-Nimmo (2008) mengartikan politik sebagai kegiatan orang secara kolektif yang mengatur
perbuatan mereka di dalam kondisi konflik sosial. Nimmo menjelaskan kadang kadang
perbedaan ini merangsaang argument, perselisihan, dan percekcokan, hal inilah yang
disebut dengan kegiatan politik.
-David eston (1989) “political as a process those developmental processes through which
person acquire political orientation and patterns behavior”
-Kantaprawira (1983), komunikasi politik merupakan aktivitas yang memfokuskan pada
kegunaannya, yaitu untuk menghubungkan fikiran politik yang hidup dalam Masyarakat,
baik pikiran intra golongan, institusi, asosiasi, ataupun sektor kehidupan politik
Masyarakat dengan sektor pemerintah.
-Laswell (1995) memandang orientasi komunikasi politik telah menjadi dua hal sangat
jelas :
1. komunikasi politik selalu berorientasi pada nilai atau berusaha mencapai tujuan ; nilai
nilai dan tujuan itu sendiri dibentuk didalam dan oleh proses perilaku yang
sesungguhnya merupakan suatu bagian.
2. komunikasi politik bertujuan menjangkau masa depan dan bersifat
mengantisipasiserta berhubungan dengan masa lampau dan senantiasa memperhatikan
kejadian masa lalu.
-Roelofs dan barnlund, Komunikasi Politik adalah politik yang berbicara atau untuk
menempatkan masalah ini, lebih tepatnya aktivitas politik (politisasi) berbicara.
-Dari pengertian komunikasi politik yang diungkapkan Roelofs dan Barn, walaupun
sangat sederhana, namun cukup memberi isyarat bahwa komunikasi politik lebih
memusatkan kajiannya pada bobot materi muatan yang berisi pesan-pesan politik (isu
politik, peristiwa dan perilaku politik individu-individu baik sebagai penguasa maupun
yang berada dalam asosiasi-asosiasi kemasyarakatan atau asosiasi politik.
B) KONSEP POLITIK
-Aristoteles menyatkan bahwa manusia adalah makhluk sosial (zoon politikon), yang
dalam proses kehidupannya muncul politik.
-Politik memunculkan kekuasaan dan wewenang untuk mengatur orang lain sesuai
dengan yang diharapkan sekelompok orang.
-Secara etimologis, politik berasal dari bahasa Yunani yaitu “polis” yang berarti kota.
Orang yang mendiami polis disebut “polites” atau warga negara, sementara kata
“politikos” berarti kewarganegaraan.
-Ini berarti bahwa dalam sebuah kota atau wilayah terdapat masyarakat dan memiliki hak
sebagai warga negara.
-Miriam Budiardjo (1993) mendefinisikan politik sebagai berbagai macam kegiatan yang
terjadi di suatu negara, yang menyangkut proses menentukan tujuan dan bagimana cara
mencapai tujuan itu.
2. Kekuasaan (power)
6. Alokasi (alocation).
-Roger F. Soltou mengatakan ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari negara, tujuan
negara dan lembaga-lembaga yang akan melaksanakan tujuan itu, hubungan antara
negara dengan warganegara, hubungan antara negara dengan negara lain.
C) KEKUASAAN
-Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi
tingkah laku orang lain atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari si pemilik
pengaruh.
-W. A Robson mengatakan politik sebagai ilmu yang mempelajari kekuasaan dalam
masyarakat yaitu hakikat, dasar, proses, ruang lingkup dan hasil- hasilnya. Fokus
utamanya adalah tertuju pada perjuangan untuk mencapai dan mempertahankan
kekuasaan, melaksanakan kekuasaan atau pengaruh atas orang lain atau menentang
pelaksanaan kekuasaan itu.
D) NEGARA
-Negara adalah alat (agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk
mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan gejala-
gejala kekuasaan dalam masyarakat.
membahayakan
1. penduduk
2. wilayah
3. pemerintah
4. kedaulatan
-Fungsi negara :
4. fungsi keadilan
1. SDM
2. Teritorial negara
3. SDA
E. SISTEM POLITIK
-Sistem politik merupakan semua proses dan Tindakan yang berkaitan dengan
pembuatan Keputusan yang mengikat Masyarakat.
1. identifikasi
-Sistem politik merupakan suatu organisasi dimana masyarakat dapat merumuskan dan
berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama. Oleh karena itu dalam menjalankan
kegiatannya, sistem politik mempunyai lembaga-lembaga seperti parlemen, birokrasi,
badan peradilan, dan partai politik yang menjalankan fungsi tertentu, sehingga sistem
tersebut dapat merumuskan dan melaksanakan kebijakan.
1. sistem demokrasi
2. sistem totaliterisme
-Berdasarkan pendapat dari Edward Shils Almond dan Coleman J.W. Schoorl, tipe sistem
politik di negara-negara berkembang pada dasarnya terbagai menjadi lima tipe :
1. demokrasi politik
2. demokrasi terpimpin
3. oligarki pembangunan
4. oligarki totaliter
5. oligarki tradisional
-5 konsep politik :
1. klasik
2. kelembagaan
3. kekuasaan
4. fungsionalisme
5. konflik
B) PROSES POLITIK
-Proses politik dapat dimulai dari mana saja, misalnya aktivitas dimulai dengan usulan
masyarakat yang berupa input ke suprastruktur.
-Jika masyarakat setuju, tentu akan membuat feed back berupa dukungan dan mungkin
akan ada masukan berupa tuntutan yang lain. Akan tetapi bagi masyarakat yang tidak
setuju, akan memberikan masukan berupa peningkatan tuntutan.
C) BUDAYA POLITIK
-Budaya politik merupakan aspek penting dan berpengaruh terhadap sistem politik.
-Budaya pada dasarnya merupakan perkembangan pemikiran dan akal budi manusia yang
menghasilkan tata nilai.
-Alan R. Ball menyatakan bahwa budaya politik dapat diartikan sebagai seperangkat sikap,
keyakinan, simbol-simbol, dan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat yang berhubungan dengan
sistem politik dan isu-isu politik.
-Dalam hal ini budaya politik terdiri dari sikap, keyakinan, dan tata nilai yang berlaku pada
seluruh anggota masyarakat dan melekat pada kebiasaan hidup masyarakat.
-Gabriel A. Almond dan G. Bingham Powell Jr. menyatakan, bahwa budaya Politik merupakan
dimensi psikologi dari sistem politik yang bersumber dari perilaku lahiriah manusia
berdasarkan penalaran-penalaran yang sadar.
-Budaya politik merupakan aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan, adat
istiadat, tahayul atau mitos, yang dikenal dan diakui oleh sebagian besar masyarakat.
-Budaya politik dapat dilihat dari aspek doktrin yang menekankan pada materi, seperti
sosialisme, demokrasi, atau nasionalisme dan dari aspek generik atau menekankan pada
analisis bentuk, ciri-ciri, dan peranan, seperti militan, terbuka, tertutup.
-Bentuk budaya politik menyangkut sikap dan norma, yaitu sikap terbuka dan tertutup, dan
tingkat militan seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan masyarakat, pola
kepemimpinan (konformitas atau mendorong inisiatif kebebasan, sikap terhadap mobilitas
(mempertahankan status quo atau mendorong mobilitas), prioritas kebijakan (menekankan
ekonomi atau politik).
-Gabriel Almond dan Sidney Verba membedakan budaya politik berdasarkan sikap politik
sebagai cerminan budaya politik :
D) ELIT POLITIK
-Elite politik menurut Pareto, Mosca, dan Michels adalah sekelompok kecil masyarakat yang
mempunyai pengaruh besar dan atau kekuasaan politik besar dalam sebuah sistem politik.
1. kekuasaan politik
2. Hakikatnya orang hanya dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu mereka yang memiliki
kekuasaan politik penting dan yang tidak memiliki.
3. Secara internal, elit bersifat homogen, bersatu dan memiliki kesadaran kelompok
4. Elit mengatur sendiri kelangsungan hidupnya (self perpectuating) dan anggotanya berasal
dari suatu lapisan masyarakat yang sangat terbatas.
5. Kelompok elit pada hakikatnya bersifat otonom, kebal akan gugatan dari siapapun di luar
kelompoknya mengenai keputusan yang dibuatnya.
2. kualitas pengaruh
E) STRATIFIKASI POLITIK
-Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : 1. minat pada politik,
2. pengetahuandanpengalamanpolitik,
3. kecakapandansumberdayapolitik,
4. partisipasipolitik,
5. kedudukanpolitikdan 6. kekuasaanpolitik.
3. Strata 3 (Aktivis)
6. Strata 6 (Nonpartisipan)
F. DRAMATURGI POLITIK
-Menurut Goffman kehidupan sosial itu dapat dibagi menjadi “wilayah depan” dan “wilayah
belakang”. Wilayah depan ibarat panggung sandiwara bagian depan (front stage) yang
ditonton khalayak penonton, sedang wilayah belakang ibarat panggung sandiwara bagian
belakang (back stage)
-Dramaturgi atau peran social dalam politik adalah peranan yang diambil para actor politik
dalam mencapai tujuan politiknya.
-Para actor politik ini berusaha menarik perhatian khalayak dengan mencitrakan dirinya
secara positifz
-Para actor politik membentuk opini masyarakat dengan menggunakan berbagai media
dalam menarik simpati masyarakat.
B) KOMUNIKATOR PROFESIONAL
-Di Amerika menjadi komunikator professional merupakan salah satu profesi yang dapat
diandalkan untuk mencari nafkah.
-Komunikator Profesional terdiri atas Promotor dan Jurnalis
1. Promotor
2. Jurnalis
3. Aktivis
C) JURU BICARA
-Juru Bicara merupakan komunikator “official” atau resmi yang memang ditunjuk untuk
menyampaikan pesan komunikasi atau menyaring pernyataan pejabat terkiat yang
diwakilinya.
-Di Amerika, juru bicara kepresidenan atau juru bicara pemerintah biasanya disebut
press secetary atau government spokes person.
-Juru bicara berfungsi layaknya reporter yang bekerja di dalam instansi pemerintahan,
mengumpulkan informasi sehingga perlu cara efektif untuk menyampaikannya pada
publik (Sullivan, 2002 :8).
-Juru bicara tidak sekedar sebagai komunikator politik, tetapi juga melakukan teknik-
teknik komunikasi politik yang diplomatis. Mulai dari pemilihan kata, pengalihan isu, bias
politik, dan manipulasi fakta.
-Sering kali juru bicara dianggap atau diposisikan sebagai spin doctor yang akan menjadi
benteng bagi presiden atau menteri jika ada kasus-kasus penting yang dianggap
memerlukan teknik-teknik untuk mengelabuhi pers dan khalayak, sehingga kepentingan
politik penguasa bisa diamankan.
D) POLITICAL SPIN & SPIN DOCTOR
-Political spin adalah usaha maksimal yang dilakukan oleh konsultan politik atau
komunikator politik membuat pernyataan di media dengan melakukan manipulasi atau
kebohongan dari fakta yang sebenarnya oleh para politisi untuk meredam debat publik.
-Spin adalah teknik me-manage atau mengatur media untuk menghindarkan para
jurnalis media mendapatkan fakta pemberitaan yang obyektif dan melakukan
assessment terhadap informasi politik yang dimiliki oleh pemerintah atau presiden
(Lilleker, 2005 : 194).
-Spin juga dilakukan untuk mempengaruhi opini publik yang berkembang di masyarakat
dengan cara menyampaikan informasi yang bias dan menyenangkan masyarakat, agar
opini masyarakat tidak berkembang secara negative atau menyudutkan pemerintah.
-Sering media massa gemas dengan konferensi pers yang terkesan menutupi dan
membuat masyarakat tenang dan nyaman.
-Teknik political spin dilakukan secara cermat dan hati-hati. Biasanya dilakukan dengan
timing (penggunaan waktu yang efektif dan singkat), Fakta yang disampaiakan sangat
selektif, pilihan katanya sangat hati-hati, pemilihan sound bite atau penekanan bicara,
mendefinisikan kembali informasi yang sudah disampaiakan agar terkesan banyak
informasi, dan bahkan lama-lama menjadi bias.
B) SOUND BITE
-Sound Bite adalah satu garis kalimat yang diambil dari pidato atau pernyataan yang
panjang atau dari seperangkat teks yang dapat digunakan sebagai indikasi dari pesan
yang lebih besar (Lilleker, 2005 : 188).
-Sound Bite digunakan dalam media untuk mendefinisikan pesan, argument, dan
kebijakan.
-Kaid & Haltz Bach (2008) menyatakan bahwa sound bite adalah terminologi yang
digunakan oleh jurnalis televise dan reporter radio untuk memenggal pernyataan
penting. Mereka mengambil bagian yang penting atau menohok (punching) yang secara
emosional membangkitkan diskusi publik yang panas.
-Sound bite inilah yang sering kali menjadi kontroversi bagi para politikus. Sehingga
mereka sering menyampaikan “ harusnya seluruh wawancara ditayangkan, sehingga
tidak menyesatkan rakyat”.
-Bagi masyarakat sound bite sering menimbulkan konflik dalam masyarakat.
-Pernyataan bahasa hiperbola politisi sering terjadi dalam kegiatan politik seperti Pilpres
Indonesia 2024.
D) GAYA BAHASA
-Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan
seseorang yang mempergunakan bahasa itu.
• Gaya yang dipakai oleh seorang kreator politik berbeda dari seorang kreator yang lain.
Hal ini sangat berhubungan dengan selera masing- masing.
-Dalam konteks komunikasi politik, berikut ini adalah beberapa contoh perilaku yang
menunjukkan komunikasi non-verbal dan sangat berpengaruh dalam meraih simpati
orang lain :
1. Semua atribut yang melekat pada diri seseorang menjadi alat komunikasi kepada
orang lain.
2. Menutup pintu rumah dari para konstituent politiknya, menyampaikan pesan sebagai
orang yang miskin jiwa sosial.
3. Bertolak pinggang sambil menunjuk-nunjuk menyuruh orang di tengah komunitas
yang sedang membangun daerahnya, akan dipersepsi sebagai orang yang kurang
bijaksana.
4. Mengendarai mobil sambil kaca tertutup, bisa ditafsirkan sombong dan tidak mau
peduli nasib orang lain yang ketimpa musiba.
5. Malas tersenyum kepada orang-orang disekitarnya, baik di kantor, diperjalanan, atau
di lingkungan sosialnya, akan mendapat pembenaran sebagai orang yang sombong dan
angkuh.
-Dalam konteks pasar demokrasi, komunikasi non-verbal memiliki pengaruh yang lebih
besar daripada komunikasi verbal. Hal ini disebabkan, karena secara psikologis orang
cenderung lebih mempercayai visualnya (apa yang dilihatnya).
-Tahun 1976, Ford dan Jimmy Carter bersaing menjadi Presiden Amerika. Sebelum Debat
Calon Presiden di TV, polling menunjukkan Ford lebih unggul. Carter mampu memikat
masyarakat Amerika saat debat berlangsung. Dalam waktu sehari Ford tertinggal 45%
dari Carter.
-Setelah itu seluruh calon presiden menggunakan TV sebagai media kampanye untuk
mempengaruhi masyarakat.
-Para calon presiden Amerika menghabiskan 60% anggaran kampanyenya untuk media
(James Deaki, 1988).
-Media massa saat ini ikut menentukan siapa yang akan dinominasikan dan dipilih, tetapi
juga menentukan masalah social, ekonomi, dan politik yang menjadi perhatian publik
(agenda setting).
-McChesney (2004) dalam Rich Media, Poor Democracy menyatakan bahwa system
media pada dasarnya merupakan kekuatan antidemokrasi. Tetapi sitem media di
Amerika melayani demokrasi.
-Menurut Chesney, media dalam era neoliberalisme :
1. institusi media lebih memikirkan kepentingan ekonomi (termasuk pada
politikus yang ada dalam kekuasaan).
2. system media tidak berpihak pada hakikat pendidikan moral dan pendidikan politik
yang seharusnya melekat pada system media. (media cenderung mencari keuntungan
dari iklan politik untuk memperkuat kedudukan ekonominya).
C) OBYEKTIVITAS MEDIA
-Melalui media, seorang calon presiden, calon kepala daerah memperoleh popularitas,
dan semakin dekat dengan kekuasaan.
-Institusi media tidak memiliki kepentingan politik, tetapi hanya bargaining jika calon
kemudian terpilih menjadi kepala daerah atau presiden.
-Objektivitas media tidak dilihat dari konteks keberpihakan yang merusak system politik,
tetapi lebih pada upaya media untuk meneguhkan konsentrasi profitnya dengan
menggunakan konsentrasi capital monopolinya.
-Media memiliki fungsi untuk memberikan informasi, memberikan pendidikan, dan
menghibur masyarakat.
-Termasuk dalam pelaksanaan pemilu dan pemilukada, media memberikan informasi,
pendidikan politik bagi masyarakat atau pemilih di suatu daerah, wilayah, atau negara.
-Media massa mengajak publik untuk bersama-sama melakukan watching to the political
process dalam pilkada atau pemilu.
-Munculnya media massa, media massa online, dan media social diharapkan masyarakat
memiliki banyak pilihan dalam mendapatkan informasi politik.
-Masyarakat semakin cerdas dalam mensikapi realitas dalam media massa dan media
social
-Masyarakat terbuka dengan segala informasi yang didapatkan, sehingga mereka
semakin punya banyak alasan untuk memilih partai atau calon kepala daerah, atau
presiden.
-Semakin cerdas masyarakat, maka semakin tepat memilih pemimpin untuk negara,
wilayah, atau daerahnya.
1. Pempublikasian sebuah layanan ialah munculnya emoticon pada media sosial yang
memiliki potensi menjadi isu
2. Emoticon yang muncul pada media sosial tersebut menggambarkan sebuah budaya
pada golongan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada.
3. Pembentukan sebuah opini.
C) OPINI PUBLIK
-Adanya isu (presence of issue) sebagai “collective attitude dan public mood
-Hakikat masyarakat (the nature of publics)
-Komplek preferensi masyarakat (complex of preferences)
-Ekspresi pendapat (expression of opinion)
-Jumlah orang yang terlibat (number of person involved).
9. MARKETING POLITIK
-Menurut Haroen (2014; 48) marketing politik adalah penerapan konsep dan metode
Marketing politik
marketing ke dalam dunia politik. Marketing diperlukan untuk menghadapi persaingan dalam
memperebutkan pasar (market), yang dalam hal ini adalah para pemilih.
-O’Shaughnessy dalam Firmanzah (2008), mengemukakan bahwa marketing politik bukanlah
konsep untuk “menjual” partai politik (parpol) atau kandidat, namun sebuah konsep yang
menawarkan bagaimana sebuah parpol atau seorang kandidat dapat membuat program
yang berhubungan dengan permasalahan aktual.
-Firmanzah (2008:203), dalam proses Political Marketing, digunakan penerapan 4P bauran
marketing, yaitu:
1. Produk (product)
Produk berarti partai, kandidat dan gagasan-gagasan partai yang akan disampaikan
konstituen.
2. Promosi (promotion)
Promosi adalah upaya periklanan, kehumasan dan promosi untuk sebuah partai.
3. Harga (Price)
mencakup banyak hal, mulai ekonomi, psikologis, sampai citra nasional.
4. Penempatan (place)
Place berkaitan erat dengan cara hadir atau distribusi sebuah partai dan
kemampuannya dalam berkomunikasi dengan para pemilih.
-Marketing politik menyangkut cara sebuah institusi politik atau parpol ketika
menformulasikan produk politik, menyusun program publikasi kampanye dan komunikasi
politik, strategi segmentasi untuk memenuhi kebutuhan lapisan masyarakat sampai ke
perhitungan harga sebuah produk politik (Firmanzah, 2008: 211).
-Political marketing adalah mengemas pencitraan, publik figur dan kepribadian (personality)
seorang kandidat yang berkompetisi dalam konteks pemilihan umum kepada masyarakat luas
yang akan memilihnya.
-Tujuan marketing dalam politik adalah bagaimana membantu parpol untuk lebih baik dalam
mengenal masyarakat yang diwakili atau menjadi target dan kemudian mengembangkan isu
politik yang sesuai dengan aspirasi mereka.
-Kotler (2002) mengemukakan bahwa, brand merupakan nama atau simbol
yang bersifat membedakan, dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang
penjual atau sekelompok penjual tertentu. Brand adalah sesuatu yang tidak terlihat
(intangible), tetapi efeknya sangat nyata.
-Personal branding adalah proses membentuk persepsi masyarakat
terhadap aspek-aspek yang dimiliki oleh seseorang, diantaranya adalah kepribadian,
kemampuan, atau nilai-nilai, dan bagaimana semua itu menmbulkan persepsi positif dari
masyarakat yang pada akhirnya dapat digunakan sebagai alat pemasaran (Haroen, 2014; 13)
-8 hukum pembentukan personal branding (The Eight Laws of Personal Branding) menurut
Montaya (2002) :
1. The Law of Specialization (Spesialisasi)
a. Ability (visi)
b. Behavior
c. Lifestyle (gaya hidup)
d. Mission
e. Product
f. Profession
g. Service
-adalah kata yang cukup sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Biasanya, kata ini
digunakan untuk menjadi pembanding dari apa yang menjadi teori atau rencana di atas
kertas. Dengan kata lain, realita adalah hal yang nyata dan benar-benar ada.
-Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sebenarnya tidak ada lema "realita", adapun
yang terdapat dalam KBBI adalah kata "realitas". KBBI sendiri mengartikan realitas hanya
sebagai kenyataan. Selain itu tidak ada keterangan lain yang bisa menjelaskan mengenai
dengan realita. seperti apa yang dimaksud
-Menurut filsafat barat, ada tingkat-tingkat dalam sifat dan konsep tentang realitas. Tingkat-
tingkat ini mencakup, dari yang paling subjektif hingga yang paling ketat. Tingkatan realitas
ini dapat dibedakan berdasarkan dari apa yang paling mudah dirasakan dengan panca indera
sampai yang tak kasat mata.
B) REALITA POLITIK
-Peristiwa tentang politik itu sendiri selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan
berita, hal ini dikarenakan oleh dua factor :
1. Pertama, politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni hampir
mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Malahan para aktor politik
senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar ativitas politiknya memperoleh
liputan dari mereka.
2. Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor politik
lazimnya selalu mempunyai nilai berita.
-Topik berita politik sangat luas, mulai dari kebijakan, sikap politik pejabat negara (action or
inaction), isu publik, konflik kepentingan, lembaga/ institusi politik, aktor politik, hingga
sistem politik secara keseluruhan.
-Elit politik yang terlibat dalam dinamika politik, pada saat yang sama juga mengambil
manfaat dari ekspose media tersebut, kecuali jika elit politik tersebut menjadi bagian dari
sebuah masalah yang akan diberitakan.
-Agar peristiwa tersebut menjadi berita politik, Hamad (2004: 2) menyatakan setidaknya ada
tiga tindakan yang dilakukan oleh pekerja media dalam konstruksi realitas politik yang
berujung pada pembentukan citra sebuah kekuatan politik, yaitu: pemilihan simbol (fungsi
bahasa), pemilihan fakta yang akan disajikan (framing strategy), dan kesediaan memberi
tempat (agenda setting) oleh media.
-Framing strategies merupakan bentuk lain dalam hal mengemas pesan yang ingin
disampaikan. Hal ini biasanya dilakukan berkelanjutan untuk mengubah persepsi masyarakat
terhadap politisi. Sebelum melakukan framing terhadap citra seorang politisi, maka dilakukan
riset mendalam seperti apa kecenderungan masyarakat menyukai pribadi pemimpin.
-Kedua hal tersebut merupakan bagian dari fungsi agenda media karena media merupakan
instrumen paling ampuh dalam mengkonstruksikan realitas politik di tengah masyarakat.
-Efektivitas keberadaan media untuk suatu perubahan politik memerlukan situasi politik yang
kondusif, yang popular disebut keterbukaan pers.
-Tetapi pers yang bebas merupakan salah satu indikator adanya keterbukaan politik itu.
-Pers yang bebas juga bisa merangsang terjadinya kebebasan politik. Pemberitaan-
pemberitaan politik yang aktual dan kritis dapat memberi kesadaran pada masyarakat
tentang perlunya sistem politik yang lebih demokratis
-Pada prateknya media tidak hanya mengirimkan informasi apa adanya, tetapi berpartisipasi
secara aktif menyikapi realitas politik sebagai aktor politik bagi diri mereka sendiri (Page,
1996).
-Media melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap proses politik yang dianggap perlu
diketahui oleh masyarakat.
-Peran inilah yang diharapkan dijalankan oleh media guna memajukan demokrasi (Norris,
2003). Konsistensi media menjalankan peran tersebut menjadi tolak-ukur majunya
demokrasi dalam suatu bangsa
C) KUASA MEDIA
-Meminjam istilah dari Sri Indiyastutik dalam bukunya Disensus bahwa tatanan sosial dan
tatanan politik adalah dua realitas yang berbeda. Esensi tatanan sosial merupakan sebuah
kelembagaan simbolik dari yang sosial. Sebuah tatanan yang menentukan bagaimana cara
bertindak, cara berada, dan cara berkata. Realitas inilah yang seringkali tidak bisa dibedakan
oleh masyarakat karena tersamarkan oleh konstruksi kepentingan politik.
-Perlu diingat bahwa realitas politik yang terbentuk atas kuasa media sudah dikemas
sedemikian rupa sehingga ditampilkan seolah-oleh fenomena yang terjadi secara alami.
Menurut Hamad (2004) bahwa liputan politik oleh media memiliki dimensi opini publik yang
diharapkan oleh politisi karena tujuan dari pembentukan realitas politik adalah bagaimana
mengubah persepsi masyarakat.