Anda di halaman 1dari 19

KOMUNIKASI POLITIK

1. SEJARAH KOMUNIKASI POLITIK


A) SEJARAH KOMUNIKASI POLITIK
Latar Belakang dan perkembangan Komunikasi Politik di Amerika :
1. Kajian komunikasi politik merupakan kajian baru
2. Muncul sebagai akibat pemahaman interdisiplin ilmu
3. Istilah komunikasi politik baru muncul tahun 1956 - Euleau, Eldersveld, dan
Janowitz.
-Politik :
1. kepemimpinan politik
2. struktur kelompok
-Aristoteles (rethoric, membahas secara sistematis tentang seni berpidato)
-Niccola machiaveli (II principle / sang penguasa)
-Rhetoric Aristoteles:
1. Pendekatan tradisional fokus pada komunikator (pendekatan normative)
2. Pendekatan New Rhetoric (hubungan yang stabil dak interaksi manusia, jika
menarik akan berlanjut demikian pula sebaliknya)
3. Pendekatan eksperiensial (masyarakat selalu berubat tidak hanya komunikator
yang penting, tetapi harus memperhatikan juga pesan, audience, setting, dan pro ya)
B) BIDANG KAJIAN KOMUNIKASI POLITIK
Kajian Komunikasi Politik:
1. Retorika
2. Analisis Propaganda
3. Perubahan sikap
4. Pendapat publik
5. Prilaku pemilih
6. Hubungan pemerintah dengan bmedia
7. Studi Teknik kampanye
Tambahan kajian baru:
1. Antropologi
2. 2. Sosiologi
3. 3. Linguistik
4. 4. Simbolisme
5. 5. Semiotik
6. 6. Cultural studies
C) METODE STUDI KOMUNIKASI POLITIK
-Komunikasi Politik menggunakan beberapa metode riset dan teknik dari berbagai
bidang studi.
1. Kritisme retorika berasal dari propaganda (speech communication & Content
analysis)
2. Teknik eksperimental dari studi perubahan sikap (Psikologi)
3. Metode survey (polling) berasal dari pemberian suara (voting) dan opini publik
-Handbook of political communication
1. studi analisis isi (content analysis)
2. studi eksperimental
3. studi survei

D) PENDEKATAN AGENDA SETTING


agenda setting dikembangkan oleh McCombs & Shaw, membantu memahami realitas
bahwa apa yang dibicarakan dan dianggap penting oleh media, maka juga diikuti
masyarakat. Masyarakat akan cenderung mengikuti eliti politiknya, sehingga menjadi
elite politik harus hati-hati mengeluarkan statement.

2. KONSEP DAN SISTEM POLITIK


A) Pengertian komunikasi dan politik
-Barelson & steiner (1968) mendefinisikan lomunikasi sebagai penyampaian informasi,
ide, emosi, keterampilan, melalui penggunaan symbol, kata, gambar, angka, grafik, dsb.
-Shacter (1961) menyatakan ahwa komunikasi merupakan mekanisme untuk
melaksanakan kekuasaan. Komunikasi ditempatkan sebagai unsur control sosial atau
untuk mempengaruhi perilaku, keyakinan, dan sikap terhadap orang lain.
-Hovland (1953) menekankan komunikasi sebagai proses menyampaikan pesan, sehingga
mempengaruhi orang lain.
-David berlo dengan model SMCR menyatakan bahwa “semua perilaku komunikasi pada
dasarnya adalah pemilihan tanggapan spesifik dari orang yang spesifik”
-Laswell menyatakan bahwa proses komunikasi berjalan searah atau bersifat linier. Ia
menekankan aspek persuasi dengan tujuan untuk memperoleh efek tertentu.
-Dean barnlund menyatakan komunikasi melukiskan evaluasi makna. Makna adalah
sesuatu yang diciptakan, ditentukan, diberikan. Dan bukan sesuatu yang diterima.bukan
pula interaksi dengan sesuatu, melainkan suatu transaksiyang didalamnya orang
menciptakan dan memberi makna agar menyadari tujuan orang tersebut.
Menurut barnlund komunikasi mempunyai sifat :
1. Dynamic (dinamis)
2. Continuous (sinambung)
3. Circulair (berputar)
4. Unrepeatable (tidak dapat diulang)
5. Irreversible (tidak dapat dibalik)
6. Complex

-Nimmo (2008) mengartikan politik sebagai kegiatan orang secara kolektif yang mengatur
perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Nimmo menjelaskan kadang kadang
perbedaan ini merangsaang argument, perselisihan, dan percekcokan, hal inilah yang
disebut dengan kegiatan politik.

-Laswell (1995) menyatakan ilmu politik adalah ilmu tentang kekuasaan.

-David eston (1989) “political as a process those developmental processes through which
person acquire political orientation and patterns behavior”
-Kantaprawira (1983), komunikasi politik merupakan aktivitas yang memfokuskan pada
kegunaannya, yaitu untuk menghubungkan fikiran politik yang hidup dalam Masyarakat,
baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik
Masyarakat dengan sektor pemerintah.

-Laswell (1995) memandang orientasi komunikasi politik telah menjadi dua hal sangat
jelas :

1. komunikasi politik selalu berorientasi pada nilai atau berusaha mencapai tujuan ; nilai
nilai dan tujuan itu sendiri dibentuk didalam dan oleh proses perilaku yang
sesungguhnya merupakan suatu bagian.
2. komunikasi politik bertujuan menjangkau masa depan dan bersifat
mengantisipasiserta berhubungan dengan masa lampau dan senantiasa memperhatikan
kejadian masa lalu.

-Astried s soesanto mengemukakan komunikasi politik ialah komunikasi yang diarahkan


pada pencapaian suatu pengaruh sedemikian rupa, sehingga pada masalah yang dibahas
oleh jenis kegiatan komunikasi ini dapat mengikat semua warganya melalui suatu sanksi
yang ditentukan bersama oleh lembaga-lembaga politik.

-Roelofs dan barnlund, Komunikasi Politik adalah politik yang berbicara atau untuk
menempatkan masalah ini, lebih tepatnya aktivitas politik (politisasi) berbicara.

-Dari pengertian komunikasi politik yang diungkapkan Roelofs dan Barn, walaupun
sangat sederhana, namun cukup memberi isyarat bahwa komunikasi politik lebih
memusatkan kajiannya pada bobot materi muatan yang berisi pesan-pesan politik (isu
politik, peristiwa dan perilaku politik individu-individu baik sebagai penguasa maupun
yang berada dalam asosiasi-asosiasi kemasyarakatan atau asosiasi politik.

B) KONSEP POLITIK

-Aristoteles menyatkan bahwa manusia adalah makhluk sosial (zoon politikon), yang
dalam proses kehidupannya muncul politik.

-Politik memunculkan kekuasaan dan wewenang untuk mengatur orang lain sesuai
dengan yang diharapkan sekelompok orang.

-Secara etimologis, politik berasal dari bahasa Yunani yaitu “polis” yang berarti kota.
Orang yang mendiami polis disebut “polites” atau warga negara, sementara kata
“politikos” berarti kewarganegaraan.
-Ini berarti bahwa dalam sebuah kota atau wilayah terdapat masyarakat dan memiliki hak
sebagai warga negara.
-Miriam Budiardjo (1993) mendefinisikan politik sebagai berbagai macam kegiatan yang
terjadi di suatu negara, yang menyangkut proses menentukan tujuan dan bagimana cara
mencapai tujuan itu.

-Sementara itu, Hoogerwerf, mendefinisikan politik sebagai pertarungan kekuasaan.

-Hans Morgenthau juga mendefinisikan politik sebagai usaha mencari kekuasaan


(struggle power).
-David Easton mengartikan politik sebagai semua aktivitas yang mempengaruhi
kebijaksanaan dan cara bagaimana kebijaksanaan itu dilaksanakan.

Beberapa konsep pokok politik tersebut adalah :

1. Politik berkaitan dengan negara (state),

2. Kekuasaan (power)

3. Pengambilan keputusan (decision making),

4. Kebijaksanaan umum (public policy),

5. Pembagian (distribution) dan

6. Alokasi (alocation).

-Roger F. Soltou mengatakan ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan
negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu, hubungan antara
negara dengan warganegara, hubungan antara negara dengan negara lain.

C) KEKUASAAN
-Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi
tingkah laku orang lain atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari si pemilik
pengaruh.

-Harold D. Lasswel dan A. Kaplan mengatakan ilmu politik mempelajari pembentukan


dan pembagian kekuasaan.

-W. A Robson mengatakan politik sebagai ilmu yang mempelajari kekuasaan dalam
masyarakat yaitu hakikat, dasar, proses, ruang lingkup dan hasil- hasilnya. Fokus
utamanya adalah tertuju pada perjuangan untuk mencapai dan mempertahankan
kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain atau menentang
pelaksanaan kekuasaan itu.

D) NEGARA

-Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-
gejala kekuasaan dalam masyarakat.

-Negara dapat memaksakan kekuasaanya secara sah terhadap semua golongan


masyarakat untuk menetapkan dan melaksanakan tujuan-tujuan bersama.

-Negara mempunyai dua tugas pokok,

1. mengendalikan dan mengatur gejala kekuasaan yang a-sosial, yaitu

bertentangan satu sama lain agar tidak menjadi antagonisme

membahayakan

2. mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan

golongan - golongan ke arah tercapainya tujuan seluruh Masyarakat


-Unsur unsur negara :

1. penduduk

2. wilayah

3. pemerintah

4. kedaulatan

-Fungsi negara :

1. fungsi pengaturan dan ketertiban

2. fungsi kesejahteraan dan kemakmuran

3. fungsi pertahanan dan keamanan

4. fungsi keadilan

-Faktor2 yang mendukung terlaksananya fungsi2 negara :

1. SDM

2. Teritorial negara

3. SDA

4. Kapasitas pertanian dan industry

5. Kekuatan militer dan mobilitas

6. Elemen kekuatan yang tidak nyata

E. SISTEM POLITIK

-Sistem politik merupakan semua proses dan Tindakan yang berkaitan dengan
pembuatan Keputusan yang mengikat Masyarakat.

-Ciri ciri system politik :

1. identifikasi

2. input dan output

3. diferensial dalam suatu system

4. integrasi dalam suatu system

-Sistem politik merupakan suatu organisasi dimana masyarakat dapat merumuskan dan
berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama. Oleh karena itu dalam menjalankan
kegiatannya, sistem politik mempunyai lembaga-lembaga seperti parlemen, birokrasi,
badan peradilan, dan partai politik yang menjalankan fungsi tertentu, sehingga sistem
tersebut dapat merumuskan dan melaksanakan kebijakan.

-Sistem politik di dunia :

1. sistem demokrasi

2. sistem totaliterisme
-Berdasarkan pendapat dari Edward Shils Almond dan Coleman J.W. Schoorl, tipe sistem
politik di negara-negara berkembang pada dasarnya terbagai menjadi lima tipe :

1. demokrasi politik

2. demokrasi terpimpin

3. oligarki pembangunan

4. oligarki totaliter

5. oligarki tradisional

-5 konsep politik :

1. klasik

2. kelembagaan

3. kekuasaan

4. fungsionalisme

5. konflik

3. PERAN SOSIAL DALAM POLITIK


A) STRUKTUR POLITIK
-Struktur politik dapat diartikan sebagai pelembagaan hubungan organisasi antara
elemen-elemen yang membentuk suatu sistem politik.
-Struktur politik berkaitan dengan alokasi nilai-nilai yang bersifat otoritatif dipengaruhi
oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.
-Kekuasaan itu sendiri harus diartikan sebagai kapasitas, kapabilitas, kemampuan untuk
mempengaruhi, meyakinkan, mengendalikan, menguasai dan memerintah orang lain.
Kapasitas dalam hal ini berhubungan erat dengan wewenang (authority), hak (right), dan
kekuatan fisik (force).
-Struktur politik pada kenyataannya terdiri dari :
1. unsur unsur yg bersifat informal
2. unsur unsur yg bersifat formal
-Struktur politik pada dasarnya menjalankan tiga fungsi politik pokok :
1. Sosialisasi politik
2. Rekrutmen politik
3. Komunikasi politik

B) PROSES POLITIK

-Proses politik dapat dimulai dari mana saja, misalnya aktivitas dimulai dengan usulan
masyarakat yang berupa input ke suprastruktur.
-Jika masyarakat setuju, tentu akan membuat feed back berupa dukungan dan mungkin
akan ada masukan berupa tuntutan yang lain. Akan tetapi bagi masyarakat yang tidak
setuju, akan memberikan masukan berupa peningkatan tuntutan.
C) BUDAYA POLITIK

-Budaya politik merupakan aspek penting dan berpengaruh terhadap sistem politik.

-Budaya politik berkembang dan merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat.

-Kegiatan politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan, proses pembuatan


kebijakan pemerintah, kegiatan partai-partai politik perilaku aparat negara, dan gejolak
masyarakat terhadap kekuasaan.

-Budaya pada dasarnya merupakan perkembangan pemikiran dan akal budi manusia yang
menghasilkan tata nilai.

-Alan R. Ball menyatakan bahwa budaya politik dapat diartikan sebagai seperangkat sikap,
keyakinan, simbol-simbol, dan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat yang berhubungan dengan
sistem politik dan isu-isu politik.

-Dalam hal ini budaya politik terdiri dari sikap, keyakinan, dan tata nilai yang berlaku pada
seluruh anggota masyarakat dan melekat pada kebiasaan hidup masyarakat.

-Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell Jr. menyatakan, bahwa budaya Politik merupakan
dimensi psikologi dari sistem politik yang bersumber dari perilaku lahiriah manusia
berdasarkan penalaran-penalaran yang sadar.

-Budaya politik merupakan aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan, adat
istiadat, tahayul atau mitos, yang dikenal dan diakui oleh sebagian besar masyarakat.

-Budaya politik dapat dilihat dari aspek doktrin yang menekankan pada materi, seperti
sosialisme, demokrasi, atau nasionalisme dan dari aspek generik atau menekankan pada
analisis bentuk, ciri-ciri, dan peranan, seperti militan, terbuka, tertutup.

-Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma, yaitu sikap terbuka dan tertutup, dan
tingkat militan seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan masyarakat, pola
kepemimpinan (konformitas atau mendorong inisiatif kebebasan, sikap terhadap mobilitas
(mempertahankan status quo atau mendorong mobilitas), prioritas kebijakan (menekankan
ekonomi atau politik).

-Gabriel Almond dan Sidney Verba membedakan budaya politik berdasarkan sikap politik
sebagai cerminan budaya politik :

1. budaya politik partisipan

2. budaya politik subyek

3. budaya politik parokial

D) ELIT POLITIK
-Elite politik menurut Pareto, Mosca, dan Michels adalah sekelompok kecil masyarakat yang
mempunyai pengaruh besar dan atau kekuasaan politik besar dalam sebuah sistem politik.

-Elite politik menurut Pareto terbagi berdasarkan :

1. kekuasaan politik
2. Hakikatnya orang hanya dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu mereka yang memiliki
kekuasaan politik penting dan yang tidak memiliki.

3. Secara internal, elit bersifat homogen, bersatu dan memiliki kesadaran kelompok

4. Elit mengatur sendiri kelangsungan hidupnya (self perpectuating) dan anggotanya berasal
dari suatu lapisan masyarakat yang sangat terbatas.

5. Kelompok elit pada hakikatnya bersifat otonom, kebal akan gugatan dari siapapun di luar
kelompoknya mengenai keputusan yang dibuatnya.

-Untuk mengkaji elit politik perlu diperhitungkan beberapa hal :

1. ruang lingkup kekuasaan

2. kualitas pengaruh

3. reaksi dari aktor lain

E) STRATIFIKASI POLITIK

-Stratifikasi politik muncul karena ketidaksamaan kekuasaan yang dipunyai manusia.

-Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : 1. minat pada politik,

2. pengetahuandanpengalamanpolitik,

3. kecakapandansumberdayapolitik,

4. partisipasipolitik,

5. kedudukanpolitikdan 6. kekuasaanpolitik.

-Stratifikasi politik menurut Robert D. Putnam :

1. Strata 1 (Kelompok pembuat keputusan)

2. Strata 2 (Kaum berpengaruh)

3. Strata 3 (Aktivis)

4. Stara 4 (Publik peminat politik)

5. Strata 5 (Kaum pemilih)

6. Strata 6 (Nonpartisipan)

F. DRAMATURGI POLITIK

-Dramaturgi adalah sandiwara kehidupan yang disajikan oleh manusia.

-Menurut Goffman kehidupan sosial itu dapat dibagi menjadi “wilayah depan” dan “wilayah
belakang”. Wilayah depan ibarat panggung sandiwara bagian depan (front stage) yang
ditonton khalayak penonton, sedang wilayah belakang ibarat panggung sandiwara bagian
belakang (back stage)

-Dramaturgi atau peran social dalam politik adalah peranan yang diambil para actor politik
dalam mencapai tujuan politiknya.
-Para actor politik ini berusaha menarik perhatian khalayak dengan mencitrakan dirinya
secara positifz

-Para actor politik membentuk opini masyarakat dengan menggunakan berbagai media
dalam menarik simpati masyarakat.

4. KOMUNIKATOR DALAM KOMUNIKASI POLITIK


A) KOMUNIKATOR POLITIK
-Menurut Leonard Doob dalam Nimmo (1993), komunikator politik dapat dikategorikan
dalam 3 tipologi :
1. Politikus
2. Komunikator Profesional
3. Aktivis
-Menurut Daniel Katz, Politikus dapat dibedakan menjadi dua :
1. partisan
2. ideolog

B) KOMUNIKATOR PROFESIONAL

-Di Amerika menjadi komunikator professional merupakan salah satu profesi yang dapat
diandalkan untuk mencari nafkah.
-Komunikator Profesional terdiri atas Promotor dan Jurnalis

1. Promotor
2. Jurnalis
3. Aktivis

C) JURU BICARA
-Juru Bicara merupakan komunikator “official” atau resmi yang memang ditunjuk untuk
menyampaikan pesan komunikasi atau menyaring pernyataan pejabat terkiat yang
diwakilinya.
-Di Amerika, juru bicara kepresidenan atau juru bicara pemerintah biasanya disebut
press secetary atau government spokes person.
-Juru bicara berfungsi layaknya reporter yang bekerja di dalam instansi pemerintahan,
mengumpulkan informasi sehingga perlu cara efektif untuk menyampaikannya pada
publik (Sullivan, 2002 :8).
-Juru bicara tidak sekedar sebagai komunikator politik, tetapi juga melakukan teknik-
teknik komunikasi politik yang diplomatis. Mulai dari pemilihan kata, pengalihan isu, bias
politik, dan manipulasi fakta.
-Sering kali juru bicara dianggap atau diposisikan sebagai spin doctor yang akan menjadi
benteng bagi presiden atau menteri jika ada kasus-kasus penting yang dianggap
memerlukan teknik-teknik untuk mengelabuhi pers dan khalayak, sehingga kepentingan
politik penguasa bisa diamankan.
D) POLITICAL SPIN & SPIN DOCTOR

-Political spin adalah usaha maksimal yang dilakukan oleh konsultan politik atau
komunikator politik membuat pernyataan di media dengan melakukan manipulasi atau
kebohongan dari fakta yang sebenarnya oleh para politisi untuk meredam debat publik.
-Spin adalah teknik me-manage atau mengatur media untuk menghindarkan para
jurnalis media mendapatkan fakta pemberitaan yang obyektif dan melakukan
assessment terhadap informasi politik yang dimiliki oleh pemerintah atau presiden
(Lilleker, 2005 : 194).
-Spin juga dilakukan untuk mempengaruhi opini publik yang berkembang di masyarakat
dengan cara menyampaikan informasi yang bias dan menyenangkan masyarakat, agar
opini masyarakat tidak berkembang secara negative atau menyudutkan pemerintah.
-Sering media massa gemas dengan konferensi pers yang terkesan menutupi dan
membuat masyarakat tenang dan nyaman.
-Teknik political spin dilakukan secara cermat dan hati-hati. Biasanya dilakukan dengan
timing (penggunaan waktu yang efektif dan singkat), Fakta yang disampaiakan sangat
selektif, pilihan katanya sangat hati-hati, pemilihan sound bite atau penekanan bicara,
mendefinisikan kembali informasi yang sudah disampaiakan agar terkesan banyak
informasi, dan bahkan lama-lama menjadi bias.

5. KARAKTER PESAN DALAM KOMUNIKASI POLITIK


A) KARAKTER PESAN POLITIK
-Pesan dalam kegiatan komunikasi membawa informasi yang disampaikan oleh
komunikator.
-Pesan membawa informasi sekaligus makna kepada siapa saja yang
mengintrepretasikannya.
-Pesan dalam komunikasi politik dimaknai sebagai “peluru” untuk mempengaruhi atau
memersuasi komunikan atau khalayak yang menjadi sasaran.
-Aristoteles dalam Teori Retorika Politik menjelaskan 3 elemen dasar :
1. Communication ideology (komunikasi politik menyampaikan ideologi atau
nilai-nilai tertentu.
2. Emotional quality (perasaan emosional yang dimiliki oleh khalayak pada saat
komunikasi terjadi.
3. Core argument (komunikasi politik menyampaikan argumentasi yang meyakinkan
khalayak)
-Hal ini menjadi jelas, bahwa komunikasi politik mempunyai power atau kekuatan untuk
menyampaikan keinginan, nilai, ideologi, pemikiran, opini dari komunikan, untuk
memersuasi khalayak untuk mengikuti sesuai yang diinginkan.

B) SOUND BITE
-Sound Bite adalah satu garis kalimat yang diambil dari pidato atau pernyataan yang
panjang atau dari seperangkat teks yang dapat digunakan sebagai indikasi dari pesan
yang lebih besar (Lilleker, 2005 : 188).
-Sound Bite digunakan dalam media untuk mendefinisikan pesan, argument, dan
kebijakan.
-Kaid & Haltz Bach (2008) menyatakan bahwa sound bite adalah terminologi yang
digunakan oleh jurnalis televise dan reporter radio untuk memenggal pernyataan
penting. Mereka mengambil bagian yang penting atau menohok (punching) yang secara
emosional membangkitkan diskusi publik yang panas.
-Sound bite inilah yang sering kali menjadi kontroversi bagi para politikus. Sehingga
mereka sering menyampaikan “ harusnya seluruh wawancara ditayangkan, sehingga
tidak menyesatkan rakyat”.
-Bagi masyarakat sound bite sering menimbulkan konflik dalam masyarakat.

C) BAHASA HIPERBOLA POLITISI

-Pernyataan bahasa hiperbola politisi sering terjadi dalam kegiatan politik seperti Pilpres
Indonesia 2024.

D) GAYA BAHASA

-Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan
seseorang yang mempergunakan bahasa itu.
• Gaya yang dipakai oleh seorang kreator politik berbeda dari seorang kreator yang lain.
Hal ini sangat berhubungan dengan selera masing- masing.

E) NON VERBAL DALAM KOMUNIKASI POLITIK

-Dalam konteks komunikasi politik, berikut ini adalah beberapa contoh perilaku yang
menunjukkan komunikasi non-verbal dan sangat berpengaruh dalam meraih simpati
orang lain :
1. Semua atribut yang melekat pada diri seseorang menjadi alat komunikasi kepada
orang lain.
2. Menutup pintu rumah dari para konstituent politiknya, menyampaikan pesan sebagai
orang yang miskin jiwa sosial.
3. Bertolak pinggang sambil menunjuk-nunjuk menyuruh orang di tengah komunitas
yang sedang membangun daerahnya, akan dipersepsi sebagai orang yang kurang
bijaksana.
4. Mengendarai mobil sambil kaca tertutup, bisa ditafsirkan sombong dan tidak mau
peduli nasib orang lain yang ketimpa musiba.
5. Malas tersenyum kepada orang-orang disekitarnya, baik di kantor, diperjalanan, atau
di lingkungan sosialnya, akan mendapat pembenaran sebagai orang yang sombong dan
angkuh.
-Dalam konteks pasar demokrasi, komunikasi non-verbal memiliki pengaruh yang lebih
besar daripada komunikasi verbal. Hal ini disebabkan, karena secara psikologis orang
cenderung lebih mempercayai visualnya (apa yang dilihatnya).

F) MEMBANGUN PESAN VERBAL YG PRODUKTIF

-Komunikasi adalah proses penyampaian pesan. Komunikasi dikatakan produktif jika


pesan telah tersampaikan dan diterima dengan baik.
-Komunikasi verbal dapat dilakukan dengan bentuk komunikasi tertulis atau lisan.
-Bagaimana cara membangun pesan verbal yang produktif?
1. Pesan yang disampaikan harus jelas
2. Mengetahui struktur politik, kepada siapakah pesan verbal ini dikirimkan?
3. Sesuai norma politik yang berlaku
4. Isi pesan harus berkualitas
6. PERANAN MEDIA DALAM KOMUNIKASI POLITIK
A) MEDIA MASSA DALAM POLITIK
-Media massa memiliki banyak peranan dalam masyarakat
-Media digunakan untuk berbagai tujuan, mempercepat proses perubahan social,
kampanye politik, advertensi (iklan dalam media cetak/elektronik), dan propaganda.
-Penggunaan media dalam kehidupan politik sangat penting, termasuk penggunaan
media massa.
-Di Amerika, kampanye Presiden selalu menggunakan berbagai macam media, terutama
Televisi.
-Apakah setiap kampanye melalui media massa selalu berhasil??? Ada kondisi tertentu
yang mempengaruhi keberhasilan kampanye, seperti audience, pesan, dan sumber
(Mcquail,2000).

B) MEDIA MASSA DAN PROSES POLITIK DI AMERIKA

-Tahun 1976, Ford dan Jimmy Carter bersaing menjadi Presiden Amerika. Sebelum Debat
Calon Presiden di TV, polling menunjukkan Ford lebih unggul. Carter mampu memikat
masyarakat Amerika saat debat berlangsung. Dalam waktu sehari Ford tertinggal 45%
dari Carter.
-Setelah itu seluruh calon presiden menggunakan TV sebagai media kampanye untuk
mempengaruhi masyarakat.
-Para calon presiden Amerika menghabiskan 60% anggaran kampanyenya untuk media
(James Deaki, 1988).
-Media massa saat ini ikut menentukan siapa yang akan dinominasikan dan dipilih, tetapi
juga menentukan masalah social, ekonomi, dan politik yang menjadi perhatian publik
(agenda setting).
-McChesney (2004) dalam Rich Media, Poor Democracy menyatakan bahwa system
media pada dasarnya merupakan kekuatan antidemokrasi. Tetapi sitem media di
Amerika melayani demokrasi.
-Menurut Chesney, media dalam era neoliberalisme :
1. institusi media lebih memikirkan kepentingan ekonomi (termasuk pada
politikus yang ada dalam kekuasaan).
2. system media tidak berpihak pada hakikat pendidikan moral dan pendidikan politik
yang seharusnya melekat pada system media. (media cenderung mencari keuntungan
dari iklan politik untuk memperkuat kedudukan ekonominya).

C) OBYEKTIVITAS MEDIA

-Melalui media, seorang calon presiden, calon kepala daerah memperoleh popularitas,
dan semakin dekat dengan kekuasaan.
-Institusi media tidak memiliki kepentingan politik, tetapi hanya bargaining jika calon
kemudian terpilih menjadi kepala daerah atau presiden.
-Objektivitas media tidak dilihat dari konteks keberpihakan yang merusak system politik,
tetapi lebih pada upaya media untuk meneguhkan konsentrasi profitnya dengan
menggunakan konsentrasi capital monopolinya.
-Media memiliki fungsi untuk memberikan informasi, memberikan pendidikan, dan
menghibur masyarakat.
-Termasuk dalam pelaksanaan pemilu dan pemilukada, media memberikan informasi,
pendidikan politik bagi masyarakat atau pemilih di suatu daerah, wilayah, atau negara.
-Media massa mengajak publik untuk bersama-sama melakukan watching to the political
process dalam pilkada atau pemilu.

D) MENGAWASI KEMUNGKINAN PENYIMPANGAN

-Kemungkinan penyimpangan terhadap pelaksanaan pemilu atau pemilukada akan


terjadi dalam proses ini.
-Media massa diharapkan dapat membantu mengawasi proses maupun pendidikan
politik pada semua pihak.
-Diperlukan keterbukaan media dan netralitas media dalam mengkonstruksi realitas di
masyarakat, terutama realitas yang dapat menjadi berita politik.

7. PERANAN SOSIAL MEDIA DALAM KOMUNIKASI POLITIK


A) MEDIA POWER
-Media massa merupakan suatu komponen penting untuk mengontrol pemerintah
sebagai power yang memposisikan media sebagai “watch dog” kekuasaan yang dijamin
kebebasannya sebagai the fourth estate of democracy untuk mewujudkan pemerintahan
yang kuat.
-Kemampuan untuk membentuk opini publik ini membuat media massa memiliki
kekuasaan politik.
-Media memiliki kekuasaan untuk membawa pesan politik dan membentuk opini publik.
-Kemampuan ini dapat dijadikan sumber bagi media massa untuk proses tawar-menawar
dengan institusi politik.
-Kesulitan untuk bernegosiasi dengan media massa seringkali terjadi karena ideologi
politik tertentu memiliki media sendiri, tidak jarang juga media massa mengambil sikap
independen dan menjadi kekuatan politik penyeimbang dari kekuatan politik.
-Power tend to corrupt but absolute power corrupts absolutely, John Emerich Edward
Dahberg First Bacon 1887 di Inggris.
-Inti tulisan adalah, manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung
menyalahgunakannya, apalagi kalau kekuasaan itu absolut, pasti akan
menyalahgunakannya.
-Agar penyalahgunaan kekuasaan tidak terjadi, diberlakukan suatu mekanisme untuk
mengatur kekuasaan.
-Timbulnya konstitusi dan peraturan perundang-undangan, merupakan upaya menjamin
agar kekuasaan tidak disalahgunakan dan hak-hak warga negara tidak dilanggar.
-Upaya pembatasan kekuasaan itulah yang kemudian memunculkan istilah
konstitusionalisme, yaitu suatu sistem asas-asas pokok yang menetapkan dan membatasi
kekuasaan, sekaligus memberikan hak bagi yang memerintah (the ruler), dan yang
diperintah (the ruled) (Budihardjo, 1982: 99).
-Independensi dan Integritas adalah dua hal penting yang harus di pegang teguh semua
grup media.
-Media massa atau Pers harus terbebas dari tekanan dan campur tangan pihak manapun.
-Kemerdekaan pers harus ditegakkan dengan kedua hal di atas.
-Namun, dalam belakangan terakhir Independensi dan Integritas media di
Indonesia dipertanyakan. para pemilik dan konglomerat grup media di Indonesia
terafiliasi dengan kepentingan politik.
-ada enam perspektif dalam hal melihat media.
1. Windows on event and experience.
2. A mirror of events in society and the wolrd, implying a faithful reflection.
3. Filter atau gatekeeper
4. Guide
5. Forum,
6. Interlocutor

B) MEDIA DAN MASYARAKAT

-Regulasi Media di Indonesia : Sesuai dengan UU 32/2002 tentang Penyiaran Pasal 36


ayat 4 yang menyebutkan, “Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh
mengutamakan kepentingan golongan.”
-Kemudian, berdasar aturan KPI No. 9/2004 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran dan
Standar Program Siaran Pasal 5 ayat e; “Lembaga penyiaran menjunjung tinggi prinsip
ketidakberpihakan dan keakuratan. Dilengkapi Pasal 9 tentang prinsip jurnalistik,
“Lembaga penyiaran harus menyajikan informasi dalam program faktual dengan
senantiasa mengindahkan prinsip akurasi, keadilan, dan ketidakberpihakan.

C) SOSIAL MEDIA DALAM POLITIK

-Media social dapat bermanfaat bagi masyarakat, dalam mendapatkan informasi,


hiburan, menemukan relasi, dan memunculkan kreatifitas.
-Media sosial dapat menjadi malapetaka, jika dikaitan dengan politik.
-Di Amerika, peneliti media sosial Ohio University, Laeq Khan melihat kemampuan
Donald Trump mendekatkan diri dengan pemilihnya di media sosial lebih dari Hillary
Clinton mengantarkan dirinya menjadi Presiden Amerika Serikat.
-Survei UCLA & Stanford University menunjukkan bahwa 42% penonton televisi sudah
tidak menonton iklan kampanye di channel-channel televisi tersebut.
-Penggunaan media sosial untuk kegiatan politik di Indonesia pun mengalami pasang
surut.
-Media sosial mampu mengorbitkan tokoh seperti Jokowi yang pada Pilkada 2012 dan
Pilpres 2014 juga begitu memanfaatkan kampanye via Twitter.
-Basuki Tjahaja Purnama memanfaatkan media sosial, Youtube utamanya, sebagai sarana
transparansi pemerintahan daerah.
-Media sosial membuka akses yang begitu luas.
-Siapapun bisa menjadi content writer di media sosial sehingga tidak mengherankan
ketika media sosial benar-benar menjadi media bebas yang diisi konten positif maupun
negatif.
-Penggunaan media sosial untuk kampanye politik tidak bisa dihindarkan. Tidak ada pula
yang salah terkait itu.
-Para politisi tentu juga sudah sadar bahwa media sosial sudah menjadi arus utama
informasi masyarakat
-Politisi punya tanggung jawab untuk memberikan edukasi politik, atau konten yang
positif kepada masyarakat melalui media sosial sehingga kesadaran politik yang
terbangun adalah kesadaran politik yang positif.
-Catatan lain yang juga penting, politisi atau utamanya elite politik tak boleh
mendekatkan diri kepada masyarakat semata untuk mendapatkan suara ketika kampanye
saja.
-Dalam media social tidak ada batas antara warga masyarakat, profesi, social ekonomi,
social politik dsb.
-Dalam media social seseorang bebas berpendapat, mempengaruhi, berempati, sekaligus
kontra terhadap opini yang ada.
-Kekuatan media social sangat dasyat mempengaruhi opini masyarakat dunia, sehingga
kehidupan politik harus menyesuaikan.

D) DAMPAK SOSIAL MEDIA DALAM POLITIK

-Munculnya media massa, media massa online, dan media social diharapkan masyarakat
memiliki banyak pilihan dalam mendapatkan informasi politik.
-Masyarakat semakin cerdas dalam mensikapi realitas dalam media massa dan media
social
-Masyarakat terbuka dengan segala informasi yang didapatkan, sehingga mereka
semakin punya banyak alasan untuk memilih partai atau calon kepala daerah, atau
presiden.
-Semakin cerdas masyarakat, maka semakin tepat memilih pemimpin untuk negara,
wilayah, atau daerahnya.

8. OPINI PUBLIK DALAM KOMUNIKASI POLITIK


A) PENDAHULUAN
-Istilah opinion yang diterjemahkan menjadi “opini” didefinisikan oleh Cutlip dan Center
diartikan sebagai pengekspresian suatu sikap mengenai persoalan yang mengandung
pertentangan.
-opini adalah ekspresi sikap dengan melalui jawaban positif untuk informan yang
mendukung, jawaban netral dan negatif untuk jawaban yang tidak mendukung.

B) TAHAP TAHAP PEMBENTUKAN OPINI

1. Pempublikasian sebuah layanan ialah munculnya emoticon pada media sosial yang
memiliki potensi menjadi isu
2. Emoticon yang muncul pada media sosial tersebut menggambarkan sebuah budaya
pada golongan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada.
3. Pembentukan sebuah opini.

C) OPINI PUBLIK

-Istilah opini publik dapat dipergunakan untuk menandakan setiap pengumpulan


pendapat yang dikemukakan individu-individu.
-Menurut Santoso Sastropoetro istilah opini publik sering digunakan untuk menunjuk
kepada pendapat-pendapat kolektif dari sejumlah besar orang.
-opini publik sebagai kekuatan diantara institusi pemerintahan dan hukum di Negara
terbuka
-Opini publik adalah pendapat kelompok masyarakat atau sintesis dari pendapat dan
diperoleh dari suatu diskusi sosial dari pihak-pihak yang memiliki kaitan kepentingan.
-Opini publik merupakan hasil tindakan komunikasi yang berjalan secara linier, karena
saluran yang digunakan adalah komunikasi massa/media massa.
-Respon atau efek yang ujudnya opini publik tersebut merupakan konfirmasi atau
penegasan (setuju/tidak setuju, suka/tidak suka dst) terhadap isu yang disampaikan
kepada masyarakat melalui berbagai cara.
-Munculnya opini publik umumnya distimulsasi oleh sebuah kebijakan publik atau
kepentingan umum di sebuah pemerintahan “demokratis”
-Emory Bogardus dalam bukunya “ The Making of Public Opinion “ Opini publik ialah
hasil pengintegrasian pendapat berdasarkan diskusi yang dilakukan didalam masyarakat
demokratis. Opini publik bukan merupakan seluruh jumlah pendapat individu-individu
yang dikumpulkan.

D) FAKTOR PEMBENTUK OPINI PUBLIK

-Adanya isu (presence of issue) sebagai “collective attitude dan public mood
-Hakikat masyarakat (the nature of publics)
-Komplek preferensi masyarakat (complex of preferences)
-Ekspresi pendapat (expression of opinion)
-Jumlah orang yang terlibat (number of person involved).

9. MARKETING POLITIK
-Menurut Haroen (2014; 48) marketing politik adalah penerapan konsep dan metode
Marketing politik
marketing ke dalam dunia politik. Marketing diperlukan untuk menghadapi persaingan dalam
memperebutkan pasar (market), yang dalam hal ini adalah para pemilih.
-O’Shaughnessy dalam Firmanzah (2008), mengemukakan bahwa marketing politik bukanlah
konsep untuk “menjual” partai politik (parpol) atau kandidat, namun sebuah konsep yang
menawarkan bagaimana sebuah parpol atau seorang kandidat dapat membuat program
yang berhubungan dengan permasalahan aktual.
-Firmanzah (2008:203), dalam proses Political Marketing, digunakan penerapan 4P bauran
marketing, yaitu:
1. Produk (product)
Produk berarti partai, kandidat dan gagasan-gagasan partai yang akan disampaikan
konstituen.
2. Promosi (promotion)
Promosi adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk sebuah partai.
3. Harga (Price)
mencakup banyak hal, mulai ekonomi, psikologis, sampai citra nasional.
4. Penempatan (place)
Place berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah partai dan
kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih.
-Marketing politik menyangkut cara sebuah institusi politik atau parpol ketika
menformulasikan produk politik, menyusun program publikasi kampanye dan komunikasi
politik, strategi segmentasi untuk memenuhi kebutuhan lapisan masyarakat sampai ke
perhitungan harga sebuah produk politik (Firmanzah, 2008: 211).
-Political marketing adalah mengemas pencitraan, publik figur dan kepribadian (personality)
seorang kandidat yang berkompetisi dalam konteks pemilihan umum kepada masyarakat luas
yang akan memilihnya.
-Tujuan marketing dalam politik adalah bagaimana membantu parpol untuk lebih baik dalam
mengenal masyarakat yang diwakili atau menjadi target dan kemudian mengembangkan isu
politik yang sesuai dengan aspirasi mereka.
-Kotler (2002) mengemukakan bahwa, brand merupakan nama atau simbol
yang bersifat membedakan, dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang
penjual atau sekelompok penjual tertentu. Brand adalah sesuatu yang tidak terlihat
(intangible), tetapi efeknya sangat nyata.
-Personal branding adalah proses membentuk persepsi masyarakat
terhadap aspek-aspek yang dimiliki oleh seseorang, diantaranya adalah kepribadian,
kemampuan, atau nilai-nilai, dan bagaimana semua itu menmbulkan persepsi positif dari
masyarakat yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai alat pemasaran (Haroen, 2014; 13)
-8 hukum pembentukan personal branding (The Eight Laws of Personal Branding) menurut
Montaya (2002) :
1. The Law of Specialization (Spesialisasi)

Spesialisasi dapat dilakukan pada satu atau beberapa cara yaitu :

a. Ability (visi)
b. Behavior
c. Lifestyle (gaya hidup)
d. Mission
e. Product
f. Profession
g. Service

2. The Law of Leadership

3. The Law of Personality


4. The Law of Distinctiveness (Kekhasan)
5. The Law of Visibility (Visibilitas)
6. The Law of Unity (Kesatuan)
7. The Law of Persistence (Keteguhan)
8. The Law of Goodwill (Nama Baik)

10. REALITAS POLITIK DALAM KOMUNIKASI POLITIK

A) ARTI KATA REALITA

-adalah kata yang cukup sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Biasanya, kata ini
digunakan untuk menjadi pembanding dari apa yang menjadi teori atau rencana di atas
kertas. Dengan kata lain, realita adalah hal yang nyata dan benar-benar ada.
-Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sebenarnya tidak ada lema "realita", adapun
yang terdapat dalam KBBI adalah kata "realitas". KBBI sendiri mengartikan realitas hanya
sebagai kenyataan. Selain itu tidak ada keterangan lain yang bisa menjelaskan mengenai
dengan realita. seperti apa yang dimaksud
-Menurut filsafat barat, ada tingkat-tingkat dalam sifat dan konsep tentang realitas. Tingkat-
tingkat ini mencakup, dari yang paling subjektif hingga yang paling ketat. Tingkatan realitas
ini dapat dibedakan berdasarkan dari apa yang paling mudah dirasakan dengan panca indera
sampai yang tak kasat mata.
B) REALITA POLITIK

-Peristiwa tentang politik itu sendiri selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan
berita, hal ini dikarenakan oleh dua factor :

1. Pertama, politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni hampir
mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Malahan para aktor politik
senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar ativitas politiknya memperoleh
liputan dari mereka.

2. Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor politik
lazimnya selalu mempunyai nilai berita.

-Topik berita politik sangat luas, mulai dari kebijakan, sikap politik pejabat negara (action or
inaction), isu publik, konflik kepentingan, lembaga/ institusi politik, aktor politik, hingga
sistem politik secara keseluruhan.

-Elit politik yang terlibat dalam dinamika politik, pada saat yang sama juga mengambil
manfaat dari ekspose media tersebut, kecuali jika elit politik tersebut menjadi bagian dari
sebuah masalah yang akan diberitakan.
-Agar peristiwa tersebut menjadi berita politik, Hamad (2004: 2) menyatakan setidaknya ada
tiga tindakan yang dilakukan oleh pekerja media dalam konstruksi realitas politik yang
berujung pada pembentukan citra sebuah kekuatan politik, yaitu: pemilihan simbol (fungsi
bahasa), pemilihan fakta yang akan disajikan (framing strategy), dan kesediaan memberi
tempat (agenda setting) oleh media.

-Language of politic artinya sebuah berita yang ditampilkan menggunakan simbol-simbol


politik yang diartikulasikan dalam berbagai bentuk, baik secara tersirat maupun
didemonstrasikan secara terbuka.

-Framing strategies merupakan bentuk lain dalam hal mengemas pesan yang ingin
disampaikan. Hal ini biasanya dilakukan berkelanjutan untuk mengubah persepsi masyarakat
terhadap politisi. Sebelum melakukan framing terhadap citra seorang politisi, maka dilakukan
riset mendalam seperti apa kecenderungan masyarakat menyukai pribadi pemimpin.

-Kedua hal tersebut merupakan bagian dari fungsi agenda media karena media merupakan
instrumen paling ampuh dalam mengkonstruksikan realitas politik di tengah masyarakat.

-Efektivitas keberadaan media untuk suatu perubahan politik memerlukan situasi politik yang
kondusif, yang popular disebut keterbukaan pers.

-Tetapi pers yang bebas merupakan salah satu indikator adanya keterbukaan politik itu.

-Pers yang bebas juga bisa merangsang terjadinya kebebasan politik. Pemberitaan-
pemberitaan politik yang aktual dan kritis dapat memberi kesadaran pada masyarakat
tentang perlunya sistem politik yang lebih demokratis

-Pada prateknya media tidak hanya mengirimkan informasi apa adanya, tetapi berpartisipasi
secara aktif menyikapi realitas politik sebagai aktor politik bagi diri mereka sendiri (Page,
1996).
-Media melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap proses politik yang dianggap perlu
diketahui oleh masyarakat.

-Peran inilah yang diharapkan dijalankan oleh media guna memajukan demokrasi (Norris,
2003). Konsistensi media menjalankan peran tersebut menjadi tolak-ukur majunya
demokrasi dalam suatu bangsa

C) KUASA MEDIA

-Meminjam istilah dari Sri Indiyastutik dalam bukunya Disensus bahwa tatanan sosial dan
tatanan politik adalah dua realitas yang berbeda. Esensi tatanan sosial merupakan sebuah
kelembagaan simbolik dari yang sosial. Sebuah tatanan yang menentukan bagaimana cara
bertindak, cara berada, dan cara berkata. Realitas inilah yang seringkali tidak bisa dibedakan
oleh masyarakat karena tersamarkan oleh konstruksi kepentingan politik.

-Perlu diingat bahwa realitas politik yang terbentuk atas kuasa media sudah dikemas
sedemikian rupa sehingga ditampilkan seolah-oleh fenomena yang terjadi secara alami.
Menurut Hamad (2004) bahwa liputan politik oleh media memiliki dimensi opini publik yang
diharapkan oleh politisi karena tujuan dari pembentukan realitas politik adalah bagaimana
mengubah persepsi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai