Pembatasan kekuasaan
pemerintah secara hukum Pembagian kekuasaan
untuk melindungi hak legislatif, eksekutif, dan
perorangan warga negara yudikatif
Prof. DR. Tjipta Lesmana, MA • Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008 • Tebal: xxx + 396 hal
Soekarno Suharto B.J. Habiebie
• Presiden pertama kita ini tampak sebagai • Lebih banyak mendengar dan mesem • Pernah marah. ia tampak menggunakan
sosok yang memiliki ilmu yang dalam, (senyum). Dalam berkata, ia sering bahasa low context. Ketika marah, ia
piawai menganalisis situasi politik, menggunakan bahasa yang high context; sering melototkan mata kepada yang
matang dalam berpolitik, dan berani tidak jelas, penuh kepura-puraan dimarahi, raut muka memerah dan suara
menghadapi tantangan dan tegas. (impression management), teka-teki, keras.
• Namun, ”Singa Podium” ini tak ubahnya rahasia, dan amat santun serta multi tafsir. • Ia juga dikenal sebagai sosok yang
seperti manusia biasa yang punya amarah • Tidak jarang para menteri perlu temperamental. Meski cerdas, ia cepat
dan salah. merenungkan atau menanyakan kepada emosi dan cepat marah, terlebih ketika
• Dalam kemarahannya, ia sering orang lain tentang arti dari komunikasi ditantang, dikritik, dan didebat.
menggebrak meja, menggedor kiri-kanan, presiden terhadap mereka. • ”Anehnya, tidak ada satupun menteri
menghardik sasaran dengan suara yang • Bagi yang tidak memahami komunikasi yang takut” (menurut informan
keras, menantang, memperingatkan dan tingkat tinggi ini, perlu siap-siap menuai Hendropriyono hlm.159).
mengancam. ‘gebukan’ atau perlawanan rakyat dan
lingkungan sekitar. Misal kasus
penyerbuan massa PDI Soerjadi terhadap
Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro
pada 27 Juli 1996.
• Semua itu sering disampaikannya dalam • Uniknya, dalam kondisi marah atau tidak Low context
bahasa, meminjam istilah, low context suka pun, ”The Smiling General ” ini
(Edward T. Hall, 1976); jelas, tegas, dan menggunakan bahasa high context pula.
tanpa tedeng aling-aling. • Misalnya ketika ada menteri yang laporan
• Selain itu, ia sering menggunakan atau dipanggil diruang kerja presiden
bahasa yang mengulang-ulang. telah dipersilahkan meminum minuman
yang tersedia, berarti diperintahkan
segera untuk pamit.
• Meski begitu, Soeharto juga pernah
menggunakan bahasa low context.
Abdurrahman Wahid (Gus Megawati SBY
Dur)
• Marah, kadang menggebrak meja dan • Setiap marah suka menghardik korbannya. • Meski tidak jarang menuai kritik,
atau mengancam. Semisal, ketika Megawati sedang SBY tampak merasa gerah pula.
• Meski begitu, Gus Dur tidak lepas dari menghadiri acara dengan sejumlah Bahkan, SBY sering balas
sifat gampang tidur dan humorisnya. kerabatnya di restoran sebuah hotel mewah mengkritik bagi orang atau pihak
• Sering dalam setiap sidang kabinet yang di Singapura. yang berani mengkritiknya,
berlangsung sejak pukul 10.00 WIB, Gus • Dalam acara itu, Roy B.B. Janis dihardik termasuk kebijakan pemerintah.
Dur melakukan ritual tidur. habis-habisan di depan umum akibat • Namun, dalam set i ap
• Ketika salah atau mendapat konfirmasi kedatangannya tidak diundang (hlm.283). pembicaraannya, SBY tergolong
dari orang yang merasa dirugikan, Gus Selain itu, ia juga terkenal pendendam. cukup hati-hati. Seolah-olah setiap
Dur sering menanggapinya dengan SBY merupakan salah satu contoh yang kata yang keluar dari bibirnya
santai. ”Oh, begitu, ya? Ya, Sudah. menjadi korban sifat pendendam itu. diartikulasikan secara cermat.
Enggak usah dipikirin…!”, gitu aja kok • Ia gemar menggunakan analogi
repot .... jawabnya (hlm.199). • Dalam debat calon presiden 2004, dalam menggambarkan suatu
misalnya, gara-gara menaruh dendam masalah dan tidak bicara secara to
dengan SBY, Megawati mengajukan syarat the point.
kepada penyelenggara acara untuk • H a n y a h a k i k a t s u a t u
menghapus acara jabat tangan antar calon. permasalahanlah yang sering
• Dalam pelantikan Presiden SBY pun, disampaikannya.
Megawati tidak mau menghadirinya. • Dalam berbagai kesempatan, SBY
Dalam berkomunikasi, menurut penulis, seperti sengaja tidak mau
Megawati tidak bisa efektif. memperlihatkan sikapnya yang
tenang, tetapi membiarkan publik
menebak-nebak sendiri.
Low context • Ia lebih suka diam atau menebar senyum • Dalam perspektif komunikasi, SBY
dari pada berbicara. Selama berpidato, tergolong dalam lower high context.
suaranya tampak datar, nyaris tidak ada
body language sama sekali. Ia membaca
kata per kata secara kaku, seolah takut
sekali pandangannya lepas dari teks pidato
di depannya (hlm.247).
• Low context
Jokowi
What is Blusukan?