongan insentif jika melakukan cuti. Pernyataan responden 1
sejalan dengan pernyataan responden 2, yaitu sebagai berikut:
“Kalo disaya sih ndak. kalo pemotongan itu ada, tapi pemotongan dari kedisiplinan
seragam, kedisiplinan atribut sama ketepatan pulang dan ketepatan datang. Kalo
pemotongan insentif gara-gara kinerja itu juga ada. Tapi kalo gara-gara terlambat
mengembalikan itu belum ada.”
(Responden 2)
Hasil wawancara yang dilakukan kepada responden 1 dan 2 menunjukan
bahwa tidak ada pemotongan atau penundaan gaji karena terlambat mengembalikan
rekam medis, namun terdapat pemotongan insentif jika responden tidak disiplin
dalam ketapatan waktu datang, pulang, kedisiplinan atribut dan kedisiplinan dalam
berseragam. Menurut Kamil (2020) Sanksi adalah suatu bentuk hukuman yang
diberikan kepada petugas yang tidak mengembalikan berkas rekam medis tepat
waktu. Sanksi berperan sebagai upaya dalam membangun kedisiplinan petugas dan
memberikan efek jera terhadap petugas yang melakukan pelanggaran disiplin atau
aturan kerja. Pemberian hukuman (punishment) tersebut diharapkan dapat
mendorong adanya motivasi kerja dari dalam diri petugas, dimana petugas akan
menjadi lebih disiplin serta lebih bertanggung jawab pada tugasnya yaitu dalam
kegiatan pengembalian berkas rekam medis rawat inap. Berdasarkan hasil
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak adanya pemberian hukuman
(punishment) kepada petugas admin ruangan dapat menjadi penyebab
keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan.
52

4.4. Menganalisis penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis


rawat inap berdasarkan faktor opportunity (SOP, buku ekspedisi, lama
kerja dan pelatihan) di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan
Opportunity atau kesempatan dalam penelitian ini merupakan adanya
peluang yang memungkinkan bagi petugas demi kelancaran dalam hal
pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
Peneliti membagi faktor kesempatan kinerja petugas dalam melaksanakan
pengembalian rekam medis rawat inap menjadi 4 yaitu SOP, buku ekspedisi, lama
kerja dan pelatihan.
4.4.1. SOP
SOP atau Standar Operasional Prosedur merupakan prosedur tertulis yang
digunakan sebagai petunjuk atau acuan pengembalian rekam medis rawat inap oleh
petugas admin ruangan di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Berikut adalah hasil
wawancara dengan responden terkait ketersediaan SOP pengembalian rekam medis
rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan:
“Kalo itu saya belum melihat ya, kurang tahu”
(Responden 2)
Responden 2 menjelaskan bahwa belum pernah melihat SOP pengembalian
rekam medis rawat inap. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan responden 3
sebagai berikut:
“SOP kalo tertulis belum pernah, tapi kalo secara lisan sudah pernah.”
(Responden 3)
Berdasarkan hasil wawancara dari responden 2 dan 3 didapatkan hasil
bahwa responden belum pernah melihat standar operasional prosedur (SOP) tentang
pengembalian rekam medis rawat inap, namun hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti menunjukkan bahwa tersedia SOP pengembalian rekam medis rawat inap
di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Adapun SOP pengembalian rekam medis
rawat inap dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut ini:
53

Gambar 4. 2 SOP Pengembalian rekam medis RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan


Peneliti kali ini menanyakan kepada responden terkait adanya sosialisasi
mengenai pengembalian rekam medis. Berikut hasil wawancara dengan responden:
“Ndak ada.”
(Responden 2)
Responden 2 menjelaskan bahwa tidak adanya sosialisasi terkait SOP
pengembalian rekam medis. Pernyataan responden 1 sejalan dengan pernyataan
dari responden 3 sebagai berikut:
“Sosialisasi belum, cuma pemberitahuan secara lisan dari kepala ruangan aja”
(Responden 3)
Hasil wawancara terhadap responden 2 dan 3 dapat disimpulkan bahwa
belum pernah ada sosialisasi mengenai SOP pengembalian rekam medis rawat inap
yang diberikan kepada responden. Petugas juga menyatakan bahwa pernah
mendapatkan pemberitahuan tentang SOP pengembalian rekam medis secara lisan
yang diberikan oleh kepala ruangan. Sejalan dengan penelitian (Najiyah, 2022)
yang menyatakan bahwa SOP (standar operasional prosedur) dirancang untuk
memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait.
Ketidakpahaman petugas terhadap standar operasional prosedur dapat disebabkan
kurangnya sosialisasi dari pimpinan. Peneliti juga menggali terkait kesesuaian
54

antara SOP dengan pelaksanaan pengembalian rekam medis rawat inap. Berikut
hasil wawancara dengan responden:
“Kalo di SOP kan 2x24 jam, tapi kalo di realita kan engga. Jadinya nggak sesuai
kan”
(Responden 2)
Responden 2 menjelaskan bahwa pelaksanaan pengembalian rekam medis
tidak sesuai dengan SOP yaitu 2x24 jam, Hal tersebut juga sejalan dengan
pernyataan dari responden 3 sebagai berikut:
“Kalo kenyataan dilapangan kayaknya belom. Belom sesuai. Beberapa sih, kalo
menurut saya masih kurang, soalnya ada beberapa dokter yang biasanya kalo
sesuai SOP itu pasien pulang harus sudah diisi resumenya, tapi ini ada beberapa
dokter yang nggak langsung diisi.”
(Responden 3)
Responden 3 menjelaskan bahwa pelaksanaan pengembalian rekam medis
di lapangan belum sesuai dengan SOP karena masih terdapat dokter yang tidak
langsung mengisi resume medis saat pasien pulang. Hal yang sama seperti hasil
wawancara dengan responden 2 dan 3 juga diungkapkan oleh kepala rekam medis
seperti dibawah ini:
“Tidak sesuai, karna tadi ada keterlambatan ya. Karna sistem kita tadi dokternya
masih gantian jadi kadang mengisi, besoknya tidak mengisi. Ya itu kan sudah
terlambat”
(Responden 4)
Berdasarkan dari hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan pengembalian rekam medis tidak sesuai dengan SOP yang tersedia, hal
ini dikarenakan masih terdapat keterlambatan pengembalian rekam medis rawat
inap dan resume rekam medis yang belum terisi lengkap. Lieskyantika (2018)
menjelaskan bahwa SPO yang sudah ditetapkan sebaikanya dilaksanakan oleh
semua tenaga medis yang bersangkutan dengan proses pengembalian berkas rekam
medis. Sejalan dengan teori tersebut petugas diwajibkan untuk menjadikan SOP
sebagai acuan dalam bekerja untuk menyelesaikan kinerjanya dalam hal ini
pengembalian rekam medis rawat inap agar dapat berjalan dengan baik.
Adanya SOP dan sosialisasinya akan sangat membantu petugas dalam
menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan peraturan atau prosedur yang berlaku,
dalam hal ini mengenai pengisian dan pengembalian rekam medis agar berkas
55

