NIM : P07539019263
Menyetujui
Pembimbing,
NIM : P07539019263
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diuji Pada Sidang Ujian Akhir Program
Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
2020
Penguji I Penguji II
Ketua Penguji
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Sondang Silalahi
NIM P07539019263
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN FARMASI
KTI, MEI 2020
ABSTRAK
iii
xiii
MEDAN HEALTH POLYTECHNICS OF MINISTRY OF HEALTH
PHARMACY DEPARTMENT
SCIENTIFIC PAPER, June 2020
Sondang Julianti Silalahi
Patients’ Satisfaction Level With the Pharmaceutical Services of
Simalungun Regional Police Clinic
xii + 45 pages + 1 table + 1 picture + 8 attachments
ABSTRACT
Pharmaceutical service is a form of health care that is direct and
responsible to patients, with regard to pharmaceutical preparations with a view to
achieving accurate results for the improvement of the quality of patients’ life.
Pharmaceutical Service Standards can be used as benchmarks and guidelines
for pharmaceutical personnel in carrying out pharmaceutical services.
Standardized pharmaceutical services are expected to meet patients’
expectations, commonly referred to as patients’ satisfaction. This study aims to
determine the level of outpatients’ satisfaction with pharmacy services at the
Simalungun Regional Police clinic
This study examined 100 samples, the research data were collected
through questionnaires made in the form of Likert scale statements.
The following are the results of research on the level of satisfaction of
pharmaceutical services in outpatients at the Simalungun Regional Police Clinic:
76.15% of patients were satisfied with the assurance dimension; 74.2% of
patients were satisfied with the responsiveness dimension; 75.4% of patients
were satisfied with the reliability dimension; 77.4% of patients are satisfied with
the empathy dimension; and 77.6% of patients were satisfied with the tangible
dimensions.
This study concluded that 76.15% of patients were satisfied with
pharmaceutical services at the Simalungun Regional Police Clinic.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien
Terhadap Pelayanan Kefarmasian Di Klinik Polres Simalungun” yang
merupakan salah satu syarat dalam mencapai gelar Ahli Madya Farmasi
Poltekkes Kemenkes Medan.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
v
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
vii
Halaman
ABSTRAK....................................................................................................... iii
ABSTRACK....................................................................................................iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
DAFTAR ISI......................................................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................ 2
1.3.1 Tujuan umum......................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan khusus........................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................4
2.1 Pengertian Klinik................................................................................................. 4
2.2 Kewajiban Klinik................................................................................................. 5
2.3 Kewajiban Penyelenggara Klinik......................................................................... 6
2.4 Bangunan Dan Ruangan.................................................................................... 6
2.5 Prasarana Klinik................................................................................................. 7
2.6 Peralatan Klinik................................................................................................... 7
2.7 Ketenagaan Klinik............................................................................................... 8
2.8 Kepuasaan Konsumen..........................................................................................8
2.9 Pengukuran Kepuasan Pasien............................................................................10
2.10 Karakteristik Pelayanan.......................................................................12
viii
2.13 Kerangka Konsep ...............................................................................14
ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 27
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Klinik juga dapat memberikan rujukan rawat jalan dan rawat inap dengan
memberikan surat rujukan untuk mengajukan rujukan ke rumah sakit, setelah ada data
diagnosa dari poliklinik. Setelah Dokter dari klinik mendiagnosa penyakit pasien, pasien
dirujuk ke rumah sakit yang telah ditentukan oleh dokter atau perawat dan telah di
rekomendasikan oleh kepala klinik.
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2018). Di sisi lain
1
manfaat yang didapat masyarakat terhadap pelayanan kesehatan adalah kepastian
dari pemerintah tentang pelayanan kefarmasian yang dilakukan berdasarkan nilai
ilmiah, keadilan, kemanusiaan, dan perlindungan serta keselamatan pasien atau
masyarakat yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang memenuhi standar dan
persyaratan keamanan, mutu dan kemanfaatan. (Kurniasih, 2012).
Kepuasan pasien merupakan salah satu indikator keberhasilan pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Kepuasan pelayanan jasa kesehatan tercapai
jika apa yang didapatkan pasien melebihi harapannya. (Pohan, 2018).
b. Reliability (Kehandalan)
c. Assurance (Jaminan)
d. Empathy (Kepedulian)
2
e. Tangible (Bukti Fisik)
1.4 Manfaat Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana Kepuasan Pasien Rawat Jalan Terhadap
Pelayanan Kefarmasian Di Klinik Polres Simalungun.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Klinik Pratama
Klinik pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik dasar
yang dilayani oleh dokter umum dan dipimpin oleh seorang dokter umum. Berdasarkan
perijinannya klinik ini dapat dimiliki oleh badan usaha ataupun perorangan.
b. Klinik Utama
Klinik utama merupakan klinik yang menyelenggarakan pelayanan medik
spesialistik atau pelayanan medik dasar dan spesialistik. Spesialistik berarti
mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan
umur, organ atau jenis penyakit tertentu. Klinik ini dipimpin seorang dokter spesialis
ataupun dokter gigi spesialis. Berdasarkan perijinannya klinik ini hanya dapat dimiliki oleh
badan usaha berupa CV, ataupun PT.
Adapun perbedaan antara klinik pratama dan klinik utama adalah:
a). Pelayanan medis pada klinik pratama hanya pelayanan medis dasar, sementara pada
klinik utama mencangkup pelayanan medis dasar dan spesialis;
b). Pimpinan klinik pratama adalah dokter atau dokter gigi, sementara pada klinik utama
pimpinannya adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis;
c). Layanan di dalam klinik utama mencangkup layanan rawat inap, sementara pada
klinik pratama layanan rawat inap hanya boleh dalam hal klinik berbentuk badan usaha;
d). Tenaga medis dalam klinik pratama adalah minimal dua orang dokter atau dokter gigi,
sementara dalam klinik utama diperlukan satu orang spesialis untuk masing-masing jenis
pelayanan.
4
Adapun bentuk pelayanan klinik dapat berupa:
a). Rawat jalan;
f). Menolak keinginan pasien yang tidak sesuai dengan standar profesi, etika dan
peraturan perundang-undangan;
g). Menghormati hak pasien;
5
i). Memiliki peraturan internal dan standar prosedur operasional;
6
d). Ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang melaksanakan pelayanan
farmasi;
8
yang tepat untuk digunakan karena mereka mempelajari di bangku pendidikan,karenanya
faktor kunci utama yang akan menentukan keberhasilan pelayanan dan memenuhi
kepuasan pelanggan (kesembuhan pelanggan). Petugas kesehatan punya tanggung
jawab moral memberikan tanggapan yang cepat,akurat dan dilandasi empati. Sikap yang
seperti ini akan memberikan nilai tambah untuk kepuasan pengguna (pasien, keluarga
dan masyarakat) yang juga akan menjamin partisipasi aktif mereka. Pelanggan yang
puas akanberbagi rasa dan pengalaman mereka kepada teman, keluarga dan tetangga.
Pada dasarnya harapan pasien adalah perkiraan tentang keyakinan pasien tentang
pelayanan yang diterimanya akan memenuhi harapannya. Sedangkan hasil kinerja akan
dipersepsikan oleh pasien (Muninjaya, 2011).
9
c) Jaminan adalah dimensi kualitas pelayanan yang berhubungan dengan kemampuan
dalam menanamkan kepercayaan dan keyakinan kepada pasien. Dimensi kepastian
meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat,
kualitas keramah-tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberi pelayanan.
d) Kepedulian adalah kesediaan untuk peduli dan memberikan perhatian pribadi kepada
pengguna jasa. Pelayanan yang empatik sangat memerlukan sentuhan/perasaan
pribadi. Menciptakan pelayanan yang “surprise“ yaitu sesuatu yang tidak diharapkan
pengguna jasa tetapi ternyata diberikan oleh penyedia jasa.
e) Daya tanggap adalah kemampuan untuk membantu dan memberikan jasa dengan
cepat kepada pasien yang meliputi kesigapan tenaga kerja dalam melayani pasien,
kecepatan tenaga kerja dalam menangani transaksi dan penanganan atas
keseluruhan pasien.
Kepuasan Pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2018).
Mutu pelayanan dikatakan baik dan memuaskan Pasien apa bila jasa yang
diterima sesuai atau melebihi harapan pasien dan sebaliknya mutu pelayanan dikatakan
buruk atau tidak memuaskan pasien apabila pelayanan yang diterima lebih rendah dari
yang diharapkan (Kotler,2000). Berbagai pengalaman pengukuran kepuasan pasien
menunjukkan bahwa upaya untuk mengukur tingkat kepuasan pasien tidak mudah,
karena upaya memperoleh informasi yang diperlukan untuk mengukur tingkat kepuasan
pasien akan berhadapan dengan suatu kendala kultural, yaitu terciptanya suatu
kecenderungan masyarakat yang enggan atau tidak mau mengemukakan kritik, apalagi
terhadap fasilitas layanan kesehatan yang digunakan oleh masyarakat dari golongan
strata bawah adalah fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah.
10
penting oleh pasien. Kemudian pasien diminta menilai setiap aspek tadi, sesuai dengan
tingkat kepuasan aspek tersebut bagi pasien yang bersangkutan. Tingkat kepuasan
tersebut diukur dengan menggunakan skala likert dengan graduasi penilaian kepuasan,
misalnya, sangat puas, cukup puas, kurang puas, dan tidak puas, puas. Kemudian tingkat
penilaian tersebut diberi pembobotan misalnya, sangat penting diberi bobot 5, cukup
penting diberi bobot 4, penting diberi bobot 3, kurang penting diberi bobot 2 dan tidak
penting diberi bobot 1.
Setiap organisasi yang berorientasi pada pasien perlu memberikan kesempatan luas
kepada para konsumen untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka
terhadap pelayanan yang disediakan.
b. Ghost Shooping
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pasien adalah dengan
mempekerjakan beberapa orang (Ghost Shooping) untuk berperan atau bersikap sebagai
pasien kepada pesaing. Dengancara ini dapat diketahui kekuatan dan kelemahan dari
pesaing.
Penyedia jasa mengevaluasi dan menghubungkan pasien yang telah berhenti membeli
atau yang telah pindah ke penyedia jasa agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi
dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan selanjutnya.
Melalui survei penyedia jasa akan memperoleh tanggapan dan umpan balik
secara langsung dari pasien serta memberikan kredibilitas positif bahwa penyedia jasa
menaruh perhatian terhadap para pasien (Kotler, 1997). Metode survei kepuasan pasien
dapat menggunakan pengukuran service quality yang dibangun atas adanya
perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi pasien atas layanan nyata mereka terima
dengan layanan yang diharapkan. Kualitas jasa pelayanan kesehatan akan sangat
ditentukan apabila kebutuhan atau eskpektasi para pengguna jasa bisa terpenuhi dan
bisa diterima tepat waktu. Untuk itu, para penyedia jasa pelayanan kesehatan harus
mampu memenuhi harapan pengguna jasa. Menurut Wyckof, kualitas jasa merupakan
11
tingkat keunggulan yang selalu dirancang dengan baik dan pengendalian tingkat
keunggulan juga dilakukan dengan tepat memenuhi harapan para pelanggan. Jadi, dua
hal yang memengaruhi kualitas jasa adalah expected services dan perceived service.
Jika perceived service sesuai dengan expected services, jasa pelayanan kesehatan
dapat dilakukan berkualitas dan para pengguna jasa pelayanan akan puas. Dari uraian
tersebut, Parasuraman, Zeithami dan Berry menganalisis dimensi kualitas jasa pelayanan
berdasarkan lima aspek komponen mutu, kelima komponen mutu pelayanan dikenal
dengan nama Servqual yaitu keandalan, daya tangkap, kepastian, empati, berwujud
(Muninjaya, 2014). Kelima dimensi tersebut dijabarkan secara rinci untuk variabel
harapan dan variabel kinerja dengan membuat kuesioner yang berisi aspek aspek
layanan kesehatan yang disusun dalam pertanyaan dihitung berdasarkan bobot dalam
skala likert (Imbalo, 2012).
a. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas pada tingkah laku pasien. Pemasaran
harus mengetahui peran yang dimainkan oleh budaya, sub budaya dan kelas sosial
pasien.
b. Faktor Sosial
Sebagai tambahan atas faktor budaya, perilaku seorang pasien juga dipengaruhi oleh
faktor sosial seperti keluarga dan status sosial.
Kualitas adalah keseluruhan ciri dan sifat dari suatu produk atau pelayanan yang
berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau
12
yang tersirat (Kotler, 2005). Kualitas pelayanan dapat dilihat melalui dua hal yaitu tidak
dapat dipisahkan yaitu dari segi tingkat kepuasan pasien dan mutu pelayanan kesehatan
dari pihak penyedia jasa (Pohan, 2018).
a. Dari segi Pemakai jasa pelayanan, kualitas pelayanan terutama berhubungan dengan
ketanggapan dan kemampuan petugas klinik dalam memenuhi kebutuhan pasar dan
komunikasi pasien termasuk didalamnya sifat ramah dan kesungguhan.
b. Dari pihak penyedia jasa dalam hal ini klinik, kualitas pelayanan terkait pada
pemakaian yang sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Secara umum
dapat dirumuskan bahwa batasan layanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan
kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakaian jasa sesuai dengan tingkat
kepuasan rata rata penduduk, serta penyelenggaraannya sesuai kode etik dan standar
yang ditetapkan. Kualitas pelayanan kesehatan merupakan suatu fenomena unik,
sebab dimensi dan indikatornya dapat berbeda diantara orang orang yang terlibat
dalam pelayanan kesehatan. Untuk mengatasi perbedaan dipakai suatu pedoman
yaitu hakikat dasar dari penyelenggaraan pelayanan kesehatan, yaitu memenuhi
kebutuhan dan tuntutan para pemakai jasa pelayanan kesehatan.
13
perhatian, dan memahami kebutuhan pasien.
e. Tangible (Bukti Fisik), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang dapat
langsung dirasakan oleh pasien.
Tingkat kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul sebagai akibat
dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya
dengan apa yang diharapkannya. Kepuasan pasien dalam pelayanan kefarmasian di
kategorikan dengan kriteria sangat puas, puas, cukup puas, kurang puas dan tidak puas.
1. Kehandalan
(realibility) Tingkat Kepuasan
Pasien:
2. Daya tanggap Pelayanan
(responsiveness) Kefarmasian Sangat Puas (SP) : 5
3. Jaminan Puas (P) :4
(assurance)
4. Empati (empati) Cukup Puas (CP) : 3
5. Bukti fisik ( tangible) Kurang Puas (KP) : 2
a. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
akibat dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya.
b. Tingkat sikap sangat puas, apabila total skor 80% - 100%
14
f. Tingkat sikap tidak puas, apabila total skor 0% - <20%
h. Indikator Kepuasan Pasien adalah tolak ukur untuk dapat mengukur keberhasilan
suatu pelayanan.
i. Responsiveness (Daya Tangkap), yaitu kemampuan petugas memberikan
pelayanan kepada pasien dengan cepat.
j. Reliability (Kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan
kepada pasien dengan tepat.
k.Assurance (Jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan kepada
pasien sehingga terpercaya.
l. Emphaty (Kepedulian), yaitu kemampuan petugas membina hubungan,
perhatian, dan memahami kebutuhan pasien.
m. Tangible (Bukti Fisik), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang dapat
langsung dirasakan oleh pasien.
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan di Klinik Polres
Simalungun.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2010).Untuk menentukan besarnya sampel apabila subjek kurang dari 100, lebih
baik diambil semua sehingga penelitiannya penelitian populasi. Jika subjeknya
lebih besar dapat diambil antara 20-25 % (Arikunto, 2002).
Rumus yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah :
n = 25% x N
16
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, dimana
data diterima secara langsung dengan menggunakan kuesioner yang diberikan
kepada responden yang telah berisi daftar pertanyaan serta pilihan jawaban
yang telah disiapkan.
17
Pemberian kode agar proses pengolahan data lebih mudah, pengkodean
didasari dari jawaban yang diberi skor atau nilai tertentu.
c. Entry Data
Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode
sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
d. Cleaning
Yakni tahapan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry dan
melakukan koreksi bila terdapat kesalahan.
e. Tabulating
Yakni tahapan kegiatan perorganisasian data sedemikian rupa agar dengan
mudah dapat dijumlahkan, disusun dan data ditata untuk disajikan dan di
analisis.
Tingkat kepuasan diukur dengan skala likert. Penelitian menggunakan skala likert
dengan graduasi penelitian kepuasan, misalnya: (Imbalo, 2012).
P = Puas (4)
Jumlah pertanyaan pada kuesioner adalah 20 soal dengan nilai tertinggi setiap
satu pertanyaan adalah 5, sehingga nilai maksimal seluruh pertanyaan adalah
100. Selanjutnya tingkat kepuasan pasien dihitung dengan membandingkan skor
18
hasil kuesioner yang diperoleh dengan skor maksimal, sesuai dengan rumus di
bawah ini:
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
20
21
No Karakteristik Responden Jumlah Responden Persentase (%)
3 Pendidikan terakhir
Tidak tamat SD – SMP 10 10.0
SMA 70 70.0
Perguruan tinggi/Akademik 20 20.0
Jumlah 100 100.0
4 Periode Kunjungan
Baru pertama kali 20 20.0
2- 5 kali 50 50.0
>5 kali 30 30.0
Jumlah 100 100.0
22
No Variabel Pertanyaan Skor Skor Persentase Interpretasi
Maksimal diperoleh (%)
23
Rata-rata 2500 1855 74.2 Puas
Petugas memberikan
5 perhatian yang sama 500 305 61.0 Cukup
kepada semua pasien. Puas
24
nyaman.
4.2 Pembahasan
25
c. Karakteristik berdasarkan pendidikan diperoleh tidak tamat SD-SMP 10 orang
(10,0%), SMA 70 orang (70,0%) dan perguruan tinggi/akademi 20 orang
(20,0%).
d. Karakteristik berdasarkan periode kunjungan ke klinik diperoleh konsumen
yang baru pertama kali 20 orang (20,0%) dan 2-5 kali 50 orang (50,0%) dan
yang lebih dari 5 kali adalah 30 orang (30,0%).
Langkah berikutnya adalah dengan melakukan interpretasi kepuasan
responden yang dibagi menjadi empat dimensi dimana setiap dimensi memiliki
lima variabel pertanyaan.
Dimensi A (Tabel 4.2) menggambarkan kehandalan Klinik Polres
Simalungun sebesar (75.4%), Interprestasi pada dimensi ini variabel pertanyaan
dengan persentase tertinggi yaitu petugas memberi informasi tentang cara
penyimpanan obat dengan nilai persentase (80.2%) dengan interpretasi puas.
Sedangkan persentase paling rendah pada dimensi A terdapat pada variabel
pertanyaan tentang pelayanan informasi obat yang bisa dimengerti pasien hal ini
dikarenakan kendala bahasa yang digunakan.
Dimensi B (Table 4.3) ketanggapan dan jaminan pelayanan yang
diberikan petugas klinik memperoleh persentase (74,2%) dengan interpretasi
puas, dimana terdapat dua variabel dengan nilai tertinggi yang sama yaitu
tentang petugas memberi informasi obat secara tertulis bila pasien kurang begitu
paham dan informasi obat yang diberikan akurat serta bisa
dipertanggungjawabkan dengan nilai sebesar (82.0%). Sedangkan persentase
paling rendah pada dimensi B terdapat pada variabel pertanyaan tentang setiap
keluhan pasien diatasi dengan cepat dengan nilai persentase (61.0%) hal ini
disebabkan keterbatas sumber daya tenaga kefarmasian di klinik Polres
Simalungun.
Dimensi C (Tabel 4.4) menggambarkan tingkat empati dari petugas
kefarmasian di klinik selama memberikan pelayanan kepada pasien. Sikap
petugas yang sopan dan ramah dalam memberikan pelayanan memberikan
kontribusi kepuasan pelayanan pasien yang paling besar (83,8%). Sedangkan
persentase paling rendah pada dimensi C terdapat pada variabel pertanyaan
tentang petugas memberikan perhatian yang sama kepada semua pasien
26
dengan nilai persentase (61.0%) hal ini disebabkan adanya pasien-pasien
tertentu yang diharuskan untuk didahulukan (atensi).
Dimensi D (tabel 4.5) menggambarkan pelayanan klinik dalam hal fasilitas
berwujud (tangible). Tersedianya ruang tunggu yang nyaman dalam klinik
memberikan kontribusi besarnya kepuasan pasien terhadap pelayanan
kefarmasian di klinik dengan nilai persentase (80.0%).
Dari hasil penelitian yang telah diuraikan pada tabel 4.6 dapat diketahui
bahwa hasil penelitian tehadap pelayanan kefarmasian di klinik Polres
Simalungun dari empat yang dimensi yang digunakan untuk mengukur tingkat
kepuasan pasien yaitu dimensi A (Kehandalan petugas klinik) memperoleh
persentase 75.4%, dimensi B (Ketanggapan petugas klinik) memperoleh
persentase 74,2%, dimensi C (Empati petugas klinik) memperoleh persentase
77,4% ,dimensi D (fasilitas kefarmasian) memperoleh persentase 77,6%. dengan
persentase rata rata kepuasan 76.15% dari empat dimensi diatas yaitu
responden merasa puas. Dari keempat dimensi tersebut diperoleh dimensi
dengan persentase terendah yaitu dimensi B, ketanggapan petugas klinik. Oleh
karenanya pada dimensi ini perlu lebih ditingkatkan lagi. Dimensi tertinggi yaitu
dimensi D yakni fasilitas kefarmasian.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di Klinik Polres
Simalungun secara keseluruhan sebesar 76,15% memiliki kategori puas
2. Tingkat kepuasan pelayanan kefarmasian di Klinik Polres Simalungun
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pada dimensi kehandalan yaitu
sebesar 75,4% memiliki kategori puas.
3. Tingkat kepuasan pelayanan kefarmasian di Klinik Polres Simalungun
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pada dimensi ketanggapan dan
jaminan yaitu sebesar 74,2% memiliki kategori puas.
4. Tingkat kepuasan pelayanan kefarmasian di Klinik Polres Simalungun
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pada dimensi empati yaitu sebesar
77,4% memiliki kategori puas.
5. Tingkat kepuasan pelayanan kefarmasian di Klinik Polres Simalungun
menunjukkan bahwa tingkat kepuasan pada dimensi tangible yaitu
sebesar 77,6% memiliki kategori puas.
5.2 Saran
1. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan yang sudah baik
tetap dipertahankan dan yang masih kurang agar di perbaiki.
2. Meningkatkan sikap kesopanan dan perhatian kepada pasien yang akan
ditunjukkan kepada pasien.
3. Kepada peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian ke klinik lain yang
belum diteliti.
.
28
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta
29
30
Lampiran 1
Ethical Clearence
Lampiran 2
Kartu Laporan Pertemuan Bimbingan KTI Mahasiswa RPL
Lampiran 3
SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI SUBJEK PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)
Medan, 2020
Tanda tangan Peneliti,
Responden,
( ) (Sondang Silalahi)
Lampiran 4
Daftar Pertanyaan / Kuesioner
KOESIONER PENELITIAN
Survey ini adalah survey untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Farmasi. Oleh karena itu saya sebagai
peneliti akan sangat berterima kasih jika Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersedia
mengisi dan menjawab setiap pertanyaan dengan sukarela.
I. Karakteristik Responden
1 umur :
Remaja : > 12-17 tahun
2. Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
3. Pendidikan : …………..
4. Pekerjaan
Pelajar/Mahasiswa Polisi/Polwan