dikembalikan tepat waktu sesuai dengan SOP yang sudah ditentukan (Octaviantini,
2018). Sehingga, adanya Standard Operating Procedure (SOP) tanpa adanya
sosialisasi ke petugas sebagai acuan atau prosedur dalam proses pengembalian
rekam medis di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan dapat menjadi faktor penyebab
dalam keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap.
4.4.2. Buku ekspedisi
Buku ekspedisi adalah buku bukti adanya transaksi/serah terima dokumen
rekam medis, peminjaman dan pengembalian ke penyimpanan, sehingga dapat
mempermudah petugas saat mencari berkas rekam medis pasien (Krisnawati,
2021). Buku ekspedisi juga dapat diartikan sebagai buku serah terima berkas rekam
medis. Peneliti dalam penelitian ini mengonfirmasi kepada responden terkait
tersedianya buku ekspedisi untuk mencatat pengembalian rekam medis. Berikut
adalah kutipan hasil wawancara yang dilakukan kepada responden:
“Ada”
(Responden 1)
Responden 1 menjelaskan bahwa tersedianya buku ekspedisi untuk
mencatat pengembalian rekam medis. Hal tersebut juga diungkapkan oleh
responden 2 sebagai berikut:
“Iya, kita keluar masuk itu ada bukunya. Tiap ruangan juga ada bukunya”
(Responden 2)
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden didapatkan informasi
bahwa sudah terdapat buku ekspedisi untuk mencatat pengembalian rekam medis
rawat inap pada setiap ruangan di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Hal tersebut
56

juga didukung dengan dokumentasi peneliti yang dapat dilihat pada gambar 4.3
berikut ini:

Gambar 4. 3 Buku Ekspedisi Pengembalian Rekam Medis


Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan
informasi bahwa buku ekspedisi di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan dibagi
menjadi dua yaitu buku ekspedisi pengembalian rekam medis rawat inap dan buku
ekspedisi peminjaman rekam medis. Buku ekspedisi pengembalian rekam medis
rawat inap merupakan buku serah terima rekam medis yang digunakan untuk
mencatat pengembalian rekam medis dari ruang rawat inap ke instalasi rekam
medis. Buku tersebut berisi nomor rekam medis, ruang yang mengembalikan,
tanggal mengembalikan dan nama dokter penanggungjawab. Sedangkan, buku
ekspedisi peminjaman rekam medis merupakan buku yang digunakan untuk
mencatat peminjaman dan pengembalian rekam medis khusus untuk kegiatan
penelitian, klaim asuransi dan audit. Buku tersebut berisi tanggal peminjaman,
nomor rekam medis, nama pasien, nama peminjam (poli/rawat inap), petugas yang
meminjamkan dan tanggal kembali. Hal tersebut juga didukung dokumentasi
peneliti yang dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut ini:
57

Gambar 4. 4 Buku Ekspedisi Peminjaman Rekam Medis


Buku ekspedisi pengembalian rekam medis digunakan oleh petugas sebagai
bukti pengembalian rekam medis dari ruang rawat inap ke instalasi rekam medis.
Petugas admin ruangan sebelum mengembalikan rekam medis harus menuliskan
tanggal pengembalian, nomor rekam medis dan ruangan yang mengembalikan di
buku ekspedisi terlebih dahulu. Jika buku ekspedisi jarang digunakan maka petugas
admin ruangan maupun petugas rekam medis akan kesulitan melacak riwayat
pengembalian rekam medis itu sendiri sehingga dapat menyebabkan misfile. Proses
pengembalian rekam medis juga sudah dicatat dengan baik pada buku ekspedisi
pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Hal
ini dibuktikan dengan pernyataan responden sebagai berikut:
“Pasti dicatat. Untuk bentuk pencatatannya itu nggak ada standar khusus ya.”
(Responden 1)
Responden 1 menunjukan bahwa pengembalian rekam medis sudah dicatat
pada buku ekspedisi dan tidak ada standar khusus dalam pencatatannya. Hal
tersebut juga sejalan dengan pernyatan dari responden 2 yaitu sebagai berikut:
“Iyaa dicatetin, saya yang nyatet. Kan ada banyak kayak 70 atau 80 berkas, kan
kita mencatat dulu mana yang dikembalikan.”
(Responden 2)
58

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden dapat disimpulkan bahwa


penggunaan buku ekspedisi pengembalian rekam medis sudah digunakan secara
optimal oleh responden dimana responden sudah merasa terbantu dengan adanya
buku ekspedisi sehingga mengurangi terjadinya misfile yang dapat mengakibatkan
keterlambatan dalam pengembalian rekam medis.
Agustin (2022) menyatakan bahwa buku ekspedisi berfungsi sebagai bukti
serah terima dokumen rekam medis, untuk mengetahui unit mana yang meminjam
dokumen rekam medis dan mengetahui kapan dokumen rekam medis
dikembalikan, jika buku ekspedisi tidak digunakan dengan maksimal maka sulit
untuk melacak keberadaan dokumen rekam medis saat terjadi keterlambatan
pengembalian dokumen rekam medis. Sejalan dengan penelitian Krisnawati (2021)
agar pengembalian berkas rekam medis dapat berjalan dengan baik, dan semua
berkas rekam medis dapat kita ketahui dimana keberadaannya maka penggunaan
sarana seperti buku ekspedisi yang ada harus digunakan dengan baik untuk
kelancaran pelayanan. Berdasarkan kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
ketersediaan dan penggunaan buku ekspedisi sudah maksimal karena sering
digunakan dan bukan menjadi penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis
rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
4.4.3. Lama kerja
Lama kerja dalam penelitian ini yaitu kurun waktu atau lamanya petugas
admin ruangan bekerja di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. Berikut merupakan
data lama kerja dari responden:
Tabel 4. 4 Lama Kerja Petugas Admin Ruangan di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan
No. Responden Lama Kerja
1. Responden 1 16 tahun
2. Responden 2 2 bulan
3. Responden 3 3 tahun
Sumber: Data Primer RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, 2023
Berdasarkan tabel 4.4 terkait lama kerja petugas admin ruangan yang terlibat
dalam pengembalian rekam medis pasien rawat inap menunjukan bahwa petugas
telah memiliki pengalaman kerja yang terbilang lama, yaitu lebih dari 3 tahun masa
kerja. Hal ini sejalan dengan pernyataan kepala rekam medis sebagai berikut:
59

“Semua sudah senior, sudah lebih dari 3 tahunan”


(Responden 4)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa petugas
admin ruangan sudah senior dan bekerja sudah lebih dari 3 tahun di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan. Menurut Octaviantini (2018) Lama bekerja adalah suatu
kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat. Lama kerja
dikategorikan menjadi dua, meliputi:
1. Lama kerja kategori baru ≤ 3 tahun
2. Lama kerja kategori lama > 3 tahun
Berdasarkan pengkategorian lama kerja diatas, dapat disimpulkan bahwa
lama kerja yang dimiliki oleh petugas yang terlibat dalam pengembalian rekam
medis pasien rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan merupakan lama
kerja kategori lama dengan waktu lebih dari 3 tahun. Hal tersebut berarti petugas
admin ruangan sudah memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam bekerja.
Menurut Najiyah (2022) masa kerja berpengaruh terhadap pemahaman petugas.
Berdasarkan lama kerja petugas tersebut, peneliti juga menggali mengenai lama
waktu petugas untuk memahami tugasnya dalam mengembalikan rekam medis
rawat inap. Hal ini dibuktikan dengan hasil wawancara dengan responden sebagai
berikut:
“Mungkin sekitar 2 atau 3 bulanan. Awal-awal itu kan masih dibantu terus. Jadi
kek bertahap gitu juga.”
(Responden 1)
Responden 1 menyatakan bahwa lama waktu yang dibutuhkan untuk
memahami tugasnya yaitu selama 2 hingga 3 bulan secara bertahap. Pernyataan
tersebut sejalan dengan pernyataan dari responden 3 sebagai berikut:
“Kurang lebih kalo pas awal-awal itu kan 3 bulan masih belum paham. Sekitar 2
tahunan biar paham banget”
(Responden 3)
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa lamanya
waktu yang dibutuhkan responden untuk dapat memahami pekerjaanya yaitu
kurang lebih 3 bulan secara bertahap. Sejalan dengan penelitian Octaviantini (2018)
yang menyatakan bahwa pengalaman memunculkan potensi seseorang.
Pengalaman yang didapatkan selama bekerja memiliki potensi yang sangat besar
60

dimana seharusnya yang awalnya tidak mengetahui bagaimana sistem bekerja,


dengan pengalaman bekerja yang sudah melebihi 3 tahun maka pengetahuan-
pengetahuan yang baru akan muncul dengan sendirinya sehingga akan membuat
kecakapan dalam bekerja dan akan memberikan dampak positif bagi pelayanan di
rumah sakit terutama dalam meminimalisir keterlambatan pengembalian berkas
rekam medis. Semakin lama petugas bekerja atau melakukan pekerjaannya maka
semakin banyak pengalaman yang diterimanya, demikian sebaliknya semakin
singkat petugas dalam bekerja maka semakin sedikit pula pengalaman yang
diperolehnya (Nuraini dkk., 2016). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa lama kerja petugas admin ruangan bukan menjadi penyebab
keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan.
4.4.4. Pelatihan
Pelatihan dalam penelitian ini yaitu kegiatan yang diikuti oleh petugas
admin ruangan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan
petugas dalam hal pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil
Kebupaten Pasuruan. Peneliti dalam hal ini menggali terkait adanya pelatihan
berupa workshop tentang rekam medis yang diberikan kepada petugas admin
ruangan yang terlibat dalam pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan hasil wawancara menunjukan bahwa petugas
admin ruangan belum pernah mendapatkan pelatihan berupa workshop tentang
rekam medis. Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan responden sebagai
berikut:
“Nggak pernah”
(Responden 1)
Responden 1 menjelaskan bahwa tidak pernah mengikuti pelatihan berupa
workshop tentang rekam medis. Pernyataan dari responden 1 tersebut sejalan
dengan pernyataan responden 3 sebagai berikut:
“Ndak pernah”
(Responden 3)
Responden 3 menyatakan bahwa tidak pernah mengikuti pelatihan berupa
workshop tentang rekam medis di rumah sakit. Kepala rekam medis juga
61

membenarkan bahwa petugas admin ruangan belum pernah mengikuti pelatihan


seperti workshop tentang rekam medis. Berikut adalah kutipan hasil wawancara
yang dilakukan kepada responden:
“Tidak ada”
(Responden 4)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa petugas
admin ruangan belum pernah mengikuti pelatihan berupa workshop mengenai
rekam medis khususnya dalam hal pengembalian rekam medis. Selain itu, peneliti
juga menggali terkait keikutsertaan responden dalam seminar tentang rekam medis.
Hal tersebut dibuktikan dengan wawancara kepada responden seperti berikut:
“Ndak pernah”
(Responden 1)
Responden 1 menjelaskan bahwa tidak pernah mengikuti seminar tentang
rekam medis. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan responden 3 sebagai berikut:
“Seminar juga belum pernah”
(Responden 3)
Responden 3 juga menjelaskan bahwa belum pernah mengikuti seminar
tentang rekam medis. Pernyataan responden tersebut sejalan dengan pernyataan
kepala rekam medis bahwa petugas admin tidak pernah mengikuti seminar tentang
rekam medis. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara sebagai berikut:
“Tidak ada, tetapi untuk semua PPA karna yang memiliki akses terutama mengisi
rekam medis itu kita berikan. Tapi untuk admin kan cuma mengcollect saja dia
tidak ada intervensi apa-apa”
(Responden 4)
Berdasarkan hasil wawancara tersebut petugas admin ruangan tidak pernah
mengikuti seminar tentang rekam medis, tetapi seminar mengenai pengisian rekam
medis diberikan kepada PPA yang memiliki akses untuk mengisi rekam medis.
Pelatihan terkait penyelenggaraan rekam medis tidak hanya diikuti oleh petugas
rekam medis saja melainkan tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam
penyelenggaraan rekam medis terutama mengenai pengisian dokumen rekam medis
seperti dokter, perawat dan tenaga kesehatan lain harus dilibatkan untuk mengikuti
pelatihan tersebut (Afifar, 2020).
62

Menurut Kandou (2013) tujuan dari pelatihan adalah untuk membantu


karyawan melaksanakan pekerjaan saat ini secara lebih baik. Pelatihan dibutuhkan
oleh setiap organisasi atau lembaga yang menuntut berbagai penyesuaian dalam
melaksanakannya (Asir & Rahmi, 2021). Pelatihan dapat diselenggarakan sendiri
maupun meminta bantuan pihak luar dalam waktu tertentu. Adanya pelatihan
mengenai rekam medis khususnya pengembalian rekam medis yang cukup
diharapkan akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan dan pemahaman
petugas dalam hal pengembalian rekam medis. Berdasarkan kondisi tersebut,
peneliti menyimpulkan bahwa tidak adanya pelatihan mengenai rekam medis
khususnya pengembalian rekam medis menjadi salah satu faktor penyebab
keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan.

4.5. Menyusun rencana perbaikan terhadap masalah keterlambatan


pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten
Pasuruan
Penyusunan rencana perbaikan ini dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan metode brainstorming bersama responden untuk menentukan
rencana perbaikan keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD
Bangil Kabupaten Pasuruan. Berdasarkan pembahasan terkait penyebab
keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap diatas, maka dapat disusun
rencana perbaikan masalah dengan menggunakan metode brainstorming. Hasil
rencana perbaikan masalah disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4. 5 Hasil Brainstorming mengenai Upaya Penyelesaian Penyebab
Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis
No. Variabel Masalah Solusi
1. Pendidikan Kualifikasi Pemberian pelatihan ataupun
pendidikan petugas sosialisasi kepada petugas
admin ruangan yang admin ruangan terkait
terlibat dalam pengelolaan rekam medis agar
petugas mendapatkan ilmu dasar
pengembalian rekam
mengenai rekam medis sehingga
medis rawat inap yang
dapat menjalankan
bukan lulusan rekam
pekerjaannya lebih baik.
medis dan belum
diberikan pelatihan
63

ataupun sosialisasi
tentang pengelolaan
rekam medis khususnya
pengembalian rekam
medis
2. Reward Belum ada motivasi Mengajukan diberlakukannya
(Penghargaan) berupa pemberian pemberian penghargaan
penghargaan bagi (reward) dalam bentuk pujian
petugas admin ruangan atau piagam kepada petugas
yang menjalankan tugas yang melakukan pengembalian
sesuai dengan prosedur rekam medis rawat inap dengan
dan tepat waktu tepat waktu.
3. Punishment Belum adanya motivasi Mengajukan diberlakukannya
(Hukuman) berupa pemberia pemberian hukuman
hukuman yang tegas (punishment) terhadap petugas
kepada petugas yang yang tidak melakukan
telat mengembalikan pengembalian rekam medis
rekam medis rawat inap rawat inap sesuai prosedur
4. SOP Belum adanya Memberikan sosialisasi
sosialisasi SOP mengenai SOP pengembalian
Pengembalian rekam rekam medis kepada petugas
medis kepada petugas admin ruangan dan re-sosialisasi
admin ruangan. pengisian rekam medis kepada
dokter untuk mengurangi
terjadinya keterlambatan
pengembalian rekam medis
rawat inap akibat dari rekam
medis yang belum terisi dengan
lengkap.
5. Pelatihan Petugas admin ruangan Memberikan pelatihan dasar
belum pernah mendapat rekam medis khususnya
pelatihan terkait rekam pengembalian rekam medis dan
medis khususnya pemberian pelatihan kepada
pengembalian rekam PPA mengenai pengisian rekam
medis. medis.
Sumber: data primer hasil Brainstorming di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan, 2023
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, didapatkan hasil terkait rencana yang dapat
menjadi alternatif untuk rencana perbaikan terhadap masalah yang menjadi
penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan. Masalah pertama yaitu terkait dengan kualifikasi pendidikan
petugas admin ruangan yang terlibat dalam pengembalian rekam medis rawat inap
bukan lulusan rekam medis dan belum diberikan pelatihan ataupun sosialisasi
tentang pengelolaan rekam medis khususnya pengembalian rekam medis,
didapatkan saran untuk rencana perbaikan masalah dengan pemberian pelatihan
ataupun sosialisasi kepada petugas admin ruangan terkait pengelolaan rekam medis
64

agar petugas mendapatkan ilmu dasar mengenai rekam medis sehingga dapat
menjalankan pekerjaannya lebih baik. Sejalan dengan Wardhina & Rahmadiliyani
(2022) yang menyatakan bahwa kegiatan sosialisasi dapat meningkatkan
pengetahuan petugas mengenai ketepatan waktu pengembalian rekam medis rawat
inap.
Permasalahan kedua yaitu belum ada motivasi berupa pemberian
penghargaan bagi petugas admin ruangan yang menjalankan tugas sesuai dengan
prosedur dan tepat waktu, didapatkan saran untuk rencana perbaikan masalah
dengan mengajukan diberlakukannya pemberian penghargaan (reward) dalam
bentuk pujian atau piagam kepada petugas yang melakukan pengembalian rekam
medis rawat inap dengan tepat waktu. Menurut (Rakhmaningrum & Nudji, 2016)
motivasi atau penghargaan dari pimpinan akan mempengaruhi petugas dalam
kepatuhan pengembalian rekam medis.
Masalah ketiga yaitu belum adanya motivasi berupa pemberian hukuman
yang tegas kepada petugas yang telat mengembalikan rekam medis rawat inap
didapatkan saran untuk rencana perbaikan masalah dengan mengajukan
diberlakukannya pemberian hukuman (punishment) terhadap petugas yang tidak
melakukan pengembalian rekam medis rawat inap sesuai prosedur. Menurut
Pradnyani (2020) sanksi (punishment) yang paling ringan adalah berupa teguran
yang kepada karyawan secara langsung setelah terjadinya pelanggaran. Dapat pula
dilakukan hukuman pemotongan gaji bagi karyawan yang melakukan pelanggaran
kategori sedang. Jika terjadi suatu perbuatan pelanggaran berat yang dianggap
sangat merugikan perusahaan, maka punishment represif paling berat yang dapat
dilakukan adalah pemutusan hubungan kerja (PHK).
Permasalahan keempat yaitu belum adanya sosialisasi pengembalian rekam
medis kepada petugas admin ruangan, didapatkan saran untuk rencana perbaikan
masalah dengan memberikan sosialisasi mengenai SOP pengembalian rekam medis
kepada petugas admin ruangan dan re-sosialisasi pengisian rekam medis kepada
dokter untuk mengurangi terjadinya keterlambatan pengembalian rekam medis
rawat inap akibat dari rekam medis yang belum terisi dengan lengkap. Hal ini
sejalan dengan penelitian Devi dkk. (2016) Sosialisasi tentang SPO pengembalian
65

rekam medis memberikan kejelasan bagi petugas untuk mengembalikan rekam


medis tepat waktu.
Masalah terakhir yaitu terkait petugas admin ruangan yang belum pernah
mendapat pelatihan terkait rekam medis khususnya pengembalian rekam medis,
didapatkan saran untuk rencana perbaikan masalah dengan memberikan pelatihan
dasar rekam medis khususnya pengembalian rekam medis dan pemberian pelatihan
kepada PPA mengenai pengisian rekam medis. Menurut Nugroho (2021) adanya
pelatihan berupa seminar yang diikuti petuas diharapkan dapat meningkatkan
ketrampilan, pengalaman dan pengetahuan serta dapat memberi dampak positif
bagi rumah sakit dalam memberi pelayanan kesehatan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan dari penelitian tentang Analisis Faktor
Penyebab Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan berdasarkan faktor ability (kemampuan), motivation
(motivasi) dan opportunity (kesempatan) dapat disimpulkan bahwa penyebab
keterlambatan pengembalian rekam medis adalah sebagai berikut:
1. Faktor ability (kemampuan) yang menjadi penyebab keterlambatan
pengembalian rekam medis yaitu dokter yang tidak mengisi rekam medis
dengan lengkap dan kualifikasi pendidikan petugas admin ruangan yang
terlibat dalam pengembalian rekam medis rawat inap belum sesuai yaitu
minimal lulusan D3-Rekam Medis.
2. Faktor motivation (motivasi) yang menjadi penyebab keterlambatan
pengembalian rekam medis yaitu belum terdapat reward (penghargaan)
untuk petugas admin ruangan yang melaksanakan pengembalian rekam
medis rawat inap sesuai dengan prosedur dan belum terdapat punishment
(hukuman) yang tegas untuk petugas yang tidak mengembalikan rekam
medis rawat inap dengan tepat waktu.
3. Faktor opportunity (kesempatan) yang menjadi penyebab keterlambatan
pengembalian rekam medis yaitu belum adanya sosialisasi terkait SOP
pengembalian rekam medis dan belum adanya pelatihan terkait
pengembalian rekam medis yang diikuti oleh petugas admin ruangan.
4. Berdasarkan hasil brainstorming, rencana perbaikan dan didapatkan yaitu
dengan pelatihan ataupun sosialisasi kepada petugas admin ruangan terkait
pengelolaan rekam medis, diberlakukannya pemberian penghargaan
(reward) dan punishment (hukuman), sosialisasi secara berkala mengenai
SOP pengembalian rekam medis dan memberikan pelatihan dasar rekam
medis khususnya pengembalian rekam medis dan pemberian pelatihan
kepada PPA mengenai pengisian rekam medis.

66
67

5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian analisis faktor penyebab keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan,
peneliti melakukan diskusi bersama memberikan saran kepada pihak RSUD Bangil
Kabupaten Pasuruan yaitu:
1. Kepala rekam medis mengajukan diadakannya pelatihan ataupun sosialisasi
terkait pengelolaan rekam medis kepada petugas admin ruangan sebagai
salah satu upaya perbaikan untuk meminimalisir terjadinya keterlambatan
pengembalian rekam medis rawat inap.
2. Kepala rekam medis memberlakukan pemberian penghargaan (reward)
berupa pujian atau piagam kepada petugas admin ruangan yang
mengembalikan rekam medis rawat inap dengan tepat waktu.
3. Kepala rekam medis memberlakukan pemberian punishment (hukuman)
terhadap petugas admin ruangan yang terlambat mengembalikan rekam
medis rawat inap.
4. Kepala rekam medis mengajukan diadakannya sosialisasi mengenai SOP
pengembalian rekam medis kepada petugas admin ruangan dan re-
sosialisasi pengisian rekam medis kepada dokter untuk mengatasi
keterlambatan pengembalian rekam medis rawat inap.
5. Kepala rekam medis mengajukan diadakannya pelatihan dasar rekam medis
khususnya pengembalian rekam medis kepada petugas admin ruangan dan
pemberian pelatihan kepada PPA mengenai pengisian rekam medis.
6. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan
menentukan prioritas penyebab keterlambatan pengembalian rekam medis
rawat inap di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan.
DAFTAR PUSTAKA

Adhani, R. (2018). Mengelola Rumah Sakit (A. J. Djohan, Ed.). Banjarmasin:


Media Nusa Creative.
https://www.google.co.id/books/edition/Mengelola_Rumah_Sakit/PnNMEA
AAQBAJ?hl=id&gbpv=1

Afifar, M. D. (2020). Analisis Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian DRM


Pasien Rawat Inap di Puskesmas Kademan Bondowoso. J-REMI : Jurnal
Rekam Medik dan Informasi Kesehatan.

Agustin, D. C. (2022). Strategi Pencegahan Keterlambatan Pengembalian


Dokumen Rekam Medis Rawat Jalan Poli KIA dI Puskesmas Siliragung
Kabupaten Banyuwangi. https://sipora.polije.ac.id/14535/

Akbar, I., Sudirman, A., Safitri, M., Sulaiman, O. K., Ramadhani, R., Wahyuni, D.,
Kurniawan, Muh. A., Mardiana, N., Jamaludin, & Simarmata, J. (2020).
Aplikasi Pembelajaran Berbasis TIK (T. Limbong, Ed.). Medan: Kita Menulis.

Al-Assar, A. F. (2009). Mutu Pelayanan Kesehatan: Perspektif Internasional.


Jakarta: Buku Kedokteran ECG.

Amran, R., Apriyani, A., & Dewi, N. P. (2021). Peran Penting Kelengkapan Rekam
Medik di Rumah Sakit. Baiturrahmah Medical Journal, 1(1), 70.
https://jurnal.unbrah.ac.id/index.php/brmj/article/view/1061

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif (E. D. Lestari,
Ed.). Sukabumi: CV Jejak.

Arif, Y. W. T., Hapsari, I. P., & Noor, H. L. (2022). Sistem Informasi Manajemen
Filing Berbasis Web di Rumah Sakit.
https://ojs.udb.ac.id/index.php/Senatib/article/view/1775

As’ad, & Fridiyanto. (2021). Perilaku Organisasi Edisi Revisi (M. K. Amrullah,
Ed.; 1 ed.). Malang: Literasi Nusantara. www.penerbitlitnus.co.id

Asir, M., & Rahmi. (2021). Manajemen dan Metode Pelatihan pada Irwani Pane
Institute. Jurnal Pendidikan Indonesia (Teori, Penelitian dan Inovasi), 1(2),
1–13.

Asnawi, M. A. (2019). Kinerja Karyawan Perseroan Terbatas Studi Kasus Atas


Pengaruh Fasilitas Kerja dan Karakteristik Pekerjaan (Z. Fachrussyah, Ed.).
Gorontalo: Athra Samudra.

68
69

Budiharjo. (2019). Manajemen Sumber Daya Manusia (C. Alviana, Ed.; 1 ed.).
Yogyakarta: Samudra Biru.

Darsini, Fahrurrozi, & Cahyono, E. A. (2019). Pengetahuan ; Artikel Review.


Jurnal Keperawatan, 12(1).

Depkes. (2006). Pedoman Penyelenggaraan Rumah Sakit. Jakarta: Pemerintah


Republik Indonesia.

Devi, S. S., Rini, N. S. H., & Hakim, L. (2016). Pengaruh Implementasi Standar
Prosedur Operasional Pengembalian Rekam Medis di RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 29(3), 265–268.
http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/1680

Keputusan Dirjen Pelayanan Medik No. 78/Yanmed/RSUmdik/YMU/I/91 Tentang


Penyelenggaraan Rekam Medis di Rumah Sakit, (1991). Jakarta: Pemerintah
Republik Indonesia.

Dwi, A. B., Koli, D. Y., Hendrayani, E., Sitepu, J., Herawati, A. R., Paringsih,
Sudirman, A., Sjioen, A. E., Hanafi, M., Hina, H. B., Kusnadi, I. H., Ena, Z.,
Yuningsih, T., Hesinto, S., Nadapdap, K. M., Sumarsih, Wairisal, P. L., &
Risambessy, A. (2022). Asas-Asas Manajemen (Konsep dan Teori) (Hartini,
Ed.). Bandung: Media Sains Indonesia.

Evanirosa, Bagenda, C., Hasnawati, Annova, F., Azizah, K., Nursaeni, Maisarah,
Ali, R., Shobri, M., & Adnan, M. (2022). Metode Penelitian Kepustakaan
(Library Research) (Z. Na’im, Ed.). Bandung: Media Sains Indonesia.

Fadillah, A. R. (2020). Analisis Penyebab Keterlambatan Pengembalian Berkas


Rekam Medis Rawat Jalan di Rumah Sakit Mitra Medika Bondowoso. J-
REMI : Jurnal Rekam Medik dan Informasi Kesehatan, 2(1), 64–72.

Hamsani. (2020). Organizational Citizenship Behavior di Bank Syariah (Hamsani,


Ed.). Surabaya: Scopindo Media Pustaka.

Indrasari, M. (2017). Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan: Tinjauan dari


Dimensi Iklim Organisasi, Kreativitas Individu, dan Karakteristik Pekerjaan
(1 ed., Vol. 1). Yogyakarta: Indomedia Pustaka. www.indomediapustaka.com

Iskandar, D. H. (2019). Pemimpin Bermakna. Jakarta Pusat: Elex Media


Komputindo.

Jaeyana, I. (2012). Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Balita Tentang Kunjungan


Balita di Posyandu Perum Boro Mukti Permai Banyu Urip Purworejo. Jurnal
Komunikasi Kesehatan, 3(2).
70

Kamil, N. (2020). Evaluasi Kinerja Petugas Distribusi Berkas Rekam Medis Rawat
Jalan di RSUD dr. Saiful Anwar Malang. J-REMI : Jurnal Rekam Medik dan
Informasi Kesehatan, 1(3), 291–294. https://doi.org/10.25047/j-
remi.v2i1.2077

Kandou, E. E. (2013). Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan Karyawan Terhadap


Produktivitas Kerja Karyawan (Studi pada PT. Air Manado). Jurnal: Acta
Diurna Komunikasi, 2(3).

Kemenakertrans. (2013). Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi


Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Pelatihan Kerja Nasional di Daerah. Jakarta:
Pemerintah Republik Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan No. 377 tentang Standar Profesi Perekam Medis dan
Informasi Kesehatan, (2007). Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Kemenkes. (2008). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269


tahun 2008 tentang Rekam Medis. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Kemenkes. (2018). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 tentang


Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien. Jakarta: Pemerintah Republik
Indonesia.

Kemenkes. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 30


Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta:
Pemerintah Republik Indonesia.

Kemenkes. (2022). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24


Tahun 2022 tentang Rekam Medis. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Kemenkes RI. (2008). Menkes RI Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar


Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Krinawati, E., & Ningsih, K. P. (2020). Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan


Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul.
International Journal of Healthcare Research, 2(1), 15.
http://journal2.uad.ac.id/index.php/ijhr

Krisnawati, R. (2021). Tinjauan Waktu Pengembalian Berkas Rekam Medis Rawat


Jalan di Poli Paru dan Poli Jantung di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Jurnal
Manajemen Informasi Kesehatan, 25–33.
https://doi.org/https://doi.org/10.51851/jmis.v6i1.237
71

Lieskyantika, Y. (2018a). Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian Berkas


Rekam Medis Rawat Inap di RS Tk. II. dr. Soedjono Magelang. Universitas
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, 1–9. http://repository.unjaya.ac.id/2474/

Lieskyantika, Y. (2018b). Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian Berkas


RM RI di RS Tk. II. dr. Soedjono Magelang. https://doi.org/10.25047/j-
remi.v3i3.3164

Listiyono, R. A. (2015). Studi Deskriptif Tentang Kualitas Pelayanan di Rumah


Sakit Umum Dr. Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto Pasca Menjadi
Rumah Sakit Tipe B. Kebijakan dan Manajemen Publik, 1(1), 5.
http://journal.unair.ac.id/KMP@studi-deskriptif-tentang-kualitas-pelayanan-
kesehatan-di-rumah-sakit-umum-dr.-wahidin-sudiro-husodo-kota-mojokerto-
pasca-menjadi-rumah-sakit-article-8574-media-138-category-8.html

Majid, A. (2017). Analisis Data Penelitian Kualitatif (A. Majid, Ed.). Makassar:
Penerbit Aksara Timur.

Mayangsari. (2021). Analisis Kinerja Petugas Filing dalam Pendistribusian Berkas


Rekam Medis Rawat Jalan di RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo.
https://sipora.polije.ac.id/7820/

Mulyadi. (2007). Sistem Perencanaan & Pengendalian Manajemen (3 ed.). Jakarta:


Salemba Empat.

Najiyah, S. N. (2022). Analisis Faktor Penyebab Duplikasi Nomor Rekam Medis


pada Pendaftaran Rawat Jalan di Puskesmas Jelbuk Jember.
https://sipora.polije.ac.id/18415/

Nangi, Moh. G., & Fitriani. (2012). Determinan Ketidaklengkapan Pengisian


Dokumen Rekam Medis di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2012.

Noor, Z. Z. (2021). Buku Referensi Strategi Pemasaran 5.0 (Z. Z. Noor, Ed.; 1 ed.).
Yogyakarta: Deepublish.

Notoadmojo, S. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jember: Rineka Cipta.

Novitasari, A., Hidayat, M., & Kaporina, A. (2014). Kepuasan Pasien Rawat Inap
terhadap Pelayanan Keperawatan di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/kedokteran/article/view/2553

Nugroho, S. M. B. (2021). Analisis Penyebab Keterlambatan Berkas Rekam Medis


Rawat Inap dengan Menggunakan Pendekatan Manajemen Puskesmas di
Puskesmas Labruk Kidul Kabupaten Lumajang. J-REMI : Jurnal Rekam
Medik dan Informasi Kesehatan , 2(4), 563–570.
72

Nur, R., & Rohman, K. (2016). Analisa Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan


Pengembalian Berkas Rekam Medis Pasien Rawat Inap ke Unit Kerja Rekam
Medis di Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Ponorogo.
https://stikespanakkukang.ac.id/assets/uploads/alumni/d918a4ba69752cbdef7
6f6f03571cabd.pdf

Nuraini, N., Soeryo, G., & Yusmaini, H. (2016). Hubungan Faktor Demografi,
Periode dan Lama Kerja Dokter Terhadap Keterlambatan Pengisian Resume
Medis Pasien BPJS di Ruang Rawat Inap RSAU dr. Esnawan Antariksa.
Jurnal Profesi Medika, 10(1).

Nurdahniar. (2019). Pelayanan Kesehatan Rawat Inap RSUD Tenriawaru


Kabupaten Bone.
http://eprints.unm.ac.id/12409/1/JURNAL%20NURDAHNIAR_1465142006
.pdf

Nurfitriani. (2022). Manajemen Kinerja Karyawan. Jember: Cendekia Publisher.

Octaviantini, F. (2018). Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian


Berkas Rekam Medis Rawat Inap di RSUD Tongas.

Pakpahan, M., Siregar, D., Susilawaty, A., Mustar, T., Ramdany, R., Manurung, E.
I., Sianturi, E., Tompunu, M. R. G., Sitanggang, Y. F., & M, Maisyarah.
(2021). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Medan: Yayasan Kita
Menulis.

Pemerintah RI. (2009). Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah


Sakit (Patent No. 44). Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Pradnyani, G. A. A. I. (2020). Pengaruh Reward dan Punishmen Terhadap Motivasi


Kerja Karyawan pada CV Ayudya Tabanan Bali. Prospek: Jurnal Manajemen
dan Bisnis, 2(1), 28. https://doi.org/https://doi.org/10.23887/pjmb.v2i1.26186

Pratama, I. W., & Sukarno, G. (2021). Analisis Penilaian Kinerja, Reward, dan
Punishment terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah
Provinsi Jawa Timur. Jurnal STEI Ekonomi, 30(02), 20–32.
https://doi.org/10.36406/jemi.v30i02.460

Purwaningsari, R. T., Juniarti, A. T., & Affandi, A. (2022). Budaya Kerja Mutu
Pelayanan Puskesmas (M. Dewi, Ed.). Surabaya: Cipta Media Nusantara.

Putra, I. M. (2020). Panduan Mudah Menyusun SOP (Standard operating


procedure). Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.

Rais, A. P. (2020). Tinjauan Keterlambatan Pengembalian Rekam Medis Rawat


Inap.
73

Rakhmaningrum, K., & Nudji, B. (2016). Hubungan Motivasi Kerja terhadap


Kepatuhan dalam Pengembalian Berkas Rekam Medis di Seksi Rekam Medis
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo. Jurnal Manajemen Kesehatan
STIKES Yayasan RS.Dr.Soetomo, 2(2), 153–162.

Robbins, S. P., & Judge, T. (2006). Perilaku Organisasi (B. Molan, Ed.; Edisi
Sepuluh). Jakarta: Erlangga.

Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2015). Perilaku Organisasi (R. Saraswati & F.
Sirait, Ed.; 16 ed.). Jakarta: Salemba Empat.

Rohmawati, A. L. (2021). Analisis Penyebab Keterlambatan Pengembalian Rekam


Medis Rawat Inap Rumah Sakit Pusat Pertamina. J-REMI : Jurnal Rekam
Medik dan Informasi Kesehatan , 2(2), 268. https://doi.org/10.25047/j-
remi.v2i2.2013

Sanggamele, C., Kolibu, F. K., & Maramis, F. R. R. (2018). Analisis Pengelolaan


Rekam Medis di Rumah Sakit Umum Pancaran Kasih Manado. Jurnal
KESMAS, 7(4), 2–10.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/view/22972

Sudaryono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan (1 ed.). Jakarta: Kencana.

Sugiyono. (2013). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2018). Metodelogi Penelitian Kualitatif (3 ed.). Bandung: Alfabeta.

Sumantrie, P. (2022). Manajemen Dalam Berorganisasi. Malang: Ahlimedia Book.

Susanti, H. (2023). Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian Rekam


Medis Rawat Inap dr. M. Suherman Jember. https://doi.org/10.25047/j-
remi.v2i3.2244

Suswati, E. (2021). Membangun Kinerja dan Motivasi dalam Organisasi:


Pendekatan Riset (E. Suswati, Ed.; 1 ed.). Malang: Media Nusa Creative.

Syamsudin, R. A. (2016). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Perawat


Terhadap Ketepatan Waktu Pengembalian Rekam Medis Rawat Inap di RSD
Kota Tidore Kepulauan. Jurnal Skripsi.

Tinambunan, E. Y. (2016). Pengaruh Antara Budaya Organisasi Terhadap Kinerja


Karyawan Pada Sogo Sun Plaza Medan.
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/59080
74

Umar A, M., Wahyudi, I., Damanik, D., Purba, E., Ruswandi, W., Febrian, W. D.,
Putra, I. G. C., & Yuliastuti, I. A. N. (2022). Metodologi Penelitian
Manajemen (D. P. sari & M. Sari, Ed.). Padang: Global Eksekutif Teknologi.

Wahidmurni. (2020). Teknik Penyusunan Proposal Penelitian.

Wahyuni, P., Kusumawati, D. A., & Widyatmojo, P. (2022). Perilaku


Organisasional Teori dan Aplikasi Penelitian (1 ed.). Yogyakarta:
Deepublish.

Waluya, B. (2007). Sosiologi: Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat (1 ed.).


Bandung: PT Grafindo Media Pratama.

Wardhina, F., & Rahmadiliyani, N. (2022). Sosialisasi Pengembalian Berkas


Rekam Medis Rawat Inap di RSU Mawar Banjarbaru. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Indonesia, 2(3), 231–235. https://doi.org/10.52436/1.jpmi.609

Widyaningsih, N., & Triyanto. (2021). Menulis Karya Ilmiah Itu Mudah. Bogor:
Guepedia.

Wijaya, H. (2018). Analisis Data Kualitatif : Ilmu Pendidikan Teologi . Makassar:


Sekolah Tinggi Theologia Jaffray.

Wijiyanto, A. S. (2022). Analisis Faktor Penyebab Keterlambatan Pengembalian


Rekam Medis Rawat Jalan di Puskesmas Banyuanyar Sampang. J-REMI :
Jurnal Rekam Medik dan Informasi Kesehatan, 2.
https://sipora.polije.ac.id/17932/

Wijoyo, S., Abrianto, B. O., & Mashuri, M. A. (2019). Strategi Pengembangan


AMO dalam Meningkatkan Kinerja BUMD Provinsi Jawa Timur (K.
Ummatin, Ed.). Surabaya: Jakad Media.

Yusuf, R. M., & Syarif, D. (2018). Komitmen Organisasi. Makassar: Nas Media
Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai